Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN, OBJEK, RUANG LINGKUP FILSAFAT

PENDIDIKAN ISLAM DAN PERBEDAANYA DENGAN ILMU


PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pembimbing : H. Ahmad Patih, S.PD.I, MM.

Disusun Oleh:

 Muhammad Fauzi
 Muhammad Syamsul Najmudin
 Richika Dwiena
 Zahrotul Alfiyah

Semester V

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan


Kota Depok Jawa Barat Indonesia 16511.

Tahun 2022.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu


Wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berisikan materi tentang “pengertian, objek,
ruang lingkup filsafat pendidikan islam dan perbedaanya dengan ilmu
pendidikan islam”. Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Filsafat
Pendidikan.

Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar


Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasalam, dan kepada para keluarga dan
sahabatnya, tak lupa kita semua selaku pengikutnya, semoga mendapat syafa’at
dari-Nya kelak di akhir zaman nanti.Aamiin Yaa Robbal ‘ Alamiin.

Kami tentu menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan


yang dimiliki sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tapi akhirnya
kamipun dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya.

Oleh karena itu kami dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk
serta dukungan dan bantuan lainnya kepada kami. Untuk itu kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kritik dan Saran yang positif akan senantiasa kami harapkan dalam
perbaikan makalah kami di kemudian hari. Akhirnya harapan penyusun semoga
hasil dari makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi
para pembaca.

Depok,10 Maret 2022

Kelompok 1

1
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................4

Bab II Pembahasan
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam...................................................5
B. Objek Filsafat Pendidikan Islam...........................................................15
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam...........................................16
D. Perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dengan Ilmu Pendidikan Islam..17

Bab III Penutup


A. Kesimpulan...........................................................................................19

Daftar Pustaka................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berbicara Filsafat maka kita akan lantas teringat dengan kata kritis,
radikal, reflektif, integral, universal. Karena inilah kerangka awal berfikir
filsafat,berfikir filsafat berartikita memaknai hakikat dari sesuatu yang
ada, bukan hanya berfikirsemata, tapi pemikiran yang mendalam, dimana
akal menjadi mesin dalam berfikir Logis rasional empiris. Kemudian kata
pendidikan yang seringkita maknai sebagai proses terus menerus secara
sistematis untuk mendewasakan manusia atau memanusiakan manusia.
Dan islam merupakan dasar pemikiran filsafatnya, bahwa pola berfikir
filsafat yang radikal, integral, universal, itu di dasari dengan dasar-dasar
keislaman, islam menjadi ruh dalam berfikir filsafat, hal ini
untukmewujudkan pengoftimalisasian potensi yang telah diberikan Tuhan
(Akal), untuk di gunakan sebaikmungkin untuk kemaslahatan umat
manusia.
Dewasa ini pada umumnya filsafat pendidikan Islam adalah bagian
dari ilmu filsafat. Adapun ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai
sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber
bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang
filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai
bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat
pendidikan Islam memasuki area pemikiran yang mendasar, sistematis,
logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya
dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama saja, melainkan menurut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Artinya persoalan-
persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tigkat kenyataan yang ada

3
di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang
maupun di masa mendatang.1
Berdasarkan kebutuhan karena setiap disiplinilmu itumempunyai
filsafatnya sendiri, pun dengan pendidikan islam harus memiliki
filsafatnya sendiri, untuk mengkaji secara mendalam dan menyeluruh
mengenai pendidikan islam, sehingga pendidikan islambukan hanya
pengetahuan semata yang di ajarkan secara turun temurun, tapi pendidikan
islam menjadi suatu disiplin ilmu yang secara formal justice mampu
dijadikan sandaran dalamkhasanah keilmuan secara formal.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Filsafat dan Filsafat Pendidikan ?
2. Apa saja Objek dari Filsafat Pendidikan?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan?
4. Bagaimana Perbedaan Filsafat Pendidikan dengan Ilmu Pendidikan
Islam?

3. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Filsafat dan Filsafat Pendidikan.
2. Mengetahui Objek dari Filsafat Pendidikan.
3. Mengetahui Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan.
4. Mengetahui Perbedaan Filsafat Pendidikan dengan Ilmu Pendidikan
Islam.

1
Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam (revisi). Bumi Aksara. Jakarta. 2005. hal 7.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIIDIKAN ISLAM


Filsafat Pendidikan Islam mengandung tiga komponen kata, yaitu
filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat
Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna
masing-masing komponen kata untuk selanjutnya secara menyeluruh dari
keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir sebagai berikut:
Secara etimologis filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata
philein (mencintai) atau philia (cinta) atau philos (sahabat, kekasih) dan
sophia (kebijaksanaan, kearifan). Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu.
Keingintahuan manusia ini kemudian melahirkan pemikiran. Manusia
memikirkan apa yang ingin diketahuinya. Pemikiran inilah yang kemudian
disebut sebagai filsafat. Dengan berfilsafat manusia kemudian jadi pandai.
Pandai artinya juga tahu atau mengetahui. Dengan kepandaiannya
manusia harusnya menjadi bijaksana. Bijaksana adalah tujuan dari
mempelajari filsafat itu sendiri. Makna kearifan melebihi pengetahuan,
karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan
terdapat ketajaman dan kedalaman. Jadi, filsafat dapat diartikan sebagai
“cinta kebijaksanaan/kearifan”. Orang yang mempelajari serta mendalami
filsafat disebut “filsuf”. Dari penjelasan di atas, maka
filsafat dapat diartikan sebagai rasa ingin tahu yang mendalam
atau cinta pada kebijaksanaan.
Filsafat melahirkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan adalah
sikap terhadap dunia bahwa dirinya dan dunia ini adalah ciptaan
Yang Maha Kuasa. Kesadaran ini membawa filosof naik ke
wilayah kesadaran yang lebih tinggi, tidak hanya kesadaran
material atau kesadaran semu. Dengan dimilikinya kebijaksanaan
ini, para filosof menjadi orang-orang yang paling mengerti dan
tahu akan hakikat hidup dan kehidupan.
Sedangkan secara terminiologis kata filsafat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti pengetahuan dan penyelidikan

5
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal
dan hukumnya.2 Sementara itu, falsafah berarti anggapan,
gagasan dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh
orang atau masyarakat.3
Menurut pandangan para ahli filsafat diartikan sebagai:
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: filsafat
adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan
asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli
pidato Romawi, merumuskan bahwa filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-
usaha untuk mencapainya.
Dengan demikian filsafat merupakan daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan
integral serta sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia serta mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai
segala sesuatu yang ada.
Selanjutnya secara etimologis kata pendidikan bersal dari
bahasa Yunani yaitu “pedagogi”. Kata “Pedagogi”, berasal dari kata
“paid” yang artinya anak dan “agogos” yang artinya membimbing.
Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu
dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
Pada Bahasa Romawi, pendidikan berasal dari kata “educare”,
yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan, merealisasikan
potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
2
Rahmat, Henni syafriana Nasution, Filsafat Pendidikan Islam (Medan: LPPPI, 2016) hal 2
3
Ibid.,

6
Selanjutnya dalam bahasa arab istilah pendidikan sering
diterjemahkan dengan “Tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Sedangkan secara terminiologis kata pendidikan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara
mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, bab I, pasal I,
tentang “Sistem pendidikan Nasional”, bahwa pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari berbagai defenisi di atas maka dapat kita simpulkan
bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan oleh
pendidik untuk menumbuh kembangkan potensi dasar manusia
agar dapat mencapai kesempurnaan penciptaannya sehingga
manusia tersebut dapat memainkan perannya sebagai makhluk
tuhan yang beriman, berilmu dan berakhlakul karimah.
Selanjutnya kata Islam secara etimologi berasal dari bahasa
Arab "aslama-yuslimu-islaman" yang secara kebahasaan berarti
"menyelamatkan", misal teks "assalamu alaikum" yang berarti
"semoga keselamatan menyertai kalian semuanya". Islam atau
Islaman adalah masdar (kata benda) sebagai bahasa penunjuk dari
fi'il (kata kerja), yaitu "aslama" bermakna telah selamat (kala

7
lampau) dan "yuslimu" bermakna "menyelamatkan" (past continous
tense).
Bila dikaitkan dengan asal katanya maka Islam bisa berasal
dari beberapa kata di dalam Alquran dan Hadis, diantaranya:
1. Islam berasal dari kata “as-silmu” yang artinya damai. Allah
berfirman:
‫هّٰللا‬
‫س ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم‬ ْ َ‫س ْل ِم ف‬
َّ ‫اجنَ ْح لَ َها َوتَ َو َّك ْل َعلَى ِ ۗاِنَّ ٗه ُه َو ال‬ َّ ‫َواِنْ َجنَ ُح ْوا لِل‬
Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka
condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.” (QS. Al-Anfal:61).
Kata silmu dalam ayat di atas memiliki arti damai atau
perdamaian. Ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam,
yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada perdamaian.
Nabi menganjurkan umatnya untuk berbuat baik dan
menyebarkan kedamaian seperti yang disebutkan dalam hadis
imam Bukhari berikut:
Artinya: "Qutaybah Menceritakan kepada kami, ia berkata
bahwa Laits telah menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abi
Habib dari abi al-Khair dari Abdillah bin Amru bahwa seorang lelaki
bertanya pada Rasulullah saw. tentang bagaimanakah Islam yang
baik, beliau berkata memberi makan dan mengucapkan salam pada
orang yang kau kenal dan yang tak kau kenal."
2. Islam berasal dari kata “aslama” yang artinya menyerahkan diri
(pasrah). Allah Swt. berfirman:
‫سنٌ َّواتَّبَ َع ِملَّةَ اِ ْب ٰر ِه ْي َم‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫سلَ َم َو ْج َه ٗه ِ َو ُه َو ُم ْح‬ ْ َ‫سنُ ِد ْينًا ِّم َّمنْ ا‬ َ ‫َو َمنْ اَ ْح‬
‫َحنِ ْيفًا َۗوات ََّخ َذ هّٰللا ُ اِ ْب ٰر ِه ْي َم َخلِ ْياًل‬
Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?

8
dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya” (QS. An-
Nisa:125).
3. Islam berasal dari kata Mustaslimun yang berarti menyerakan
diri. Allah Swt. berfirman:
ْ ‫بَ ْل ُه ُم ا ْليَ ْو َم ُم‬
ْ َ ‫ست‬
َ‫سلِ ُم ْون‬
Artinya: ”Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri” (QS.As
Shaffat:26).
4. Islam berasal dari kata salim yang berarti bersih. Allah Swt.
berfirman:
‫هّٰللا‬
‫سلِ ْي ٍم‬ ٍ ‫ۗ اِاَّل َمنْ اَتَى َ بِقَ ْل‬
َ ‫ب‬
Artinya: “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih” (QS. Syuara:89).4
5. Islam berasal dari kata “salamun ” yang artinya selamat. Allah
Swt. berfirman:
‫ستَ ْغفِ ُر لَكَ َربِّ ۗ ْي اِنَّ ٗه َكانَ بِ ْي َحفِيًّا‬ َ ‫س ٰل ٌم َعلَ ْي ۚ َك‬
ْ َ ‫سا‬ َ ‫قَا َل‬
Artinya: “Berkatalah Ibrahim: “Semoga keselamatan
dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu
kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku”
(QS.Maryam:47).
Mengharapkan keselamatan orang lain tentunya mafhum
mukhlafahnya adalah tidak menyakitinya atau membuatnya berada
dalam kondisi berbahaya. Seorang muslim tidak akan menyakiti
muslim lain baik dengan kata-kata mau pun perbuatan sebagaimana
sabda Nabi:
‫ صلى هللا‬- ‫ َع ِن النَّبِ ِّى‬- ‫ رضى هللا عنهما‬- ‫عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو‬
ِ ‫سانِ ِه َويَ ِد ِه َوا ْل ُم َه‬
‫اج ُر‬ ْ ‫سلَ َم ا ْل ُم‬
َ ِ‫سلِ ُمونَ ِمنْ ل‬ َ ْ‫سلِ ُم َمن‬ ْ ‫ قَا َل ا ْل ُم‬- ‫عليه وسلم‬
ُ‫ِمنْ ه ََج َر َما نَ َهى هَّللا ُ َع ْنه‬
Arti matan hadis diatas: "Orang muslim adalah orang yang
orang-orang Islam (lainnya) selamat dari lisan dan tangannya dan

4
Ibid., 6-7

9
orang yang hijrah adalah orang yang hijrah dari apa yang telah
dilarang Allah Swt.
Disisi lain dalam hadis lain Rasulallah saw. bersabda:
Artinya:"Abdullah bin Musa menceritakan kepada kami, ia
berkata bahwa Hanzhalah bin Abi Sufyan mengabarkan kepada kami
dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar r.a. mengatakan: Rasulullah
saw. berkata : Islam dibangun atas 5 dasar, bersaksi bahwa tidak ada
tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa
Ramadhan"
Secara terminiologi Islam berarti agama yang didasarkan
pada lima pilar utama, yaitu mengucapkan dua kalimah
syahadat,mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu.
Disisi lain Hari Nasution menjelaskan bahwaIslam adalah agama
yang ajaran-ajarannyanya diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui Nabi Muhammas saw. sebagai rasul. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: ‫هللا‬, Allāh). Pengikut ajaran
Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang
tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi
laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Islam adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari
Alquran dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama
manusia dan dengan alam semesta.
Begitu luasnya makna dibalik kata Islam, sehingga Islam
dikenal sebagai:
1. Wahyu ilahi ( ‫و حْ ي ُ ْاِإل لَ ِهي‬XX‫)ال‬
َ Sebagaimana firman Allah Swt.
dalam Alquran Surat An-Najm ayat 3-4:
٣ – ‫َن ا ْل َه ٰوى‬ ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬
ِ ‫قع‬

10
٤ – ۙ‫اِنْ ُه َو اِاَّل َو ْح ٌي يُّ ْو ٰحى‬
Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."
2. Agama yang diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya
Rasulullah saw) Sebagaimana firman
Allah Swt. dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 84:
‫قُ ْل ٰا َمنَّا بِاهّٰلل ِ َو َمٓا اُ ْن ِز َل َعلَ ْينَا َو َمٓا اُ ْن ِز َل ع َٰلٓى اِ ْب ٰر ِه ْي َم َواِسْمٰ ِع ْي َل‬
ْ‫سبَا ِط َو َمٓا اُ ْوتِ َي ُم ْو ٰسى َو ِع ْي ٰسى َوالنَّبِيُّ ْونَ ِمن‬ ْ َ ‫ق َويَ ْعقُ ْو َب َوااْل‬ َ ‫س ٰح‬ ْ ِ‫َوا‬
ْ ‫ق بَيْنَ اَ َح ٍد ِّم ْن ُه ۖ ْم َونَ ْحنُ لَ ٗه ُم‬
َ‫سلِ ُم ْون‬ ُ ‫َّربِّ ِه ْۖم اَل نُفَ ِّر‬
Artinya: “Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada
apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada
Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka.
Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan
hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."
3. Pedoman hidup. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam
Alquran surat Al-Jatsiyah ayat 20 yang berbunyi:
َ‫س َو ُهدًى َّو َر ۡح َمةٌ لِّقَ ۡو ٍم يُّ ۡوقِنُ ۡون‬ َ َ‫ٰه َذا ب‬
ِ ‫ص ِٕاٮ ُر لِلنَّا‬
Artinya: "Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang meyakini."
4. Hukum-hukum Allah Swt. yang termuat dalam Alquran dan
sunnah Rasulullah saw. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam
surat Al-Maidah ayat 49-50 yang berbunyi:

11
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap
mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian
apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling(dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia
adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang
mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orangyang yakin?”5
5. Pembimbing manusia ke jalan yang lurus Allah Swt. berfirman
dalam Alquran surat Al-An‟am ayat 153 yang berbunyi:
َ ‫سبُ َل فَتَفَ َّر‬
ْ‫ق بِ ُك ْم عَن‬ ُّ ‫ستَقِ ْي ًما فَاتَّبِ ُع ْوهُ َۚواَل تَتَّبِ ُعوا ال‬ ْ ‫ص َرا ِط ْي ُم‬ ِ ‫َواَنَّ ٰه َذا‬
ّ ٰ ‫سبِ ْيلِ ٖه ٰۗذلِ ُك ْم َو‬
َ‫صى ُك ْم بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬ َ
Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-
Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu
mengikutijalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”
6. Pembimbing manusia Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat
Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat An-Nahl ayat 97 yang
berbunyi:
ً‫صالِ ًحا ِّمنْ َذ َك ٍر اَ ْو اُ ْن ٰثى َوه َُو ُمْؤ ِمنٌ فَلَنُ ْحيِيَنَّ ٗه َح ٰيوةً طَيِّبَ ۚة‬ َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
َ‫س ِن َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْون‬
َ ‫َولَنَ ْج ِزيَنَّ ُه ْم اَ ْج َر ُه ْم بِا َ ْح‬
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-
laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka

5
Ibid., 7-11

12
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Setelah memaparkan begitu luas mengenai makna dibalik
kata filsafat, pendidikan dan Islam, namun belum ditemukan
secara khusus pengertian filsafat pendidikan Islam tersebut.
Secara teoritis apa yang dilakukan di atas perlu dilakukan untuk
mengungkap lebih dalam makna yang terkandung di dalam
filsafat pendidikan Islam. Untuk selanjutnya akan diungkap
bagaimana pandangan para ahli mengenai pengertian filsafat
pendidikan Islam.
Omar Mohamad al-Toumy al-Syaibany menyatakan
bahwa filsafat pendidikan Islam tidak lain ialah pelaksanaan
pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan
yang didasarkan pada ajaran Islam.
Sedangkan Abuddin Nata mendefinisikan Filsafat
Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis mengenai
berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada Alquran dan al-Hadis sebagai sumber primer,
dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber
sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin
Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir
secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang
masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak
didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan
menggunakan Alquran dan al-Hadis sebagai dasar acuannya.
Kajian Falsafat pendidikan Islam beranjak dari kajian
falsafat pendidikan yang termuat dalam Alquran dan hadis yang
telah diterapkan oleh nabi Muhammad swt., baik selama periode
Makkah maupun selama periode Madinah. Falsafat Pendidikan
Islam yang lahir bersamaan dengan turunnya wahyu pertama itu
telah meletakkan dasar kajian kokoh, mendasar, menyeluruh serta

13
terarah ke suatu tujuan yang jelas, yaitu sesuai dengan tujuan
ajaran Islam itu sendiri.6
Maka dengan demikian Filsafat Pendidikan Islam adalah
suatu aktifitas berfikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka
merumuskan konsep penyelenggaraan pendidikan Islam dan
mengatasi berbagai problematika yang terjadi dalam Pendidikan
Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam
Alquran dan Al-Hadis serta mengungkap berbagai kajian dan
pemikiran para pemikir-pemikir Islam, berbasis Alquran dan Al-
Hadis.
Dalam pengertian Filsafat Pendidikan Islam yang disebut
diatas disebutkan bahwa filsafat ini didasarkan pada Alquran dan
hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya
para filosof muslim sebagai sumber sekunder. Maka dari sini kita
tahu bahwa sumber-sumber Filsafat Pendidikan Islam itu ada dua,
yaitu Pertama, sumber primer yaitu Alquran dan al-Hadis, dan
kedua, sumber sekunder yaitu pendapat para filosof muslim.
Alquran menganut faham integralistik dalam bidang ilmu
pengetahuan. Seluruh ilmu yang bersumber dari alam raya (ilmu-
ilmu fisika, sains), tingkah laku manusia (ilmu-ilmu sosial),
wahyu atau ilham (ilmu agama, tasawuf, filsafat) adalah
bersumber dari Allah Swt. Hal lain yang juga amat mendasar
adalah bahwa
Alquran amat menekankan pentingnya hubungan yang
harmonis antara ilmu dan iman. Ilmu tanpa iman akan tersesat,
dan iman tanpa ilmu tidak akan berdaya. Alquran menaruh
perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan
pengajaran. Seperti pemuatan istilah-istilah yang digunakan oleh
pendidikan seperti kata tarbiyah, ta‟lim, ta‟dib, iqra dan
sebagainya, hingga ada kesimpulan bahwa Alquran adalah kitab
pendidikan.

6
Ibid., 13

14
Adapun Hadis atau al-Sunnah menjadi sumber kedua
dalam filsafat pendidikan Islam karena Nabi Muhammad saw.
telah memberikan perhatian amat besar terhadap pendidikan, dan
mencaangkan pendidikan sepanjang hidup (long life education),
sampai ia mewajibkan mencari ilmu. Dan Ia diutus ke bumi ini
untuk menjadi pengajar, menyempurnakan akhlak mulia dan
mengajak menyembah Allah Swt. semata.
Adapun sumber sekunder dalam filsafat pendidikan Islam
belum dioptimalkan. Banyak pendapat ulama‟ yang tertulis dalam
kitab klasik. Sumber ini untuk pengembangan filsafat pendidikan
Islam. Namun demikian secara subtansial pendapat para filosof
muslim pun masih dapat dipersoalkan, yaitu jika sesuatu
dijadikan sebagai sumber, maka sumber itu harus permanen,
constant, dan tidak diperselisihkan keberadaannya. Sedang filsafat
dari manapun ia berasal atau disampaikan tetap memiliki sifat-
sifat kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan
kedudukannya sebagai sumber dapat dipermasalahkan.7

B. OBJEK FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat,
yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan
manusia, alam semesta dan sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi secara mikro (khusus) yang menjadi obyek filsafat
pendidikan meliputi:
a. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of
Education).
b. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek
pendidikan (The Nature Of Man).
c. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan.
d. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan.
7
Ibid., 14-16

15
e. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
f. Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dari uraian tersebut diproleh suatu kesimpulan bahwa
yang menjadi obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami
hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhungan dengan bagaimana
pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat
dicapai seperti yang dicita-citakan.8

C. RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam
menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan tentang filsafat, pendidikan
dan penelaahan tentang islam. Karena itu, setiap orang yang berminat dan
menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan Islam seharusnya
memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan dan
Islam.
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya
menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek
kebutuhan dan/atau kehidupan umat manusia, khususnya umat islam.
Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan
Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat
manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka
mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan
pendidikan islam sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia.
Menurut Ahmad D. Marimba (1989) sesungguhnya tujuan
pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim
Sebagai contoh, firman Allahh dalam surah Ali Imran (3) ayat 102:
َّ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َح‬
َ‫ق تُ ٰقىتِ ٖه َواَل تَ ُموْ تُ َّن اِاَّل َواَ ْنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن‬

8
Affifudin harisah, filsafat pendididkan Islam (Yogyakarta: Deepublish, 2012) hal 7-8

16
“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan
dalam keadaan muslim”.
Ayat ini menggambarkan tujuan hidup umat manusia Islam yang
harus mencapai derajat ketaqwaan, di mana ketaqwaan itu harus senantiasa
melekat dalam kehidupan umat manusia hingga akhir hayatnya. Filsafat
Pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan hidup umat manusia. Bila tujuan hidup umat islam untuk mencapai
derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di atas, maka
tujuan pendidikan islam yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu
pembinaan peserta/anak didik rangka menjadi manusia muttaqin. Dengan
demikian, mewujudkan ketaqwaan dalam diri setiap individu umat islam
guna mencapai posisi manusia muttaqin selain menjadi tujuan hidup setiap
muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam.9
Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam.10

D. PERBEDAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DENGAN ILMU


PENDIDIKAN ISLAM

Ahmad Tafsir memberikan penjelasan tentang perbedaan antara


filsafat, ilmu pendidikan sebagaimana pemaparan berikut.
Sains (ilmu) adalah pengetahuan logis dan mempunyai bukti
empiris. Kaidah ini digunakan Ahmad Tafsir untuk ilmu pendidikan Islam.
Teori-teori dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dapat diuji secara logis
dan sekaligus empiris. Bila kurang satu saja maka ia bukan ilmu
pendidikan Islam.

9
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
h.8
10
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus,
2005) h.9

17
Adapun Filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis
saja tentang objek-objek yang abstrak. Bisa saja Objek penelitiannya
kongkrit tetapi yang ingin diketahuinya bagian abstraknya. Suatu teori
filsafat benar bila ia dapat dipertanggung jawabkan secara logis untuk
selama-lamanya tidak akan dibuktikan secara empiris. Bila suatu waktu ia
dapat dibuktikan secara empiris maka ia segera berubah menjadi ilmu.
Berdasarkan itu maka filsafat pendidikan Islam adalah kumpulan teori
pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan secara logis
dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.
Islam dan pemikiran filsafat pendidikan Islam.
Dengan demikian berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dipahami
bahwa perbedaan antara filsafat, ilmu pendidikan Islam meliputi;
ilmu pendidikan Islam adalah pengetahuan tentang teori-teori pendidikan
yang diperoleh dengan menggunakan pemikiran logis dan pembuktian
lewat hasil penelitian, filsafat pendidikan Islam adalah pengetahuan
tentang teori-teori pendidikan yang diperoleh melalui proses pemikiran
logis tanpa dukungan pembuktian hasil penelitian.11 Dapat digambarkan
sebagai berikut:

Perbedaan
Keterangan Filsafat pendidikan Islam Ilmu Pendidikan Islam

Obyek Kajian  Membicarakan Pendidikan Islam secara material  Berbicara tentang bagaimana
(Sasaran yang  Membicarakan Hakikat pendidikan Islam secara teori-teori pendidikan Islam
dituju) formal
Metodologi o Berfikir logis spekulatif Logis empiris
o Spekulatif/komparatif yaitu berfikir secara Rasional, yaitu bersumber pada
mendalam dalam keadaan tenang dan sunyi untuk pikiran.
mendapatkan kebenaran tentang hakikat yang Rasio dan jiwa manusia Empiris:
dipikirkan yaitu berdasarkan pengalaman
o Normatif yaitu mencari dan menetapkan aturan- manusia melalui dunia luar yang
aturan dalam kehidupan nyata dapat ditangkap dengan
pancaindra.
Materialistik, Kuantitatif.
Fungsi  Normatif: menetapkan aturan  Teoritis atau digunakan sebagai
 Diskriptif: mejelaskan dan menggambarkan sebuah teori untuk mengkaji
 Evaluatif, dan dapat disebut juga dengan pasukan pendidikan islam
marinirnya
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Halid hanafi, La adu, Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta, Deepublish, 2018) hal 29-
30

18
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang
diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan
jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan. Karenanya tidak heran untuk kita katakan bahwa secara
epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni
pendidikan Islam.
Terbukti dengan pemaparan di sampaikan di pembahasan, bahwa
dengan filsafat pendidikan islam bukan hanya semata-mata pengetahuan
tradisional biasa, tapi mampu menjadi pendidikan yang mampu
mewujudkan manusia kepada tujuan yang sesungguhnya, mencapai ridho
Allah dengan menggaktualisasikan pemkirannya secara mendalam dan
menyeluruh.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para
filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan
guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan
memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan
secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam
bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang
dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan
dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif
terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang
dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman
sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya
penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat
bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Halid, dkk, 2018, Ilmu Pendidikan Islam,Yogyakarta: Deepublish

19
Harisah Affifudin, 2012, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish
Rahmat, Henni, 2006, Filsafat Pendidikan Islam, Medan: LPPPI
Syar’I Ahmad, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus

20

Anda mungkin juga menyukai