Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu:
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan
salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, tabiin, dan kita semua selaku umat yang taat dan turut terhadap
ajaran yang dibawanya.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ................................................................................................ 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat, mistis, dan sains ?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan islam?
3. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat, mistis, dan sains
2. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan islam
3. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan islam
2
BAB II
ISI
1
(Anas, 2011)
2
(J. H, 2013)
3
(Abd, 2002)
3
pertama adalah menutup mata dan mulut, dan arti kedua adalah
mengantarkan seseorang ke dalam suatu rahasia lewat upacara. 4
Mistis adalah pengetahuan yang tidak rasional, yaitu pengetahuan
(ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui latihan
meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan indera atau
rasio. Pengetahuan mistis ialah pengetahuan yang tidak dapat dipahami
rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi
kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Dilihat dari segi sifatnya mistis terbagi menjadi dua, yaitu mistis
biasa dan mistis magis.
Mistis biasa adalah mistis tampa kekuatan tertentu. Dalam islam
mistis ini adalah tasawuf. Mistis magis adalah mistis yang
mengandung kekuatan tertentu dan biasnya untuk mencapai tujuan
tertentu. Mistis magis juga dibagi menjadi dua yaitu mistis magis putih
dan mistis magis hitam. Mistis magis dalam islam seperti mukjizat,
karamah, dan ilmu hikmah sedangkan mistis magis hitam dapat disebut
juga denagn sihir. 5
3. Sains
Kata “sains” berasal Latin, scientia (“science”, bahasa Inggris),
yang berarti pengetahuan, sedangkan pada kelanjutannya berasal dari
bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari, mengetahui. 6
Secara bahasa sains memiliki arti mengetahui. Sedangkan menurut
istilah,sains adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajarai tentang
alam dengan segala isinya. Sains membahas tentang mahluk hidup,
benda mati, dan peristiwa perubahan yang terjadi pada alam. Sains
terbagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya fisika, kimia,
biologi, geologi, dan astronomi.
a. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang wujud benda
terutama gerak, gelombang, kalor, listrik, magnet serta energi dan
perubahannya.
4
(Hambali, vol. 13, no. 2, pp. 211–219, 2011.)
5
(Ahmad, 2007)
6
(M, vol. 29, no. 1, pp. 102–133, 2019.)
4
b. Kimia adalh ilmu yang mempelajari tentang zat-zat yang
terkandung di dalamnya.
c. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup.
d. Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan isinya.
e. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata surya,
bintang, galaksi, dan alam semesta.
Manusia selalu ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Denagan akal
dan pikiran yang kuat manusia terus berusaha untuk mengungkap
rahasia alam. Dari rasa ingin tahu tentang rahasia alam inilah
berkembang suatu cabang ilmu yang dinamakan ilmu pengetahuan
alam atau sains. 7
7
(Ari, 2018)
5
immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu
yang sebenarnya, mencari pinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir
secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan manusia. Untuk menambah wawasan dan memperjelas
tentang makna filsafat, perlu dikemukakan pendapat Harold Titus yang
dikutip oleh Jalaluddin dan Idi (2007:15-16) yang mengemukakan
pengertian filsafat sebagai berikut:
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan tentang
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
b. Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Filsafat adalah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang
arti konsep.
e. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli
filsafat. 8
8
(Amirudin, 2018)
9
(AbubakarAceh, 1982)
6
d. Al-Farabi (950 M) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya yang sebenarnya. 10
e. Fuad Hasan menyatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk
berfikir radikal; radikal dalam arti mulai dari radiksnya suatu
gejala, yaitu akar sesuatu yang hendak dipermasalahkan.
f. Amril M mengutarakan filsafat merupakan pemikiran yang kritis,
sistematis dan metodologis.
g. Muhmidayeli mengartikan filsafat sebagai upaya kerja rasio
manusia dalam membuat hubungan-hubungan antara realitas-
realitas yangada untuk menemukan suatu pemikiranyang dapat
berimplikasi pada tata kehidupan dunia.
h. Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis bahwa filsafat adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.
i. Dictionary of Philosophy mengungkapkan bahwa filsafat adalah
mencari kebenaran serta kebenaran itu sendiri adalah filsafat. Bila
seseorang menjawab sesuatu secara sistematis, radikal dan
universal serta bertanggungjawab, sistem pemikirannya serta
kegiatannya itu disebut filsafat. 11
Berdasarkan uraian pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan
bahwa filsafat adalah corak berpikir manusia secara kritis, mendalam,
dan menyeluruh untuk memperoleh kebenaran yang sejati dengan
menjadikan segala yang ada sebagai obyeknya. Namun perlu
diketahui bahwa kebenaran yang mutlak hanya datang dari Tuhan
sebagai sumber segala ilmu pengetahuan. Kebenaran yang sejati
bersifat universal, konseptual, koheren dan konsisten, sistematis dan
bertanggungjawab. Hasilnya mampu mengatasi problema yang
dihadapi oleh umat manusia, sehingga mampu mengantarkan
kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan sampai akhirat.
10
(Ahmadi, 1988)
11
(Wathoni, 2018)
7
2. Pengertian Pendidikan Islam
Untuk mengemukakan pengertian pendidikan Islam lebih baik
dikemukakan terlebih dahulu karakteristik pendidikan Islam, yakni:
a. Pendidikan Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia,
baik berupa aspek fisik, mental, akidah, akhlak, emosional,
estetika, maupun sosial.
b. Pendidikan Islam bermaksud meraih kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat secara seimbang dan sama.
c. Pendidikan Islam bermaksud mengembangkan semua aktivitas
manusia dalam interaksinya dengan orang lain, dengan
menerapkan prinsip integritas dan keseimbangan.
d. Pendidikan Islam dilaksanakan secara kontinu dan terus-
menerus tanpa batas waktu, mulai dari proses pembentukan
janin dalam rahim sang ibu hingga meninggal dunia.
e. Pendidikan Islam melalui prinsip integritas, universal, dan
keseimbangan, bermaksud mencetak manusia yang
memperhatikan nasibnya di dunia dan akhirat
12
(Drajat, 1996)
8
jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Ramayulis mengemukakan
pengertian pendidikan Islam adalah proses transisternalisasi atau
transaksi pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada peserta didik
melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan, dan pengembangan potensi, guna mencapai keselarasan
dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Selanjutnya, Sayid
Sabiq mendefinisikan pendidikan Islam sebagai suatu aktivitas yang
mempunyai tujuan mempersiapkan anak didik dari segi jasmani, akal,
dan rohaninya sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang
bermanfaat, baik bagi dirinya maupun umatnya (masyarakatnya).
9
rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan
metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pendidikan Islam. 14
Menurut Zuhairini, dkk (1995) filsafat pendidikan Islam adalah
studi tentang pandangan filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam
Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
muslim dan umat Islam. Sedangkan Abuddin Nata (1997)
mendefinisikan filsafat pendidikan Islam sebagai suatu kajian secara
filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai
sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya para filosof muslim
sebagai sumber sekunder. Sedangkan murut Ahmad Tafsir (2006:6)
filsafat pendidikan Islam adalah pemikiran tentang berbagai hal
mengenai pendidikan yang dituntun oleh ajaran Islam.
Terdapat 2 hal pokok yang harus diperhatikan dari pengertian
filsafat pendidikan Islam:
a. Kajian menyeluruh, mendalam, dan spekulatif terhadap
kandungan al-Qur’an atau al-Hadits dalam rangka merumuskan
konsep dasar pendidikan Islam. Artinya, filsafat pendidikan Islam
memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai islam. Misalnya saja ketika
muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam
menghadapi peluang dan tantangan millennium III, maka filsafat
pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh,
sehingga melahirkan konsep pendidikan Islam yang akan
diaktualisasikan di era millennium III.
b. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam mengatasi
berbagai problema yang dihadapi pendidikan Islam. Misalnya
ketika suatu konsep pendidikan Islam diterapkan dan ternyata
dihadapkan kepada berbagai problema,maka ketika itu dilakukan
14
(Suharto, 2014)
10
kajian untuk mengatasi berbagai problem tadi. Aktivitas
melakukan kajian yang menghasilkan konsep dan perilaku
mengatasi problem pendidikan Islam tersebut merupakan makna
dari filsafat pendidikan Islam.
11
a. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan
b. Merumuskan secara tegas hubungan antara sifat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan
c. Merumuskan hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan,
dan politik pendidikan
d. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan
e. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan
f. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan
g. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
( Isi dari jurnal) Selain itu, ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
dapat dilihat dari berbagai sudut pangdang. Bukhari melihat dari 2 (dua)
sudut pandang, yaitu lingkungan pendidikan, dan jenis permasalahan
pendidikan. Sedangkan menurut Soedomo hanya menambahkan dengan
waktu, dan ruang atau geografis.15
Dilihat dari sudut pandang lingkungan pendidikan, maka wilayah
kajiannya meliputi pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan
dalam lingkungan sekolah, dan pendidikan di luar sekolah. Dilihat dari
sudut pandang jenis permasalahan pendidikan, maka wilayah kajiannya
meliputi masalah landasan pendidikan, masalah struktur lembaga
pendidikan, dan masalah operasional pendidikan. Dilihat dari sudut
pandang waktu terdapat 3 (tiga) masalah pendidikan, yaitu masalah
kontemporer, masalah kesejarahan, dan masalah masa depan. Dilihat dari
sudut pandang ruang geografik terdapat 2( dua) masalah, yaitu masalah
pendidikan di Indonesia dan masalah pendidikan di negara-negara atau
masyarakat di luar Indonesia.
Jika dilihat dari berbagai sudut pandang tersebut di atas, maka
filsafat pendidikan dapat dikategorikan ke dalam masalah landasan
15
(Hermawan, 2012, Hlm 19-20)
12
pendidikan yang menjadi salah satu landasan tegaknya aktifitas pendidikan
yang berusaha memberikan kemampuan memilih yang lebih baik,
memberi arah dan mengontrol suatu sistem pendidikan.
Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya
menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh bahwa seluruh aspek
kebutuhan dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat Islam.
Karena tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya dalam rangka mencapai
tujuan hidup umat Islam, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan Islam
sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat Islam. Menurut Ahmad D.
Madmba (1989) sesungguhnya tujuan pendidikan Islam identik dengan
tuiuan hidup setiap muslim.
Sebagai contoh, fuman Allah dalam surah Ali Imran (3) ayat 102
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah
dengan ketaqwaan yang sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan
dalam keadaan muslim".
Ayat ini menggambarkan tuiuan hidup umat Islam yang harus
mencapai derajat ketaqwaan, di mana keatqwaan itu harus senantiasa
melekat dalam kehidupan umat Islam hingga akhir hayatnya. Filsafat
pendidikan Islam merumuskan tuiuan pendidikan dalam rangka mencapai
tuiuan hidup umat Islam. Bila tuiuan hidup umat Islam untuk mencapai
derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana disebutkan di atas, maka
tuiuan pendidikan Islam yang dirumuskan filsafat pendidikan Islam tentu
pembinaan peserta/anak didik rangka menjadikan manusia taqwa. Dengan
demikian, mewujudkan ketaqwaan setiap individu umat Islam guna
mencapai posisi manusia muttaqin selain meniadi tujuan hidup setiap
muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam (The
Ultinatc goal).16
Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan Islam itu sendiri baik menyangkut rumusan/ konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika
16
(Syar’I, 2005, hlm 7-9)
13
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan
mengenai; dasar dan tujuan, pendidikan peserta didik proses, strategi
pendekatan dari metode, kurikulum, lingkungan, sumber dan media,
sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan Islam.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu
adalah:
a. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti cara
berpikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan
yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis,
artinya satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan secara
bulat dan terpadu.
b. Tujuan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal,
artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai keakar-
akarnya.
c. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-
persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan
yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik
dimasa sekarng maupun di masa mendatang.
d. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulasi, artinya
pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau
eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung nilai-
nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas
(kenyataan) yang ada pada objek yang dipikirkannya.
14
b. Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta, dari masa dan ke arah mana proses kejadiannya. Pemikiran
ontologis akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang
menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu Satu Zat
(Monoisme) ataukah Dua Zat (Dualisme) atau banyak Zar
(Plurasisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini
bersifat ke bendaan, ataukah roh. Bila mana kekuatan itu bersifat ke
pandaan, paham ini disebut materialisme dan bila bersifat roh,
paham ini disebut spiritualisme (serba roh).
c. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filsafat tentang jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang
kebebasan berkehendak manusia (free Will), dan sebagainya.
d. Epistemologi, yaitu pemikiran filsafat tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran
(aliran rasionalisme) atau dari pengalaman panca indra (aliran
empirisme) atau dari ide-ide ide (aliran idealisme) atau dari tuhan
(aliran teologisme). Juga pemikiran tentang validitas pengetahuan
manusia, artinya sampai di mana kebenaran pengetahuan kita. Hal
ini menimbulkan berbagai paham seperti idealisme yang
beranggapan bahwa kebenaran itu terletak dalam ide, sedang
realisme beranggapan bahwa kebenaran terletak pada kenyataan
yang ada (realitas). Juga paham pragmatisme bahwa kebenaran itu
terletak pada kemanfaatan atau kegunaannya, bukan pada ide atau
realitas.
e. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai
termasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan. Misalnya nilai moral, nilai
agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung
pengertian lebih luas daripada etika atau higgher of life ( nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf lebih tinggi).
15
pendidikan Islam mempunyai sasaran pembahasan tentang hakikat
permasalahan pendidikan yang bersumber kan ajaran Islam maka pola dan
sistem berpikir serta ruang lingkup permasalahan yang dibahas pun harus
bertitik tolak dari pandangan Islam. Pandangan Islam adalah prinsip-
prinsip yang lebih di letakkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam kitab suci
al-Qur’an dan al-Hadits yang dikembangkan oleh para mujtahid dari waktu
ke waktu.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian yang bermacam-macam itu, penulis
berpendapat bahwa mempelajari filsafat berarti mencari pengetahuan
tentang hikmah, prinsip dan dasar-dasar untuk mencapai kebenaran dengan
melalui daya nalar atau cara berpikir dengan menjadikan segala yang ada
sebagai obyeknya. Namun perlu diketahui bahwa kebenaran yang mutlak
hanya datang dari Tuhan sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan Islam itu sendiri baik menyangkut rumusan/ konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Secara garis besar
ruang lingkup filsafat pendidikan Islam mencakup kajian dan pembahasan
mengenai; dasar dan tujuan, pendidikan peserta didik proses, strategi
pendekatan dari metode, kurikulum, lingkungan, sumber dan media,
sistem evaluasi, sarana dan prasarana pendidikan Islam.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hambali. (vol. 13, no. 2, pp. 211–219, 2011.). PENGETAHUAN MISTIS DALAM
KONTEKS ISLAM DAN FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN.
Syar’I, A. (2005, hlm 7-9). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka firdaus.
18