Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ESENSIALISME DALAM


PERSPEKTIF ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Multikultural

Dosen Pengampu Dr. H. Muhammad Anang Firdaus, M.Fil.I

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

MUSLIMIN NIM 161920211120009

FAISAL AMAL NIM 161920211120007


SARIF

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTUR

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

FATTAHUL MULUK PAPUA

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat


serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
“Pemikiran Pendidikan Esensialisme dalam perspektif Islam”. Dengan adanya
suatu tugas makalah, penulis sangat bersyukur karena bisa menambah wawasan
serta pengetahuan faktual.

Trimakasih pula kepada Dosen Mata kuliah Bapak Dr. H. Muhammad


Anang Firdaus, M.Fil.I yang telah memberikan arahan beserta teman-teman
seangkatan, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Walaupun masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, namun penulis berharap agar
makalah ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan baik di dalam kampus atau di
luar kampus.

Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.


Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bai
para pembaca umumnya. Sekian dari penulis mengucapkan banyak terima kasih .

Jayapura

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Aliran Pendidikan Esensialisme............................3

B. Aliran Pendidikan Esensialisme dalam Perspektif Islam.......................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................13

B. Rekomendasi........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran pendidikan esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang

menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Warisan sejarah

yang telah membuktikan kebaikan-kebaikan bagi kehidupan manusia. Aliran ini

juga didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban

umat manusia. Kebudayaan yang telah di wariskan kepada penerusnya hingga

sekarang.1

Disisi lain, aliran esensialisme memiliki pendapat jika pandangan yang

mudah berubah, kurang terarah dan tidak pasti, mudah goyah, timbul karena

pendidikan bertumpu pada dasar pandangan yang fleksibilitas dalam segala

bentuk.2

Esensialisme memandang bahwa kebudayaan moderen dewasa ini terdapat

gejala-gejala penyimpangan dari jalan yang telah ditanamkan oleh kebudayaan

warisan masa lalu. Menurut paham ini, kebudayaan modern sekarang terdapat

kesalahan, yaitu kecendrungannya, bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari

jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan. Fenomena-fenomena

sosial kultural yang tidak diinginkan, hanya dapat diatasi dengan kembali secara

sadar melalui pendidikan. Dalam hal pendidikan, esensialisme menyebutkan

Education as cultura lconservation, yaitu pendidikan sebagai pemeliharaan

kebudayaan.3

1
Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm 160
2
Rizal Mustasyir, Filsafat Analitik: Sejarah Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm 1
3
Muhammad Ichsan Thaib, Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,
Volume 4, No 2 Juli-Desember 2015, hlm 744

1
2

Ditunjang lagi pada era sekarang, pendidikan berlangsung terasa telah

demikian Modern, sehingga berbeda dengan proses pendidikan yang pernah

berlangsung sebelumnya, yaitu suatu masa lampau yang sangat panjang berlalu.

Kenyataan ini tentu tidak dapat terlepaskan dari keterkaitan manusia dengan

perubahan-perubahan atas dasar pengalaman-pengalaman baru yang dilaluinya. 4

Dengan latar belakang di atas penulis akan menganalisis dan mencoba menggali

pengertian dam konsep dasar aliran pendidikan esensialisme serta aliran

pendidikan esensialisme dalam perspektif Islam.


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep dasar aliran pendidikan esensialisme?
2. Bagaimana aliran pendidikan esensialisme dalam perspektif Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan konsep dasar aliran pendidikan esensialisme?
2. Mengetahui aliran pendidikan esensialisme dalam perspektif Islam?

4
Saidah, Pemikiran Esensialisme, Eksistensialisme, Perenalismen, dan Pragmatisme
dalam perspektif Pendidikan Islam, Jurnal al-Asas, Vol. 5, No 2, (Oktober 2020), hlm 17
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Konsep Dasar Aliran Pendidikan Esensialisme

1. Pengertian aliran pendidikan esensialisme


Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential
yang berarti inti atau pokok dari sesuatu, dan isme berarti aliran, mazhab atau
paham.5 Sedangkan, secara terminologi esensialiseme adalah suatu aliran filsafat
yang menginginkan manusia kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang
telah terbukti kebaikan-kebaikannya dalam kehidupan manusia.
Aliran pendidikan esensialisme ini muncul pada awal tahun 1930, dengan
beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Brigger,
Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983, mereka membuat suatu
lembaga yang disebut “The esensialits commite fpr the advanced of American
Education”. Pelopor esensialisme ialah Bagley, seorang guru besar pada “teacher
collage” Columbia University.6
Menurut essensialisme nilai-nilai tertanam dalam warisan budaya atau
sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur
dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan telah teruji
dalam gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Aliran
filsafat pendidikan Essensialisme ini menganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang
baik itu terletak pada warisan-warisan budaya, yang telah membuktikan kebaikan-
kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Filsafat Essensialisme merupakan filsafat pendidikan konservatif yang
dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-

5
Muhammad Ichsan Thaib, Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,
Volume 4, No 2, (Juli-Desember 2015), hlm 733
6
Dahniar, Filsafat Pendidikan Esensialisme, Azkia Volume 15, No 2 (Januari 2021), hlm
163

3
4

sekolah, para essensialisme berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah


menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda dimana
pendidikan harus menanamkan nilai-nilai luhur yang tertata. Aliran esensialisme
merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada
sejak awal peradaban umat manusia. Aliran filsafat ini menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak
membawa kebaikan untuk manusia. Filsafat pendidikan esensialisme merupakan
perpaduan antara ide-ide filsafat idealisme dan realisme. Aliran tersebut akan
tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide, apabila hanya mengambil salah satu
dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua aliran tersebut bersifat elektik,
yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak ada yang melebur menjadi
satu atau tidak melepaskan identitas dan ciri masing- masing.7
2. Konsep Dasar Aliran Pendidikan Esensialisme

Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri utamanya

berbeda dengan progresivisme. Progresif mempunyai pandangan bahwa banyak

hal itu mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan

berkembang. Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam

segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah,

pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.8

Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat demikian ini

dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Berkaitan dengan hal itu

pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan

kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-ailai itu perlu dipilih yang

mempunyai tata yang jelas dan telah teruji oleh waktu.

7
Anwar, Filsafat Pendididkan Islam, (Bandung: 2015), hlm 163
8
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-aliran-esensialisme.html#:~:text=A.%20Latar%20B
elakang%20Munculnya%20Aliran%20Esensialisme.%20Esensialisme%20muncul,serba
%20fleksibel%20dan%20nilai-nilai%20itu%20berubah%20dan%20berkembang.
5

Pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki keterkaitan antara

suatu aspek dengan aspek yang lainnya. Aspek-aspek tersebut meliputi tujuan,

kurikulum, pendidik dan peserta didik.

a. Tujuan Pendidikan.
Tujuan pendidikan dalam aliran esensialisme adalah menyampaikan
warisan budaya dan sejarah melalui pengetahuan yang telah bertahan sepanjang
waktu diikuti oleh keterampilan, dengan demikian pendidikan dapat diketahui
semua orang dan tidak berubah-ubah. Tidak hanya keterampilan saja, tetapi
diikuti juga oleh sikap dan nilai-nilai yang tepat, sehingga dapat membentuk
unsur-unsur inti (esensial) dari sebuah pendidikan.9 Pendidikan esensialisme juga
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang telah memiliki
kejelasan dan tahan lama, sehingga tetap stabil dan nilai-nilai yang terpilih
memiliki tata yang jelas. Tujuan umum dari filsafat pendidikan esensialisme
adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Maka, isi dalam
pendidikan esensialisme mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal
yang berhubungan dengan kehendak manusia.10
b. Kurikulum
Bagi filsafat pendidikan esensialisme, kurikulum merupakan sebuah
miniatur dunia yang dapat dijadikan sebagai alat ukur kebenaran, kenyataan dan
kegunaan. Maka, dalam sejarah perkembangannya, filsafat pendidikan
esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, diantaranya adalah idealisme
dan realisme. Idealisme dalam pendidikan esensialisme merupakan suatu upaya
dalam mengembangkan kepribadian siswa sesuai kebenaran yang berasal dari
sang pencipta. Idealisme modern berpandangan pada aspek spiritual yang
menganggap bahwa realita sama dengan substansi gagasan-gagasan (ide). Dan
9
Helaluddin, Restrukturisasi Pendidikan Berbasis Budaya: Penerapan Teori Esensialisme
di Indonesia, Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume  6, No. 2, (2018), hlm 75-82.
10
M. Yunus Abu Bakar, Problematika Pendidikan Islam di Indonesia, Manajemen dan
Pendidikan IslamVoulume 1, No. 1 (Juli-Desember, 2015), hlm 100.
6

dibalik dunia yang fenomenal ini terdapat jiwa yang tak terbatas, yakni kuasa
Tuhan sebagai pencipta adanya kosmos dan manusia sebagai makhluk yang
berpikir dan berada dibawah kekuasaan Tuhan. Sedangkan realisme dalam
pendidikan esensialisme diartikan sebagai sebuah upaya untuk dapat mengarahkan
siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan. Sebagai salah satu eksponen dari
esensialisme, realisme modern menitikberatkan tujuannya pada alam dan dunia
fisik.11 Sebagai sebuah aliran yang membentuk corak esensialisme, kedua aliran
ini bersifat elektrik, yakni saling mendukung antara satu dengan yang lainnya,
tidak melebur menjadi satu dan tidak saling menghilangkan identitas masing-
masing aliran.
Bogoslousky menegaskan, agar kurikulum dapat terhindar dari adanya
pemisahan mata pelajaran antara satu dengan yang lainnya, maka kurikulum dapat
diibaratkan sebagai sebuah rumah yang terdiri dari empat komponen, sebagai
berikut.
1. Universum, yakni menjadikan pengetahuan sebagai latar belakang adanya

manifestasi kehidupan manusia yang terdiri dari kekuatan alam, asal usul tata

surya, dan lain-lain. Maka, dapat dipahami bahwa basis dari pengetahuan

adalah ilmu alam yang diperluas.

2. Sivilisasi, merupakan sebuah karya yang dihasilkan oleh manusia sebagai

akibat dari kehidupan masyarakat. Dengan adanya sivilisasi, manusia dapat

mengawasi lingkungan sekitarnya, sehingga dapat hidup dengan aman dan

sejahtera.

3. Kebudayaan, merupakan sebuah karya yang dihasilkan manusia yang

mencakup kesenian, kesusastraan, agama, filsafat dan penilaian mengenai

lingkungannya.

11
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip dan Dasar
Pengembangan, Inspiratif Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm 110.
7

4. Kepribadian merupakan sebuah bagian yang bertujuan untuk membentuk

kepribadian yang ideal.12


Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat difahami bahwa
kurikulum dalam filsafat pendidikan esensialisme diibaratkan seperti balok-balok
yang tersusun secara teratur, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks. Sehingga, apabila kurikulum disusun atas dasar pikiran, maka
pendidikan dapat berjalan dengan harmonis. Sehingga peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan dapat berfungsi sesuai dengan prinsip- prinsip dan
kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
c. Pendidik
Bagi aliran filsafat pendidikan esensialisme, pendidikan berpusat pada
seorang pendidik atau guru. Guru merupakan seorang yang lebih mengetahui dan
menguasai pengetahuan jika dibandingkan dengan peseta didiknya. Guru
memegang posisi tertinggi dalam dunia pendidikan, maka dalam filsafat
pendidikan esensialisme ruang kelas sepenuhnya ada dalam pengaruh dan
kekuasaan seorang guru. Tugas seorang guru tidak hanya sebagai seorang yang
harus membekali dirinya dengan banyak pengetahuan saja, akan tetapi juga perlu
melengkapi dirinya dengan skill dalam menyampaikan materi dengan baik kepada
peserta didiknya. Dengan adanya skill yang dimiliki oleh seorang guru, maka akan
dapat memantik minat belajar siswa yang cukup tinggi. Karenanya, filsafat
pendidikan esensialisme menekankan otoritas seorang guru dalam menyampaikan
pengetahuan yang dimilikinya serta nilai- nilai pokok yang ada dalam kurikulum.
Sehingga guru menjadi seorang figure yang dalam pendidikan esensialisme secara
keseluruhan berpusat pada dirinya dalam melestarikan dan mentransmisikan ilmu
kepada para peserta didik dan generasi selanjutnya melalui budaya dan sejarah,
hikmah dan pengetahuan.13
12
Abu Bakar, Filsafat Pendidikan Islam., hlm 174
13
Almi Novita dan Yunus Abu Bakar, Dirasat: Manajemen dan Pendidikan Islam,
Volume 7, No 1, (Juni 2021), hlm 16.
8

d. Peserta Didik.
Dalam filsafat esensialisme, fokus utama dalam proses belajar adalah
membentuk intelektualitas peserta didik. Siswa didorong untuk dapat berpikir
secara jelas dan logis. Sesuai dengan tujuan dari pendidikan esensialisme, yakni
menginginkan peserta didiknya untuk dapat menguasai disiplin-disiplin dasar
subjek pengetahuan sebagai upaya dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masyarakat sekitar. Maka, tujuan
utama dari filsafat esensialisme bagi peserta didik adalah mempersiapkan peserta
didiknya dalam bermasyarakat dan beradab.
Filsafat esensialisme berpandangan bahwa ditengah perubahan dan
keanekaragaman yang terjadi di dunia ini, terdapat pokok utama dalam bidang
pendidikan yang bersifat tetap. Misalnya, seorang anak (peserta didik) harus tetap
mempelajari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan menjadikan pendidikan
agama sebagai nilai pokok tertinggi dalam dunia pendidikan dibandingkan dengan
partisipasi naturalis, sehingga tidak muncul keraguan terhadap hal-hal yang
esensial (mendasar).14
Disebutkan oleh Yunus dalam karyanya, esensialisme juga memimiliki
prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:15
a. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, karena pendidikan tidak
begitu saja timbul dari dalam diri peserta didik.
b. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada pendidik bukan peserta didik.
c. Inisiatif proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, Metode-metode tradisional yang berkaitan
dengan disiplin mental merupakan metode-motede yang diutamakan dalam
proses pendidikan di sekolah.

14
Ibid., hlm 17
15
A. Yunus, Telaah Aliran Pendidikan Progrevisme dan Esensialisme dalam perspektif
Filsafat Pendidikan Islam, Volume 2, No 1, (Januari 2016), hlm 37
9

d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang berkaitan


dengan disiplin mental.
e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
Dengan demikian, pendidikan yang berlandaskan aliran esensialisme
berusaha mengenal potensi peserta didik untuk dikembangkan melalui upaya
lembaga pendidikan secara sitemik. Dalam hal ini peserta didik didorong untuk
belajar sendiri dengan bimbingan dan arahan guru, sedangkan metode tradisional
digunakan sebagai upaya pembentukan mental peserta didik melalui internalisasi
nilai-nilai budaya yang telah mengakar di masyarakat di mana sekolah itu berada,
dalam arti bahwa proses pendidikan beserta pembentukan mental peserta didik
tidak terlepas dari budaya yang telah teruji dan terbukti unggul di masyarakat.
B. Aliran Pendidikan Esensialisme dalam Perspektif Islam
Pada hakikatnya, dasar dan tujuan dari pendidikan Islam identik dengan
tujuan dari ajaran Islam itu sendiri, berasal dari sumber utamanya yakni al-Qur’an
dan Hadits. Terdapat beberapa pandangan yang perlu diperhatikan mengenai
konsep pendidikan esensialisme dalam pandangan filsafat pendidikan Islam,
diantaranya adalah pandangan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga
pandangan ini dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam pengembangan pendidikan
Islam.
1. Pandangan Ontologi Esensialisme.
Ontologi esensialisme merupakan sebuah konsep pendidikan yang
menjelaskan bahwa alam ini diatur oleh tata yang pasti dan tiada cela. Maka
bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia harus disesuaikan dengan tata alam
yang ada. Dalam hal ini, filsafat pendidikan Islam berpandangan pada konsep the
creature of God, dimana Allah SWT sebagai sang pencipta alam semesta telah
mengatur seluruh alam beserta seluruh ciptaan-Nya. Maka, secara luas dapat kita
pahami bahwa filsafat pendidikan Islam telah menguasai seluruh aspek dalam
10

pendidikan dengan Tuhan (Allah SWT) sebagai sang pencipta, manusia sebagai
ciptaan-Nya, dan Rasul sebagai penghubung antara khalik dengan makhluk-Nya. 16
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

           
Terjemahanya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (Q.S As-Sajdah/32:7)17

Dapat disimpulkan bahwa Allah SWT pencipta semua makhluk dan segala
sesuatu. Seperti malaikat, jin, manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari,
bulan, bintang dan segala yang ada di alam ini, Allah SWT menciptakan setiap
makhluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dengan ukuran
yang paling tepat.

Penjelasan berikutnya bahwa yang menjadikan dasar dalam esensialisme


dapat tertulis sebagai berikut:

“Nature is a primary self-evident reality, a starting point in


philosophizing… The primary qualities of experience exist in the physical
world… There is something which produces my sensations and
perceptions… which can not be known to be mental in character… Mind is
like a mirror receiving images from the physical world… The mind of child
is similar to a blank sheet of paper upon which the world proceeds to write
its impressions18
Kemudian ide pokok ontologis yang dijadikan dasar pada aliran
esensialisme tercermin dalam kutipan sebagai berikut:

“Ultimate reality is of the same substance as ideas… Behind the


phenomenal world is an infinite Spirit which is both substructure and
creator of the cosmos… The existence of God is made necessary by certain
factors in selfhood… The self is the prime reality… Man as a thinking
being is a part of God… By examining his own ideas and testing their

16
Abu Bakar, Filsafat Pendidikan Islam., hlm 175
17
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul, 2004), hlm
415
18
Sembodo Ardi Widodo, Pendidikan Dalam Perspektif Aliran-aliran Filsafat,
(Yogyakarta: Idea Press, 2015), hlm 99
11

consistency, man can achieve truth… The self reads meaning and unity
into the objective world”19
2. Pandangan Epistemologi Esensialisme.
Epistemologi esensialisme merupakan teori kepribadian manusia sebagai
refleksi Tuhan. Karena jika rasionya mampu memikirkan kesemestaannya, maka
manusia akan menyadari realitanya sebagai mikrokosmos. Berdasarkan hal inilah,
manusia dapat memproduksi pengetahuannya secara tepat mengenai benda-benda,
ilmu alam, sosial, biologi dan agama. Filsafat pendidikan Islam, memberikan
pandangan yang lebih luas mengenai hal ini. Sebagaimana disebutkan dalam al-
Qur’an sebagai berikut:

‫ااْل ِيْ َم ُان‬ ‫َو َك ٰذكِل َ َا ْو َح ْينَ ٓا ِالَ ْي َك ُر ْو ًح ا ِّم ْن َا ْم ِراَن ۗ َم ا ُك ْن َت تَ ْد ِر ْي َم ا ْال ِك ٰت ُب َواَل‬
‫رِص َ ٍاط‬ ‫َو ٰل ِك ْن َج َعلْ ٰن ُه ن ُ ْو ًرا هَّن ْ ِد ْي ِب ٖه َم ْن ن َّ َش ۤا ُء ِم ْن ِع َبا ِداَن َۗو ِان ََّك لَهَت ْ ِد ْ ٓي ِاىٰل‬
ٍ ۙ ‫ُّم ْس َت ِقمْي‬
Terjemahnya:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-
Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui
apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-
Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-
benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus, (Q.S. Asy-
Syu’ara/26: 52)20

Melalui ayat tersebut dapat kita pahami bahwa al-Qur’an diturunkan


sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk menuju ke arah yang lurus. Dan yang
menjadi dasar pandangan epistemologi esensialisme dalam pendidikan Islam
terletak pada pengetahuan manusia yang memandang pengetahuan sebagai sebuah
potensi yang dimiliki manusia yang terbentuk berdasarkan kemampuan nalar,
kadar dan tingkatan yang berbeda karena disesuaikan dengan obyeknya.21

19
Ibid., hlm 99
20
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul, 2015), hlm
489
21
Op. Cit., hlm 176.
12

3. Pandangan Aksiologi Esensialisme.


Pandangan aksiologi dipengaruhi oleh pandangan ontologi dan
epistemologi. Pandangan aksiologi beraggapan bahwa nilai-nilai dalam aliran ini
berasal dari pandangan idealisme dan realisme, karena pada dasarnya aliran
esensialisme terbentuk melalui kedua aliran tersebut. Filsafat pendidikan Islam,
memandang aksiologi sebagai sebuah prinsip penting yang mengandung nilai
praktis dalam bidang pendidikan, yakni mengenai keyakinannya yang memaknai
akhlak sebagai sebuah aspek terpenting dalam hidup. Karena akhlak tidak hanya
terbatas antar manusia saja, melainkan juga antara manusia dengan sang pencipta
(Allah SWT). Maka, inti dari konsep ini adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat.22

Aliran pemdidikan esensialisme juga memiliki ciri-ciri sebagaimana yang


di sebutkan oleh Wiliam C. Bagley sebagai berikut:23

a. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian Bukan karena dorongan dari
dalam diri siswa.
b. Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang dewasa adalah melekat dalam
masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada
spesies manusia.
c. Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan
pendidikan, maka mengakkan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut. Dikalangan individu ataupun bangsa,
kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan suatu yang yang dicapai
melalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.

22
Ibid., hlm 176-177.
23
Dahniar, Filsafat Pendidikan Esensialisme, Azkia Volume 15, No 2 (Januari 2021), hlm
166
13

d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan,


sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah
teori yang lemah.
Adapun aliran pendidikan Esensialisme memiliki kelebihan dan
kelemahan, diantaranya:24

a. Kelebihan pendidikan esensialisme


1. Suatu ide atau gagasan manusia bersumber dari Allah SWT.
2. Memberikan dasar pendidikan yang fleksibilitas, artinya bahwa
memberikan keterbukaan terhadap perubahan dan toleran tidak terikat
dengan doktrin tertentu.
3. Pendidikan berpijak pada nilai kestabilan.
4. Peran guru sebagai model yang baik untuk digugu dan ditiru.
b. Kelemahan pendidikan esensialisme
1. Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan
adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan.
2. Para pemikir esensialisme umumnya berpendapat filsafat yang berbeda,
bahkan memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran IPA, teknik dan
kejuruan lah penting diperlukan siswa agar memberi konstribusi pada
masyarakat.
3. Inisiatif hanya ditekankan pada pendidik semata, bukan pada peserta didik.

24
Nurul Aulia Fadilah, Aliran Esensialisme dan Tokoh-tokoh Filsifnya,
https://www.kompasiana.com/nurulauliaf/ di akses pada Selasa, 05 Oktober 2021, pukul 12.30
WIT.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Esensialisme adalah suatu aliran pendidikan yang mengingginkan
manusia kembali kepada kebudayan-kebudayaan lama yang telah terbukti
kebenarannya. Adapun konsep aliran pendidikan esensialisme
diantaranya; tujuan pendidikan, kurikumlum, pendidik, dan peserta didik.
2. Aliran pendidikan esensialisme dalam perspektif Islam dapat dilihat
dalam tiga pandangan diantaranya; 1) pandangan Ontologi, 2) pandangan
epistemology, dan 3) pandangan aksiologi. Dimana ketiga-tiganya saling
keterkaitan dan saling menopang satu sama lainnya.

B. Rekomendasi
Penulis berharap, penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan penulis khususnya, serta penulis memberikan rekomendasi, bahwa
makalah ini membutuhkan penjelasan lebih mendalam terkait dengan pandangan-
pandangan esensialiseme agar terkupas jelas aliran pendidikan esensialisme
dalam perspektif Islam seperti bagaimana.

15
DAFTAR PUSTAKA

A. Yunus, Telaah Aliran Pendidikan Progrevisme dan Esensialisme dalam


perspektif Filsafat Pendidikan Islam, Volume 2, No 1, Januari 2016.

Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam: Prinsip dan Dasar


Pengembangan, Inspiratif Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Almi Novita dan Yunus Abu Bakar, Dirasat: Manajemen dan Pendidikan Islam,
Volume 7, No 1, Juni 2021.

Anwar, Filsafat Pendididkan Islam, Bandung: Idea Preaa, 2015.

Dahniar, Filsafat Pendidikan Esensialisme, Azkia Volume 15, No 2, Januari 2021.

Helaluddin, Restrukturisasi Pendidikan Berbasis Budaya: Penerapan Teori


Esensialisme di Indonesia, Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume
6, No. 2, 2018.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Jumanatul,


2015.

M. Yunus Abu Bakar, Problematika Pendidikan Islam di Indonesia, Manajemen


dan Pendidikan IslamVoulume 1, No. 1, Juli-Desember, 2015.

Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2015.

Muhammad Ichsan Thaib, Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan


Islam, Volume 4, No 2 Juli-Desember 2015.

Muhammad Ichsan Thaib, Esensialisme Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan


Islam, Volume 4, No 2, Juli-Desember 2015.

Rizal Mustasyir, Filsafat Analitik: Sejarah Perkembangan, dan Peranan Para


Tokohnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Saidah, Pemikiran Esensialisme, Eksistensialisme, Perenalismen, dan


Pragmatisme dalam perspektif Pendidikan Islam, Jurnal al-Asas, Vol. 5, No
2, Oktober 2020.

Sembodo Ardi Widodo, Pendidikan Dalam Perspektif Aliran-aliran Filsafat,


Yogyakarta: Idea Press, 2015.

16
Nurul Aulia Fadilah, Aliran Esensialisme dan Tokoh-tokoh Filsifnya,
https://www.kompasiana.com/nurulauliaf/ di akses pada Selasa, 05 Oktober
2021, pukul 12.30 WIT.

17

Anda mungkin juga menyukai