Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

FILSAFAT PENDIDIKAN LATIFAH M.Pd

ALIRAN ESSENSIALISME DALAM PENDIDIKAN

OLEH:
KELOMPOK 10

AHMAD SULAIMAN NOR: 220101010540


RISKA YUNITA ILMIATI: 220101010753

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan berkah-Nya dan dengan pertolongan Nya, sehingga tugas makalah ini
dapat di selesaikan dengan sebagaimana semestinya. Shalawat serta salam selalu
di limpahkan oleh Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., para
sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Aliran Essensialisme Dalam Pendidikan” dengan lancar tanpa suatu halangan.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Latifah M.Pd selaki dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan. Penyususnan makalah ini di susun
secara sistematis dan mendapatkan bantuan dari teman-teman sehingga
memperlancar pembuatan makalah ini.

Banjarmasin, Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................4

BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................5


A. Essensialisme Pendidikan..........................................................................5
B. Ciri karakteristik Essensialisme...............................................................6
C. Pola dasar essensialisme............................................................................7
D. Kurikulum Essensialisme..........................................................................8

BAB III: PENUTUP.............................................................................................10


A. Kesimpulan...............................................................................................10
B. Daftar Pustaka..........................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah bentuk-bentuk pengetahuan yang berkaitan dengan bentuk
bentuk kehidupan. Pengertian filsafat pendidikan secara sederhana dapat
dimengerti dari namanya sendiri, yaitu filsafat yang dijadikan asas dan
pandangan dasar dari pelaksanaan Pendidikan. Akan tetapi persoalannya
sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Pengertian Pendidikan baik
sebagai bidang ilmu pengetahuan maupun sebagai Lembaga pembinaan
manusia, sedemikian luas ruang lingkup dan problematikanya. Demikian
pula pengertian filsafat, sebagai suatu ilmu yang paling komprehensif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Essensialisme Pendidikan?
2. Apa ciri karakterisktik Essensialisme?
3. Apa saja Pola dasar Essensialisme?
4. Apa Kurikulum Essensialisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Essensialisme Pendidikan.
2. Untuk mengetahui ciri karakterisktik essensialisme
3. Untuk mengetahui pola dasar Essensialisme.
4. Untuk mengetahui Kurikulum Essensialisme.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Essensialisme Pendidikan
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation” Pendidikan
sebagai pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran essensialisme
dianggap para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini
ingin kembali kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah
membuktikan kebaikannya-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Essensialisme merupakan falsafah Pendidikan tradisional yang
memandang bahwa nilai nilai Pendidikan hendaknya bertumpu pada
nilai;nilai yang jelas dan tahan lama sehingga menimbulkan kestabilan dan
arah yang jelas pula.
Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus di dasarkan pada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah
teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah
essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat
manusia.1
Aliran filsafat Pendidikan essensialisme dapat ditelusuri dari aliran
filsafat yang menginginkan dan mengarahkan agar manusia Kembali pada
masalalu yaitu kembali pada kebudayaan lama. Kebudayaan lama
melakukan usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan,
kebudayaan dan kesenian, zaman Yunani dan Romawi kuno. Kebudayaan
lama telah banyak melakukan kebaikan untuk umat manusia. Aliran
essensialisme ini merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat idealisme
dan realisme, keduanya merupakan aliran yang bersifat eklektik, saling
mendukung namun tidak melepaskan identitas dan ciri-ciri dari masing-
masing aliran.

1
Muhammad Noor Syam (Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila: Surabaya,
Usaha Nasional:1986) h 260
5
Dalam hubungannya dengan Pendidikan, essensialisme menekankan
pada tujuan pewarisan nilai-nili kultural-historis kepada peserta didik
melalui Pendidikan yang akumulatif dan terbukti dapat bertahan lama serta
bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini dilaksanakan
dengan memberikan skill, sikap, dan nilai-nilai yang tepat, yang
merupakan bagian dari essensial dari unsur-unsur Pendidikan.2
Essensialisme merupakan mazhab filsafat Pendidikan yang
menerapkan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan
prinsip-prinsipnya. Penganut essensialisme pada mulanya lebih dominan
di wilayah Eropa. Di daerah tersebut terjadi pertentangan antara para
pendidik sehingga mulai muncul permasalahan yang terjadi antara
pelajaran- pelajaran teoritis yang mendekatkan akal dengan pelajaran-
pelajaran praktik yang mendekatkan pada pengalaman. Pelajaran-pelajaran
teoritis (liberal art) menurut essensialisme antara lain:
1) Penguasaan bahasa termasuk retorika
2) Gramatika
3) Filsafat
4) Ilmu kealaman
5) Matematika
6) Sejarah
7) Seni keindahan3

B. Ciri Karakteristik Aliran Essensialisme


Essensialisme memiliki tinjauan mengenai kultur dan pendidikan
yang berbeda dengan progresivisme. Progresivisme memandang bahwa
suatu hal itu bersifat yang serba fleksibel dan bahwa nilai-nilai itu pada
hakikatnya berubah dan berkembang. Essensialisme menganggap bahwa
dasar berpijak yang semacam itu dianggap kurang tepat. Fleksibelitas
dalam

2
Afiffudin Harisah (Filsafat Pendidikan Islam:Yogyakarta, Deepublish CV Budi Utama, 2018) h 111
3
Dr. Hj. Fitriawati Syamsuddin, S.Si., S.Pd., M.Si., Apt. (Pembelajaran Berbasis Neurosains:
Yogyakarta, Deepublish CV Budi Utama, 2022) h 13
6
dunia Pendidikan, segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan pendidik masih dominan.4
Ciri utama aliran essensialisme ini adalah adanya pandangan
fleksibelitas dalam segala bentuk, dapat menjadi sumber timbulnya
pandangan yang berubah, kurang terarah, goyah, dan tidak menentu, serta
kurang stabil. Pendidik harus berlandaskan pada nilai yang mendatangkan
kestabilan, teruji oleh waktu dan situasi, tahan lama dan nilai-nilai yang
jelas dan terseleksi.
Pola dasar dari aliran essensialisme didasari oleh pandangan
humanisme sebagai reaksi terhadap makna kehidupan yang mengarah
kepada keduniaan, serta ilmiah dan materialistik. Aliran essensialisme
bertujuan membentuk pribadi yang Bahagia di dunia dan akhirat. Model
kurikulum sekolah dengan aliran essensialisme menganggap sekolah
merupakan miniature dunia yang dijadikan sebagai ukuran kenyataan,
kebenaran dan kegunaan.5

C. Pola Dasar Pendidikan Essensialisme


1. Uraian ini memberi penjelasan tentang pola dasar pendidikan
aliran essensialisme. Analisa dan penafsiran berikut
dimaksudkan untuk menghindarkan salah pengertian. Bahwa
tidak semua teori pendidikan essentialisme selalu langsung
berasal dari filsafat essentialisme meskipun secara umum
prinsip-prinsip utama filsafatnya konsisten dengan teori
pendidikannya namun essentialis percaya bahwa dalam
pelaksanaan pendidikan di perlukan modifikasi, pelengkap,
bahkan penyimpangan dari ajaran-ajaran filosofi tokoh dasar
bagi teori yang murni, tetapi praktek memerlukan adaptasi
dengan kondisi tertentu.

4
Hisarma Saragih (Filsafat Pendidikan: Yayasan Kita Menulis, 2021) h 95
5
Dr. Hj. Fitriawati Syamsuddin, S.Si., S.Pd., M.Si., Apt. (Pembelajaran Berbasis Neurosains:
Yogyakarta, Deepublish CV Budi Utama, 2022) h 14

7
2. Bahwa dengan demikian, asas-asas filosofis essensialisme yang
lengkap, tidak selalu harus diikuti dengan pola-pola asasi atau
pola dasar pendidikannya yang terperinci. Untuk mendapatkan
pola dasar yang terperinci itu harus mengenal dari sumber dan
literatur tentang pendidikan essensialisme- bukan dari filsafat
pendidikan essensialisme.
3. Pola asasi pendidikan essensialisme hanyalah berhubungan
dengan teori dasar pendidikan. Sebab, soal-soal praktek
pendidikannya adalah masalah praktis yang disesuaikan dengan
kondisi yang insidental.6

D. Kurikulum Essensialisme
Isi pendidikan perlu ditetapkan guna efektivitas pembinaan
kepribadian. Artinya perlu ada materi pokok yang mengarahkan
pengetahuan sebagai isi yang harus dikuasai dalam kehidupannya.
Kurikulum essentialisme dianggap sebagai miniatur dunia yang oleh guru
dan administrator pendidikan itu dipandang sebagai kenyataan benar, dan
bernilai/berguna. Essentialisme menggunakan berbagai-bagai pola
kurikulum dalam sejarah perkembangan pendidikannya.
Essentialisme mendasarkan kurikulum pada prinsip: a rich,
sequential, and systematic curriculum based on an irreducible body of
knowledge, skills, an attitudes common to a democratic culture.
Kurikulum yang kaya, yang berurutan, dan sistematis yang
didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu
kesatuan pengetahuan, kecakapan kecakapan, dan sikap yang berlaku di
dalam kebudayaan yang demokratis.
Kurikulum yang minimal sebagai tak dapat dikurangi itu didasarkan
pada dasar kepercayaan esensialisme. Yaitu, bahwa dengan hukum-hukum
objektif yang mutlak, sebagai pre-existence, sebagai eksistensi dan sebagai

66
Muhammad Noor Syam (Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila:
Surabaya, Usaha Nasional:1986) h 278

8
fakta-fakta. Dan tiap individu harus mengerti hukum-hukum itu demi
adaptasi terhadap realita dan tuntutan semesta itu; khususnya pada
kebudayaan di mana ia hidup.
Dan prinsip berikut ialah "Curiculum, more over, in which there is
stress upon edequite mastery of the content."
Ia mengakui validitas "transfer of learning" dari materi seperti
bahasa latin, matematik, ilmu pengetahuan alam, akan membina kebiasaan
dan intelek yang baik.
Thorndike dan bobbit menekankan kurikulum bagi persiapan tugas
anak didalam kehidupannya. Terutama bobbit menekankan urgensi analisa
atas aktivitas dan tujuan orang dewasa dalam apa yang disebut "job
analysis." Berdasarkan analisa itu dapat ditetapkan secara tepat isi
kurikulum yang dikehendaki. Sebagai tujuan daripada orang dewasa telah
ditetapkan oleh tujuan-tujuan kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakatnya.
Berdasarkan ini pula assumpsi tentang tujuan pendidikan ialah
membina pribadi yang menjadi warga suatu masyarakat dengan
kebudayaannya. Ini berarti ia tetap mengakui adanya sikap dan keinginan
untuk menerima dengan taat hukum-hukum abadi yang tidak berubah
seperti ajaran agama. beberapa tokoh essentialisme menerima prinsip-
prinsip tersebut, yakni menerima tanpa kritik atas nilai-nilai abadi yang
memperkuat kembali kecenderungan kebudayaan untuk menyesuaikan diri
dengan asas-asas otoritas yang telah terbentuk dalam masa silam.
Morrison tokoh realisme mengapproach pembinaan kurikulum
dengan prinsip-prinsip hukum alam. Isi pokok idenya tersimpul dalam
tulisan brameld sebagai berikut :
Morrison percaya bahwa tujuan tertinggi pendidikan ialah
"penyesuaian" interpretasi realisme berdasarkan prinsip aliran, yakni
sesuai sebagai penyesuaian kepada hukum alamiah- penyesuaian pada
proses evolusi dan kepada realita dan kondisi-kondisi kebudayaan yang
berlaku.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus di dasarkan pada


nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah
teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah. Kebudayaan demikian, ialah
essensia yang mampu pula mengemban hari kini dan masa depan umat
manusia.
Dalam hubungannya dengan Pendidikan, essensialisme menekankan
pada tujuan pewarisan nilai-nili kultural-historis kepada peserta didik
melalui Pendidikan yang akumulatif dan terbukti dapat bertahan lama serta
bernilai untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini dilaksanakan
dengan memberikan skill, sikap, dan nilai-nilai yang tepat, yang
merupakan bagian dari essensial dari unsur-unsur Pendidikan.

1
DAFTAR PUSTAKA

SyamNoor Muhammad (Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan


Pancasila: Surabaya, Usaha Nasional:1986)
Harisah Afiffudin (Filsafat Pendidikan Islam:Yogyakarta, Deepublish CV
Budi Utama, 2018)
Dr. Hj. Fitriawati Syamsuddin, S.Si., S.Pd., M.Si., Apt. (Pembelajaran Berbasis
Neurosains: Yogyakarta, Deepublish CV Budi Utama, 2022)

Hisarma Saragih (Filsafat Pendidikan: Yayasan Kita Menulis, 2021)

Dr. Hj. Fitriawati Syamsuddin, S.Si., S.Pd., M.Si., Apt. (Pembelajaran Berbasis
Neurosains: Yogyakarta, Deepublish CV Budi Utama, 2022)

Anda mungkin juga menyukai