Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme


Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Nur Iftitahul Husniyah, S.Pdi, M.Pdi

Disusun
Oleh:
Moh. Farkun
Abdullah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji
hanya untuk Allah Tuhan seluruh alam juga telah memberikan kekuatan serta daya fikiran untuk
sanggup mengerjakan karya ilmiyah ini juga yang telah menjadikan waktu yang luang bagi
penulis untuk menyelesaikan tugasnya.sholawat serta salam semoga teraturkan kepada nabi kita
Muhammad SAW, yang dijadikan suri tauladan yang baik bagi seluruh manusia.

Berkat taufik dan hidayah-Nya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini,
yang mana sebagai tugas pada mata kuliah “Filsafat Pendidkan Islam”. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
penulis, akan tetapi merupakan suatu kewajiban penulis untuk menyampaikan terima kasih
terhadap semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini, terutama kapada Dr. Nur
Iftitahul Husniyah, S.Pdi, M.Pdi selaku dosen pengampu.

Akhirnya teriring do’a semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, oleh
karenanya kritik dan saran yang kami tunggu. Semoga mendapatkan Ridlo dan Inayah-Nya.
Aamiin yaarobbal ‘aalamiin.

Lamongan, 03 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Esensialisme...............................................................................3
B. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme................................................................3
C. Pandangan Esensialisme Dalam Pendidikan ..............................................4
D. Prinsip-prinsip Aliran Esensialisme ............................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................6
B. Saran.............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara rasional semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar. Maka,
belajar adalah ”key term” (istilah kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan.
Sehingga, tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. 1 Mengingat
kecerdasan, kepintaran, dan tujuan pendidikan dapat dicapai tergantung pada sejauh mana
proses pembelajaran itu dilakukan. Maka, belajar menjadi penting ketika seseorang ingin
mencapai puncak keberhasilan dalam hidupnya. Dengan belajar, ia juga mampu
mempertahankan kehidupan sekelompok manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan
yang semakin ketat di antara bangsabangsa lain yang lebih dahulu maju. Dengan
demikian, belajar adalah sebuah keniscayaan untuk memperoleh pengetahuan konseptual-
teoritis, mendapatkan keterampilan praktis-aplikatif dan berbudi pekerti luhur.
Kualitas hasil proses perkembangan manusia itu banyak berpulang pada apa dan
bagaimana ia belajar. Karena dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan
kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.2 Selanjutnya tinggi rendahnya
kualitas perkembangan manusia akan menentukan masa depan peradaban manusia itu
sendiri. Jika kemampuan belajar umat manusia hilang, maka tidak akan ada peradaban
yang bisa diwariskan kepada anak cucu.
Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang berbagai teori belajar
berdasarkan pendekatan filsafat, sehingga diketahui asas-asas filosofis tentang teori
belajar dari berbagai aliran dalam filsafat, yang pada makalah ini difokuskan pada asas-
asas filosofis teori belajar essensialisme, dan bagaimana aplikasinya dalam pembelajaran.
Asas biasa disebut juga dengan prinsip merupakan suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas adalah
dasar tapi bukan suatu yang absolut atau mutlak. Artinya penerapan asas harus
memperbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah. 3 Secara
praktis pengertian filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran, sehingga berfilsafat
artinya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.4

1
B. Rumusan Masalah
1
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,59
2
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.,120
3
Malayu S.P Hasibuan. 2006. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara,9
4
Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.,3
1. Bagaimana pengertain dari filsafat aliran esensialisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran esensialisme?
3. Bagaimana pandangan esensialisme dalam pendidikan?
4. Apa saja prinsip-prinsip aliran esensialisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana pengertian dari filsafat aliran esensialisme.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh yang beraliran esensialisme.
3. Untuk memahami bagaimana pandangan esensialisme dalam pandidikan.
4. Mengetahui apa saja prinsip aliran esensialisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Esensialisme
Esensi diartikan sebagai ciri tetap yang ada pada setiap sesuatu yang ada.
Maksudnya sesuatu yang bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal, dan akan selalu abadi.
Aliran esensialisme merupakan aliran pedidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan
yang ada sejak awal peradaban umat manusia. 5 Aliran filsafat ini menginginkan agar manusia
kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak membawa kebaikan
untuk manusia. Aliran esensialisme sudah ada sejak zaman Renaissance mulai tumbuh dan
berkembang dengan berbagai cara dan usaha-usahanya untuk menghidupkan kembali ilmu
pengetahuan, kebudayaan, dan kesenian zaman yunani dan romawi kuno. Aliran esensialisme
merupakan perpaduan dari aliran ealism dan ealism, jadi dua aliran ini bertemu sebagai
pendukung esensialisme.6  

B. Tokoh-tokoh Aliran Esensialisme


1. Menurut Mudyaharjo, tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler Bagley.
Bagley lahir di ealism pada 15 maret 1874 dan meninggal di new eal pada 1 juli 1946.
Bagley menempuh pendidikan tinggi di Universitas Negeri Michigan, Universitas
Wisconsin, dan menerima gelar oktor dari Universitas cornell pada tahun 1900.
Sementara itu Bagley berpendapat bahwa pendidikan adalah sarana untuk membentuk
tingkah laku anak didik dan ia berpendapat bahwa pendidikan bisa membantu
merubah tingkah laku anak. Jika guru bisa menerapkan dengan tepat pada anak didik
maka akan menciptakan efisiensi sosial sebagai tujuan umum.7
2. Johann Amos Comenius (1592-1670), tokoh Renaissance yang pertama yang
berusaha mensistematiskan proses pengajaran. Menurut johann Amos ealism tugas
kewajiban pendidikan adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
3.  John Locke (1632-1704), tokoh dari Inggris dan ealism sebagai “pemikir dunia”.
John locke mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan
kondisi. Ia juga mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak yang tidak mempunyai
biaya.
3
4. Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid dari Immanuel kant yang
berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan
5
Djumberansjah Indar, Filsafat Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 134.
6
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan: Madzhab-Madzhab Filsafat Pendidikan (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2011), 159.
7
Saidah, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), 81.
jiwa seseorang dengan kesusilaan, dan ini disebut juga “pengajaran yang mendidik”
dalam proses pencapaian tujuan pendidikan.
5. William T. Harris (1835-1909) menurut tokoh ini tugas pendidikan adalah
mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti. Maksudnya
Keberhasilan sekolah bisa tercapai dikarenakan sebuah lembaga yang memelihara
nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri setiap
orang kepada masyarakat.8

C. Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan


Menurut aliran esensialisme tugas pendidikan adalah mengajarkan pengetahuan dasar dan
keterampilan-ketampila dasar.9 Sehingga dalam prakteknya esensialisme cenderung menekankan
pada pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang sebagai
pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam esensiaisme. Jadi kurikulum yang digunakan
dalam aliran esensialisme menekankan pada pemahaman melalui percobaan sains dan
penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu spiritual. Mata pelajaran yang tradisonal yang
dianggap penting antara lain matematika, IPA, sejarah, bahasa asing dan kesastraan, sedangkan
mata pelajaran yang bersifat kurang akademik tidak diminati oleh aliran esensialisme. Pelajaran
sains, bahasa, sejarah dan sastra ini diharapkan dapat menjadi kurikulum yang terpercaya untuk
memenuhi kehidupan invidual dan sosial.
Sedangkan peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut
progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak otoritatif,
sebaliknya pada esensialisme  guru menjadi otoritatif.  Aliran ini menganggap sekolah
seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa kelak menjadi
warga Negara teladan.10 Maka pengajaran yang diberikan kepada siswa berupa rasa hormat
kepada kekuasaan, ketabahan, taat menjalankan kewajiban, tenggang rasa kepada orang lain dan
penguasaan hal praktis.

D. Prinsp-Prinsip Aliran Esensialisme


8
Indar, Filsafat Pendidikan., 135-136.
9
Gandhi, Filsafat Pendidikan: Madzhab-Madzhab., 161.
10
Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 102.
Secara garis besar Ma’ruf  menyebutkan prinsip-prinsip pendidikan esensialisme sebagai
berikut:
1. Penddikan haruslah dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja muncul dari
dalam diri siswa dan menekankan pentingnya prinsip disiplin. Terhadap pandangan
progresivisme yang menekankan minat pribadi, mereka menerimanya sebagai konsep
untuk berbuat tapi minat yang paling tinggi dan dapat lebih bertahan tidak diperoleh
sejak awal atau sebelum belajar tetapi, muncul setelah bekerja keras. Seseorang yang
melakukan proses pendidikan terkadang melalui usaha yang cukup mudah tidak
terlalu sulit dalam prosesnya dan terkadang juga ada yang melalu proses yang sangat
sulit dan harus berusaha keras. Jadi dalam proses pendidikan itu harus ada usaha tidak
berdiam diri menunggu hasilnnya tanpa berusaha.
2.  Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru bukan pada siswa. Seperti dalam
aliran progesivisme peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan
guru menurut progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan
tidak bertindak otoritatif, sebaliknya pada esensialisme guru menjadi otoritatif.
3. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional atau kebudayaan lama.
4.   Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Esensialisme
mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu mengembangkan potensinya
tetapi realisasinya harus berlangsung dalam dunia yang bebas dari perorangan atau
individu. Karena itu sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat menghindari sikap
ealismlism peserta didik.
5.  Tujuan akhir dari pendidikan adalah  untuk meningkatkan kesejahteraan umum
karena dianggap merupakan tuntunan demokrasi yang nyata.11

BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan

11
Saidah, Filsafat Pendidikan., 82.
Esensi diartikan sebagai eali tetap yang bersifat konstan, tidak bisa berubah, kekal,
dan akan selalu abadi. Sedangkan menurut istilah aliran esensialisme merupakan aliran
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang ada sejak awal peradaban
umat manusia terutama sejak zaman renaissance. Aliran esensialisme merupakan
perpaduan dari aliran ealism dan ealism, jadi dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme. Tokoh-tokoh aliran esensialisme adalah William Chandler Bagley, Johann
Amos Comenius (1592-1670), John Locke (1632-1704), dan Johann Fiedrich Herbart
(1776-1841).
Pandangan pendidikan dalam aliran esensialisme prakteknya cenderung menekankan
pada pelajaran membaca, menulis, dan menghitung, karena tiga pelajaran ini dipandang
sebagai pengetahuan dasar yang begitu ditekankan dalam esensialisme. Jadi kurikulum
yang digunakan dalam aliran esensialisme menekankan pada pemahaman melalui
percobaan sains dan penguasaan ilmu-ilmu alamiah daripada ilmu spiritual. Sedangkan
peranan guru dikalangan esensialisme berbeda dengan peranan guru menurut
progresivisme yang menganggap guru hanya sebagai fasilitator dan tidak bertindak
otoritatif, sebaliknya pada esensialisme  guru menjadi otoritatif.  Aliran ini menganggap
sekolah seharusnya mengajarkan nilai-nilai moral tradisional dan pengetahuan agar siswa
kelak menjadi warga Negara teladan.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanaya penulis akan
lebih fokus dan Details dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber yang
lebih banyak tentunya dapat dipertanggung jawabkan.Selanjutnya kritik beserta saran
selalu kami harapkan dari teman-teman serta pembaca agar ada peningkatan yang lebih
baik pada pembuatan makalah mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Djumberansjah Indar, Filsafat Pendidikan (Surabaya: Karya Abditama, 1994), 134.
Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan: Madzhab-Madzhab Filsafat
Pendidikan (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), 159.

Saidah, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), 81.

Indar, Filsafat Pendidikan., 135-136.

Gandhi, Filsafat Pendidikan: Madzhab-Madzhab., 161.

Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010),


102.

Saidah, Filsafat Pendidikan., 82.

Anda mungkin juga menyukai