Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALIRAN ESENSIALISME

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Dr. Abdul Khobir, M.Ag.

Disusun oleh:

1. Ahmad Khotib Al Chariz (2121116)

2. Putri Intan Maulidya (2121126)

3. Atina Khusna (2121132)

Kelas C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “ALIRAN ESENSIALISME” yang telah kami susun semaksimal
mungkin agar pembaca dapat mendapatkan pelajaran, informasi, dan manfaat
yang bisa kita terapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah


Filsafat Pendidikan Islam. Kami ucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Dr.
Abdul Khobir, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang
telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.

Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah


pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat bagi kami sendiri maupun pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik segi susunan
kalimat, tata bahasa maupun pengetahuan kami dalam makalah ini. Oleh karena
itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
lebih baiknya kinerja kami dalam kedepannya

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang Munculnya Aliran Esensialisme...............................................3
B. Hakikat Aliran Esensialisme...............................................................................3
C. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme.......................................................................5
D. Pandangan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Esensialisme.......................6
E. Prinsip-prinsip Pendidikan Esensialisme...........................................................8
F. Prinsip-prinsip Kurikulum Esensialisme...........................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
A. Simpulan.............................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah adasejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalammemberikan
dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka
untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-
nilai yang memiliki kejelasan dan tahanlama yang memberikan kestabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme
adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi
satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-
konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itutimbul pada zaman itu,
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Pada
makalah ini, kita akan membahas secara lebih rinci tentang aliran esensialisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang munculnya aliran esensialisme?
2. Apa hakikat aliran esensialisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran esensialisme?
4. Bagaimana pandangan Ontologi, Epstemologi dan Aksiologi Esensialisme?
5. Apa saja prinsip dalam Pendidikan Esensialisme?
6. Apa saja prinsip dalam kurikulum esensialisme?
C. Tujuan

1
1. Bagaimana latar belakang munculnya aliran esensialisme?
2. Apa hakikat aliran esensialisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran esensialisme?
4. Bagaimana pandangan Ontologi, Epstemologi dan Aksiologi Esensialisme?
5. Apa saja prinsip dalam Pendidikan Esensialisme?
6. Apa saja prinsip dalam Kurikulum Esesnsialisme?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Munculnya Aliran Esensialisme


Esensialisme muncul pada zaman Renaissans, dengan ciri-ciri utamanya
yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan ini terutama dalam
memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibelitas
serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterikatan dengan
doktrin tertentu. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada landasan
demikian mudah goyah dan kurang terarah. Oleh sebab itu esensialisme
berpandangan bahwa pendidikan hendaknya berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah
yang jelas.1
Esensialisme tidak memiliki organisasi dan tidak pula merupakan suatu
gerakan, melainkan mereka memprotes terhadap progresivisme. Namun dalam
mengadakan protesnya tersebut, esensialisme tidak menolak atau menentang
progresivisme secara keseluruhan, ada beberapa aspek yang prinsipil tidak
dapat diterimanya.2

B. Hakikat Aliran Esensialisme


Aliran Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada
kebudayaan-kebudayaan lama warisan sejarah yang telah membuktikan
kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. 3
Esensialisme didasari atas
pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah
pada keduniawian, serba ilmiah dan materialistik, selain itu juga diwarnai oleh

1
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 25.
2
Burhanudin Salam, Pengantar Pedagogik Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), hlm. 57.
3
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 260.

3
pandangan-pandangan dari penganut aliran idealisme dan realisme. 4

Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai


kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Kebudayaan
yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang telah teruji oleh segala
zaman kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian ialah esensia yang mampu
pula mengemban hari kini masa depan dan umat manusia.5
Esensialisme merupakan perpaduan ide-ide filsafat idealisme dan
realisme. Dan praktik-praktik filsafat pendidikan Esensialisme dengan demikian
menjadi lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak
dari salah satu aliran yang ia sintesakan itu. Demikian pula pandangan
Esensialisme tentang ide-ide modern aliran ini lebih bersifat netral atau lebih
tepat dikatakan aliran yang juga mensintesakan ide-ide abad tengah yang
dogmatis religius dengan ide ide Renaissans yang sekuler. Esensialisme
menterjemahkan ide-ide mereka, yang telah men sintesakan itu dalam dunia
pendidikan karena meyakini kebaikan masing-masing konsepsi.
Dalam rangka mempertahankan pahamnya itu, khususnya dari persaingan
dengan paham Progresivisme, tokoh Esensialisme mendirikan suatu organisasi
yang bernama Essentialist Committe For The Advancement of Education pada
tahun 1930. Melalui organisasinya inilah pandangan-pandangan Esensialisme
dikembangkan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana telah disinggung dimuka
bahwa esensialisme mempunyai pandangan yang dipengaruhi oleh paham
idealisme dan realisme maka konsep-konsepnya tentang pendidikan sedikit
banyak diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan realisme.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian
dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum
sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa
dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Dengan
demikian peranan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan menjadi berhasil
guna dan berdaya

4
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. 25.
5
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan…, hlm. 260.

4
guna sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial. 6
Dalam sejarah
perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada di masyarakat.

C. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme


1. Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan
permulaan abad 16 yang merupakan tokoh pertama yang menolak
pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar
kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga
bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2. Johan Amos Comenius yang hidup di seputar tahun 1592-1670 adalah
seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis. Comenius
berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai
dengan kehendak Tuhan. Karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan
bertujuan.
3. John Locke tokoh dari Inggris yang hidup pada tahun 1746 1827 sebagai
pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat
dengan situasi dan kondisi.
4. Johann Henrich Pestalozzi hidup pada tahun 1946-1827 Pestalozzi
mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia,
sehingga pada diri manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya,
selain itu manusia juga mempunyai hubungan transendental langsung
dengan Tuhannya.
5. Johann Friederich Frobel (1782-1852). Berkeyakinan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini sehingga
manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam. Terhadap
pendidikan Frobel memandang anak sebagai makhluk yang berekspresi

6
M. Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Malang: Bayu Media, 2004), hlm. 185.

5
kreatif karenanya tugas pendidikan adalah memimpin anak ke arah
kesadaran diri yang murni selaras dengan fitrah kejadiannya.
6. Johann Friederich Herbert (1776-1841). Sebagai salah seorang murid
Emanuel Kant, Herbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang mutlak dalam arti
penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut
proses pencapaian tujuan pendidikan oleh Herbert sebagai pengajaran yang
mendidik.
7. William T Harris tokoh dari Amerika Serikat (1835-1909). Tugas
pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan
susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual. Kedudukan sekolah
adalah sebagai lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun
temurun dan menjadi panutan penyesuaian diri kepada masyarakat.7

D. Pandangan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Esensialisme


1. Pandangan Ontologi Esensialisme
a. Sintesa ide idealisme dan realisme tentang hakikat realitas berarti
Esensialisme mengakui adanya realita obyektif di samping konsep-
konsep pre-determinasi, supernatural dan transcendental.
b. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern
baik phisika maupun biologi. Karena itu realitas menurut analisa ilmiah
tersebut dapat dihayati dan diterima. oleh Esensialisme. Konsekuensi
asas di atas ini maka baginya ialah bahwa semesta ini merupakan satu
kesatuan yang mekanis menurut hukum alam obyektif (kausalitas).
Manusia adalah bagian alam semesta dan terlibat tunduk pada hukum
alam. Esensialisme menganggap realita manusia, alam semesta dan
kebudayaan adalah realita yang integral semuanya berada dalam antar
hubungan dan dalam proses evolusi perubahan menuju kesempurnaan.

7
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. 25-26.

6
c. Penafsiran spiritual atas sejarah. Teori filsafat Hegel yang mensintesakan
science dengan religi dalam kosmologi berarti sebagai interpretasi
spiritual atas sejarah perkembangan realita semesta. Walaupun Hegel
hidup lebih dulu dari Darwin, namun Hegel telah melihat adanya
perjuangan eksistensi dari semua realita. Hegel menekankan adanya
proses perubahan yang terus menerus dalam makna sejarah. Tetapi teori
ini pada hakikatnya sama dengan analisa ilmiah tentang evolusi segala
sesuatu.
d. Faham Makrokosmos dan Mikrokosmos. Makrokosmos ialah
keseluruhan semesta raya dalam suatu design dan kesatuan menurut teori
kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal (individu tersendiri), suatu
fakta yang tepisah dari keseluruhan itu, baik pada tingkat umumnya
pribadi manusia ataupun lembaga tetapi mikrokosmos ini sesungguhnya
pola design dan totalitasnya sama dengan makrokosmos. Hanya berbeda
dalam skala ukuran. Misalnya sistem matahari yang amat besar pada
hakikatnya sama dengan sistem atom yang amat kecil. Tata susunan
surya itu (solar system) dimana ada peredaran planet-planet, demikian
pula sistem atom yang mengalami gerak (edaran) elektron dan proton
atau nucleus. Realita demikian dapat dipakai idealisme untuk
menjelaskan afinitas (hubungan) Tuhan dengan manusia. Jika manusia
tak mampu memahami hukum universal dari makrokosmos, maka
sesungguhnya manusia akan dapat memahaminya melalui mikrokosmos,
yakni realita dirinya sendiri.
2. Pandangan Epistemologi Esensialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan
untuk mengerti epistimologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu
menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam makrokosmos, maka
manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu
memikirkan kesemestaan itu.. Dan berdasarkan kualitas itulah dia
mereproduksi secara tepat pengetahuannya dalam bidang-bidang ilmu alam,

7
biologi, sosial, estetika, dan agama. Generalisasi di atas secara keseluruhan
adalah pola pelaksanaan asas pandangan idealisme dan realisme.8
3. Pandangan Aksiologi Esensialisme
Pandangan esensialisme tentang nilai didasarkan pada filsafat
realisme dan idealisme. Menurut realisme kualitas nilai tidak bisa ditentukan
melalui konsepsi terlebih dahulu, melainkan tergantung kepada penghayatan
dan sikap subyek terhadap suatu keadaan. Sebagai contoh apabila subyek
mengadakan penghayatan terhadap suatu komposisi warna, maka ia
menggunakan kombinasi warna yang dapat menimbulkan kesan yang baik,
apabila sesuai dengan fungsi pembawaan komponen yang ada. Selain itu,
sikap dan ekspresi seseorang juga akan mempunyai hubungan dengan
kualitas baik dan buruk. Misalkan orang yang berpakaian serba formal
dalam acara yang membutuhkan suasana tenang, haruslah bersikap formal
dan teratur9 (Imam Barnadib, 1994: 50).

E. Prinsip-prinsip Pendidikan Esensialisme


1. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan kadang kadang dapat
menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin.
Terhadap pandangan progre sivisme yang menekankan minat pribadi,
mereka mene rimanya sebagai konsep untuk berbuat namun minat yang
paling tinggi dan dapat lebih bertahan tidak diperoleh sejak awal atau
sebelum belajar namun timbul melalui usaha keras.
2. Inisatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik (guru) bukan
pada anak. Peranan guru dalam menjembatani antara dunia orang dewasa
dengan dunia anak. Guru telah disiapkan secara khusus untuk melaksanakan
tugas di atas sehingga guru lebih berhak membimbing murid muridnya.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah
ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh

8
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan…, hlm. 263-266.
9
Sutari Imam Barnadib Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode (Yogyakarta. Ofset, 1997),
hlm. 50.

8
guru. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu
merealisasikan potensialitasnya tetapi realisasinya harus berlangsung dalam
dunia yang bebas dari perorangan. Karena itu sekolah yang baik adalah
sekolah yang berpusat kepada masyarakat atau "Society Centered School"
sebab kebutuhan dan minat sosial diutamakan. Minat individu di hargai
namun di arahkan agar siswa tidak menjadi orang yang mementingkan diri
sendiri(egoistis selfish).
4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan
dengan disiplin mental. Esensialisme mengakui bahwa metode pemecahan
masalah "Problem Soving" ada faedahnya, namun bukan suatu prosedur
untuk melaksanakan bagi seluruh proses belajar.
5. Tujuan akhir dari pendidikan ialah untuk meningkatkan kesejahteraan
umum, karena dianggap merupakan tuntunan demokrasi yang nyata.10

F. Prinsip-prinsip Kurikulum Esensialisme


Para tokoh idealisme memandang bahwa pelaksanaan pendidikan
hendaknya didasarkan pada kurikulum yang mempunyai landasan idiil dan
organisasi yang kuat. Menurut H. Horne hendaknya kurikulum itu berasaskan
pada fondasi tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat
yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dengan keadaan yang
serba baik. Kurikulum dalam pandangan esensialisme hendaknya merupakan
kurikulum yang terintegrasi dan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lain tidak boleh dipisahkan, kurikulum dapat diumpamakan
sebagai bangunan rumah yang mempunyai empat bagian:
1. Universum
Pengetahuan adalah merupakan kekuatan manifestasi hidup manusia.
Diantarannya adalah kekuatan-kekuatan alam, asal usul tata surya dan lain-
lain. Dasar pengetahuan ini adalah alam kodrat yang diperluas.
2. Sivilisasi

10
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 163-
164. Burhanudin Salam, Pengantar Pedagogik…, hlm. 58-59.

9
Hasil karya manusia yang diperoleh dari kehidupan yang ada dalam
masyarakat. Dengan sivilisasi manusia dapat mengadakan pengawasan
terhadap lingkungan, mengejar kebutuhan, dan hidup aman dan sejahtera.
3. Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang terdiri dari filsafat,
kesenian, kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai
lingkungan.
4. Kepribadian
Bagian yang membentuk kepribadian yang riil yang tidak
bertentangan dengan kepribadian yang ideal. Dalam kurikulum hendaklah
diusahakan agar faktor-faktor fisik, fisiologis, emosional dan intelektual
sebagai keseluruhan, dapat berkembang harmonis dan organis, sesuai
dengan kemanusian ideal. Realisme mendeskripsikan kurikulum sebagai
balok-balok yang disusun dengan teratur satu sama lain disusun dari yang
sederhana sampai kepada yang kompleks. Susunan ini dapat diibaratkan
seperti susunan alam, yang sederhana merupakan dasar susunan yang
kompleks. Jadi apabila kurikulum disusun atas dasar pemikiran yang
demikian akan bersifat harmonis.11

11
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat dan Pendidikan),
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 88-89.

1
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Aliran Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada
kebudayaan-kebudayaan lama warisan sejarah yang telah membuktikan
kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Dasar dari aliran
Esensialisme ini adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi
terhadap hidup yang mengarah pada keduniawian serba ilmiah dan
materealistik, selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari
penganut aliran idealisme dan realisme. Dimana konsep-konsepnya tentang
pendidikan sedikit banyak ikut diwarnai oleh konsep-konsep idealisme dan
realisme.
Tujuan umum dari aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia dunia dan akhirat dan isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu mengarahkan kehendak
manusia.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, baik penulis maupun membaca
mendapatkan wawasan baru mengenai aliran esensialisme. Hal ini cukup
urgent apalagi bagi kita akademisi sekaligus calon pendidik yang harus
mendalami ilmu pendidikan yang salah satunya ditinjau dari sisi filsafat.
Kami sadar akan banyaknya kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Terima
kasih.

1
DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam. (1997). Filsafat Pendidikan. Sistem dan Metode


Yogyakarta. Ofset.
Jalaludin dan Abdullah Idi. (2002). Filsafat Pendidikan (Manusia. Filsafat
dan Pendidikan). Jakarta: Gaya Media Pratama.
Khobir, Abdul. (2009). filsafat pendidikan Islam landasan teoritis dan
praktis. Pekalongan : STAIN Pekalongan press.
M, Djumransjah. (2004) Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayu
Media.
Noor Syam, Mohammad. (1986) Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Sadulloh, Uyoh. (2003) Pengantar Filsafat pendidikan. Bandung:
Alfabeta. Salam, Burhanudin. (1997) Pengantar Pedagogik Dasar-
Dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta..
Zuhairini. dkk. (1995) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai