Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN BERBAGAI


ALIRAN FILSAFAT

Disusun Oleh : Dian Tri Amelia (1911080067)

Universitas Islam Negeri Bandar Lampung


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [judul makalah] ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah filsafat pendidikan islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang hakikat manusia menurut pandangan berbagai aliran filsafat bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3
ABSTRAK ....................................................................................................................................... 4
BAB I Pendahuluan ......................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 6
A. Aliran Nativisme .................................................................................................................. 7
B. Aliran Empirisme ................................................................................................................ 9
C. Aliran Konvergensi ............................................................................................................ 10
D. Aliran Naturalisme ............................................................................................................ 11
E. Aliran Progresivisme ......................................................................................................... 14
F. Aliran Konstruktivisme ..................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 19
Kesimpulan ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 20

3
ABSTRAK

Dalam perkembangan dunia pendidikan, berbagai teori dikembangkan para tokoh

pendidikan. Perkembangan tersebut telah memberi warna yang beragam terhadap pola

pendidikan. Teori pendidikan empirisme, nativisme dan konvergensi menjadi rujukan dan

sumbangsih yang mempengaruhi dalam perkembangan dunia pendidikan. Sebagai sumber

pendidikan, Al-Qur‟an memiliki prinsip-prinsip yang menjadi acuan untuk menghasilkan

teori dalam pendidikan. Prinsip tersebut adalah tauhid dan risalah Ilahiyah. Prinsip tauhid

menjadi landasan utama karena di dalamnya memberikan pemahaman tentang keesaan

Allah dan eksistensi manusia dengan penciptaan-Nya. Sedangkan Risalah Ilahiyah

merupakan pesan-pesan Allah yang diberikan kepada Rasulullah untuk diajarkan kepada

manusia. Pesan-pesan Allah yang disampaikan kepada manusia melalui rasul

mengandung unsur-unsur pendidikan. Teori-teori pendidikan dalam Al-Qur‟an dapat

dipelajari melalui ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjadi rujukan, dalam kandungan ayat Al-

Qur‟an tersebut Allah swt telah memberikan panca indera sebagai modal utama.

Sedangkan dalam hadits, teori pendidikan yang dikembangkan melalui fitrah (potensi)

manusia.

4
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Manusia dimanapun dan kapanpun menyelenggarakan usaha pendidikan. Tidak hanya
itu, manusia terutama para ahlinya juga memikirkan berbagai hal yang menyangkut usaha
pendidikan itu sehingga terungkaplah pemikiran-pemikiran tentang faktor-faktor yang
mendasari perkembangan manuasia (individu) dalam kaitannya dengan usaha pendidikan
serta dasar-dasar penyelengggaraan pendidikan yang lebih praktis dan metodologis. Di
Indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tentang pola pendidikan tertentu telah digunakan
sejak sebelum kemerdekaan, karenanya banyaknya terori yang dikemukakan para pemikir
yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Adapun aliran-aliran pendidikan
itu terdiri dari aliran konvensional dan aliran baru yang kini sedang berkembang.
Di Indonesia, penyelenggaraan dan pemikiran tetang pola pendidikan tertentu telah
dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan. Penyelenggaraan dan pemikiran tentang
pendidikan ini banyak yang secara langsung menerima pengaruh dari pemikiran-pemikiran
tersebut diatas, khususnya pemikiran yang “baru” dan maju" dari luar negeri. Setelah
kemerdekaan, bangsa Indonesia terus menerus mengusahakan system pendidikan atas dasar
Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan aliran-aliran klasik pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Mengetahui pengertian dan macam- macam aliran-aliran klasik pendidikan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan yang diberikan harus didasarkan atas landasan pelaksanaan pendidikan,


kebutuhan peserta didik serta tujuan yang hendak dicapai lewat proses pendidikan tersebut.
Ketiga hal tersebut dalam kaca mata filsafat pendidikan dipengaruhi oleh berbagai aliran atau
mazhab pendidikan yang telah dikenalkan dan dikembangkan oleh para ahli.

Kajian tentang berbagai aliran pendidikan tersebut berguna sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan para tenaga kependidikan. Hal ini sangat penting agar
para tenaga kependidikan dapat memahami dan memberikan konstribusi terhadap dinamika
pendidikan dalam sebuah kondisi masyarakat.

Filsafat pendidikan adalah studi ihwal tujuan, hakikat dan isi yang ideal dari
pendidikan. Pada intinya filsafat pendidikan mempertanyakan sejumlah pertanyaan penting
sebagai berikut: pengetahuan apa yang paling berharga, pengetahuan apa yang mesti
diajarkan, apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan, bagaimana manusia belajar,
bagaimana sebaiknya hubungan antara guru dan siswa. Untuk menjawab kelima pertanyaan
di atas terdapat sejumlah mazhab atau aliran filsafat yang lazim dirujuk dalam pendidikan,
yaitu: empiris, nativisme, dan konvergensi. Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah usaha
yang dilakukan secara sadar untuk mengenalkan manusia terhadap realita kehidupannya.
Dalam hal tersebut secara jelas bahwa pendidikan yang diberikan harus didasarkan atas
landasan pelaksanaan pendidikan, kebutuhan peserta didik serta tujuan yang hendak dicapai
lewat proses pendidikan tersebut. Ketiga hal tersebut dalam kaca mata filsafat pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai aliran atau mazhab pendidikan yang telah dikenalkan dan
dikembangkan oleh para ahli.

Walaupun kenyataannya berbagai pemikiran yang kemudian menjadi “mazhab”


dalam penyelenggaraan pendidikan dicetuskan beberapa puluh tahun yang lalu, bahkan
beberapa ratus tahun yang lalu, namun nampak nyata bahwasanya pemikiran tersebut sangat
mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan pada masa kini. Pemikiran para ahli tersebut
lazimnya dikatakan sebagai aliran pendidikan atau ada pula yang menamakan sebagai
mazhab filsafat pendidikan. Contoh daripada aliran-aliran tersebut ialah empiris, nativisme,
dan konvergensi. Kesemua aliran tersebut memiliki ciri yang khas baik dari segi tujuan
maupun metoda pengajaran dalam pendidikan yang telah dicetuskan oleh para ahli.

6
Kajian tentang berbagai aliran pendidikan tersebut berguna sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan para tenaga kependidikan. Hal ini sangat penting agar
para tenaga kependidikan dapat memahami dan memberikan konstribusi terhadap dinamika
pendidikan dalam sebuah kondisi masyarakat. Disamping itu para tenaga kependidikan juga
diharapkan dapat memiliki bekal dalam mewujudkan tujuan.

ANALISIS ALIRAN-ALIRAN KLASIK PENDIDIKAN

A. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Teori ini muncul dari
filsafat nativisma (terlahir) dari kata sebagai suatu bentuk dari filsafat idealisme dan
menghasilkan suatu pandangan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh hereditas,
pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati.Pelopor aliran Nativisme adalah Arthur
Schopenhauer seorang filosof Jerman yang hidup tahun 1788-1880. Aliran nativisme (aliran
pesimistik).Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk
dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan
menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang
“berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik.
Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin
akan terjerumus menjadi tidak baik.

Adapun aliran Nativisme, secara umum sangat dipengaruhi oleh pandangan-


pandangan dari aliran Idealisme, terlihat dari konsepsi dasarnya tentang hakikat manusia itu
sendiri. Menurut aliran Nativisme ini, manusia mempunyai potensi yang menentukan
pertumbuhan dan perkembangan dalam proses penerimaan pengetahuan. Potensi tersebut
merupakan “gabungan” dari hereditas orang tuanya maupun “bakat/pembawaan” yang
berasal dari dirinya sendiri.

Faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme

1. Faktor Genetic.

Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang
muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah
seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi
yang prosentasenya besar.

7
2. Faktor Kemampuan Anak

Adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam
dirinya. Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang
mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai
dengan bakat dan minatnya.

3. Faktor pertumbuhan Anak

Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap
pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu
normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang
dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa
mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.

Tujuan-Tujuan Teori Nativisme

1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki

Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki
dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini,
mudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap
kemajuan dirinya.

2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi

Dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya
pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa
bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin
lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada
yang lain.

3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan

Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya,
dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan
berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang
dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.

8
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang

Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan
potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati
diri manusia.

5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.

Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki,
denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu
manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa lebih optimal.

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir itulah yang menentukan perkembangannya dalam kehidupan.
Nativisme berkeyakinan bahwa pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaaan. Dengan demikian menurut mereka pendidikan tidak membawa manfaat
bagi manusia. Karena keyakinannya yang demikian itulah maka mereka di dalam ilmu
pendidikan disebut juga aliran Pesimisme Paedagogis.

B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme (aliran optimisme). Aliran empirisme mengutamakan
perkembangan manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan
mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah
sumber pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.

Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran


penting yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang
hanya dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang
merupakan pembawaan lahir. Tokoh utamanya John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini
adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih
berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran
filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama
“environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).

9
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah
bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet).
Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam
arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir
seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak
menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik,
tentu kelak ia akan menjadi seorang polisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang
politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya pemusik sejati.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan


pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak
mendukung.

Kelemahan aliran ini adalah hanya mementingkan pengalaman, sedangkan


kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir, di kesampingkan. Padahal ada anak yang
berbakat dan berhasil meskipun lungkungan tidak terlalu mendukung.

Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan
atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.

Manusia dapat dididik menjadi apa saja (kearah yang baik atau kearah yang buruk)
menurut kehendak lingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dengan demikian pendidikan
diyakini sebagai sebagai maha kuasa bagi pembentukan anak didik.Karena pendapatnya yang
demikian, maka dalam ilmu pendidikan disebut juga Aliran Optimisme Paedagogis. Tokoh
aliran ini yaitu John Locke.

C. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme
dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan)
dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.

10
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan
proses perkembangan diatas, penyusun pandangan bahwa faktor yang memengaruhi tinggi
rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:

Faktor Internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
Faktor Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungannya.

Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor
pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada
diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh,
hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi
yang kurang baik.

Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.Aliran


konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam
memahami tumbuh-kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang
faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain,
variasi pendapat itu juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar,
seperti peran guru sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa
dengan tes objektif atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral,
penekanan pada peran teknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan
lain-lain).

D. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang
filusuf Prancis JJ.Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat
bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun
dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan

11
oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka
akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan
oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu
baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu
sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan
tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak
mencampurinya.

Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga di sebut negativisme. Jadi
menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di ketahui, gagasan
naturalise yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malah terbukti
sebaliknya pendidikan makin lama makin di perlukan.

Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun
1712-1778. Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia
mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena
pengaruh lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme. Dalam aliran
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran dintaranya adalah :

Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan perkembangan didalam dirinya secara
alami.

Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik


berperan sebagai fasilitator atau narasumber yang menyediakan lingkungan yang mampu
mendorong keberanian anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap
kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik. Tanggung jawab belajar
terletak pada diri anak didik sendiri.

Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Anak
didik secara bebas diberi kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai
dengan minat dan perhatiannya.

Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme
dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme,

12
tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-
ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis
dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.

Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia
diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir.
Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang
signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek.
Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga
untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana..

Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari
seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar
merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran
juga merupakan sesuatu yang natural juga.Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid.

Tujuan pendidikan naturalisme:

(1) Pemeliharaan diri

(2) Mengamankan kebutuhan hidup

(3) Meningkatkan anak didik

(4) Memelihara hubungan sosial dan politik

(5) Menikmati waktu luang.

Prinsip dalam proses pendidikan aliran naturalisme:

(1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam

(2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik

(3) Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak

(4) Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan


13
(5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak

(6) Praktik mengajar adalah seni menunda

(7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif (Hukuman dijatuhkan
sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu
harus dilakukan secara simpatik

E. Aliran Progresivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta
didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia
mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.

Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh ke-cerdasannya
sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas
utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.Peserta didik tidak
hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di
dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani,
terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung
di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala.tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi


penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya.

14
Pandangan Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan:

Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak
menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas
para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.

Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes

(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan
zamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang
memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.

Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan


atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.

Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,


melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-
ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.

Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.

F. Aliran Konstruktivisme
Jean Piaget psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, teori
pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Menurut Piaget setiap organisme
harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat bertahan hidup. Analog dengan
hal tersebut manusia (siswa) pada kenyataanya berhadapan dengan tantangan, pengalaman,
gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif. Maka siswa harus
mengembangkan skema pemikiran yang lebih umum atau rinci atau perlu perubahan,
menjawab, menginterpretasikan pengalaman tersebut. Dengan cara ini pengetahuan seseorang
terbentuk dan selalu berkembang.

15
Konstruktivisme menekankan perkembangan dan konsep dan pengertian yang lebih
mandalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif
membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya.

Pengetahuan berguna jika pengetahuan tersebut mampu memecahkan persoalan yang


ada. Pengetahuan merupakan proses yang terus berkembang. ( Great News: 2008)
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi
pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih
dinamis. Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta suatu makna dari apa yang dipelajari ( Wikipedia : 2008). Konstruktivisme
adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
(Whandi:2008).Senada dengan pengertian sebelumnya Callahan juga mengatakan bahwa
konstruktivisme menginginkan adanya perbaikan kondisi manusia pada umumya ( Pidarta
:2000).

Penerapan pendidikan dengan pola konstruktivisme diwujudkan dengan mengajak


siswa secara aktif membangun konsep-konsep kognitif. Guru tidak sekedar memberi, namun
siswa mencari secara aktif, dan mengembangkannya. Satu contoh misalnya dalam
pembelajaran sain. Siswa terlebih dahulu diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam
yang ada seperti pelangi, banjir, merebaknya hama tanaman tertentu. Melalui fenomena yang
ada, guru mengarahkan siswa untuk mencari penyebabnya. Siswa menemukan sendiri
penyebab terjadinya pelangi, banjir ataukah hama.

Pengetahuan tidak berhenti sampai di sini, pengetahuan siswa tentang penyebab


terjadinya banjir, digunakan siswa untuk mencari solusi pencegahan banjir yang banyak
terjadi. Penerapan solusi pencegahan banjir, memerlukan pengetahuan-pengetahuan yang
baru, disinilah terlihat dinamikan pengetahuan. Pengetahuan semakin berkembang pada diri
siswa, dan dicari sendiri secara aktif oleh siswa. Pengetahuan baru ini juga menciptakan
perbaikan, banjir berkurang. Dan pengetahuan baru jelas merupakan tindakan bermakna,
sebab memberikan manfaat pada perbaikan lingkungan.

Ciri-ciri konstruktivisme dalam pembelajaran

 Siswa aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.


 Siswa membina sendiri pengetahuan

16
 Proses pembinaan pengetahuan pada siswa melalui proses saling mempengaruhi
antara pembelajaran yang terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru
 Membandingkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada Ketidak-
seimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Bahan pengajaran
dikaitkan dengan pengalaman siswa untuk menarik minat belajarnya

Pembelajaran konstruktivisme sebaiknya melibatkan guru yang konstruktif pula. Guru tidak
hanya memberi pengetahuan kepada siswa, tetapi guru membantu siswa membangun sendiri
pengetahuan dalam benaknya, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menentukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri. Guru memberikan kepada siswa anak tangga untuk
membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi dan siswa harus memanjat sendirianak
tangga tersebut.

Guru yang konstruktivisme memiliki ciri- ciri:

 Mendukung dan menerima inisiatif dan otonomi siswa.


 Mencari tahu tentang pengertian siswa akan konsep yang diberikan sebelum membagi
pengertian mereka akan konsep tersebut.
 Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa.
 Memberikan pertanyaan terbuka untuk mendorong siswa bertanya.
 Mencari perluasan dari tanggapan siswa.
 Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan
hipotesa awal mereka dan kemudian mendorongnya untuk diskusi.
 Memberi waktu bagi siswa untuk membentuk hubungan dan menciptakan metafora
atau perumpamaan
 Mengembangkan keinginan dari siswa dengan sering menggunakan model lingkaran
belajar atau siklus belajar.

Pendidikan dengan pola konstruktivisme, akan menciptakan pengalaman baru yang


menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk
berfikir dan berfikir ulang lalu mendemonstrasikan. Siswa yang kreatif, akan mudah
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Tentunya ini akan berkaitan pula dengan
kemampuannya menjawab soal-soal ujian akhirnya. NEM akan meningkat, siswa putus
sekolah akan berkurang. Pembelajaran yang berorientasi pada permasalahan yang ada di
lingkungan, dan selalu mengikuti perkembangan, akan memperluas pandangan siswa,
sehingga pengetahuannya tidak terbatas pada apa yang didapat di kelas. Pengetahuannya

17
berkembang sesuai tuntutan zaman, sehingga pada saatnya nanti harus bekerja, aplikasi
ilmunya sesuai dengan apa yang diperlukan saat itu. Lulusan sekolah siap bekerja,
pengangguran akan berkurang.

18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya.

Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang masih
di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena merupakan aliran yang
menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan juga merupakan aliran yang
sempurna. Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001.Ilmu Pendidikan.jakarta:PT Rineka Cipta


Effendi, Mukhlisun.2008.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Nadi Offset

Sholichah, A. S. (2018). TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’


AN. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 7(01), 23-46

Suwarno,wiji.2006.Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan.Yogyakarta:Ar-ruzz media


Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010), cet, 15

20

Anda mungkin juga menyukai