MAKALAH
Disusun oleh:
Kelompok 7
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
1. Yth. Dra. Hj. Ani Hendriani, M.Pd. selaku pembimbing yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah.
2. Yth. Muhammad Denni Haryadi Sastroardjonowardoyo, M.Pd. selaku
pembimbing yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan arahan
dalam penyusunan makalah.
3. Yth. Orang tua para penyusun yang telah memberikan motivasi baik
materiil maupun moril selama pelaksanaan kegiatan studi kampus dan
penyusunan makalah ini, dan
4. Teman-teman seperjuangan yang telah berpartisipasi aktif dan
kebersamaannya dalam melakukan observasi dan penyusunan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan kita
dan masa depan kebudayaan umat manusia (Syam, 1988: 260).
3
(kontak langsung melalui panca indra). Kriteria kebenaran.
Suatu pengetahuan diakui benar jika pengetahuan itu sesuai
dengan realitas eksternal (yang objektif) dan independen.
2.2.3 Pandangan aksiologi
2.2.3.1 Aksiologi idealisme: cita-cita manusia adalah manifestasi dari
keanggotaannya dalam suatu masyarakat pribadi yang
spiritualis yang diperintah oleh Tuhan.
2.2.3.2 Aksiologi realisme: Moral berasal dari adat istiadat, kebiasaan
atau dari kebudayaan masyarakat. Moral itu disosialisasikan
oleh masyarakat terhadap anggotanya atau diinternalisasikan
sendiri oleh individu melalui pengalaman hidupnya dalam
masyrakat. Ini berarti bahwa kata hati adalah cerminan
aspirasi masyarakat, bukan Tuhan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa prinsip-prinsip aliran essensislisme adalah:
2.2.1 Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme
objektif yang moderen, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam
sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam rangka
penyesuaian diri dan pengelolaannya.
2.2.2 Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan
dengan fakta secara objekjtif.
2.2.3 Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan
humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance.
4
sekolah terkait dengan merancang sasaran mata pelajaran yang dapat
dipertangungjawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk
mempersiapkan manusia hidup.
2.3.3 Kurikulum
Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam
miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan,
kebenaran dan kegunaan. Aliran esensialisme mengumpamakan
kurikulum sebagai balok-balok yang disusun dengan teratur satu
sama lain yaitu disusun dari paling sederhana sampai kepada yang
paling kompleks. Susunan ini dapat diutarakan ibarat sebagai
susunan dari alam, yang sederhana merupakan fundamen atau dasar
dari susunannya yang paling kompleks. Menurut pandangan
esensialisme kurikulum yang diterapkan dalam sebuah proses
belajar lebih menekankan pada penguasaan berbagai fakta dan
pengetahuan dasar yang merupakan sesuatu yang sangat esensial
bagi kelanjutan suatu proses pembelajaran dan dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan secara umum. Dengan kata lain
penguasaan fakta dan konsep dasar disiplin yang esensial merupakan
suatu keharusan. Pengusaan materi kurikulum tersebut merupakan
dasar yang esensialisme general education (filsafat, matematika,
IPA, sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang diperlukan dalam hidup
belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu
mengembangkan pikiran siswa sekaligus membuatnya sadar akan
dunia fisik sekitarnya (Abas, 2015).
2.3.3.1 Peranan sekolah dan guru
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan
warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar melalui
hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin
tradisional. Sedangkan peranan guru kuat dalam
mempengaruhi dan mengawasi kegiatan dikelas.
2.3.3.1.1 Prinsip-prinsip pendidikan
2.3.3.1.1.1 Pendidikan harus dilakukan melalui
usaha keras
2.3.3.1.1.2 Inisiatif dalam pendidikan
ditekankan pada gur, bukan pada
siswa.
2.3.3.1.1.3 Inti prosespendidikan adalah
asimilasidari mata pelajaran yang
telah ditentukan
2.3.3.1.1.4 Sekolah harus mempertahankan
metode-metode tradisional yang
bertautan dengan disiplin mental
2.3.3.1.1.5 Untuk meningkatkan kesejahteraan
umum merupakan tuntutan
demokrasi yang nyata.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
an filsafat esensialisme.
6
DAFTAR PUSTAKA
Abas, Erjati. (2015). Asas Filosofi Teori Belajar Essensialisme. Lentera , 104-
120.
Percikan Ilmu.
Alfabeta.
7
8