Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan islam
Desen pengampu: Prof. Dr. Masyitoh. M.Ag
Disusun Oleh:
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna khususnya bagi kami pribadi dan
umumnya untuk kita semua dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai Filsafat Ilmu dan Etika Ilmu.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang
membangun.
Manusia adalah ciptaan tuhan; makluk yang selalu berfikir, merasa, mencipta, dan
berkarya. Dalam kesehariannya manusia tumbuh dan berkembang serta mengembangkan
diri sesuai dengan harkat dan martabat serta keberadaannya keadaan lingkungan yang
bervariasi menuntut manusia lebih bijaksana, arif, selektif, dan kreatif dalam
menyikapinya.
Kemampuan manusia dalam menghadapi masalah yang muncul dan terdapat pada
dirinya sangat dipengaruhi pula oleh tingkatan kemampuan, ilmu pengetahuan
keterampilan dan kecakapan yang dimiliki untuk mempersepsikan dan memaknai
masalah, memformulasikan masalah, merumuskan alternatif tindakan yang tepat .
penalaran manusia yang tinggi dan pemanfaatan pendekatan ilmiah dalam mencari
kebenaran akan mendorong manusia mengatasi masalah yang dihadapi. Kemampuan dan
ilmu manusia baru dapat arti kalau mereka mampu meneliti sesuatu, sehingga mengerti
dan mampu mendsekripsikan sesuatu dalam kontesks yang sebenarnya dan bertindak atas
penalaran yang kuat untuk mencari dan menemukan kebenaran. Serta memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
4
Aceng Rachmat Filsafat Ilmu Lanjutan Cet. I, Jakarta: Kencana 2011. H.48
5
Siti mania, Metodologi Peneltian Pedidikan dan Sosial Cet. 1 Makassar:Alauddin Unversity Press. 2013.
H. 56
6
Mui Salim. Abd. dkk. Metodologi Penelitian Tafsir Maudhu’iy Makassar: Alauddin Pers, 2009. H.45
7
Ibid.h.45
Dalam kajian kefilsafatan ilmu mengandung tiga makna yaitu ilmu sebagai
produk, ilmu sebagai metode, dan ilmu sebagai proses. Sebagai produk merupakan
kumpulan pengetahuan atau informasi yang handal dan teruji kebenarannya dan diperoleh
melalui pemikiran yang logis dalam bentuk metode ilmiah. Sebagai metode adalah
serangkaian proses cara kerja dan langkah sistematis untuk memperoleh pengetahuan
yang teruji kebenarannya, metode ini disebut ilmu. Sedangkan sebagai proses berkenaan
dengan pelaksanaan kegiatan penelitian yang menghasilkan ilmu.8
Dari beberapa sumber tersebut penyusun menemukan titik terang bahwa ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan, dimana ilmu tersebut merupakan bagian dari
pengetahuan dengan disiplin khusus dan mampu berdiri sendiri dengan metodologinya
sendiri yang telah tersusun secara sistematis.
8
Ibid. h 45
9
opcit.h.12
10
Hendryadi dan Suryani, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Managemen
Ekonomi Islam Cet. I Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015.h.35
empirisme menggunakan metode induksi sedangkan rasionalisme menggunakan metode
dedukdsi. Sedangkan ada juga yng mensitesakan deduksi dan induksi yaitu Immanuel
Kant.11
2. Batas-batas Ilmu Pengetahuan
Menurut Kant apa yang kita tangkap dengan panca indera itu hanya sebatas gejala
fenomena, sedangkan substansi yangdidalamnya tidak sapat kta tangkp dengan panca idra
disebut neomenon. Apa yang dapat ditangkap dengan panca idra memang penting namun
tidak hanya sebatas sampai disitu saja. Sesuatu yang dapat kita tangkap dengan panca
indra adalah hal-hal yang berada didalam ruang dan waktu dan sesuatu yang berada
diluar ruang waktu diluar panca indra kita. Itu terdiri dari tiga ide regulatif yakni: a. Ide
kosmologis, yaitu tentang alam semesta yang tidak dapat dijangkau dengan panca indra,
b. Ide tentang jiwa manusia, c. Ide Teologis yaitu tentang Tuhan sang pencipta alam
semesta.12
3. Strukturnya
Sesuatu yang ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Sesuatu
yang ingin kita ketahui adalah objek. Diantara dua hal tersebut seolah olah terdapat garis
demarkasi. Sebenarnya garis tersebut dijembatani oleh dengan mengadakan dialektika.13
4. Keabsahan
Berfikir adalah kreativitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa yang
disebut seseorang benar belum tentu benar bagi orang lain. Olehnya itu ada beberapa
teori untuk menentukan kriteria ukuran sebuah kebenaran. Dalam hal ini, tiga teori untuk
mengungkapkan kebenaran yaitu; teori korespondensi, teori koherensi dan teori
pragmatisme 14
Dari bebagai penjelasan tersebut maka penyusun menyimpulkan bahwa filsafat
ilmu merupakan bahagian dari filsafat yang mengkaji secara mendalam sitematika,
prosedur, metodelogi untuk memformulasikan sistem yang benar dalam meperoleh
kebenaran ilmiah.
11
Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016.h.35
12
Ibid.h.4
13
Ibid.h.5
14
Ibid. h.5
B. ETIKA ILMU
1. Pengertian Etika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika diartikan ilmu tentang yang baik
dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh
masyarakat.
Istilah etika atau ethics memiliki banyak arti, secara etimologi istilah etika
berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan dan cara berfikir. Dalam pemahaman lain, ethos diartikan sifat,
watak,kebiasaan atau tempat biasa. Sedangkan kata ethikos berarti susila, keadapan,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Etika merupakan cabang aksiologi yang
pada pokoknya meambicarakan predikat–predikat nilai “betul” (“right”) dan “salah”
(“wrong”) dalam arti “susila” dan (“moral”) dan “tidak sulila” (“immoral”).
Max Scheler mendudukkan moral sebagai ideales seinsollen, suatu keharusan
yang nyata yang ideal. Moral atau etika dapat dibedakan menjadi empat, yaitu,
values yang sensual, values tentang keagungan (harga diri, sopan,tertib dan
semacamnya), values tentang aesthetika, etika, benar, adil dan semacamnya) dan
values religious. Namun pada prinsipnya mengenai definisi etika dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1. Etika sebagai ilmu. Yang merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang
penilaian dari perbuatan seseorang.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. etika dalam hal ini
dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif dan evaluatif
yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.
3. Etika sebagai filsafat, yang mempelajari pandangan- pandangan, persoalan-
persoalan dengan masalah kesusilaan.
Sedangkan definisi etika dari para filosof dapat dibedakan menjadi empat
kriteria, yaitu:
1. Etika merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan
dan sifat dari hak (the principles of morality, including the science of good
and the nature of the right).
2. Etika sebagai pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan
memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (the rules of conduct,
recognize in respect to a particular class of human actions).
3. Etika sebagai ilmu yang mengkaji tentang watak manusia yang ideal, dan
prinsip-prinsip moral sebagai individual (the science of human character in
its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Etika juga merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (the science of duty).
3. Objek etika
Objek penyelidikan adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan
perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan dalam bidang moral.
Menurut Poedjawiyatma mengungkapkan bahwa yang menjadi objek etika
adalah sebagai berikut:
1. Tindakan Manusia
Manusia dinilai oleh manusia lainnya melalui tindakannya. Tindakan
mungkin juga dinilai sebagai baik atau buruk dan itu menjadi kecenderungan
manusia untuk memilih dan mengatahui sesuatu yang selalu dituntut adanya
sedangkan Sasaran pandangan etika khusus kepada tindakan-tindakan
manusia yang dilakukan dengan sengaja.
2. Kehendak Bebas
Kalau tidak ada kesengajaan, pada prinsipnya tidak ada baik-buruk.
Kesengajaan ini minta adanya pilihan dan pilihan adanya penentuan dari
pihak manusia sendiri untuk bertindak atau tidak bertindak, jadi kalau
hendak diadakan penilaian etis haruslah ada kehendak yang dapat memilih
atau kehndak bebas tapi ada beberapa pendapat dari aliran filsafat bahwa
kehendak bebas itu tidak ada karena terbentuknya tindakan mendapat
pengaruh dari luar.
3. Determinisme
Aliran yang mengingkari adanya kehendak bebas dalam filsafat disebut
determinisme. dan dalam perkembangannya terbagi menjadi dua golongan
yaitu :
a. Determinisme Materialisme
Segala tindakan manusia itu tergantung kepada materi, tindakan
manusia selalu dalam pada materi, tindakan yang diluar materi tidak
nyata, adapun materi selalu tertentukan.
b. Determinisme Religius
Pandangan yang cukup sederhana jalan pikirannya adalah
pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Dengan
demikian tak terbataslah kekuasaannya oleh apapun juga, termasuk
oleh manusia. Tingkah laku manusia tertentukan oleh Tuhan seperti
semua kejadian di dunia ini ditentukan olehNya.
4. Ada Kehendak Bebas
Adapun kajian yang diutarakan disini adalah kehendak bebas dalam arti
kemampuan memilih kalau ia melakukan suatu tindakan.
5. Gejala-Gejala Tindakan
Walau tidak dapat menunjuk batas-batasnya tetapi dalam pergaulan biasa
setiap manusia mampu membedakan tindakan sengaja dan tidak sengaja.
Kesengajaan itu merupakan factor terpenting dalam menjalani suatu
kehidupan supaya berubah lebih baik.
6. Penentuan Istimewa
Manusia memang terbatas, tetapi keterbatasannya itu justru
mengistimewakannya. Ia melebihi makhluk lain di dunia sebab ada
penentuan istimewa, yaitu ia dapat memilih.
Pemikiran dekontruksi perlu dikembangkan bagi masa depan ilmu, yaitu tidak
percaya terhadap pemaknaan monolitik sehingga rekayasa-rekayasa seperti diatas
tidak terjadi.
Pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi menjadi peran penting dalam
pembentukan kualitas keilmuan manusia. Penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
membutuhkan dimensi etis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu
sendiri dan bukan merekayasa keadaan. Untuk itu didalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia,
menjaga ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, generasi mendatang,
serta bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem manusia bukan untuk
menghancurkan ekosistem tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maka dengna ini penyusun menyimoukan bahwa bahwa:
Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan, atau epstimolgi yang mencoba
menjelaskan rahasia alam semesta, agar gejala alamiah tersebut tidak lagi menjadi
misteri. Menurut objek ilmu terbagi menjadi tiga bagian yaitu ilmu alam. Ilmu sosial, dan
humaniora. kaidah keilmuaan sangat syarat dengan metode ilmiah yang digunakan.
Dimana metode ilmiah, inilah yang menjadi kata kunci dalam ilmu. Pada hakikatnya
sistem kelimuan adalah bagaimana formulasi dalam menemukan mengorganisasi
menyusun dan menghasilkan sesuatu yang bersifat ilmiah atau ilmu. Teori teori yang
disusun kemudian dikelompokkan sesuai klasifikasinya akan menjadi cabang ilmu yang
sifatnya selalu akan dikembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Baktiar, Amsal Filsafat Ilmu Cet XI, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.
Suryani dan Hendryadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang
Gunawan Imam Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Cet. IV, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2016.