Anda di halaman 1dari 19

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SUBJEK

PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Mata kuliah Tafsir II

Dosen Pembimbing :

Tatang Muhajang, M.Ag

Disusun Oleh:

Muhammad Fauzi

Semester III

Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Karimiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Jl. H. Maksum No.23 Rt.04/02 Sawangan Baru Kec. Sawangan Kota


Depok Jawa Barat Indonesia 16511.

Tahun 2021.

0
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga kami mendapatkan kemudahan dan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Tafsir ayat-
ayat tentang subjek pendidikan” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir II.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi
besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai figur teladan dalam dunia
pendidikan yang patut diteladani dan seorang suri tauladan yang mulia beserta
keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia kepada ajarannya hingga akhir zaman.

Terima kasih kami haturkan kepada Bapak Tatang Muhajang, M.Ag


yang senantiasa membimbing kami didalam kelas dan penyusunan makalah ini.
Tanpa adanya bimbingan beliau kami kiranya tidak akan mampu menyelesaikan
makalah ini.

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah
ini. Untuk itu kami mengharap saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Depok, 07 Februari 2021


Penulis

Kelompok III

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3

Bab II Pembahasan
A. Pengertian Subjek pendidikan..............................................................4
B. Surah An-Nahl Ayat 43-44...................................................................4
C. Surah Al-Kahfi Ayat 66........................................................................9
D. Surah An-Najm Ayat 5-6......................................................................11
E. Surah Al-Rahman Ayat 1-4..................................................................13

Bab III Penutup


A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17

Daftar Pustaka................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu unsur pendukung dan menjadi tolak ukur maju
dan mundurnya suatu bangsa, baik dan buruknya suatu peradaban. Maka jika suatu
pendidikan itu baik maka, akan baik pula peradabanya begitupun sebaliknya.
Maka dari itu, keilmuan seharusnya di tangani secara serius, lewat sekolah-
sekolah formal yang di jadikan sebagai tempat untuk mendidik generasi-generasi
bangsa supaya, menjadi manusia-manusia yang berguna bagidirinya, orang lain, lebih-
lebih untuk agamanya.
Tentunya ilmu yang tidak di ragukan lagi keshahihan yaitu isi kandungan
firman Allah, atau yang sering kita sebut dengan mushaf usmani (Al-Qur’an). Dimana
al-qur’an ini adalah kitab umat islam yang di jadikan sebagai pedoman hidup nya,
yang dimana di dalam Al-Qur’an tersebut terkandung ayat-ayat Al-Quran yang
membahas berbagai macam hal dan salah satunya membahas tentang ayat-ayat subyek
pendidikan.
Oleh karena itu lewat pembuatan makalah ini kami dari kelompok tiga ingin
mencoba mengali tentang makna dari ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai
subyek pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian Subjek pendidikan?
2. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat al-Nahl ayat 43-44?
3. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat al-Kahfi ayat 66?
4. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat al-Najm ayat 5-6?
5. Bagaimanakah penjelasan Al-Qur’an, surat al-Rahman ayat 1-4?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Subjek Pendidikan.
2. Mengetahui penjelasan Al-Qur’an, surat al-Nahl ayat 43-44.
3. Mengetahui penjelasan Al-Qur’an, surat al-Kahfi ayat 66.
4. Mengetahui penjelasan Al-Qur’an, surat al-Najm ayat 5-6.
5. Mengetahui penjelasan Al-Qur’an, surat al-Rahman ayat 1-4?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SUBYEK PENDIDIKAN


Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan juga berarti orang yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya
sebagai hamba dan khalifah Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk
social dan sebagai makhluk individu yang mandiri.1
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang
tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan
masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami
selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus
menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang kedua
adalah Rasulullah.2

B. PENJELASAN SURAH AN-NAHL AYAT 43-44


(Q.S al-Nahl ayat 43)
‫الذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم اَل َت ْعلَ ُمو َن‬ ِ َ ِ‫َو َما أ َْر َسلْنَا ِمن َق ْبل‬
ْ َ‫ك إِاَّل ِر َجااًل نُّوحي إِل َْي ِه ْم ف‬
ِّ ‫اسأَلُوا أ َْهل‬
َ
(43) Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan3 jika kamu tidak mengetahui.

(Q.S al-Nahl ayat 44)


ِ ‫الذ ْك َر لِتَُبيِّ َن لِلن‬
‫َّاس َما ُن ِّز َل إِل َْي ِه ْم َول ََعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُرو َن‬ ِّ ‫ك‬َ ‫َنزلْنَا إِل َْي‬
َ ‫الزبُ ِر َوأ‬
ِ َ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ات َو‬ َ

1
Suryoso B., Beberapa Aspek Dasar Kependidika,(Jakarta: Bina Aksara,1983),h.26.
2
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2011/makalah-subyek-pendidikan-tafsir-qs-arrahman.html
3
Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.

4
(44) Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan
kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka4 dan supaya mereka memikirkan.

Surah An-Nahl adalah surah ke-16 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 128
ayat dan termasuk surah makiyyah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti
lebah, karena didalamnya terdapat firman Allah SWT, yaitu pada ayat 68 yang
artinya : ”Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah”. Lebah adalah makhluk
Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada
persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al-Qur’an Al-Karim.
Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi
bermacam-macam penyakit manusia. Sedang Al-Qur’an mengandung inti sari dari
kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah
dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Surah ini dinamakan pula An-Ni’am
artinya nikmat-nikmat, karena didalamnya Allah menyebutkan berbagai macam
kenikmatan yang diperuntukan hamba-hambanya.5
Penyebutan anugerah Allah kepada nabi Muhammad secara khusus dan bahwa
yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan
beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya. Dalam konteks ini nabi
Muhammad saw bersabda artinya:
”Tidak seorang nabi pun kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti
indrawi) yang menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku
dianugerahi wahyu (Al-Qur’an) yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang
masa, akan aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya dihari
kemudian”. (HR.Bukhari).
ِ ُّ‫ك إِاَّل ِرجااًل ن‬
‫وحي إِل َْي ِه ْم‬ َ ِ‫َو َما أ َْر َسلْنَا ِمن َق ْبل‬
َ
Tidakkah Kami mengutus para rasul sebelummu kepada umat-umat untuk
mengajak mereka agar mentauhidkan Aku dan melaksanakan perintah-Ku,
kecuali mereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang Kami wahyukan kepada
mereka, bukan para malaikat. Ayat ini menguraikan kesesatan pandangan
mereka menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan itu
4
Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran.
5
Ibid, h. 207

5
mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi utusan Allah, atau
paling tidak dia harus disertai oleh malaikat.6
Allah SWT menyatakan bahwa Dia tidak mengutus Rasul sebelum diutusnya
Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang diutusnya itu diberi wahyu. Ayat
ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu
hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as sehingga Muhammad saw diutus untuk
membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan
wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan
berbahasa seperti mereka.
Mengenai penolakan orang-orang Arab pada kerisalahan Muhammad karena
ia seorang manusia biasa, dapatlah diikuti sebuah riwayat dari Adh-Dhahhak yang
disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa setelah Muhammad saw diangkat menjadi
utusan, orang Arablah yang mengingkari kenabiannya, mereka berkata: "Allah
SWT lebih Agung bila Rasul Nya itu bukan manusia. Kemudian turun ayat-ayat
surah Yunus.
‫الذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم اَل َت ْعلَ ُمون‬
ِّ ‫اسأَلُوا أ َْهل‬
َ ْ َ‫ف‬
Maka tanyakanlah kepada ahli kitab dahulu diantara orang-orang Yahudi
dan Nasrani, apakah para utusan yang diutus kepada mereka itu manusia
ataukah malaikat? Jika mereka itu malaikat silakan kalian ingkari Muhammad
SAW tetapi jika mereka itu manusia, jangan kalian ingkari dia.7
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar
bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Muhammad saw,
baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-orang Nasrani. ‫أهل الذكر‬
(Ahli dzikri): Ahli kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah
menerima kitab-kitab dan ajaran dari Nabi-nabi terdahulu. Di sini tersebut Ahlu-
Dzikr, orang yang ahli peringatan, atau orang yang berpengetahuan lebih luas.
Arti umum ayat menyuruhkan orang yang tidak tahu bertanya kepada yang lebih
tahu, karena ilmu pengetahuan itu adalah umum sifatnya, berfaedah mencari
kebenaran. Menurut yang diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu Abbas bahwa
ahlu-dzikri di sini maksudnya ialah Ahlul-kitab. Sebelum ahlu kitab ini
dipengaruhi oleh nafsu ingin menang sendiri, mereka akan mengakui bahwa Nabi-

6
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 (Mesir :Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394 H-1974
M) h.160
7
Ibid h.161

6
nabi dan Rasul-rasul yang terdahulu itu semuanya adalah manusia belaka,
manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah.
Apakah di dalam kitab-kitab mereka itu disebutkan suatu keterangan bahwa
Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka. Maka kalau disebutkan di dalam
kitab mereka itu bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah
bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan Muhammad. Akan tetapi apabila
yang disebutkan di dalam kitab mereka Allah hanya mengirim utusan kepada
mereka manusia yang sejenis dengan mereka maka tidak benarlah apabila orang-
orang musyrik itu mengingkari kerisalahan Muhammad saw.
Dengan ayat ini kita mendapat pengertian bahwasannya kita boleh menuntut
ilmu kepada ahlinya, dimana saja dan siapa saja, sebab yang kita cari ialah
kebenaran.
‫الزبُ ِر‬ ِ َ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ات َو‬ َ
Keterangan-keterangan dan zubur, para rasul yang diutus sebelum itu semua
membawa keterangan-keterangan yakni mukjizat-mukjizat nyata yang
membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul dan sebagian pembawa pula zubur
yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-
nasihat yang seharusnya menyentuh hati.
Kata Zubur yakni tulisan, yang dimaksud disini adalah Taurat, Injil, Zabur dan
Shuhuf Ibrahim as. Allah SWT menjelaskan bahwa rasul-rasul itu diutus dengan
membawa keterangan-keterangan yang membuktikan kebenarannya, yaitu
mukjizat dan kita-kitab. Yang dimaksud dengan keterangan di dalam ayat ini ialah
dalil-dalil yang membukakan kebenaran kerisalahannya dan di maksud dengan Az
Zabur ialah kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang
diberikan oleh Allah kepada hamba Nya.
ِ ‫الذ ْك َر لِتَُبيِّ َن لِلن‬
‫َّاس َما ُن ِّز َل إِل َْي ِه ْم َول ََعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُرون‬ ِّ ‫ك‬َ ‫َنزلْنَا إِل َْي‬
َ ‫َوأ‬
Dan Kami turunkan padamu adz-dzikr agar engkau menerangkan kepada
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.
Kata adz-dzikr disini adalah al Qur’an, dari segi bahasa adalah antonim kata
lupa. Al Qur’an dinamai demekian karena ayat-ayatnya berfungsi mengingatkan
manusia. Dan Allah SWT menerangkan pula bahwa Dia telah menurunkan al-
Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, agar beliau memberikan penjelasan kepada

7
manusia apa saja yang telah diturunkan kepada mereka , yaitu perintah-perintah,
larangan-larangan, aturan-aturan hidup lainnya yang harus mereka perhatikan, dan
kisah-kisah umat-umat terdahulu agar supaya dijadikan suri tauladan dalam
menempuh kehidupan di dunia.
ِ ِ
َ ‫ َوأَْن َزلْناَال َْي‬dan ‫ َم ا ُن ِّز َل ال َْي ِه ْم‬mengisyaratkan
Pengulangan kata turun dua kali yakni ‫ك‬

perbedaan penurunan yang dimaksud, yang pertama adalah penurunan al Qur’an


kepada Nabi Muhammad yang bersifat langsung dari Allah dan dengan redaksi
pilihan-Nya sendiri. Sedang yang kedua adalah ditujukan kepada manusia
seluruhnya. Juga agar Nabi saw menjelaskan kepada mereka hal-hal yang mereka
anggap, yaitu menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an
serta memerinci kandungannya yang bersifat global sesuai dengan kemampuan
berpikir dan kepahaman mereka terhadap tujuan-tujuan pembentukan syari’at.
‫ = َول ََعلَّ ُه ْم َيَت َف َّك ُر ْو َن‬Supaya mereka berfikir, yakni agar mereka berfikir dan tidak

mengikuti jejak para pendusta terdahulu sehingga mereka tidak ditimpa azab
seperti yang telah ditimpakan kepada mereka. Allah tidak membinasakan mereka
dengan azab yang cepat, akan tetapi dengan keadaan yang menakutkan seperti
angin kencang, petir dan gempa. Disini terdapat penangguhan waktu yang
mungkin didalamnya terdapat pengabaian, ini adalah salah satu dampak rahmat
Allah terhadap hamba-Nya.
Di akhir ayat Allah SWT menandaskan agar mereka suka memikirkan
kandungan isi Al-Qur’an dengan pemikiran yang jernih baik terhadap prinsip-
perinsip hidup yang terkandung di dalamnya, tata aturan yang termuat di
dalamnya serta tamsil ibarat yang ada di dalam ayat-ayatnya, agar mereka itu
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.8
 Adapun kaitan ayat ini dengan subjek pendidikan adalah sebagai berikut:
Bahwa seorang guru dalam perannya sebagai ahli al-dzikr, Sebagai ahli al-dzikr
ia dapat mencari titik persamaan antara ajaran yang terdapat didalam berbagai
kitab tersebut untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.9
Berfungsi sebagai orang yang mengingatkan para peserta didik dari berbuat
yang melanggar larangan Allah dan rasul-Nya, juga sebagai seorang yang
mendalami ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan yang terdapat dalam berbagai
kitab yang pernah diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya dari sejak
8
http://al-jadiyd.blogspot.co.id/2013/07/tafsir-al-quran-subjek pendidikan.html?m=1
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) h.207.

8
dahulu kala hingga sekarang. Selain itu surah an-Nahl menerangkan bahwa Allah
Swt mengutus utusannya dengan terlebih dahulu memberikannya wahyu kepada
utusannya, ini dikarenakan agar segala bentuk pertanyaan yang mungkin diajukan
kepada utusannya dapat dijawab dan dipecahkan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh Allah dan tidak mungkin terjadi kedzaliman dalam hal ini.
Di karenakan semua jawaban yang diberikan oleh utusannya adalah datang
dari tuhan, oleh karena itu, sebagai subyek pendidikan yang merupakan salah satu
sumber pendidikan hendaklah memiliki segala pengetahuan yang sesuai dengan
kaidah ilmu pengetahuan itu sendiri. Yakni sebagai seorang pendidik hendaklah
mempersiapkan segala sesuatu sebelum mengadakan proses pembelajaran yang
mana jikalau terdapat kasus-kasus pendidik dapat menyelesaikan apa yang muncul
didalam proses pembelajaran. Maka tidak salah jika salah satu syarat sebagai
seorang pendidik adalah memiliki kecerdasan pikiran mental dan juga spiritual
yang digambarkan pada ayat ini.
Dari berbagai penjelasan diatas jika dihubungkan dengan pendidikan, maka
akan muncul 2 hal penting. Pertama, Mengenai Gambaran seperti apa seharusnya
pelaku pendidikan atau yang sering disebut dengan Subyek pendidikan itu, dan
yang Kedua, Mengenai bahan ajar atau sesuatu yang akan diajarkan dan diterima
oleh para pelaku pendidikan tersebut.

C. PENJELASAN SURAH AL-KAHFI AYAT 66


ْ ‫س ٰى َه ْل أَتَّبِ ُعكَ َعلَ ٰ ٓى أَن تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْمتَ ُر‬
‫شدًا‬ َ ‫قَا َل لَهۥُ ُمو‬
“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?" (QS.Al-Kahfi:66)
Surah Al-Kahfi artinya gua, disebut juga surah Ashab Al-Kahfi yaitu surah ke-
18 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 110 ayat dan termasuk kedalam surah
Makiyah. Dinamai Al-Kahfi dan Ashabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni
Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9
sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua
bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita
dalam surah ini, yang kesemuanya mengandung pelajaran-pelajaran yang sangat
berguna bagi kehidupan umat manusia.

9
Menurut Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan tentang ucapan nabi Musa
terhadap nabi Khidhir yang sangat halus. Beliau tidak menuntut untuk diajar tetapi
permintaanya diajukan dalam bentuk pertanyaan, “Bolehkah aku mengikutimu?”.
Selanjutnya, beliau menamai pengajaran yang diharapkannya itu sebagai ikutan,
yakni beliau menjadikan diri beliau sebagai pengikut dan pelajar. Beliau juga
menggaris bawahi kegunaan pengajaran itu untuk dirinya secara pribadi, yakni
untuk menjadi petunjuk baginya. Disisi lain, beliau mengisyaratkan keluasan ilmu
hamba yang shaleh itu sehingga nabi Musa mengharap kiranya dia mengajarkan
sebagian dari apa yang telah diajarkan kepadanya. Dalam konteks itu nabi Musa
tidak menyatakan “Apa yang engkau ketahui wahai hamba Allah” karena beliau
sepenuhnya sadar bahwa ilmu pastilah bersumber dari satu sumber, yakni Allah
Yang Maha Mengetahui. Memang, nabi Musa dalam ucapannya itu tidak
menyebut nama Allah sebagai sumber pengajaran karena hal tersebut telah
merupakan aksioma bagi manusia beriman.
Disisi lain, disini kita menemukan hamba yang shaleh itu juga penuh dengan
tata karma. Beliau langsung tidak menolak permintaan nabi Musa, tetapi
menyampaikan penilaiannya bahwa nabi agung itu tidak akan bersabar
mengikutinya sambil menyampaikan alas an yang sungguh logis dan tidak
menyinggung perasaan ketidak sabaran tersebut.
Berdasarkan ayat diatas menunjukan bahwa interaksi yang terjadi antara guru
dan murit harus berlangsung dalam suasana saling menghargai/menghormati.
Sikap ini seperti yang ditunjukan oleh nabi Musa kepada nabi Khidhir merupakan
cerminan dari kesabaran dan sikap lapang dada dalam memberikan
bimbingan/pengajaran kepada muritnya
Dengan demikian, seorang pendidik harus memiliki kompetensi akhlak dan
kepribadian yang luhur dalam proses pembelajaran. Diantaranya adalah dengan
memiliki sikap sabar dalam menghadapi perilaku peserta didiknya. Jika sikap
seperti ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan tercipta
suasana yang kondusif terhadap upaya memperoleh hasil belajar yang berkualitas
baik.

 Adapun kaitan ayat ini dengan subjek pendidikan adalah sebagai berikut :

10
Subjek pendidikan dalam surat Al Kahfi bahwa bisa siapa saja yang berkompeten
di dalam bidangnya tanpa terkecuali dan tanpa pandang bulu seperti pada ayat ini,
ketika nabi Musa berguru kepada Khidir walaupun Khidir merupakan salah satu
nabi sedangkan Musa merupakan nabi dan rasul tetapi Allah menyuruhnya untuk
berguru atau menuntut ilmu kepada Khaidir dikarenakan Khaidir merupakan
orang yang berkompeten dalam rangka mengajarkan Musa. Jadi sebagai seorang
pendidik atau sebagai subjek pendidikan hendaklah menguasai seluk beluk bidang
yang digelutinya dalam hal yang akan diajarkannya kepada peserta didik.

D. PENJELASAN SURAH AL-NAJM AYAT 5-6

ُ ‫﴾ َعلَّ َمهُ َش ِد‬


٥﴿ ‫يد الْ ُق َوى‬
Artinya : Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
ِ
ْ َ‫﴾ذُو مَّر ٍة ف‬
٦﴿ ‫اسَت َوى‬
Artinya: Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan
diri dengan rupa yang  asli.

Setelah ayat lalu menjelaskan bahwa apa yang diucapkan Nabi Muhammad
Saw. adalah wahyu, kini dijelaskan siapa yang menyampaikannya kepada beliau.
Allah berfirman bahwa: Ia, yakni wahyu yang diterimanya itu, di ajarkan
kepadanya, yakni kepada Nabi Muhammad Saw., oleh malaikat Jibril yang sangat
kuat, pemilik potensi akliah yang sangat hebat; lalu dia, yakni malaikat Jibril itu,
tampil sempurna dengan menampakkan rupa yang asli. Sedang dia, yakni
Malaikat Jibril itu, berada di ufuk langit yang tinggi berhadapan dengan orang-
orang yang menengadahkan kepadanya.
Kata (‫‘ )علّمه‬allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu
tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak
mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar
anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya
kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah
satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata (‫رّة‬SSS‫ )م‬mirrah terambil dari kalimat (‫رت الحبل‬SSS‫ )أم‬amrartu al-habla
yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (‫ )ذو مرّة‬dzu mirrah

11
digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan
seseorang. Al-Baqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar
biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun
mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga
yang memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.10
Sedangkan dalam tafsir Al-Qurtubi dijelaskan bahwa seluruh mufassir
mengatakan ‫وى‬SS‫ديد الق‬SS‫ش‬ adalah malaikat Jibril, kecuali Al-Hasan, ia menyatakan
bahwa ‫وى‬SSS‫ديد الق‬SSS‫ش‬ adalah Allah saw. Adapun kalimat ‫رة‬SSS‫ذوم‬  berarti memiliki
kekuatan dan kecerdasan atau wawasan luas. Demikian pula yang dinyatakan
oleh Ibnu Katsir. Dengan merujuk kepada pendapat jumhur mufassir, ayat ini
berbicara tentang malaikat Jibril yang menjadi guru besar nabi Muhammad saw.
terlepas dari perbedaan mengenai figur yang disebut pada ayat 5, seluruh mufassir
sepakat bahwa figur yang dimaksud bersifat memiliki kekuatan dalam segala
dimensinya serta kecerdasan khusus. Dengan demikian, makna pendidikan dalam
ayat ini adalah bahwa seorang pendidik seyogyanya merupakan sosok yang kuat,
baik dari segi fisik, mental, ekonomi, maupun intelektual.11

 Adapun kaitan ayat ini dengan subjek pendidikan adalah sebagai berikut :
Dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat
Jibril, bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril.
Seseorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber
dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal
bacaan itu juga bukan merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara
baik dan benar adalahsatu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahu dari
Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi
Muhammad Saw., dan itulah yang dimaksud pengajaran disini.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang
guru, maka dapat di ambil beberapa kriteria guru yakni diantaranya adalah
seorang guru itu harus mempunyai kekuatan, baik kekuatan secara jasmani
maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar,
penampilan dan perilaku yang baik,karena perilaku kita akan dijadikan
cerminan oleh murid-murid kita.

10
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) hlm 410-411
11
Ibid, h. 204

12
Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas
aqliyah maupun fi’liyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran
kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul
karimah kepada peserta didik.

E. PENJELASAN SURAH AL-RAHMAN AYAT 1-4

{4( ‫) َعلَّ َمهُ الَْبيَا َن‬3( ‫سا َن‬ َّ


َ ْ‫) َخلَ َق اإلن‬2( ‫) َعل َم الْ ُق ْرآ َن‬1( ‫الر ْح َم ُن‬
َّ

Artinya:“(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran. Dia


menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara.”( QS.Ar-Rahman :1-4)

)2( َ‫) َعلَّ َم ا ْلقُ ْرآن‬1( ُ‫ال َّر ْح َمن‬

Allah telah mengajari Nabi Muhammad Alquran dan Nabi Muhammad


mengajarkannya kepada ummatnya.

Surah ini menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat yang telah Allah


anugrahkan kepada hamba-hambaNya, maka terlebih dahulu Allah menyebutkan
nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya dan terbanyak
menfaatnya,bahkan paling sempurna faidahnya yaitu nikmat diajarkannnya
Alquran Karim. Karena dengan mengukuti Alquran Karim,maka diperolehlah
kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan dengan menempuh jalannya. Lalu
diperolehlah segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena Alqur anlah puncak
dari segala kitab Samawi, yang telah di turunkan pada makhluk Allah yang
terbaik.12

4( َ‫) َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان‬3( َ‫سان‬


َ ‫ق اإل ْن‬
َ َ‫َخل‬

 Dia telah menciptakan manusia ini dan mengajarinya mengunggapkan apa yang
terlintas dalam hatinya dan terbesik dalam sembarinya. Sekiranya tidak
demikian, maka Nabi Muhammad takkan dapat mengajarrkan Alquran kepada
umatnya.

Oleh karena itu manusia ini makhluk sosial menurut lahiatnya, yang tak bisa
hidup tanpa brmasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 (Mesir :Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394 H-1974
12

M) h.187.

13
igunakan untuk saling memahami sesamanya, dan untuk menulis kepada
sesamanya dan untuk memelihara ilmu-ilmu orang terdahulu supaya dapat
diambil manfaatnya oleh generasi berikutnyadan agar ilmu-ilmu itu dapat
ditambah oleh generasi yang mendatang atas hasil yang diperoleholeh generasi
lain.13

Pada surah ar-Rahman ayat 1-4 ditegaskan disini bahwa yang menjadi subjek
pendidikan adalah seorang manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang
paling sempurna karena diberikan olehnya sesuatu yang tidak ia berikan kepada
makhluk ciptaannya yang lain yakni akal yang mengangkat derajat manusia
sehingga manusialah yang berhak menjadi subjek pendidikan baik bagi sesama
ataupun bagi makhluk ciptaan Allah yang lainnya.

Surah Ar-rahman terdiri dari 78 ayat, surah ini termasuk ke dalam surah
Madaniyah. Dinamankan Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah berasal
dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-rahman
merupakan satu dari sekian nama Allah SWT, sebagian besar dari surah ini
menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan
memberikan nikmat-nikmat yang tak terhingga baik di dunia maupun di akhirat
kelak.14

Selain itu ayat ini juga menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya
Yang Maha Kasih Sayang telah mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
saw. untuk kemudian dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam
mengarungi kehidupan di dunia. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa :

“Aku telah meninggalkan 2 perkara untuk kalian, kalian tidak akan sesat selama
berpegang teguh kepada keduanya, yakni kitabullah (Al-Quran) dan sunnah
Nabi-Nya”.

Dalam konteks ayat ini, kata Ar-rahman juga dapat ditambahkan bahwa kaum
musyrikin Mekah tidak mengenal siapa Ar-Rahman sebagaimana pengakuan
mereka yang direkam oleh Q.S Al-Furqan 25 :60. Dimulainya surah ini dengan

13
Ibid h.188
14
Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten, 2012)  hl. 201

14
kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan
akan tergugah untuk mengakui nikmat – nikmat dan beriman kepada Nya.15

Kata ‘Al-lama atau mengajarkan memerlukan objek. Banyak ulama yang


mengatakan bahwa yang dimaksud objek disini adalah Al-insanatau manusia.
Malaikat jibril yang menerima wahyu dari Allah yang berupa Al-qur’an untuk
disampaikan kepada nabi Muhammad Saw, disampaikan oleh beliau kepada nabi,
malaikat jibril tidak akan mungkin mengajarkannya kepada nabi kalau
sebelumnya tidak mendapat pengajaran kepada Allah.

     Al-Hasan berkata kata Al-Bayan berarti berbicara, karena konteks Al-qur’an


berada dalam pengajaran Allah yaitu cara membacanya, hal ini berlangsung
dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi serta memudahkan keluarnya
huruf melalui jalanya masing-masing dari tenggorokan, lidah dan dua bibir sesuai
dengan keragaman artikulasi sesuai dengan jenis hurufnya.16

Pelajaran ayat dan kaitannya dengan subyek pendidikan:


Dalam surat ar-Rahman Allah Yang Maha Pemurah menyebutkan berbagai
nikmat yang besar baik nikmat agama, dunia, dan akhirat. Setelah menyebutkan

setiap nikmat Allah berfirman ( ‫بان‬ ِ ‫َي‬


ِ ‫آالء ربِّ ُكم ا تُ َك ِّذ‬ ِّ ‫ فَبِ أ‬/Maka nikmat Tuhan kamu
َ
yang manakah yang kamu dustakan?), untuk  mengingatkan  manusia
atas  nikmat yang diberikan Allah kepadanya, menumbuh kembangkan rasa takut
pada dirinya, dan menghina orang yang mengingkari nikmat tersebut.
Nikmat pertama yang Allah sebutkan adalah nikmat yang paling besar dan paling
agung, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman bagi kehidupan
manusia.

Nikmat yang kedua dan ketiga  adalah diciptakannya jenis manusia untuk


memakmurkan bumi ini, dan diajarkannya berbicara dan memahami. Inilah di
antara kelebihan manusia dari makhluk lain.

 Adapun kaitan ayat ini dengan subjek pendidikan adalah sebagai berikut :

15
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2000) h. 405
16
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubabut Tafsir min Ibni Katsiir,Terj. M.
Abdul Ghofar dan Abu Ihsan Al-Atsari, (Pustaka Imam Syafii,2008), cet. 1. h. 229-230

15
Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa dari empat ayat di
atas  kita mendapatkan pelajaran bahwa  Allah adalah sebagai pelaku/subyek
pendidikan, yaitu yang mengajarkan manusia al-Qur’an sebagaimana
mengajarkannya juga pandai berbicara. Kemudian Rasulullah saw mwngajrkan
al-Qur’an kepada umatnya.
Kata Ar-rahman menunjukan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati,
penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya
dan siapa saja (kompetensi personal).

Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi pedagogis yang baik


sebagaimana Allah mengajarkan Al-Qur’an kepada nabi-Nya.

Al-Qur’an menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik


adalah kebenaran/ilmu dari Allah (kompetensi professional).

Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan


mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang
memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual.17

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
17
Ahmad Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (PAM Press, Banten, 2012) h.203

16
Kita dapat menyimpulkan dari pembahasan di depan bahwa di dalam Al-Qur’an
terdapat ayat-ayat yang mengandung makna pendidikan, terutama subjek pendidikan.
Beberapa simpulan yang dapat kita ambil, yaitu:
1. Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab
dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
2. QS. An- Nahl : 43-44 Bahwa seorang guru dalam perannya sebagai ahli al-
dzikr, Sebagai ahli al-dzikr ia dapat mencari titik persamaan antara ajaran
yang terdapat didalam berbagai kitab tersebut untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari..
3. QS. Al-Kahfi : 66 Menjelaskan bahwa sebagai seorang pendidik atau sebagai
subjek pendidikan hendaklah menguasai seluk beluk bidang yang digelutinya
dalam hal yang akan diajarkannya kepada peserta didik.
4. QS. An- Najm : 5-6 Menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek
pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang
berkompeten, tidak hanya baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap
dan penampilan.
5. QS. Ar- Rahman : 1-4 Menjelaskan bahwa Allah adalah subjek pendidikan
yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini
mengajarkan kita untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu
menstranfer semua ilmu yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.
B. Saran
Demikianlah makalah mengenai Tafsir Ayat-ayat tentang subyek pendidikan
yang telah diselesaikan oleh kelompok pemakalah. Pemakalah menyarankan alangkah
lebih baiknya pembaca memperbanyak referensi lainnya untuk dijadikan rujukan agar
mengetahui lebih banyak mengenai pembahasan tentang Tafsir Ayat-ayat tentang
subyek pendidikan tersebut. Pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar dapat membantu memperbaiki penulisan makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maragi, Ahmad Mustafa 1989. Terjemah Tafsir Al-Maragi 27 .(Mesir


:Mustafa Al-Bab Al-Halabi.1394 H-1974 M)

B, Suryoso. Beberapa Aspek Dasar Kependidika, (Jakarta: Bina Aksara,1983),

17
Http://Al-Jadiyd.Blogspot.Co.Id/2013/07/Tafsir-Al-Quran-Subjek
Pendidikan.Html?M=1

Http://Fdj-Indrakurniawan.Blogspot.Com/2011/Makalah-Subyek-Pendidikan-
Tafsir-Qs-Arrahman.Html

Izzan, Ahmad Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan,


(PAM Press, Banten, 2012)

Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir Al-Mishbah Volume 13. Jakarta: Lentera


Hati.

18

Anda mungkin juga menyukai