Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan


Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Ani Hendriani, M.Pd

M.Pd.Muhamad Denni Haryadi Sastroardjonowardoyo ,

Disusun oleh:

Ajeng Puspa Restu Amalia 1800041


Aulia Yasmin Erwanti 1805010

Lamina Amalia Putri 1804757

Winny Istiani Maulida 1800525

Kelompok 7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami membahas Aliran Filsafat Esensialisme.


Penyusunan makalah ini direkomendasikan untuk mata kuliah Filsafat Pendidikan.

Dalam penyusunannya tidak sedikit penyusun mengalami kesulitan, hal


tersebut dikarenakan keterbatasan pengalaman penyusun. Namun, berkat usaha,
bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak pada akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yth. Dra. Hj. Ani Hendriani, M.Pd. selaku pembimbing yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah.
2. Yth. Muhammad Denni Haryadi Sastroardjonowardoyo, M.Pd. selaku
pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan arahan
dalam penyusunan makalah.
3. Yth. Orang tua para penyusun yang telah memberikan motivasi baik
materiil maupun moril selama pelaksanaan kegiatan studi kampus dan
penyusunan makalah ini, dan
4. Teman-teman seperjuangan yang telah berpartisipasi aktif dan
kebersamaannya dalam melakukan observasi dan penyusunan makalah ini.

Mengingat keterbatasan pengalaman dan kemampuan yang penyusun miliki,


maka dengan kerendahan hati penyusun memohon kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak guna perbaikan penulisan makalah berikutnya.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini berguna, khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Februari 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2


2.1 Hakikat Esensialisme ........................................................................... 2
2.2 Latar Belakang Berdirinya Esensialisme ............................................ 2

2.3 Konsep Pendidikan Esensialisme ........................................................ 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 6


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 6

3.2 Saran .................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha
mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang
bersifat filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban
suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan
tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang melembaga di dalam masyarakatnya.
Esensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang percaya bahwa
pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Aliran ini sangat menekankan pada
pendidikan dimasa lalu dan cenderung tidak mendukung dengan pola
pendidikan masa kini atau yang sering disebut sebagai modernisasi
pendidikan yang berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang
esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental, atau
unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan memaparkan
mengenai aliran filsafat esensialisme serta bagaimana penerapannya dalam
proses pendidikan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk mengatahui hakikat aliran filsafat esensialisme.
1.2.2 Untuk mengetahui latar belakang berdirinya aliran filsafat
esensialisme.
1.2.3 Untuk mengetahui konsep pendidikan aliran filsafat esensialisme.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Memahami aliran filsafat esensialisme dalam penerapannya dalam
pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Esensialisme

Esensialisme dapat digambarkan sebagai filsafat pendidikan yang


berakar pada pengajaran mata pelajaran pendidikan dasar yang bertujuan
menciptakan masyarakat Amerika yang memberi kontribusi kepada
masyarakat terhadap budaya demokratis. Kata esensialisme menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat dua kata, yaitu “esensi” yang
berarti “hakikat, inti, dasar” dan ditambahkan menjadi “esensial” yang
berarti “sangat prinsip, sangat berpengaruh, sangat perlu”. Dengan demikian
aliran esensialisme adalah aliran yang mengembalikan segala sesuatu pada
hakikat dasar yang sebenarnya (Abas, 2015). Esensialisme berusaha
mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang
bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan
keberadaan sesuatu (Wahyuni, 2010: 14). Oleh karena itu filsafat
esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang merupakan perpaduaan ide
filsafat idealisme-objektif dan realisme-objektif. Aliran ini merupakan
aliran yang didasari nilai–nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban manusia. Aliran ini memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai–nilai yang memiliki kejelasan dan nilai–nilai yang
mempunya tata yang jelas.

2.2 Latar Belakang Berdirinya Esensialisme

Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan beberapa


orang pelopornya , seperti Wiliam C. Bagley, Thomas Briggs , Fedrick
Breed, dan Isac L. Kandell . pada tahun 1938 mereka membentuk suatu
lembaga yang disebut "The Esensialist Commite For The Advancement Of
American Education". Bagley yang saat itu menjadi guru besar di
universitas Columbia meyakini bahwa fungsi utama sekolah adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda. Bagley
beserta rekannya saat itu berpendapat bahwa pergerakan progresif telah
merusak standar intelektual dan moral di antar kaum (Sadulloh, 2018).
Nilai-nilai yang tergantung dalam esensialisme adalah yang berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakang.
Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut esensialisme yaitu terletak
pada kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus
yang telah ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-
kultural yang tidak diingini kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan
kembali secara sadar melalui pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah

2
ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan kita
dan masa depan kebudayaan umat manusia (Syam, 1988: 260).

Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai


pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada
dan juga didukung oleh realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai
tergantung ada apa dan bagaimana keadaannya apabila dihayati oleh subjek
tertentu, selanjutnya tergantung pola pada subjek tersebut. Oleh karena itu
aliran esenssialisme adalah suatu filsafat dalam aliran pendidikan
konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-
trend progresif di sekolah-sekolah (Sodullah, 2018).

Pendapat lain juga menjelaskan bahwa aliran esensislisme adalah suatu


aliran filsafat yang merupakan perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu
sisi dan realisme objektif di sisi lainnya. Filsafat ini menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah
banyak melakukan kebaikan untuk manusia.. idealisme dan realisme adalah
aliran-aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Sumbangan yang
diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat
ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu.
Berarti, tidak melepaskan sifat-sifat utama masing-masing. Berikut beberapa
pandangan umum aliran esensialisme adalah sebagai berikut:
2.2.1 Pandangan ontologi
2.2.1.1 Ontologi idealisme: Pendukung Esensialisme adalah idealisme
yang berpandangan, bahwa manusia adalah makhluk yang
semua tata serta kesatuan atau totalitasnya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dan sama dengan alam semesta atau
makrokosmos, kalaupun berbeda hanya skala atau ukurannya
saja.
2.2.1.2 Ontologi realisme: Realisme pendukung esensialisme adalah
realisme objektif. Manusia adalah makhluk yang memiliki
intelegensi atau kesadaran hakikatnya adalah biologi dan
berkembang, kesadaran bukan primordial melainkan muncul
kemudian dalam sejarah evolusi. Karena itu sering disebut lebih
disebut sebagai produk alam.
2.2.2 Pandangan epistemologi
2.2.2.1 Epistemologi idealisme: sumber pengetahuan bahwa
kesadaran manusia adalah bagian dari kesadaran yang
absolute. Karena itu, dalam diri manusia tercermin suatu
harmoni dengan alam semesta, khususnya pikiran manusia
(human mind) ada pun manusia memperoleh pengetahuan
melalui berfikir, intuisi, atau introspeksi.
2.2.2.2 Epistemologi realisme: sumber pengetahuan adalah dunia luar
subjek, pengetahuan diperoleh pengalaman pengamatan

3
(kontak langsung melalui panca indra). Kriteria kebenaran.
Suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu sesuai
dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen.
2.2.3 Pandangan aksiologi
2.2.3.1 Aksiologi idealisme: cita-cita manusia adalah manifestasi dari
keanggotaannya dalam suatu masyarakat pribadi yang
spiritualis yang diperintah oleh Tuhan.
2.2.3.2 Aksiologi realisme: Moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan
atau dari kebudayaan masyarakat. Moral itu disosialisasikan
oleh masyarakat terhadap anggotanya atau diinternalisasikan
sendiri oleh individu melalui pengalaman hidupnya dalam
masyrakat. Ini berarti bahwa kata hati adalah cerminan
aspirasi masyarakat, bukan Tuhan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa prinsip-prinsip aliran essensislisme adalah:
2.2.1 Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme
objektif yang moderen, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam
sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam rangka
penyesuaian diri dan pengelolaannya.
2.2.2 Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan
dengan fakta secara objekjtif.
2.2.3 Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan
humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance.

2.3 Konsep Pendidikan Esensialisme

2.3.1 Definisi Pendidikan


Bagi penganut esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk
memelihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa pendidikan harus
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Sebab kebudayaan tersebut telah teruji
dalam segala zaman, kondisi, dan sejarah. Kebudayaan demikian
adalah esensial yang mampu mengemban hari kini dan masa depan
umat manusia. Pendidikan adalah proses reproduksi dari apa yang
terdapat dalam kehidupan sosial. Pendidikan adalah upaya persiapan
hidup, bukan hidup itu sendiri (Kurniasih, 2017)
2.3.2 Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikannya adalah untuk menruskan warisan budaya
dan warisan sejarah melalui pengetahuan yang terakumulasi dan
bertahan dalam kurun waktu yang lama. Selain pendidikan
esensialisme juga bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan
manusia kedepannya. Namun, kehidupan yang luas dan
berkepanjangan sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk hidup
tersebut berada diluar wewenang sekolah. Sementara kontribusi

4
sekolah terkait dengan merancang sasaran mata pelajaran yang dapat
dipertangungjawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk
mempersiapkan manusia hidup.
2.3.3 Kurikulum
Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan,
kebenaran dan kegunaan. Aliran esensialisme mengumpamakan
kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu
sama lain yaitu disusun dari paling sederhana sampai kepada yang
paling kompleks. Susunan ini dapat diutarakan ibarat sebagai
susunan dari alam, yang sederhana merupakan fundamen atau dasar
dari susunannya yang paling kompleks. Menurut pandangan
esensialisme kurikulum yang diterapkan dalam sebuah proses
belajar lebih menekankan pada penguasaan berbagai fakta dan
pengetahuan dasar yang merupakan sesuatu yang sangat esensial
bagi kelanjutan suatu proses pembelajaran dan dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara umum. Dengan kata lain
penguasaan fakta dan konsep dasar disiplin yang esensial merupakan
suatu keharusan. Pengusaan materi kurikulum tersebut merupakan
dasar yang esensialisme general education (filsafat, matematika,
IPA, sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang diperlukan dalam hidup
belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu
mengembangkan pikiran siswa sekaligus membuatnya sadar akan
dunia fisik sekitarnya (Abas, 2015).
2.3.3.1 Peranan sekolah dan guru
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan
warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar melalui
hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin
tradisional. Sedangkan peranan guru kuat dalam
mempengaruhi dan mengawasi kegiatan dikelas.
2.3.3.1.1 Prinsip-prinsip pendidikan
2.3.3.1.1.1 Pendidikan harus dilakukan melalui
usaha keras
2.3.3.1.1.2 Inisiatif dalam pendidikan
ditekankan pada gur, bukan pada
siswa.
2.3.3.1.1.3 Inti prosespendidikan adalah
asimilasidari mata pelajaran yang
telah ditentukan
2.3.3.1.1.4 Sekolah harus mempertahankan
metode-metode tradisional yang
bertautan dengan disiplin mental
2.3.3.1.1.5 Untuk meningkatkan kesejahteraan
umum merupakan tuntutan
demokrasi yang nyata.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata esensialisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat


dua kata, yaitu “esensi” yang berarti “hakikat, inti, dasar” dan ditambahkan
menjadi “esensial” yang berarti “sangat prinsip, sangat berpengaruh, sangat
perlu”. Dengan demikian aliran esensialisme adalah aliran yang
mengembalikan segala sesuatu pada hakikat dasar yang sebenarnya (Abas,
2015). Aliran esensislisme adalah suatu aliran filsafat yang merupakan
perpaduan ide filsafat idealisme objektif di satu sisi dan realisme objektif di
sisi lainnya. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada
kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan
kebaikan untuk manusia.. idealisme dan realisme adalah aliran-aliran
filsafat yang membentuk corak esensialisme. Beberapa pandangan umum
aliran esensialisme adalah pandangan ontologi, pandangan epistemologi,
dan pandangan aksiologi.

Bagi penganut esensialisme pendidikan merupakan upaya untuk


memelihara kebudayaan. Tujuan pendidikannya adalah untuk menruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan yang terakumulasi
dan bertahan dalam kurun waktu yang lama juga untuk mempersiapkan
kehidupan mansuia kedepannya. Menurut pandangan esensialisme
kurikulum yang diterapkan dalam sebuah proses belajar lebih menekankan
pada penguasaan berbagai fakta dan pengetahuan dasar yang merupakan
sesuatu yang sangat esensial bagi kelanjutan suatu proses pembelajaran dan
dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum.

3.2 Saran

3.2.1 Pembaca diharapkan membaca berbagai literatur terkait dengan alir-

an filsafat esensialisme.

3.2.2 Pembaca supaya lebih memahami mengenai aliran filsafat esensial-

isme berikut penerapannya dalam pendidikan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abas, Erjati. (2015). Asas Filosofi Teori Belajar Essensialisme. Lentera , 104-

120.

Dinn Wahyuni, dkk. 2010. Pengantar Pendidikan.Jakarta: Universitas Terbuka.

Kurniasih, Tatang Syaripudin. (2017). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:

Percikan Ilmu.

Sadulloh, Uyoh. (2018). pengantar filsafat pendidikan. Bandung: Penerbit

Alfabeta.

7
8

Anda mungkin juga menyukai