Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam

Dosen Pengampu:

1. Dr. Pepen Supendi, M. Ag


2. Yudi Irfan Daniel, M. Ag

Novi Handayani 1172100054

Silva Inten Sulistya 1172100074

Siti Yulfa 1172100077

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan
salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, tabiin, dan kita semua selaku umat yang taat dan turut terhadap
ajaran yang dibawanya.

Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Konsep


Dasar Filsafat Pendidikan Islam” dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Yudi Irfan Daniel, M. Ag selaku pembimbing kami dalam
pembelajaran mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam juga teman-teman
yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Terlepas dari kekurangan
makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dan menjadi amal saleh bagi kami. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Bandung, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II ISI .............................................................................................................. 3

A. Pengertian Filsafat, Mistis, Dan Sains ......................................................... 3

B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam ........................................................... 5

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam ................................................. 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dari zaman dahulu sampai sekarang, manusia tidak terlepas dari
masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang
mengganggu pikirannya. Tentu saja untuk mengatasi hal tersebut, manusia
perlu mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia
yang membuat masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan
berfilsafat.
Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat,
maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian kemampuan
maksimal menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat
terbatas, maka kebenaran yang didapat bersifat relatif.
Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam berbagai lapangan kehidupan. Jawaban itu
merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan
mendasar. Jawaban seperti itu digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk
pendidikan. Keadaan filsafat pendidikan Islam yang diperdebatkan
menjadikan kedudukannya juga dalam pertanyaan. Apakah ia mempunyai
kontribusi terhadap pendidikan dan juga terhadap Islam. Filsafat
pendidikan menyumbangkan analisanya kepada llmu pendidikan Islam
tentang hakikat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-
nilai dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses
kependidikan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh
lagi mengenai Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat, mistis, dan sains ?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan islam?
3. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat, mistis, dan sains
2. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan islam
3. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan islam

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Filsafat, Mistis, Dan Sains


1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata yunani philos atau philein yang
artinya cinta dan sophi atau sofein artinya kebijaksanaan. Dengan
demikian filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan. 1
Adapun pengertian filsafat menurut para para ahli diantaranya:
a. John Brubacher mengemukakan bahwa filsafat adalah induk
atau ratu dari ilmu pengetahuan.
b. Menurut Harun Nasution, filsafat adalah berpikir menurut
logika dengan bebas dan dengan sedalam-dalamnya.
c. Menurut imnuel Khant, filsafat adalah pokok awal dari segala
pengetahuan.2
d. Plato mengatakan, bahwa filsafat adalah pengetahuan teantang
segala yang ada.
e. Dr. H. Hasbullah Bakry, bahwa filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimna sikap manusia itu
seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu. 3
Secara garis besar filsafat berhubungan dengan upaya menemukan
kebenaran tentang sesuatu ataupun pengetahuan yang ada melalui
penggunaan akal.
2. Mistis
Kata mistis, menurut De Jong, seperti juga kata "misteri" berasal
dari kata kerja Yunani mu-ein yang mempunyai dua arti. Arti

1
(Anas, 2011)
2
(J. H, 2013)
3
(Abd, 2002)

3
pertama adalah menutup mata dan mulut, dan arti kedua adalah
mengantarkan seseorang ke dalam suatu rahasia lewat upacara. 4
Mistis adalah pengetahuan yang tidak rasional, yaitu pengetahuan
(ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui latihan
meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan indera atau
rasio. Pengetahuan mistis ialah pengetahuan yang tidak dapat dipahami
rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi
kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Dilihat dari segi sifatnya mistis terbagi menjadi dua, yaitu mistis
biasa dan mistis magis.
Mistis biasa adalah mistis tampa kekuatan tertentu. Dalam islam
mistis ini adalah tasawuf. Mistis magis adalah mistis yang
mengandung kekuatan tertentu dan biasnya untuk mencapai tujuan
tertentu. Mistis magis juga dibagi menjadi dua yaitu mistis magis putih
dan mistis magis hitam. Mistis magis dalam islam seperti mukjizat,
karamah, dan ilmu hikmah sedangkan mistis magis hitam dapat disebut
juga denagn sihir. 5
3. Sains
Kata “sains” berasal Latin, scientia (“science”, bahasa Inggris),
yang berarti pengetahuan, sedangkan pada kelanjutannya berasal dari
bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari, mengetahui. 6
Secara bahasa sains memiliki arti mengetahui. Sedangkan menurut
istilah,sains adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajarai tentang
alam dengan segala isinya. Sains membahas tentang mahluk hidup,
benda mati, dan peristiwa perubahan yang terjadi pada alam. Sains
terbagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya fisika, kimia,
biologi, geologi, dan astronomi.
a. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang wujud benda
terutama gerak, gelombang, kalor, listrik, magnet serta energi dan
perubahannya.

4
(Hambali, vol. 13, no. 2, pp. 211–219, 2011.)
5
(Ahmad, 2007)
6
(M, vol. 29, no. 1, pp. 102–133, 2019.)

4
b. Kimia adalh ilmu yang mempelajari tentang zat-zat yang
terkandung di dalamnya.
c. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup.
d. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan isinya.
e. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata surya,
bintang, galaksi, dan alam semesta.
Manusia selalu ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Denagan akal
dan pikiran yang kuat manusia terus berusaha untuk mengungkap
rahasia alam. Dari rasa ingin tahu tentang rahasia alam inilah
berkembang suatu cabang ilmu yang dinamakan ilmu pengetahuan
alam atau sains. 7

B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


1. Pengertian Filsafat
Secara etimologi, menurut Surajiyo (2009:1), Kata filsafat yang
dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philoshophy terdiri atas kata philein
yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Sedangkan menurut Ali yang dikutip oleh
Jalaluddin dan Idi (2007:15) bahwa kata filsafat dari bahasa Yunani.
Kata ini berasal dari kata philoshophia yang berarti cinta pengetahuan.
Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, serta kata
sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.
Secara terminologi menurut Surajiyo (2009:1) adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat
bukan mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari
adalah hakikat dari suatu fenomena. Sedangkan menurut Susanto
(2011:6), memberikan batasan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan
berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun

7
(Ari, 2018)

5
immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu
yang sebenarnya, mencari pinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir
secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan manusia. Untuk menambah wawasan dan memperjelas
tentang makna filsafat, perlu dikemukakan pendapat Harold Titus yang
dikutip oleh Jalaluddin dan Idi (2007:15-16) yang mengemukakan
pengertian filsafat sebagai berikut:
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan tentang
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
b. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Filsafat adalah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang
arti konsep.
e. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli
filsafat. 8

Sedangkan pengertian filsafat menurut para ahli, mulai dari klasik


hingga modern:

a. Palto (427-347 SM) mengatakan bahwa filsafat itu tidak lain


adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.
b. Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa filsafat itu
menyelidiki sebab dan asas segala benda.
c. Marcus Tullius Cicero (106-143 SM) merumuskan filsafat
sebagai pengetahuan tentang segala yang Maha Agung dan usaha-
usaha untuk mencapainya.9

8
(Amirudin, 2018)
9
(AbubakarAceh, 1982)

6
d. Al-Farabi (950 M) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya. 10
e. Fuad Hasan menyatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk
berfikir radikal; radikal dalam arti mulai dari radiksnya suatu
gejala, yaitu akar sesuatu yang hendak dipermasalahkan.
f. Amril M mengutarakan filsafat merupakan pemikiran yang kritis,
sistematis dan metodologis.
g. Muhmidayeli mengartikan filsafat sebagai upaya kerja rasio
manusia dalam membuat hubungan-hubungan antara realitas-
realitas yangada untuk menemukan suatu pemikiranyang dapat
berimplikasi pada tata kehidupan dunia.
h. Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis bahwa filsafat adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.
i. Dictionary of Philosophy mengungkapkan bahwa filsafat adalah
mencari kebenaran serta kebenaran itu sendiri adalah filsafat. Bila
seseorang menjawab sesuatu secara sistematis, radikal dan
universal serta bertanggungjawab, sistem pemikirannya serta
kegiatannya itu disebut filsafat. 11
Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan
bahwa filsafat adalah corak berpikir manusia secara kritis, mendalam,
dan menyeluruh untuk memperoleh kebenaran yang sejati dengan
menjadikan segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu
diketahui bahwa kebenaran yang mutlak hanya datang dari Tuhan
sebagai sumber segala ilmu pengetahuan. Kebenaran yang sejati
bersifat universal, konseptual, koheren dan konsisten, sistematis dan
bertanggungjawab. Hasilnya mampu mengatasi problema yang
dihadapi oleh umat manusia, sehingga mampu mengantarkan
kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan sampai akhirat.

10
(Ahmadi, 1988)
11
(Wathoni, 2018)

7
2. Pengertian Pendidikan Islam
Untuk mengemukakan pengertian pendidikan Islam lebih baik
dikemukakan terlebih dahulu karakteristik pendidikan Islam, yakni:
a. Pendidikan Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia,
baik berupa aspek fisik, mental, akidah, akhlak, emosional,
estetika, maupun sosial.
b. Pendidikan Islam bermaksud meraih kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat secara seimbang dan sama.
c. Pendidikan Islam bermaksud mengembangkan semua aktivitas
manusia dalam interaksinya dengan orang lain, dengan
menerapkan prinsip integritas dan keseimbangan.
d. Pendidikan Islam dilaksanakan secara kontinu dan terus-
menerus tanpa batas waktu, mulai dari proses pembentukan
janin dalam rahim sang ibu hingga meninggal dunia.
e. Pendidikan Islam melalui prinsip integritas, universal, dan
keseimbangan, bermaksud mencetak manusia yang
memperhatikan nasibnya di dunia dan akhirat

Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan


yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan sendiri maupun
orang lain yang bersifat teoritis dan praktis.12 Menurut al-Nahlawi
bahwa pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat
yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai
secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
Selain itu, Achmadi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai
segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia
serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Islam sebagai


pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan

12
(Drajat, 1996)

8
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Ramayulis mengemukakan
pengertian pendidikan Islam adalah proses transisternalisasi atau
transaksi pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada peserta didik
melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan, dan pengembangan potensi, guna mencapai keselarasan
dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Selanjutnya, Sayid
Sabiq mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu aktivitas yang
mempunyai tujuan mempersiapkan anak didik dari segi jasmani, akal,
dan rohaninya sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang
bermanfaat, baik bagi dirinya maupun umatnya (masyarakatnya).

3. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Muzayyin Arifin mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam pada
hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang
bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang
hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan,
serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya
dijiwai oleh ajaran Islam. Dalam arti bahwa filsafat pendidikan Islam
mengkaji tentang berbagai masalah yang ada hubungannya dengan
pendidikan, seperti manusia sebagai subjek dan objek pendidikan,
kurikulum, metode, lingkungan, guru, dan sebagainya. Pada umumnya
di dalam filsafat pendidikan Islam semua masalah kependidikan
tersebut selalu didasarkan kepada ajaran Islam yang bersumberkan al-
Qur’an dan al-Hadits. Dengan kata lain bahwa kata Islam yang
mengiringi kata filsafat pendidikan itu menjadi sifat, yakni sifat dari
filsafat pendidikan tersebut. Filsafat pendidikan Islam sebenarnya
merupakan terobosan dalam kajian pendidikan dan representasi dari
pendekatan interdisipliner yang dalam ranah pendidikan sangat
mungkin dilakukan sebagai pendasaran bagi filsafat kurikulum. 13
Munir Mulkhan dalam Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah menyebutkan bahwa secara
khsusus filsafat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran
13
(Wathoni, 2018)

9
rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan
metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pendidikan Islam. 14
Menurut Zuhairini, dkk (1995) filsafat pendidikan Islam adalah
studi tentang pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam
Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
muslim dan umat Islam. Sedangkan Abuddin Nata (1997)
mendefinisikan filsafat pendidikan Islam sebagai suatu kajian secara
filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya para filosof muslim
sebagai sumber sekunder. Sedangkan murut Ahmad Tafsir (2006:6)
filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran tentang berbagai hal
mengenai pendidikan yang dituntun oleh ajaran Islam.
Terdapat 2 hal pokok yang harus diperhatikan dari pengertian
filsafat pendidikan Islam:
a. Kajian menyeluruh, mendalam, dan spekulatif terhadap
kandungan al-Qur’an atau al-Hadits dalam rangka merumuskan
konsep dasar pendidikan Islam. Artinya, filsafat pendidikan Islam
memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai islam. Misalnya saja ketika
muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam
menghadapi peluang dan tantangan millennium III, maka filsafat
pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh,
sehingga melahirkan konsep pendidikan Islam yang akan
diaktualisasikan di era millennium III.
b. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam mengatasi
berbagai problema yang dihadapi pendidikan Islam. Misalnya
ketika suatu konsep pendidikan Islam diterapkan dan ternyata
dihadapkan kepada berbagai problema,maka ketika itu dilakukan

14
(Suharto, 2014)

10
kajian untuk mengatasi berbagai problem tadi. Aktivitas
melakukan kajian yang menghasilkan konsep dan perilaku
mengatasi problem pendidikan Islam tersebut merupakan makna
dari filsafat pendidikan Islam.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa filsafat pendidikan Islam


merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah pendidikan
yang berlandaskan ajaran Islam. Kajian filosofis yang digunakan
filsafat pendidikan Islam mengandung arti bahwa filsafat pendidikan
Islam itu merupakan pemikiran secara mendalam, sistematik, radikal,
dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat
pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam dengan demikian
senantiasa mengkaji filsafat pendidikan yang berlandaskan norma
Islam.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam


Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
ini, Muzayyin Arifin lebih lanjut mengatakan bahwa ruang lingkup
pemikirannya bukan hanya mengenai hal-hal yang bersifat teknis
operasional pendidikan, melainkan segala hal yang mendasari serta
mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu. Dengan
demikian, secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan
Islam ini adalah pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis,
terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep
tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru,
metode, lingkungan, dan seterusnya (Abuddin Nata, 2005:17).
Secara makro, apa yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup
yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, dan alam semesta,
selain itu manusia merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Adapun
yang menjadi objek pemikiran atau ruang lingkup filsafat pendidikan
secara makro diantaranya sebagai berikut:

11
a. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan
b. Merumuskan secara tegas hubungan antara sifat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan
c. Merumuskan hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan,
dan politik pendidikan
d. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan
e. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan
f. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan
g. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
( Isi dari jurnal) Selain itu, ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
dapat dilihat dari berbagai sudut pangdang. Bukhari melihat dari 2 (dua)
sudut pandang, yaitu lingkungan pendidikan, dan jenis permasalahan
pendidikan. Sedangkan menurut Soedomo hanya menambahkan dengan
waktu, dan ruang atau geografis.15
Dilihat dari sudut pandang lingkungan pendidikan, maka wilayah
kajiannya meliputi pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan
dalam lingkungan sekolah, dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari
sudut pandang jenis permasalahan pendidikan, maka wilayah kajiannya
meliputi masalah landasan pendidikan, masalah struktur lembaga
pendidikan, dan masalah operasional pendidikan. Dilihat dari sudut
pandang waktu terdapat 3 (tiga) masalah pendidikan, yaitu masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihat dari
sudut pandang ruang geografik terdapat 2( dua) masalah, yaitu masalah
pendidikan di Indonesia dan masalah pendidikan di negara-negara atau
masyarakat di luar Indonesia.
Jika dilihat dari berbagai sudut pandang tersebut di atas, maka
filsafat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam masalah landasan

15
(Hermawan, 2012, Hlm 19-20)

12
pendidikan yang menjadi salah satu landasan tegaknya aktifitas pendidikan
yang berusaha memberikan kemampuan memilih yang lebih baik,
memberi arah dan mengontrol suatu sistem pendidikan.
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya
menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahwa seluruh aspek
kebutuhan dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam.
Karena tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya dalam rangka mencapai
tujuan hidup umat Islam, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan Islam
sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat Islam. Menurut Ahmad D.
Madmba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan Islam identik dengan
tuiuan hidup setiap muslim.
Sebagai contoh, fuman Allah dalam surah Ali Imran (3) ayat 102
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan
dalam keadaan muslim".
Ayat ini menggambarkan tuiuan hidup umat Islam yang harus
mencapai derajat ketaqwaan, di mana keatqwaan itu harus senantiasa
melekat dalam kehidupan umat Islam hingga akhir hayatnya. Filsafat
pendidikan Islam merumuskan tuiuan pendidikan dalam rangka mencapai
tuiuan hidup umat Islam. Bila tuiuan hidup umat Islam untuk mencapai
derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di atas, maka
tuiuan pendidikan Islam yang dirumuskan filsafat pendidikan Islam tentu
pembinaan peserta/anak didik rangka menjadikan manusia taqwa. Dengan
demikian, mewujudkan ketaqwaan setiap individu umat Islam guna
mencapai posisi manusia muttaqin selain meniadi tujuan hidup setiap
muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam (The
Ultinatc goal).16
Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan Islam itu sendiri baik menyangkut rumusan/ konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika

16
(Syar’I, 2005, hlm 7-9)

13
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan
mengenai; dasar dan tujuan, pendidikan peserta didik proses, strategi
pendekatan dari metode, kurikulum, lingkungan, sumber dan media,
sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan Islam.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu
adalah:
a. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara
berpikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan
yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis,
artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan secara
bulat dan terpadu.
b. Tujuan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal,
artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai keakar-
akarnya.
c. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-
persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan
yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik
dimasa sekarng maupun di masa mendatang.
d. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulasi, artinya
pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau
eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung nilai-
nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas
(kenyataan) yang ada pada objek yang dipikirkannya.

Pola dan sistem berpikir demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup


yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut:

a. Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalaha yang


berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan
hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan
perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan sebagainya.

14
b. Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta, dari masa dan ke arah mana proses kejadiannya. Pemikiran
ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang
menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu Satu Zat
(Monoisme) ataukah Dua Zat (Dualisme) atau banyak Zar
(Plurasisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini
bersifat ke bendaan, ataukah roh. Bila mana kekuatan itu bersifat ke
pandaan, paham ini disebut materialisme dan bila bersifat roh,
paham ini disebut spiritualisme (serba roh).
c. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filsafat tentang jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang
kebebasan berkehendak manusia (free Will), dan sebagainya.
d. Epistemologi, yaitu pemikiran filsafat tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran
(aliran rasionalisme) atau dari pengalaman panca indra (aliran
empirisme) atau dari ide-ide ide (aliran idealisme) atau dari tuhan
(aliran teologisme). Juga pemikiran tentang validitas pengetahuan
manusia, artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan kita. Hal
ini menimbulkan berbagai paham seperti idealisme yang
beranggapan bahwa kebenaran itu terletak dalam ide, sedang
realisme beranggapan bahwa kebenaran terletak pada kenyataan
yang ada (realitas). Juga paham pragmatisme bahwa kebenaran itu
terletak pada kemanfaatan atau kegunaannya, bukan pada ide atau
realitas.
e. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai
termasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan. Misalnya nilai moral, nilai
agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung
pengertian lebih luas daripada etika atau higgher of life ( nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf lebih tinggi).

Pola dan sistem berpikir filosofis dalam ruang lingkup yang


menjangkau permasalahan kehidupan manusia dan alam sekitar di atas
menjadi objek pemikiran filsafat pendidikan Islam. Oleh karena filsafat

15
pendidikan Islam mempunyai sasaran pembahasan tentang hakikat
permasalahan pendidikan yang bersumber kan ajaran Islam maka pola dan
sistem berpikir serta ruang lingkup permasalahan yang dibahas pun harus
bertitik tolak dari pandangan Islam. Pandangan Islam adalah prinsip-
prinsip yang lebih di letakkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam kitab suci
al-Qur’an dan al-Hadits yang dikembangkan oleh para mujtahid dari waktu
ke waktu.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian yang bermacam-macam itu, penulis
berpendapat bahwa mempelajari filsafat berarti mencari pengetahuan
tentang hikmah, prinsip dan dasar-dasar untuk mencapai kebenaran dengan
melalui daya nalar atau cara berpikir dengan menjadikan segala yang ada
sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran yang mutlak
hanya datang dari Tuhan sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan Islam itu sendiri baik menyangkut rumusan/ konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan
mengenai; dasar dan tujuan, pendidikan peserta didik proses, strategi
pendekatan dari metode, kurikulum, lingkungan, sumber dan media,
sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan Islam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abd, D. M. (2002). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

AbubakarAceh. (1982). Sejarah Filsafat Islam. Sala: Ramadhani.

Ahmad, T. (2007). Filsafat Ilmu. Bandung: PT Reamaja Rosdakarya.

Ahmadi, A. (1988). Filsafat Islam. Semarang: Toha Putra.

Amirudin, N. (2018). Filsafat Pendidikan Islam. Gresik: Caremedia


Communication.

Anas, S. ( 2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ari, A. w. (2018). Mengenal SAINS. Jakarta: PT Sarana Pancakarya Nusa.

Drajat, Z. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hambali. (vol. 13, no. 2, pp. 211–219, 2011.). PENGETAHUAN MISTIS DALAM
KONTEKS ISLAM DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN.

Hermawan, H. (2012, Hlm 19-20). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pusat:


Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

J. H. (2013). FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN filsafat, ilmu pengetahuan dan


peradaban. Jakarta: PT RajaGafindo Persada.

M, R. D. (vol. 29, no. 1, pp. 102–133, 2019.). etodologi, F. Filsafat, and U. G.


Mada, “AGAMA DAN SAINS : SEBUAH KAJIAN TENTANG RELASI
DAN METODOLOGI,” .

Suharto, T. (2014). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Syar’I, A. (2005, hlm 7-9). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka firdaus.

Wathoni, L. M. (2018). Filsafat Pendidikan Islam. Ponorogo: CV Uwais Inspirasi


Indonesia .

18

Anda mungkin juga menyukai