Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN


Untuk memenuhi salah satu tugas

Logic and educational philosopy

Dosen: Dr.Buhari,S.Pd.,M.pd.

Di susun oleh :
Noraziah Binti Mohamad
NIM: 0910580523023
Prodi Bahasa Inggris

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu
terhadap tugas ini, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan
rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini,
Dr.Buhari,S.Pd.,M.pd.
3. Teman-teman dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo'a semoga amal dan jerih
payah mereka menjadi amal sholeh di mata Allah SWT.Amin

Saya sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari
itu sayamengharap kritik dan saran yang membangun demi kelancaran makalah ini dan
selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya pada seluruh pembaca.
Amin Yaa Robbal *Alamin.
ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………….i
Kata Pengantar……………………………………….ii
Daftar Isi……………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………….1
C. Tujuan Masalah……………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
PANDANGAN ESENSIALISME DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Esensialisme………………………………………2
B. Pandangan Esensialisme Dalam Pendidikan ………………………………………3-6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA
iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendap bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Menurut
para esensialis, dalam dunia pendidikan fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menimbulkan
pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu. Sehingga
menyebabkan pendidikan kehilangan arah. Dengan demikian pendidikan harus bersendikan pada
nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas yaitu nilai yang memiliki tata yang jelas dan telah
teruji oleh waktu. Prinsip esensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-nilai
yang esensial dan bersifat menuntun.

Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur'an dan al-Hadist sejak awal
telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan. Langkah yang ditempuh Al-Qur'an ini
ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui jelas
bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan serta ketertindasan menjadi merdeka,
dan seterusnya.

Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengertian Esensialisme dan pandangan serta
penerapan esensialisme dalam pendidikan yang meliputi, pandangan esensialisme belajar,
kurikulum, peranan sekolah, penilaian kebudayaan pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian Esnsialisme?
2. Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Esensialisme.
2. Untuk mengetahui pandangan esensialisme dalam pendidikan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Esensialisme
Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok
dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme
ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kata esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi
berarti hakiakat, inti, dasar. Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu, sangat
berpengaruh.
Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti
William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada tahun 1983
mereka membentuk suatu lembaga yang disebut "The esensialist commite for the advanced of
American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar pada
“teacher college,” Columbia University, ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance. Esensialisme dikenal sebagai gerakan
pendidikan dan juga sebagai aliran filsafat pendidikan. Esensialisme berusaha mencari dan
mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau unsur mutlak yang
menentukan keberadaan sesuatu. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar
pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga
memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup
yang mengarah pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik. Selain itu juga diwarnai oleh
pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua
aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan
tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian
Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme,
karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam
pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme
mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan
menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Imam
Barnadib (1981), menyebutkan bebrapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran
esensialisme, yaitu: Desiderius Erasmus, John Locke (1632-1704), Johann Friedrich Herbert
(1776 – 1841), Johan Henrich Pestalozzi (1746-1827), William T. Harris (1835-1909).

2
Dalam rangka mempertahankan pahamnya, tokoh-tokoh esensialisme mendirikan suatu
organisasi yang bernama ‘Essentialist Commitee for the Advancemen’ pada tahun 1930. Melalui
organisasinya inilah pandangan-pandangan esensialisme dikembangkan dalam dunia pendidikan.
Sebagaiman telah disinggung dimuka bahwa esensialisme mempunyai pandangan yang
dipengaruhi oleh paham idealisme dan realisme, maka konsep-konsepnya tentang pendidikan
sedikit banyak ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme.

Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak zaman awal peradaban umat manusia, kebudayaan yang mereka wariskan kepada
kita hingga sekarang, telah teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan, demikian ialah
esensial yang mampu pula mengembangkan masa sekarang dan masa depan umat manusia.
Dengan artian esensialisme ingin kembali ke masa dimana nila-nilai kebudayaan itu masih tetap
terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam ajaran para filosof, ahli pengetahuan yang agung, yang
ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka kekal.

B. Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan


Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan
akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka dalam
sejarah perkembangannya kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum, seperti
pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di
masyarakat.
Fungsi utama sekolah adalah untuk membina suatu tempat refrensi untuk anak didik
dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan trsdisi yang sudah berkembang sedemikian rupa.
Sekolah tinggal merealisasikannya, mengadakan seleksi dan menentukan apa yang sebenarnya
baik dan benar untuk dipelajari anak didik.

1.Pandangan dan Penerapan Esensialisme Dalam Bidang Pendidikan


a. Pandangan esensialisme mengenai belajar
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia
obyektif. Dengan mengambil landasan fikir, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang
berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan
diri sendiri. Belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial
angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada angkatan
berikutnya
Dengan demikian 3 pandangan-pandangan
realisme mencerminkan adanya dua jenis, yaitu
determinasi mutlak dan determinasi terbatas. Determinisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar
adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang
bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat
tercipta suasana hidup yang harmonis. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya
sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di
dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan
akan pengawas yang diperlukan.

b. Pandangan Esensialisme Mengenai Kurikulum


Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah
berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu bersendikan
alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang
ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba
baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan
sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan
sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu
kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan dan sikap yang berlaku di dalam
kebudayaaan yang demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada
urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.
c. Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta
membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina
kemampuan penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan
pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan.
d. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.

4
1. Metode Pendidikan
Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered). Umumnya diyakini bahwa pelajar
tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar. Oleh
karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan memusatkan diri pada
penggunaan metode-metode tradisional yang tepat. Metode utama adalah latihan mental,
misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan penguasan pengetahuan, misalnya
melalui penyampaian informasi dan membaca.

1. Kurikulum
Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik
yang pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada
perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan
sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar
utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna. Studi yang ketat
tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran pelajar, dan pada saat yang
sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan
konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.

3.Pelajar
Siswa adalah makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan
pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab
atas pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut
hasil belajar siswa.

4.Pengajar
Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas. Guru
berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan
atau gagasan-gagasan.
5

2. Prinsip – prinsip Pendidikan Esensialisme


a. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan
menekankan pentingnya prinsip disiplin.
b. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
c. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
d. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
e. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena
dianggap tuntunan demokrasi yang nyata.
6

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni essential (inti atau pokok dari sesuatu),
dan isme berarti aliran, mazhab atau paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran
yang lahir dari perkawinan dua aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism. Menurut Kamus
Bahasa Indonesia Kata esensialisme terdiri dari dua kata yaitu esensi berarti hakiakat, inti, dasar.
Dan ditambahkan menjadi esensial yang berarti sangat perlu, sangat berpengaruh. Aliran
Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama. Dasar
dari aliran Esensialisme ini adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup
yang mengarah pada keduniawian yang ilmiah dan materialistik.tujuan dari pada pendidikan
yang hendak dicapai oleh para ahli adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup
bahagia demi kebaikan hidupnya sendiri. Tujuan umum aliran Esensialisme adalah membentuk
pribadi bahagia dumia dan akhirat, dan isi penndidikannya mencakup ilmu pengetahuan,
kesenian, dan segala hal yang mengrah pada kehendak manusia.
2. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan
akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Pandangan
esensialisme dalam pendidikan meliputi, pandangan esensialisme mengenai belajar, kurikulum,
peranan sekolah, penilaian kebudayaan, teori pendidikan dan prinsip sekolah esensialisme yang
semuanya saling berkaitan.
7

DAFTAR PUSTAKA

Santoso. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. 2012. Jakarta: Pustaka Agung Harapan.
Shofiorenza. Filsafat Pendidikan Esensialisme. dalam
http://shofiorenza.blogspot.com/2010/11/filsafat-pendidikan esensialisme.html,diunggah pada
Minggu 07 November 2010.

Zuharini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam. 1992. Jakarta: Bumi Aksara.

Anan-nur. Filsafat Pendidikan Essensialisme. dalam


http://anan-nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html.diunggah pada
Sabtu 24 Maret 2012.

As Said, Muhammad. Filsafat Pendidikan Islam. 2011. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Afidburhanudin. Filsafat Esensialisme Dalam Pendidikan. dalam


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/,
diunggah pada Kamis 07 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai