Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. Yudiyanto, S, Si., M.Si.

Di susun:

1. Era Fauzira (2201080012)


2. Mutiara Chusnul Wahidah (2201082006)
3. Neng Reni (2201080025)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AJARAN2023/2024

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang dan

ridhanya, sehingga tugas makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat beriringakan

salam semoga selalu kita sanjung agungkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad

SAW.

Kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang senantiasa istiqomah dalam

menegakkan risalah islam dimuka bumi ini dan mengharapkan syafa’at Rasullah di

akhirat kelak. Makalah kami yang berjudul “Filsafat Ilmu”. Makalah ini dibuat untuk

memenuhi tugas pada mata kuliah.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami sampaikan kepada bapak Dr.
Yudiyanto, S, Si., M.Si. selaku dosen Mata Kuliah “filsafat” serta teman-teman yang
telah membantu kami dalam menyumbangkan buah pikirannya untuk menyelesaikan
makalah ini. Terakhir kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dan saya pun
menyadari di dunia ini tak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah kami masih
jauh dari kata sempurna untuk itu saya membuka lembar-lembar kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Metro,19 September 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu........................................................................6
B. Tujuan Filsafat Ilmu.............................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. ilsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
C. maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat, sebaliknya
D. perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat
E. ilsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
F. maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan
filsafat, sebaliknya
G. perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmuilmu khusus
merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan
induk atau ibu dari semua ilmu (mater scien arum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu
membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari
filsafat.
Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai
induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri,
yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat dak
mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan
filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini
dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-
fakta yang sangat pendang bagi perkembangan ide-ide tyang tepat sehingga
sejalan dengan pengetahuan ilmiah.

4
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu
manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu
pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya
secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang
setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang
tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin
mengkhususkan metode-metode tersebut.1
B. Rumusan Masalah

1. Bamaimana yang dimaksud dengan filsafat ilmu?

2. Bamaimana tujuan dari filsafat ilmu?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu.

2. Untuk mengetahui apa tujuan dari filsafat ilmu

1
Faizal Amin, “POSBAKUM ANTARA TEORI DAN PRAKTEK,” t.t Hl.105.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat, dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “falsafah” dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Phylosophy adalah berasal dari
bahasa Yunani Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang
berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). Dalam
arti yang sedalam-dalamnya istilah filsafat bermakna cinta kebijaksanaan atau
love of wisdom. (Adib, 2010). Para filsuf dan ahli filsafat itu mendefinisikan
tentang filsafat sebagai berikut. Plato berpendapat bahwa filsafat adalah
pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran
yang asli. Menurut Aristotheles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan)
(Adib, 2010: 37). Filsafat yang berakar kata dari bahasa Yunani “Phillen”
yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Dapat dimaknai
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Arti secara etimologi ini mempunyai latar belakang yang muncul dari
pendirian Socrates, beberapa abad sebelum masehi. Socrates berkata bahwa
manusia tidak berhak atas kebijaksanaan, karena keterbatasan kemampuan
yang dimilikinya. Terhadap kebijaksanaan, manusia hanya berhak untuk
mencintainya. Pendirian Socrates tersebut sekaligus menunjukkan sikap
kritiknya terhadap kaum Sophis yang mengaku memiliki kebijaksanaan

6
(Suhartono, 2007). Secara awam, istilah ‘cinta’ menggambarkan adanya aksi
yang didukung oleh dua pihak. Pihak pertama berperan sebagai subjek, dan
pihak kedua berperan sebagai objek. Adapun aksi atau tindakan itu didorong
oleh suatu kecenderungan subjek untuk ‘menyatu’ dengan objek. Untuk bisa
menyatu dengan objek, subjek harus mengetahui sifat atau hakikat objek. Jadi
pengetahuan mengenai objek menentukan penyatuan subjek dengan objek.
Semakin mendalam pengetahuan subjek, semakin kuat penyatuannya dengan
objek. Sedangkan istilah ‘kebijaksanaan’ yang kata dasarnya ‘bijaksana’ dan
mendapat awalan ‘ke’ dan akhiran ‘an’ menggambarkan pengetahuan haikiki
tentang bijaksana. Jadi, kebijaksanaan dikenal sebagai bersifat benar, baik dan
adil. Perbuatan demikian dilahirkan dari dorongan kemauan yang kuat,
menurut keputusan perenungan akal pikiran, dan atas pertimbangan perasaan
yang dalam. Kemudian,
Pendekatan etimologis dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti
pengetahuan mengenai pengetahuan. Dapat pula diartikan sebagai akar dari
pengetahuan atau pengetahuan terdalam (Suhartono, 2007). Filsafat, falsafah
atau philosophia secara harfiah berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta
kepada kebenaran. Maksudnya adalah bahwa setiap orang yang berfilsafat
akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
philosopher, yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Pecinta pengetahuan
ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya. Dengan
kata lain, ia mengabdikan diri dan hidupnya kepada pengetahuan. Filsafat
secara sederhana berarti ’alam pikiran’ atau “alam berfikir”. Berfilsafat
artinya berfikir. Namun, tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfilsafat
adalah berfikir secara mendalam (radikal) dan sungguh-sungguh. Ada sebuah
semboyan yang mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan
ini benar adanya, sebab semua manusia berfikir.
Akan tetapi, secara filosofis, semboyan itu tidak benar, sebab tidak
semua manusia yang berfikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang-orang yang
memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Filsafat adalah hasil akal budi manusia yang mencari dan memikirkan suatu

7
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian filsafat menurut para ahli,
mulai dari klasik hingga modern.
a) Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa filsafat itu tidak lain adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang ada.
b) Aristoteles (384-422 SM) berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
c) Marcus Tullius Cicero (106-143 SM) merumuskan filsafat sebagai
pengetahuan tentang segala yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya
d) Al Farabi (w.950 M) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat
yang sebenarnya.
e) Immanuel Kant (1724-1804 M) mengutarakan bahwa filsafat adalah
ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang di dalamnya
mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui manusia
(metafisika), apa yang boleh dilakukan manusia (etika), sampai di
mana harapan manusia (agama), dan apa yang dinamakan manusia
(antropologi)
f) Harold H.Titus, mengemukakan lima pengertian filsafat, yaitu; a)
suatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta; b) proses kritik
terhadap kepercayaan dan sikap; c) usaha untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan ; d) analisis dan penjelasan logis dari bahasa
tentang kata dan konsep; e) sekumpulan problem yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya.
g) D.C Mulder menyatakan bahwa filsafat adalah pemikiran teoretis
tentang susunan kenyataan secara keseluruhan.
h) Fuad Hasan menggagas bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk
berfikir radikal; radikal dalam arti mulai dari radiksnya suatu gejala,
yaitu akar sesuatu yang hendak dibahas. Dengan jalan penjajakan yang

8
radikal ini, filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal.
i) N. Drijarkara berpendapat bahwa filsafat adalah pikiran manusia yang
radikal, artinya dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan
pendapat-pendapat yang diterima, mencoba memperlihatkan
pandangan lain yang merupakan akar permasalahan. Filsafat tidak
mengarah pada sebab-sebab yang terdekat, tapi pada “mengapa” yang
terakhir, sepanjang merupakan kemungkinan berdasarkan pada
kekuatan akal budi manusia.
j) Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa filsafat adalah
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.
k) ictionary of Philosophy mengungkapkan bahwa mencari kebenaran
serta kebenaran itu sendiri adalah filsafat. Bila seseorang menjawab
sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal serta
bertanggungjawab, sistem pemikirannya serta kegiatannya itu disebut
filsafat (Suharto, 2020)2

Berdasarkan teori-teori dari para ahli tentang filsafat yang sudah


dipaparkan di atas, maka dalam penulisan makalah ini, dapat disimpulkan
bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu.

2. Pengertian Ilmu
Van Peursen mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari
filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang
dianut (Peursen, 1985). Dahulu seorang filsuf memiliki pengetahuan yang luas
sehingga beberapa ilmu dipahaminya karena pada waktu itu jumlah atau volume
pengetahuan belum sebanyak zaman kini. Sebagai contoh, Plato adalah filsuf

2
Mardinal Tarigan dkk., “Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan,” Mahaguru:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 3, no. 1 (4 Maret 2022): hl.5,
https://doi.org/10.33487/mgr.v3i1.4049.

9
yang mampu di bidang politik kenegaraan, kosmologi, filsafat manusia, filsafat
keindahan, dan juga seorang pendidik. Aristoteles adalah filsuf yang ahli di dalam
masalah epistemologi, etika, dan ketuhanan. Plotinos bahkan ahli disemua cabang
filsafat kecuali filsafat politik.3
Untuk memahami ilmu, ada banyak definisi yang menuntun dan mengarahkan
kepada pengertian yang jelas. Secara etimologis “ilmu” merupakan kata serapan
yang berasal dari bahasa Arab „alima yang berarti tahu atau mengetahui
(Gazalba, 1992), sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi
haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki). (Suharsaputra, 2004). Dalam
bahasa Inggeris Ilmu dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa
Latin dari kata Scio, Scire yang berarti (mengetahui) umumnya diartikan Ilmu
tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual
mengacu pada makna yang sama. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa
Yunani adalah episteme. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di
bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian:
a) Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejalagejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
(Depdikbud,1989)
b) Aristoteles memandang ilmu sebagai pengetahuan demonstratif tentang
sebabsebab hal. (Bagus, 1996)
c) Ilmu merupakan alat untuk mewujudkan tujuan politis secara efektif dan
alamiah. (Suriasumantri, 1986).
d) Dalam beberapa kamus berbahasa Inggris antara lain mendeskripsikan
bahwa Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by
observation and testing of fact (An English Reader s Dictionary); Science
is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment”

3
“Hakikat Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan Ivonne Ruth Vitamaya
Oishi Situmeang Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia,” t.t., hl.8.

10
(Webster s Super New School and Office Dictionary). (Suharsaputra,
2004).4
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan
dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk
mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan. Lebih
jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebagaimana
diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan
pengertian ilmu yaitu:
a) Ilmu adalah sejenis pengetahuan
b) Tersusun secara sistematis
c) Sistematisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu
Pemerolehannya dilakukan experiment dengan studi, observasi, eksperimen.

3. Pengertian filsafat Ilmu


Dilihat dari segi katanya filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai filsafat yang
berkaitan dengan atau tentang ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari
filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu itu sendiri merupakan
suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian
untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu,
maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi
makna khusus tentang istilah tersebut. Para ahli telah banyak mengemukakan
definisi/pengertian filsafat ilmu dengan sudut pandangnya masing-masing,
dan setiap sudut pandang tersebut amat penting guna pemahaman yang
komprehensif tentang makna filsafat ilmu.5
Filsafat ilmu (philosophy of science) adalah pemikiran reflektif terhadap
persoalanpersoalan mengenai sifat dasar landasanlandasan ilmu yang
mencakup konsep-konsep pangkal, anggapan-anggapan dasar, asas-asas

4
Siti Mariyah dkk., “Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu,” Jurnal Filsafat Indonesia 4, no. 3 (1
November 2021): Hl.89, https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413.
5
“PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI ERA
MODERN Oleh Tri Santi1, Muhammad Nurwahidin DKK,” t.t., Hl.3.

11
permulaan, struktur-struktur teoritis, dan ukuranukuran kebenaran ilmu. (The
Liang Gie, 1978). Pengertian ini sangat umum dan cakupannya luas, hal yang
penting untuk dipahami adalah bahwa filsafat ilmu itu merupakan telaah
kefilsafatan terhadap hal-hal yang berkaitan/ menyangkut ilmu, dan bukan
kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri. Terdapat beberapa istilah dalam
pustaka yang dipadankan dengan Filsafat ilmu seperti: Theory of science,
meta science, methodology, dan science of science, semua istilah tersebut
nampaknya menunjukan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun
semua itu pada dasarnya tercakup dalam kajian filsafat ilmu. Meskipun
filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan
bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada
hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.6

B. TUJUAN FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu memiliki beberapa tujuan utama yang membantu memandu dan
memberikan arah dalam penyelidikan tentang sifat dan batasan pengetahuan
manusia. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari filsafat ilmu:
a. Analisis Konsep Pengetahuan
Salah satu tujuan utama filsafat ilmu adalah menganalisis konsep-konsep
dasar yang terkait dengan pengetahuan. Ini mencakup pemahaman lebih
dalam tentang apa itu pengetahuan, bagaimana kita mendefinisikannya,
dan apakah ada berbagai jenis pengetahuan (misalnya, pengetahuan
empiris, pengetahuan rasional, atau pengetahuan moral).
b. Pemahaman Metodologi Pengetahuan: Filsafat ilmu juga bertujuan untuk
memahami metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Ini
mencakup pertanyaan tentang bagaimana kita memvalidasi informasi,
apakah metode ilmiah adalah satu-satunya cara yang sah untuk
mendapatkan pengetahuan, dan apakah ada metode-metode lain yang
valid.

6
Mariyah dkk., “Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu,” Hl.92.

12
c. Eksplorasi Batasan Pengetahuan Filsafat ilmu mencari untuk
mengidentifikasi batasan-batasan pengetahuan manusia. Ini mencakup
pertanyaan tentang sejauh mana kita dapat mengetahui sesuatu, apakah
ada pengetahuan yang mutlak, dan bagaimana kita mengatasi
ketidakpastian dalam pengetahuan.
d. Refleksi tentang Metodologi Ilmiah
Selain memahami metode ilmiah, filsafat ilmu juga bertujuan untuk
merenungkan keabsahan dan keterbatasan metode ini. Ini melibatkan
pertanyaan tentang bagaimana kita dapat menghindari bias, apakah ilmu
dapat sepenuhnya objektif, dan bagaimana etika berperan dalam penelitian
ilmiah.
e. Kritik terhadap Paradigma Ilmiah
Filsafat ilmu juga mencoba untuk memeriksa paradigma-paradigma yang
mendasari ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini melibatkan pertanyaan tentang
bagaimana gagasan-gagasan yang ada memengaruhi pemahaman kita tentang
dunia, dan apakah ada alternatif paradigma yang dapat membantu kita melihat
dunia dengan cara yang berbeda.
f. Kontribusi ke Pembangunan Pengetahuan
Melalui kritik, analisis, dan refleksi, filsafat ilmu berusaha untuk memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan pengetahuan manusia. Ini dapat
mencakup membantu mengidentifikasi cara-cara baru untuk memperoleh
pengetahuan atau mengatasi masalah-masalah epistemologis dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan
g. Pengembangan ketrampilan berfikir kritis
Filsafat ilmu juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan analitis. Ini membantu individu menjadi pemikir yang lebih terampil
dan cermat, yang dapat menghadapi berbagai tantangan intelektual dengan
lebih baik.
h. Penyelidikan etika pengetahuan
filsafat ilmu juga menggali pertanyaan etis tentang pengetahuan, termasuk
pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan harus digunakan, apakah ada

13
pengetahuan yang berbahaya, dan bagaimana pengetahuan dapat digunakan
untuk kebaikan masyarakat
Melalui pencapaian tujuan-tujuan ini, filsafat ilmu berperan penting dalam
membentuk pemahaman kita tentang pengetahuan manusia, metode ilmiah, dan
batasan-batasannya. Selain itu, ini membantu memastikan bahwa pengetahuan
yang kita hasilkan dan gunakan lebih baik dan lebih baik dikelola secara
intelektual dan etis.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat


kebenaran segala sesuatu. Van Peursen mengemukakan bahwa Ilmu
merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung
pada sistem filsafat yang dianut. Filsafat ilmu (philosophy of science) adalah
pemikiran reflektif terhadap persoalanpersoalan mengenai sifat dasar
landasanlandasan ilmu yang mencakup konsep-konsep pangkal, anggapan-
anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoritis, dan
ukuranukuran kebenaran ilmu.
Filsafat ilmu memiliki beberapa tujuan utama yang membantu memandu
dan memberikan arah dalam penyelidikan tentang sifat dan batasan
pengetahuan manusia. Berikut adalah 9 tujuan utama dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu berperan penting dalam membentuk pemahaman kita
tentang pengetahuan manusia, metode ilmiah, dan batasan-batasannya.
Selain itu, ini membantu memastikan bahwa pengetahuan yang kita hasilkan
dan gunakan lebih baik dan lebih baik dikelola secara intelektual dan etis.

B. Saran

Demikiannlah pokok bahasan yang dapat kami jelaskan, besar

harapan kami makalah ini sangat bermanfaat untuk para pembaca. Karena

keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini sangat

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Faizal. “POSBAKUM ANTARA TEORI DAN PRAKTEK,” t.t.


“Hakikat Filsafat Ilmu dan Pendidikan dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengetahuan Ivonne
Ruth Vitamaya Oishi Situmeang Fakultas Kedokteran Universitas Methodist
Indonesia,” t.t.
Mariyah, Siti, Ahmad Syukri, Badarussyamsi Badarussyamsi, dan Ahmad Fadhil Rizki.
“Filsafat dan Sejarah Perkembangan Ilmu.” Jurnal Filsafat Indonesia 4, no. 3 (1
November 2021): 242–46. https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413.
“PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI
ERA MODERN Oleh Tri Santi1, Muhammad Nurwahidin DKK,” t.t.
Tarigan, Mardinal, Feby Annisa Yasmin, Akrizal Rifai, Yusriani Yusriani, Khairul Azmi,
dan Khairul Azmi. “Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Pendidikan.” Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 3, no. 1 (4
Maret 2022): 175–82. https://doi.org/10.33487/mgr.v3i1.4049.

16

Anda mungkin juga menyukai