Disusun Oleh:
Atika Fadilah
201103030307
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat
dan salam saya sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad
SAW. Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang membawa kita dari
kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat
bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya saya dapat menyelesaikan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah. Selain
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................7
C. Tujuan...................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................8
A. Pengertian Pendekatan Studi Islam....................................................................8
B. Pendekatan Teologis..........................................................................................10
C. Pendekatan Sosiologis........................................................................................14
D. Pendekatan Filosofis..........................................................................................18
E. Pendekatan Antropologis...................................................................................22
F. Pendekatan Fenomenologis...............................................................................25
G. Pendekatan Psikologis....................................................................................28
H. Pendekatan Feminis.......................................................................................29
BAB III KESIMPULAN................................................................................................31
A. Kesimpulan.........................................................................................................31
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menulis. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas John H. Reagen pada tahun
1941, dia meneruskan di Baylor University di Waco, Texas. Adams juga pernah
bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat dari tahun 1942 sampai
dengan 1945 sebagai operator radio dan mekanis. Setelah perang, tahun 1947
Adams memperoleh gelar Sarjana dan pada tahun yang sama memasuki Graduate
Adams adalah profesor dalam bidang Islamic Studies dan pada tahun 1963
Historian of Religions”. Adams telah menulis banyak tentang Islam, salah satu
karya terbesarnya yang dijadikan teks penting bagi dosen dan mahasiswa agama
adalah A Reader’s Guide to the Great Religions (1977). Adams juga menjadi
kontributor artikel untuk The Encyclopedia Britannica, dan the World Book
Niyazi Berkes (1976), the Ideology of Maulana Maududi, in South Asian Politics
4
and Religion, Ed. Donald E. Smith (1966), dan Islamic Religious Tradition, dalam
mengenai metode dan pendekatan studi Islam adalah adanya kegagalan ahli
sebagai agama, dan ahli tentang Islam (Islamists) juga telah gagal untuk
kegelisahan akademik itu adalah dengan menggunakan dua disiplin yaitu sejarah
agama dan studi Islam sebagai kerangka teoritis atau kerangka pikir (conceptual
tool) untuk menganalisis lebih tajam tradisi Islam dan untuk memperoleh
Hal mendasar yang penting dipahami dalam studi Islam adalah definisi
Islam dan Agama. Bagi Adams sangat sulit dicapai sebuah rumusan yang dapat
diterima secara umum mengenai apakah yang disebut Islam itu? Islam harus
dilihat dari perspektif sejarah sebagai sesuatu yang selalu berubah, berkembang
dan terus berkembang dari generasi ke generasi dalam merespon secara mendalam
realitas dan makna kehidupan ini. Islam adalah “an on going process of
experience and its expression, which stands in historical continuity with the
message and influence of the Prophet. Sedangkan konsep agama menurut Adams
melingkupi dua aspek yaitu pengalaman-dalam dan perilaku luar manusia (man’s
5
Dalam melihat dan mendefinisikan agama Islam, Adams menggunakan
kerangka teoritis dari Wilfred Cantwell Smith yang membedakan antara tradition
dan faith.3 Agama apapun, termasuk Islam, memiliki aspek tradition yaitu aspek
eksternal keagamaan, aspek sosial dan historis agama yang dapat diobservasi
dalam masyarakat, dan aspek faith yaitu aspek internal, tak terkatakan, orientasi
konseptual seperti ini, tujuan studi agama adalah untuk memahami dan mengerti
pengalaman pribadi dan perilaku nyata seseorang. Studi agama harus berupaya
dua aspek dalam keberagamaan ini (tradition and faith, inward experience and
outward behavior, hidden and manifest aspect) tidak dapat dipisahkan antara satu
Menurut Adams tidak ada metode yang canggih untuk mendekati aspek
memahami dan melakukan studi agama. Sebagai tantangan dalam mengkaji Islam
sebagai sebuah agama harus melampui dimensi tradisi atau aspek luar agar
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Studi Islam
BAB II PEMBAHASAN
Kata “pendekatan”, termasuk dalam konteks studi Islam, pada umumnya secara
bahasa dinamakan dengan madkhal dalam istilah Arab dan approach dalam
bahasa Inggris. Di luar dua term tersebut, sebenarnya ada sejumlah istilah lain,
7
yang juga sudah begitu popular dalam tradisi ilmiah, yang bermakna relatif sama
(mirip) dan menunjuk pada tujuan yang hampir sama pula dengan pendekatan,
(sudut pandang) dan paradigm (paradigma). Tegasnya, semua istilah itu dapat
diartikan sebagai “cara memandang dan cara menjelaskan suatu gejala atau
Pertama, dan masih dibagi pula atas dua hal: pendekatan diartikan sebagai
fenomena (budaya dan atau sosial)”. Jika diartikan sebagai “dipandang dengan”
maka keberadaan pendekatan itu lebih merupakan suatu “paradigma”, dan kalua
pendekatan dapat pula bermakna sebagai suatu “disiplin ilmu”, sehingga ketika
atau teori-teori dari disiplin ilmu sosiologi yang dijadikan sebagai sebuah
fenomena sosial studi Islam didekati dengan sebuah teori atau teori-teori
5
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: ACAdeMIA dan TAZZAFA, 2007), 146-
147; Dede Ahmad Ghazali, Heri Gunawan, Studi Islam, Suatu Pengantar dengan Pendekatan
Interdisipliner (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 64.
6
Nasution, Pengantar Studi Islam, 152.
7
Nasution, Pengantar Studi Islam, 152.
8
tentu terutama dalam konteks studi Islam, mempunyai pengertian yang sangat
dengan fenomena yang menjadi fokus kajian atau studinya. Dikatakan oleh
pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi apa yang
approach. Maksudnya, adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian
disiplin ilmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian
itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab tidak ada
sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang
8
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992), 4.
9
Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana
Orientalis (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 64-65
9
B. Pendekatan Teologis
Secara etimologi, teologi (theologi) berasal dari kata Yunani, yaitu theos,
artinya tuhan (god), dan logos, yang berarti pengetahuan. 10Jadi teologi berarti
yang paling benar, yang lainnya salah sehingga memandang bahwa paham orang
lain itu keliru, kafir, sesat, dan murtad. Pendekatan teologis normatif dalam
memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama
dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu suatu
keyakinan bahwa wujud empiris dari keagamaan dianggap sebagai yang paling
masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini. Terlebih-lebih lagi kenyataan
demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya memang tidak
pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial
10
Mukafi Fahal & Achmad Amir Aziz, Teologi Islam Modern (Surabaya : Gitamedia Press, 1999),
11.
11
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta : PT. Pustaka Al Husna Baru), 1.
12
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam..., 65.
10
budaya tertentu secara lebih obyektif lewat pengamatan empirik faktual, serta
Berkenaan dengan hal di atas, maka saat ini muncul apa yang disebut
dengan istilah teologi masa kritis, yaitu suatu usaha manusia untuk memahami
sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks permasalahan masa kini. Yaitu
teologi yang bergerak antara dua kutub, yaitu teks dan situasi, masa lampau dan
masa kini. Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritisnya. Sikap kritis
ini ditujukan pertama-tama pada agamanya sendiri (agama sebagai institusi sosial
tidak ada dialog, parsial, saling menyalahkan, saling mengkafirkan, yang pada
akhirnya pengkotak-kotakan ummat, tidak ada kerjasama dan tidak terlihat adanya
kepedulian sosial. Melalui pendekatan teologi ini agama menjadi buta terhadap
masalah-masalah sosial dan cenderung menjadi lambang atau identitas yang tidak
memiliki makna.
menggunakan cara berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang berawal dari
keyakinan yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal dari
Tuhan, sudah pasti benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu,
13
Amin Abdullah, Studi Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), 31.
14
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 30-31.
11
dan argumentasi. Pendekatan teologis telah menunjukkan adanya kekurangan
yaitu bersifat ekslusif, dogmatis, tidak mau mengakui kebenaran agama lain dan
dalam mempelajari Islam dengan segala aspeknya tidaklah cukup dengan jalan
bersama.16
suatu pendekatan yang memandang agama dari segi ajarannya yang pokok dan
asli dari Tuhan yang di dalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.
Dalam pendekatan teologis ini agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari
Tuhan, tidak ada kekurangan sedikitpun dan nampak bersikap ideal. Dalam kaitan
ini agama tampil sangat prima dengan seperangkat cirinya yang khas. Untuk
agama Islam misalnya, secara normatif pasti benar, menjunjung nilai-nilai luhur.17
12
b. Komitmen
secara mutlak.
c. Dedikasi
Hasil dari loyalitas dan komitmen yang besar akan menghasilkan dedikasi
yang tinggi dari penganut agama sesuai dengan kebenaran yang diyakini.
Kemudian ada tiga pendekatan Teologi jika ditinjau dalam konteks pluralisme
beragama yaitu :
yang bertolak dari suatu keyakinan dalam wujud empirik dari suatu agama
yang dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
13
Pendekatan teologi dialogis merupakan metode pendekatan terhadap
karena itu, perlu adanya keterbukaan antara satu agama dengan agama
pemeluk agama.
dengan melihat intisari persamaan atau titik temu dari masing-masing agama
C. Pendekatan Sosiologis
yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud
perserikatan hidup itu serta pada kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.19
Sementara itu Soerjono Soekanto memaknai sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu
18
Muhtadin Dg. Mustafa, Reorientasi Teologi Islam dalam Konteks Pluralisme Beragama.
www.jurnalhunafa.org.article.viewFile.
19
Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1993), 1.
14
untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari
manusia.20
dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang berkaitan.21
Relevan dengan pemaknaan sosilogi seperti itu kemudian ada yang memahami
Khalid, sebagai “concepts are drawn from the Qur’an and Sunnah, and then we
move ahead to consider what this implies at a theoretical level. The theory then
becomes the means by which wr formulate the definition which gives shape to our
terutama dilihat dari sudut posisi manusia yang membawanya kepada perilaku
itu.23 Dengan sosiologi ini keberadaan suatu fenomena sosial dapat dianalisis
akan diuraikan di bawah, kutipan berikut ini penting disimak dan diperhatikan:
peranan tertentu dari seseorang. Posisi dan peranan-peranan itu menyatakan diri
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali, 1982), 18 dan 53.
21
Nata, Metodologi Studi Islam, 39.
22
Mattulada, “Studi Islam Kontemporer” dalam Abdullah dan Karim (ed.), Metodologi Penelitian
Agama, 1.
23
Mattulada, “Studi Islam Kontemporer” dalam Abdullah dan Karim (ed.), Metodologi Penelitian
Agama, 1.
15
dalam kehidupan bersama, sehingga kehidupan sosial itu dapat terselenggara,
menstudi agama, dan memang relatif sudah begitu sering dipergunakan oleh
menstudi suatu agama dapat dimengerti, karena memang ajaran agama, termasuk
Islam, banyak sekali yang menyangkut persoalan sosial. Dan sudah barang tentu
hal seperti itu baru dapat dipahami secara proporsional dan memadai apabila
begitu besarnya perhatian agama dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial,
Pertama, isi al-Qur’an dan as-Sunnah sebagian besar menyangkut ajaran sosial
kehidupan sosial adalah satu berbanding serratus untuk satu ayat ibadah,
misalnya, terdapat seratus ayat muamalah (masalah sosial). Lebih jauh diangkat
kasus ayat tentang karakteristik orang-orang mukmin sebagai terapat dalam Qs.
al-Mukminun ayat 1-9, misalnya, adalah orang yang shalatnya khusyu’ demensi
amanah dan janjinya serta menjaga kehormatannya dari perilaku maksiat masalah
16
pelaksanaannya dengan masalah muamalah (sosial) maka ajaran Islam
diberikan pahala dengan bobot yang lebih besar ketimbang ibadah yang
berbanding dua puluh tujuh derajat. Keempat, dalam ajaran Islam ada ketentuan
bahwa ada sejumlah ibadah yang bila dilaksanakan tidak sempurna atau batal,
makan kepada orang miskin. Kelima, ajaran Islam menetapkan bahwa amal
digunakan dalam studi atau penelitian terhadap agama Islam, dengan mengambil
beberapa tema-tema berikut ini: (1) studi pengaruh agama terhadap masyarakat;
(2) studi pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman ajaran
Islam atau konsep Islam; (3) studi tentang tingkat pengamalan ajaran agama Islam
oleh masyarakat; (4) studi pola interaksi sosial dalam masyarakat Muslim; (5)
studi gerakan masyarakat yang membawa faham yang dapat melemahkan atau
25
Nata, Metodologi Studi Islam, 40-41.
17
menunjang kehidupan beragama dalam masyarakat Islam. Setelah itu, Atha’
Islam.26 Tentu saja hukum Islam dipandang sebagai gejala sosial. Karena itu,
konteks (realitas sosial) dihadapkan (vis-à-vis) teks yang pada gilirannya hasil
D. Pendekatan Filosofis
pada umumnya, lebih dari segi materi maupun metodologi, adalah dipisahkannya
jalan buntu yang dihadapi oleh ilmu-ilmu apa pun. Lebih lanjut dikatakan:
disiplin-disiplin keilmuan yang lain. Hal demikian dapat dipahami karena filsafat
demikian ia menjadi alat intelektual yang sangat penting untuk ilmu-ilmu yang
26
Mudzhar, Pendekatan Studi Islam
27
Bustaman, Islam Historis, 11.
18
lain, tidak terkecuali agama dan teologi (Kalam). Oleh karenanya, orang yang
kelesuhan darah—dalam arti kekurangan ide-ide segar—dan lebih dari itu, ia telah
adalah pembahasan terhadap agama Islam, yang umumnya berupa dogma, ajaran
dengan orientasi yang lebih mengarah pada bentuk elaborasi atau eksplanasi
tentang ajaran dan doktrin yang ada dalam Islam. Tentu saja kecenderungan
filsafat dapat dibedakan atas filsafat sebagai disiplin keilmuan dan sebagai faham
sedang wilayah yang kedua bersifat “ideologis” dan “tertutup” serta “statis”. Yang
sendiri. Menurut hemat Amin Abdullah, jenis filsafat pertama yakni filsafat
28
M. Amin Abdullah, “Kajian Ilmu Kalam”, dalam Komaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo (ed.),
Problem dan Prospek IAIN, Antologi Pendidikan Tinggi Islam, 222-223.
19
persoalan keagamaan kontemporer, terutama menyangkut ketumpang-tindihan
sebagai sebuah pendekatan, termasuk dalam studi Islam, ditandai oleh adanya tiga
ciri utama berikut ini: (1) Lebih memberikan penekanan pada upaya pencarian
titik temu antara agama yang satu dengan agama lainnya, atau antara satu faham
dengan faham lainnya; (2) Pengenalan dan pendalaman terhadap berbagai idea
fundamental itu kemudian dapat membentuk cara berfikir yang bersifat kritis
(critical thought); dan (3) Kajian terhadap Islam membentuk mentalitas, cara
rangka semakin memperjelas karakteristik atau ciri khusus filsafat sebagai sebuah
pendekatan studi agama, tentu studi terhadap agama Islam utamanya, dipertegas
29
Abdullah, Mencari Islam, 6-7
30
Bustaman, Islam Historis, 11.
20
Pendekatan filsafat lebih menekankan dimensi keberagamaan yang paling
religion. Dalam realitas kehidupan sehari-hari perbedaan state of mind seperti itu
21
hermeneutik merupakan “studi tentang prinsip-prinsip metodologis tentang
interpretasi Bibel”,54 yang kemudian oleh sebagian pihak tradisi ini diterapkan
E. Pendekatan Antropologis
suatu masyarakat. Jika sosiologi melihat fenomena keagamaan dari sudut posisi
manusia yang membawanya kepada perilaku itu, maka antropologi lebih melihat
dari sisi terbentuknya pola-pola perilaku itu dalam tatanan nilai yang dianut dalam
“ilmu yang menyelidiki manusia, dari segi fisik maupun budayanya”. 33 Pada
dapat diartikan sebagai salah satu upaya untuk memahami agama dengan cara
melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu
begitu dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dan berupaya
menjelaskan serta memberikan jawabannya. Atau dengan kata lain, bahwa cara-
cara yang dipergunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu
22
akan lengkap tanpa melihat agama sebagai salah satu faktor determinannya.
memberikan patunjuk bahwa keberadaan agama tidak lepas dari pengaruh realitas
di sekelilingnya, karena agama tidak pernah hadir dalam ruang atau realitas yang
budaya terlihat begitu jelas dalam praktik ritual agama. Kenyataan yang demikian
diberikan catatan bahwa pernyataan ini sedikit pun tidak sampai berpretensi pada
yang tidak bisa dielakkan antara konstruksi Tuhan seperti yang tergelar dalam
kitab-kitab suci dan konstruksi manusia terjemahan dan interpretasi dari nilai-nilai
suci agama yang direpresentasikan pada praktek ritual keagamaan. Pada saat
oleh lingkungan budaya primordial yang telah melekat di dalam dirinya. Kajian
komparatif Islam di Indonenesia dan Maroko yang dilakukan oleh Clifford Geertj
Maroko Islam mempunyai sifat yang agresif dan penuh gairah. Perbedaan
manifestasi agama itu betapa realitas agama sangat dipengaruhi oleh lingkungan
23
budaya. 35Dengan demikian sesungguhnya perbedaan dan perdebatan yang terjadi
merupakan ilmu yang penting untuk memepelajari agama dan interaksi sosialnya
F. Pendekatan Fenomenologis
mencurahkan waktu dan energi untuk studi Islam dengan pendekatan atau dalam
formal memperoleh pendidikan tradisi Eropa dalam studi agama yang lahir dalam
seperempat akhir abad ke-19, dan mereka yang berjuang keras menggunakan
24
universal dan sangat penting. Di Amerika Utara pendekatan studi seperti ini
dikenal dengan sebutan sejarah agama atau perbandingan agama. Adams dalam
satu ciri pendekatan dalam studi agama. Diakui Adams sangat sulit
dalam dan menurut pengalaman orang lain tersebut. Dengan kata lain semacam
pengalaman orang lain, berdiri dan menggunakan pandangan orang lain tersebut.
marah dan benci atau pendekatan yang penuh kepentingan (interested approaches)
Islam baik dalam skala yang lebih luas atau yang lebih baik. Kontribusi terbesar
dari fenomenologi adalah adanya norma yang digunakan dalam studi agama
kategori yang dilukiskan dari sumber di luar pengalaman seseorang yang akan
25
dikaji. Hal yang terpenting dari pendekatan fenomenologi agama adalah apa yang
dialami oleh pemeluk agama, apa yang dirasakan, diakatakan dan dikerjakan serta
investigasi, dalam pengertian melihat dengan tajam struktur dan hubungan antar
data sekaitan dengan kesadaran masyarakat atau individu yang menjadi obyek
kajian. Idealnya, bagi seorang fenomenologi agama yang mengkaji Islam harus
mereka meyakini agamanya? Apabila pertanyaan ini tidak dapat terjawab, maka
Islam. Dalam hal ini, Adams menguatkan apa yang dikatakan W.C. Smith yang
menyarankan bahwa pernyataan tentang sebuah agama oleh peneliti dari luar
(outsider) harus benar, jika pemeluk agama tersebut mengatakan “ya” terhadap
deskripsi tersebut.37 .
26
sebanyak mungkin adalah mencari kategori yang akan menampakkan kesamaan
bagi kelompok tersebut. Aktivitas ini pada intinya adalah mencari struktur dalam
pengalaman beragama untuk prinsip-prinsip yang lebih luas yang nampak dalam
beberapa tahun terakhir ini karena pengaruh Mircea Eliade dan murid-muridnya,
namun hampir tidak ada upaya untuk mengaplikasikan metode dan pendekatan ini
terutama dalam bentuk non-verbal dan pre-rasional, oleh sebab itu fenomenologi
lebih besar memfokuskan perhatiannya pada agama primitif dan agama kuno.
G. Pendekatan Psikologis
psikologi akan mudah mengetahui tingkat keagamaan yang difahami, dihayati dan
berhubungan dengan alam, manusia, dan Tuhan. Hubungan manusia dengan alam
38
Arifin M., 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara.
27
sangat diperlukan untuk menghargai dan menghormati terhadap ciptaannya
manusia dengan sesamanya yaitu menjaga dan melindungi harga dan martabat
sebagai manusia, karena manusia diciptakan sama, maka sikap dan tindakan
dengan Tuhan tiada lain untuk menciptakan hubungan penghambaan yang baik,
karena manusia diciptakan oleh Allah Swt., dengan penuh kasih sayang.
untuk berbuat baik dari aspek kemauan, kebebasan, perasaan, dan pikiran untuk
manusia mampu mengembangkan potensi dan kualitas hidup yang Islami. Oleh
akal, dan hati ke dalam konteks psikologis manusia dengan berdasarkan pada
melahirkan kreatifitas hidup sebagaimana yang telah dipesankan Tuhan dalam al-
secara universal.
lubuk hatinya yang terdalam, maka manusia telah dapat mengetahui adanya dzat
yang maha suci lagi maha segalanya. Untuk mengetahui dzat yang Maha Pengasih
dan Penyayang, orang tidak perlu menunggu wahyu turun. Namun, dari
pengalaman-pengalaman yang pernah dia alami dan bahkan dapat dirasakan oleh
28
siapa pun, merupakan salah satu cara untuk mengenal dzat tersebut. Pengalaman-
H. Pendekatan Feminis
kritis dari perspektif teoritis yang ada dengan menggunakan jender sebagai
perhatian pada makna identitas dan totalitas manusia pada tingkat yang paling
teologi, sosiologi maupun filsafat. Tujuan utama dari tugas feminis adalah
paling menguntungkan antara yang satu dengan yang lain. Berpijak dari uraian
ini, untuk mempermudah pembahasan maka tidak ada salahnya jika pendekatan
feminis disamakan dengan upaya-upaya dari para feminis untuk mengkaji Islam
39
Abdullah M. Amin, 2010, Islamic Studies Di Perguruan Tinggi, Pendekatan
IntegratifInterkonektif , Yogyakarta: Pustaka Pelajar
29
dan ritual-ritual tradisi memasukkan dan mengokohkan pengalaman perempuan
yang terabaikan.
bagi kaum laki-laki yang berusaha untuk mempertahankan status quo, sehingga
kontroversial.
A. Kesimpulan
Jadi teologi berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu Ketuhanan. Dalam
tentang agama, yang karenanya membicarakan tentang Tuhan dan manusia dalam
adalah pembahasan terhadap agama Islam, yang umumnya berupa dogma, ajaran
dengan orientasi yang lebih mengarah pada bentuk elaborasi atau eksplanasi
30
Antropologi lebih melihat dari sisi terbentuknya pola-pola perilaku itu
dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan manusia. Dawam Rahardjo
menegaskan, bahwa antropologi adalah “ilmu yang menyelidiki manusia, dari segi
psikologi akan mudah mengetahui tingkat keagamaan yang difahami, dihayati dan
diamalkan seseorang.
kritis dari perspektif teoritis yang ada dengan menggunakan jender sebagai
31