Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT ILMU DAN ETIKA KEILMUAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan islam
Desen pengampu: Prof. Dr. Masyitoh. M.Ag

Disusun Oleh:

Ajad Sudrajad 20200520100006


Railia Lailinda 20200520100033

PROGRAM STUDI MEGISTER STUDI ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021 / 1442 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Filsafat Ilmu dan Etika Ilmu ini dengan baik dan tepat waktu meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Sidirman Tamin
selaku Dosen mata kuliah sejarah pendidikan islam universitas Muhammadiyah Jakarta
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna khususnya bagi kami pribadi dan
umumnya untuk kita semua dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Filsafat Ilmu dan Etika Ilmu.

Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang
membangun.

Jakarta, 08 Maret 2021


DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Dafatar Isi........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafar ilmu......................................................................................2
B. Pengertian etika keilmuan..................................................................................4
BAB III : PENUTUP
Saran ................................................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi atas segala sesuatu, sehingga secara
alamiah manusia berpikir untuk mencari kebenaran. Dimana dengan pemikiran itu maka
terciptalah pengetahuan. Pengetahuan tidak hanya tercipta dari suatu pemikiran manusia
saja, pengetahuan juga ada yang berasal dari pengalaman hidup manusia.

Manusia adalah ciptaan tuhan; makluk yang selalu berfikir, merasa, mencipta, dan
berkarya. Dalam kesehariannya manusia tumbuh dan berkembang serta mengembangkan
diri sesuai dengan harkat dan martabat serta keberadaannya keadaan lingkungan yang
bervariasi menuntut manusia lebih bijaksana, arif, selektif, dan kreatif dalam
menyikapinya.

Mencintai pengetahuan adalah awal proses manusia mau menggunakan daya


pikirnya, sehingga mampu membedakan mana yang riil dan mana yang ilusi. Orang
Yunani awalnya sangat percaya pada dongeng dan mitos. Seiring dengan perkembangan
zaman, kemudian berubahlah pola pikir orang-orang terdahulu menjadi pola pikir yang
berdasar pada pengalaman, rasio dan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian.

Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang muncul dan terdapat pada
dirinya sangat dipengaruhi pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan
keterampilan dan kecakapan yang dimiliki untuk mempersepsikan dan memaknai
masalah, memformulasikan masalah, merumuskan alternatif tindakan yang tepat .
penalaran manusia yang tinggi dan pemanfaatan pendekatan ilmiah dalam mencari
kebenaran akan mendorong manusia mengatasi masalah yang dihadapi. Kemampuan dan
ilmu manusia baru dapat arti kalau mereka mampu meneliti sesuatu, sehingga mengerti
dan mampu mendsekripsikan sesuatu dalam kontesks yang sebenarnya dan bertindak atas
penalaran yang kuat untuk mencari dan menemukan kebenaran. Serta memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian filsafat ilmu dan etika ilmu?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU


1. Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, istilah filsafat bersal dari bahasa
yunani: philosophia yang terdari dua kata yaitu, philos(cinta) dan shopia yang berarti
kearifan dan kebijaksanaan, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas
sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula
kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai
kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis jadi
secara etimologi filsafat berarti cinta terhadap kebijaksanaan atau kebenaran.1
Dalam buku falsafat ilmu yang ditulis Amsal Bakhtiar yang mengutip dari kamus
besar bahasa indonesia, filsafat berkaitan dengan pengetahuan, penyelidikan dengan
menggunakan akal budi mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.2
Beberapa tokoh dalam sejarah filsafat juga memberikan definisi tersendiri yang
perlu kita ketahui agar dapat memahami akata filsafat ini dari berbagai sudut pandang,
diantaranya: Plato, mengatakan filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran yang
bersifat absolut, lewat dialektika. Kemudian al Farabi menjelaskan bahwa filsafat ialah
ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan untuk mengetahui hakikat sebenarnya.
Sedangkan Ibnu Rusd, yang menerangkan bahwa filsafat merupakan pengetahun otonom
yang yang perlu dikaji oleh manusia karena diberikan anugerah akal. Alquran
memerintakan kepada manusia untu berfilsafat agar dapat mendekatkan diri kepada
Tuhan. Kemudian secara rinci Immanuel Kant menerangkan bahwa filsafat adalah ilmu
dari segala pengetahuan, yang mencakup didalamnya berbagai persoalan yang meliputi:
Apa yang dapat kita ketahui?, apa yang boleh kita kerjakan?, sampai dimana pengahrapan
kita? Apa yang dinamankan manusia.3
Kemudian Susanto menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan
berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri secara
1
Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.h.4
2
Ibid. h.5
3
Ibid. h.5
sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-
prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia.4
Dalam hal ini kami simpulkan bahwa bahwa filsafat adalah merupakan sistem
dalam berfikir secara logika dengan melibatkan segala aspek yang ada, mulai dari hakikat
sesuatu, cara mengetahui, dan nilai guna sesuatu tersebut. Filsafat merupakan segala
proses yang dikerahkan dengan menggunakan segala hal yang bisa digunakan untuk
memperoleh sesuatu.
2. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari rasa kagum manusia akan alam yang dihadapinya. Manusia
dibekali hasrat ingin tahu, dan sifat ingin tahu tersebut telah dapat ditemukan manusia
sejak masih kanak kanak. Pertanyaan pertanyaan apa ini, mengapa begini, kenapa bisa
terjadi akan diemukan sepanjang sejarah manusia dan dengan dorongan rasa inin tahu
berupaya ingn menjawab setiap pertanyaan pertanyaan tersebut.5
Istilah ilmu berasal dari bahasa arab dan dipakai didalam alquran dengan akar
kata ain, lam, dan mim. Kata ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa indonesia
dengan arti pengetahuan. Dan kata ilmu itu sendiri diserap dan dipergunakan pula dengan
makna yang berbeda. Karena hubungan keduanya yang sangat erat, maka kadang pelajar
tidak membedakan maknanya. Suatu keadaan yang tidak seharusnya tidak dialami oleh
seorang mahasiswa atau peneliti. Pengetahuan juga dirumuskan bahwa kekayaan batin
yang dimikili seseorang dalam kalbunya, atau dalam ungkan sederhana bahwa
pengetahuan adalah segala yang diketahui..6
Secara lesikal, tahu bermakna: mengerti sesudah melihat, menyaksikan, atau
mengalami dsbg, kenal; mengindahkan atau peduli, mengerti; pandai, cakap; insaf, atau
sadar. Sedangkan ilmu diartikan: pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan menerangkan gejala
tertentu dibidang (pengetahuan) itu .7

4
Aceng Rachmat Filsafat Ilmu Lanjutan Cet. I, Jakarta: Kencana 2011. H.48
5
Siti mania, Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. 1 Makassar:Alauddin Unversity Press. 2013.
H. 56
6
Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar: Alauddin Pers, 2009. H.45

7
Ibid.h.45
Dalam kajian kefilsafatan ilmu mengandung tiga makna yaitu ilmu sebagai
produk, ilmu sebagai metode, dan ilmu sebagai proses. Sebagai produk merupakan
kumpulan pengetahuan atau informasi yang handal dan teruji kebenarannya dan diperoleh
melalui pemikiran yang logis dalam bentuk metode ilmiah. Sebagai metode adalah
serangkaian proses cara kerja dan langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan
yang teruji kebenarannya, metode ini disebut ilmu. Sedangkan sebagai proses berkenaan
dengan pelaksanaan kegiatan penelitian yang menghasilkan ilmu.8
Dari beberapa sumber tersebut penyusun menemukan titik terang bahwa ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan, dimana ilmu tersebut merupakan bagian dari
pengetahuan dengan disiplin khusus dan mampu berdiri sendiri dengan metodologinya
sendiri yang telah tersusun secara sistematis.

3. Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat penegtahuan secara spesifik yang
mengkaji hakikat ilmu pengetahuan ilmiah. Ilmu merupakan cabang dari pengetahuan,
dimana filsafat ilmu ialah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat mengenai
asasnya untuk menuju penemuan keterangan pengetahuan yang benar.9
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau epstimolgi yang mencoba
menjelaskan rahasia alam semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi
misteri. nSecara umum pengelompokan pengetahuan menjadi tiga yaitu; 1. Penegtahuan
yang baik dan yang buruk, ataun disebut etika. 2. Pengetahuan yang indah dan tidak
indah atau estetika. 3. Penegtahuan yang benar atau tidak benar atau logika.10
Pada hakikatnya filsafat ilmu dapat ditelusuri dari empat hal sebagai berikut:
1. Sumber ilmu pengetahuan dari mana?
Sumber ilmu pengetahuan mempertanyakan darimana ilmu pengetahuan
diperoleh. Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan akal (ratio).
Akhirnya timbul paham atau aliran yang disebut empirisme dan rasonalisme. Aliran
empirisme yaitu paham yang menyusun teorinya berdasarkan pengalaman yang tokoh
tokoh diataranya David Hume dan Jhon Locke. Sedangkan aliran rasionalisme menyusun
teorinya berdasarkan rasio. Tokoh tokoh liran ini seperti, Spinoza, Rene Descartes. Aliran

8
Ibid. h 45
9
opcit.h.12
10
Hendryadi dan Suryani, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Managemen
Ekonomi Islam Cet. I Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.h.35
empirisme menggunakan metode induksi sedangkan rasionalisme menggunakan metode
dedukdsi. Sedangkan ada juga yng mensitesakan deduksi dan induksi yaitu Immanuel
Kant.11
2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan

Menurut Kant apa yang kita tangkap dengan panca indera itu hanya sebatas gejala
fenomena, sedangkan substansi yangdidalamnya tidak sapat kta tangkp dengan panca idra
disebut neomenon. Apa yang dapat ditangkap dengan panca idra memang penting namun
tidak hanya sebatas sampai disitu saja. Sesuatu yang dapat kita tangkap dengan panca
indra adalah hal-hal yang berada didalam ruang dan waktu dan sesuatu yang berada
diluar ruang waktu diluar panca indra kita. Itu terdiri dari tiga ide regulatif yakni: a. Ide
kosmologis, yaitu tentang alam semesta yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra,
b. Ide tentang jiwa manusia, c. Ide Teologis yaitu tentang Tuhan sang pencipta alam
semesta.12

3. Strukturnya
Sesuatu yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Sesuatu
yang ingin kita ketahui adalah objek. Diantara dua hal tersebut seolah olah terdapat garis
demarkasi. Sebenarnya garis tersebut dijembatani oleh dengan mengadakan dialektika.13
4. Keabsahan
Berfikir adalah kreativitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa yang
disebut seseorang benar belum tentu benar bagi orang lain. Olehnya itu ada beberapa
teori untuk menentukan kriteria ukuran sebuah kebenaran. Dalam hal ini, tiga teori untuk
mengungkapkan kebenaran yaitu; teori korespondensi, teori koherensi dan teori
pragmatisme 14
Dari bebagai penjelasan tersebut maka penyusun menyimpulkan bahwa filsafat
ilmu merupakan bahagian dari filsafat yang mengkaji secara mendalam sitematika,
prosedur, metodelogi untuk memformulasikan sistem yang benar dalam meperoleh
kebenaran ilmiah.

11
Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV, Jakarta: PT Bumi Aksara,

2016.h.35
12
Ibid.h.4
13
Ibid.h.5
14
Ibid. h.5
B. ETIKA ILMU
1. Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika diartikan ilmu tentang yang baik
dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh
masyarakat.
Istilah etika atau ethics memiliki banyak arti, secara etimologi istilah etika
berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan dan cara berfikir. Dalam pemahaman lain, ethos diartikan sifat,
watak,kebiasaan atau tempat biasa. Sedangkan kata ethikos berarti susila, keadapan,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Etika merupakan cabang aksiologi yang
pada pokoknya meambicarakan predikat–predikat nilai “betul” (“right”) dan “salah”
(“wrong”) dalam arti “susila” dan (“moral”) dan “tidak sulila” (“immoral”).
Max Scheler mendudukkan moral sebagai ideales seinsollen, suatu keharusan
yang nyata yang ideal. Moral atau etika dapat dibedakan menjadi empat, yaitu,
values yang sensual, values tentang keagungan (harga diri, sopan,tertib dan
semacamnya), values tentang aesthetika, etika, benar, adil dan semacamnya) dan
values religious. Namun pada prinsipnya mengenai definisi etika dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1. Etika sebagai ilmu. Yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian dari perbuatan seseorang.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. etika dalam hal ini
dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif dan evaluatif
yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan- pandangan, persoalan-
persoalan dengan masalah kesusilaan.
Sedangkan definisi etika dari para filosof dapat dibedakan menjadi empat
kriteria, yaitu:
1. Etika merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan
dan sifat dari hak (the principles of morality, including the science of good
and the nature of the right).
2. Etika sebagai pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan
memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (the rules of conduct,
recognize in respect to a particular class of human actions).
3. Etika sebagai ilmu yang mengkaji tentang watak manusia yang ideal, dan
prinsip-prinsip moral sebagai individual (the science of human character in
its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Etika juga merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (the science of duty).

2. Pandangan Filosoofis Tentang Teori-Teori Etika


Pada umumnya pandangan-pandangan mengenai etika yang berkembang di
belahan dunia ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu etika hedonistic, utilitarian, dan
dentologis.
1. Hedonisme mengarahkan etika kepada keperluan untuk menghasilkan
sebanyak-banyaknya kesenangan bagi manusia.
2. Etika Utilitaristik mengoreksinya dengan menambahkan bahwa kesenangan
atau kebahagiaan yang dihasilkan oleh suatu etika adalahy kebahagiaaan bagi
sebanyak mungkin orang.
3. Etika Deontologis memandang bahwa bagi perbuatan etis adalah rasa
kewajiban.

Pandangan beberapa filosof barat tentang etika adalah:


1. Teori etika yang bersifat fitri
Teori ini dikemukakan oleh bapak filsafat Yunani klasik, yaitu Socrates
menyatakan bahwa moralitas bersifat fitri. Yakni, pengetahuan tentang baik
buruk atau dorongan untuk berbuat baik sesungguhnya telah ada sifat alami
pembawaan manusia (fitrah/innate nature)
2. Teori Etika Empirik Klasik
Aristoteles berpendapat bahwa etika merupakan suatu keterampilan
semata dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan alam idea Platonik yang
bersifat supranatural. Keterampilan tersebut menurutnya, diperoleh dari hasil
latihan dan pengajaran. Artinya, seseorang yang berlatih dan belajar untuk
berbuat baik, maka iapun akan menjadi seorang yang bermoral.
3. Teori Etika Modernisme
Awal pemikiran filsafat modernisme ditandai dengan pemikiran
Descartes. Dalam teori ini mempercayai adanya satu etika yang bersifat
rasional, absolute, dan universal yakni bias disepakati oleh semua orang.
4. Teori Etika Emmanuel Kant
Menurutnya etiaka bersifat fitri. Kant juga mengatakan bahwa etika
adalah “nalar kritis”. Artinya, pada dasarnya nilai-nilai moral itu telah
tertanam pada diri manusia sebagai sebuah kewajiban (imperatife kategoris)
5. Tepri Bertrand Russel
Russel berpendapat bahwa perbuatan etis bersifat rasional. Artinya, justru
karena manusia rasional, dia melihat perlunya bertindak etis yang pada
akhirnya pasti akan mendukung pencapaian interest sang pelaku baik material
atau nonmaterial.
6. Teori Etika Posmodernisme
Para tokoh dalam teori ini memandang bahwa kebenaran bersifat relative,
terhadap waktu, tempat, budaya dan sebagainya. Yang mungkin hanyalah
teori-teori yang memiliki keberlakuan terbatas.

3. Objek etika
Objek penyelidikan adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan
perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam bidang moral.
Menurut Poedjawiyatma mengungkapkan bahwa yang menjadi objek etika
adalah sebagai berikut:
1. Tindakan Manusia
Manusia dinilai oleh manusia lainnya melalui tindakannya. Tindakan
mungkin juga dinilai sebagai baik atau buruk dan itu menjadi kecenderungan
manusia untuk memilih dan mengatahui sesuatu yang selalu dituntut adanya
sedangkan Sasaran pandangan etika khusus kepada tindakan-tindakan
manusia yang dilakukan dengan sengaja.
2. Kehendak Bebas
Kalau tidak ada kesengajaan, pada prinsipnya tidak ada baik-buruk.
Kesengajaan ini minta adanya pilihan dan pilihan adanya penentuan dari
pihak manusia sendiri untuk bertindak atau tidak bertindak, jadi kalau
hendak diadakan penilaian etis haruslah ada kehendak yang dapat memilih
atau kehndak bebas tapi ada beberapa pendapat dari aliran filsafat bahwa
kehendak bebas itu tidak ada karena terbentuknya tindakan mendapat
pengaruh dari luar.
3. Determinisme
Aliran yang mengingkari adanya kehendak bebas dalam filsafat disebut
determinisme. dan dalam perkembangannya terbagi menjadi dua golongan
yaitu :
a. Determinisme Materialisme
Segala tindakan manusia itu tergantung kepada materi, tindakan
manusia selalu dalam pada materi, tindakan yang diluar materi tidak
nyata, adapun materi selalu tertentukan.
b. Determinisme Religius
Pandangan yang cukup sederhana jalan pikirannya adalah
pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Dengan
demikian tak terbataslah kekuasaannya oleh apapun juga, termasuk
oleh manusia. Tingkah laku manusia tertentukan oleh Tuhan seperti
semua kejadian di dunia ini ditentukan olehNya.
4. Ada Kehendak Bebas
Adapun kajian yang diutarakan disini adalah kehendak bebas dalam arti
kemampuan memilih kalau ia melakukan suatu tindakan.
5. Gejala-Gejala Tindakan
Walau tidak dapat menunjuk batas-batasnya tetapi dalam pergaulan biasa
setiap manusia mampu membedakan tindakan sengaja dan tidak sengaja.
Kesengajaan itu merupakan factor terpenting dalam menjalani suatu
kehidupan supaya berubah lebih baik.
6. Penentuan Istimewa
Manusia memang terbatas, tetapi keterbatasannya itu justru
mengistimewakannya. Ia melebihi makhluk lain di dunia sebab ada
penentuan istimewa, yaitu ia dapat memilih.

4. Aliran-Aliran Dalam Etika


a. Aliran Naturalisme
Menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapatkan sesuai dengan
kodrat kejadian manusia itu sendiri.
b. Aliran Hedonisme
Aliran yang mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila
mengandung kenikmatan bagi manusia.
c. Aliran Utilitarisme
Menilai baik dan buruknya suatau perbuatan berdasarkaan besar kecilnya
manfaat bagi kehidupan manusia.
d. Aliran Idealisme
Doktrin etis yang memandang bahwa cita-cita adalah sasaran yang
harus dikejar dalam tindakan.
5. Hubungan Etika Dengan Ilmu
Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika
mempersoalkan norma–norma yang dianggab berlaku, yang menuntut semua orang
bersikap rasional terhadap suatu norma hingga etika memberikan kepada manusia
untuk mengambil sikap sendiri serta ikut menentukan arah perkembngan masyarakat.
Ilmu dan etika mempunyai hubungan yang sangat erat. Ada yang berpendapat
bahwa ilmu bebas nilai karena sesungguhnya ilmu itu memiliki nilai dalam diri
sendiri.
Ada dua faham yang berkaitan dengan nilai, pertama fase empiris, pada fase ini
Aristoteles mengatakan bahwa ilmu tidak dengan ilmu orang banyak memperoleh
pengertian tentang dirinya dan alam sekitarnya. Kedua faham pragmatis yang
berpendapat bahwa didalam ilmu terdapat nilai yang mendorong manusia bersikap
hormat pada ilmu. Ilmu mengejar kebenaran yang merupakan inti etika ilmu tetapi
kebenaran itu ditentukan oleh derajat penerapan praktis dari suatu ilmu.
6. Masalah Etika Dalam Pengembangan Ilmu
Dalam telaah etika ini ada empat klaster masalah dalam pengebangan ilmu
pengetahuan, pertama, temuan basic research, rekayasa tekhnologi, dampak social
rekayasa, dan rekayasa social serta masalah etiknya.
a. Temuan Basic Research dan Masalah etika
Dalam dunia ilmu pengetahuan banyak ditemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Seperti temuan DNA, temuan atom, dan
temuan penissilin atau lainnya, dari beberapa temuan diatas membuktikan
betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan tetapi hal ini sekaligus
menimbulkan masalah dalam penggunaannya dan juga terhadap aksesnya
karena sikap moral untuk bertangggung jawab.
b. Temuan Rekayasa tekhnologi dan Masalah Etik
Kreatifitas manusia sangat membantu untuk menciptakan sebuah temuan
dalam ilmu pengetahuan. Namun ketika mengembangkan sesuatu tidak
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki maka memberikan dampak
negative bagi orang lain.
c. Dampak Sosial Pengembangan Tekhnologi dan Masalah Etik
Dengan diketemukannya energi partikel alpha yang radioaktif dalam
konstruk destruktif untuk membuat bom nuklir yang menghancurkan
manusia secara masal dan merusak kelestarian alam.
d. Rekayasa Sosial dan Masalah Etik
Idee demokrasi yang mengakui persamaan antar manusia merupakan
rekayasa sosial yang kontrer terhadap legitimasi monarchi atau sistem kasta
terlihat masih belum meratanya tingkat keadilan, baik dalam bidang ekonomi
maupun hukum.

Pemikiran dekontruksi perlu dikembangkan bagi masa depan ilmu, yaitu tidak
percaya terhadap pemaknaan monolitik sehingga rekayasa-rekayasa seperti diatas
tidak terjadi.
Pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi menjadi peran penting dalam
pembentukan kualitas keilmuan manusia. Penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
membutuhkan dimensi etis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu
sendiri dan bukan merekayasa keadaan. Untuk itu didalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia,
menjaga ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, generasi mendatang,
serta bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan untuk
menghancurkan ekosistem tersebut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka dengna ini penyusun menyimoukan bahwa bahwa:
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau epstimolgi yang mencoba
menjelaskan rahasia alam semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi
misteri. Menurut objek ilmu terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu alam. Ilmu sosial, dan
humaniora. kaidah keilmuaan sangat syarat dengan metode ilmiah yang digunakan.
Dimana metode ilmiah, inilah yang menjadi kata kunci dalam ilmu. Pada hakikatnya
sistem kelimuan adalah bagaimana formulasi dalam menemukan mengorganisasi
menyusun dan menghasilkan sesuatu yang bersifat ilmiah atau ilmu. Teori teori yang
disusun kemudian dikelompokkan sesuai klasifikasinya akan menjadi cabang ilmu yang
sifatnya selalu akan dikembangkan

DAFTAR PUSTAKA

Baktiar, Amsal Filsafat Ilmu Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.

Mania, Sitti Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. I, Makassar :

Alauddin Unversity Press. 2013.

Rachmat, Aceng Filsafat Ilmu Lanjutan Cet. I, Jakarta: Kencana 2011.


Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar :

Alauddin Pers, 2009.

Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang

Managemen Ekonomi Islam Cet. I Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.

Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2016.

Anda mungkin juga menyukai