ALIRAN ESENSIALISME
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Makalah Filsafat Dan ilmu
Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Hanafi, M.Pd., M.A.
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran Esensialisme``. Tak
lupa pula shalawat beserta salam kepada baginda besar kita Nabi Muhammad
Saw.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Dr. Hanafi, M.Pd., M.A Pada Mata Kuliah Makalah Filsafat Dan
ilmu Pendidikan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan sarannya. Agar kedepannya nanti
kami bisa memberikan yang terbaik. Atas kesediaan waktunya untuk membaca
makalah ini. Kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Masalah....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
A. Kesimpulan...........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui penjelasan pengertian daripada Aliran Esensialisme.
2. Untuk Mengetahui siapa Saja tokoh-tokoh Aliran Esensialisme.
3. Untuk Memahami dan mengetahui Tujuan Aliran Esensialisme.
4. Untuk Memahami Pandangan Esensialisme Dalam Pembelajaran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
teori sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang
dikuasai oleh hukum-hukum yang sejenis. Hegel mengemukakan pula
bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir
dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai
dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah
sumber dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.
George Santayana, dengan memadukan antara aliran idealisme dan
aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu
tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian
dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.
Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga
tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai
itu atas dirinya sendiri (memilih, melaksanakan).
Pada perkembangan selanjutnya, banyak tokoh-tokoh yang muncul dan
menyebarluaskan esensialisme, diantaranya adalah:
1. Desiderius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad15
dan permulaan abad 16, yang merupakan tokoh pertama yang menolak
pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha
agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional,
sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2. Johan Amos Comenius (1592-1670), adalah seorang yang memiliki
pandangan realis dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa
pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan
kehendak Tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan
bertujuan.
3. John Locke (1632-1704), sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi. Locke
mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak miskin.
6
4. Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), sebagai seorang tokoh yang
berpandangan naturalis Pestalozzi mempunyai kepercayaan bahwa
sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri
manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya. Selain itu ia
mempunyai keyakinan bahwa manusia juga mempunyai transendental
langsung dengan Tuhan.
5. Johann Friederich Frobel (1782-1852), sebagai tokoh yang
berpandangan kosmis-sintesis dengan keyakinan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang merupakan bagian dari alam ini,
sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum
alam. Terhadap pendidikan, Frobel memandang anak sebagai makhluk
yang berprestasi kreatif, yang dalam tingkah lakunya akan nampak
adanya kualitas metafisis. Karenanya tugas pendidikan adalah
memimpin anak didik ke arah kesadaran diri sendiri yang murni,
selaras dengan fitrah kejadiannya.
6. Johann Friederich Herbert (1776-1841), sebagai salah seorang murid
Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Herbert berpendapat bahwa
tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan
kebajikan dari yang mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-
hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapaian tujuan
pendidikan oleh Herbert sebagai pengajaran yang mendidik.
7. William T. Harris (1835-1909), tokoh dari Amerika yang
pandangannya dipengaruhi oleh Hegel dengan berusaha menerapkan
idealisme obyektif pada pendidikan umum. Tugas pendidikan baginya
adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang
pasti, berdasarkan kesatuan yang memelihara nilai-nilai yang telah
turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri kepada
masyarakat.
C. Tujuan Pendidikan menurut aliran esensialisme
Tujuan pembelajaran menurut aliran filsafat esensialisme adalah untuk
meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti
7
yang terakomulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta
merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu yang lama, selain
itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk
hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan tetapi sekolah memberi kontribusi
bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada
akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia hidup (Usiono, 2006:
153).
Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya
tersebut merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah
mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun demikian bukan berarti
sekolah lepas tanggung jawab, akan tetapi memberi kontribusi tentang
bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada
akhirnya memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi kehidupan.
D. Pandangan Umum Filsafat Esensialisme
1. Pandangan Ontologi
Dalam pandangan ini para filsafat esensialisme dalam idealisme
pendidikan menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran pada
hakikatnya adalah ide2 atau hal2 yang bersifat spiritual. Dengan
pendidikan yang berarti membimbing dan mendidik kepribadian serta
moral menuju segala hal baik dan bertaraf tinggi, peserta didik ditinjau
terlebih dahulu dengan pemahaman bahwa sejatinya dirinya adalah
makhluk spiritual yang menjalani kehidupan teologis dan idealistic
2. Pandangan Epistemologi
Pandangan ini bersifat tetap. Ada yang idealis maupun realis. Pendidik
hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing dalam
hal yg bersifat relatif/temporer. Karena epistemologi ini mencari suatu
ketetapan yg bersifat empiris.
8
a. Epistemologi Idealisme
Pandangn dimana manusia adalah refleksi Tuhan yang terhubung
secara harmoni dg alam semesta, sehingga manusia bisa mendapat
pengetahuan dengan berpikir, melalui intuisi, atau introspeksi.
b. Epistemologi Realisme
Adalah pandangan di luar dunia subyek. Yaitu dimana segala
sesuatu dapat diakui keberadaannya jika dapat dibuktikan secara
empiris. Dan juga pandangan realisme ini menyatakan bahwa
pengetahuan sudah ada dalam realitas, tinggal kita yang
mengambilnya
3. Pandangan Aksiologi
Aksiologi merupakan pandangan bahwa faktor peserta didik juga ikut
menentukan hakikat nilai. Ada 2 macam Pandangan Aksiologi.
a. Aksiologi Idealisme
Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai hakikatnya bersifat
mutlak dan abadi (relitan absolut). Filsafat ini menjunjung nilai
sosial seperti cinta bangsa dan tanah air. Menurut Hegel Negara
adalah manifestasi Tuhan sehingga perlunya warga negara untuk
setia dan menjunjung negara.
b. Aksiologi Realisme
Para Filsuf Realisme percaya bahwa standar nilai tingkah laku
ditentukan oleh hukum alam. Dalam taraf yg lebih rendah diatur
oleh kebiasaan, adat dan budaya masyarakat di sekitarnya, yaitu
faktor dari terbentuknya moral.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan, tentu saja dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca, serta dosen pengajar demi kelayakan makalah ini dan berbesar hati
memaafkan kekurangan dan kesalahan penulis dalam makalah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11