Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

CABANG-CABANG FILSAFAT

DosenPengampu : Ani Sulianti, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Madaniatus Silviah (194410002)

Sittatil Faizah (204410003)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN DAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

2022
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


alhamdulillah dengan limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah
pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada para Sahabatnya, keluarga,
serta sampai kepada kita selaku umatnya.

Makalah berjudul “Cabang-cabang filsafat” ini kami buat untuk memenuhi


salah satu tugas yang diberikan dosen mata kuliah filsafat pancasila. Dan semoga,
selain memenuhi tugas tersebut, makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak
pembaca pada umumnya dan kami khususnya.

Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam upaya perbaikan kami dalam
membuat makalah, karena sangat kami sadari pembuatan makalah ini sarat akan
kekurangan.

Probolinggo, 10 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................2-9

A. Pengertian Filsafat.................................................................2
B. Cabang-cabang filsafat.......................................................2-9

BAB III PENUTUP.....................................................................................10

Kesimpulan................................................................................10

Saran.......................................................................................... 10

Daftar Pustaka...............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan studi dari cabang-cabang filsafat adalah mengantar seseorang kedalam


dunia filsafat, sehingga minimal dia dapat mengetahui apa-apa saja bagian dari
cabang-cabang filsafat.

Dalam filsafat ini perlu ditegaskan bahwa dalam menguraikan beberapa tema
filsafat, seperti cabang-cabang filsafat. Kajiannya secara ketat bercorak filsafat
dan ilmu pengetahuan juga diberikan fakta-fakta dan kebenaran tentang ilmu-ilmu
empiris formal dan ilmu-ilmu lainnya. Yang memfokuskan pembahasan mengenai
filsafat disini akan diuraikan pembahasan tentang sesuatu tertentu karena filsafat
bertanya dengan kenyataan. Selain itu, dalam menguraikan materi cabang-cabang
filsafat makalah ini menggunakan bahasa yang sangat sederhana dan komunikatif
sehingga dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Tentu saja ada sejumlah
istilah-istilah teknik filosofis yang tidak bisa dideskripsikan apa adanya yang
kadang kala cukup sulit bagi orang yang baru pertama kali belajar wacana filsafat.
Cabang-cabang filsafat adalah bidang-bidang studi filsafat. Ia merupakan
cabang-cabang penyelidikan yang ada didalam filsafat. Namun pembagian ini
adalah skema yang paling klasik dan paling umum diterima, sasaran cabang-
cabang filsafat ini adalah untuk membentuk sikap dan perilaku yang akan mampu
membuat manusia untuk bertindak dalam pengetahuan dan mempunyai pemikiran
yang krisis.
Dalam menganut ilmu-ilmu filsafat itu perlu karena kini kita semakin dewasa.
Setiap ilmuwan mampu menempatkan posisi masing-masing ilmu sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Untuk itu, filsafat pun menjadi pembelajaran yang
diperlukan oleh mahasiswa unuk memperkuat argumen-argumen mereka dalam
berfilsafat. Yang bertujuan untuk menemukan jawaban-jawaban yang masih
menjadi permasalahan dibidang mata kuliah lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari filsafat ?
2. Apa saja cabang-cabang filsafat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat.
2. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia


(filosofia)”, berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai
kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein” yang berarti
cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. (Muhdi, Ali, dkk. 2012:240)

 Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an


attitude toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang
melibatkan usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam
semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam
semesta sebagaimana adanya dan mencoba untuk melihatnya secara
keseluruhan hubungan.
 Filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui
jalan refleksi hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki dari
hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.

Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha
ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya – bertanya tanpa lelah
agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut akan
dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang mereka
produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya memperoleh
banyak materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha mencari tahu atas
pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para pelakunya memperoleh
pengetahuan juga kebenaran

B. Cabang-cabang filsafat

Pada awalnya, perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan sangatlah kecil. Pada
zaman Yunani kuno hanya dibedakan empat ilmu, yaitu logika, ilmu pasti, ilmu
pesawat dan ilmu kedokteran. Bahkan, kedokteran dan logika lebih dipandang
sebagai seni atau keahlian. Mulai dari zaman renaisans (sekitar 1800 dan
sesudahnya) menghasilkan ilmu-ilmu yang kebanyakan sekarang. Seperti
sosiologi, psikologi, dan psikoanalisis yang masih muda. Dan ada yang lebih
muda lagi seperti ekologi (ilmu keseimbangan lingkungan hidup).

Ilmu dibagi menjadi tiga kelompok :


1)    Ilmu- ilmu formal                : Matematika, logika, dan lain-lain
2)    Ilmu-ilmu empiris formal    : Ilmu alam, ilmu hayati, dan lain-lain

2
3)    Ilmu-ilmu hermeneutis        : Sejarah, ekonomi, dan lain-lain.
Beberapa orang perpendapat bahwa ilmu hermeneutis tidak ilmiah karna disini
tidak dicapai kepastian. Misalkan sejarah, disini tidak diterangkan sesuatu
melainkan hanya diberikan fakta-fakta dan tidak pernah dicapai suatu kepastian
bahwa fakta ini benar. Orang lain mengatakan bahwa ilmu-ilmu empiris formal
dan ilmu-ilmu hermeneutis tidak begitu penting pertanyaan-pertanyaan seperti
inilah yang termasuk kritik ilmu-ilmu. Teori-teori tentang pembagian ilmu-ilmu,
tentang metode ilmu, tentang dasar kepastian dan tentang jenis-jenis keterangan
yang diberikan, merupakan suatu cabang dari filsafat. Filsafat itu selalu bersifat
“filsafat tentang” sesuatu yang tertentu karena filsafat bertanya tentang seluruh
kenyataan. Tujuannya agar manusia sanggup menghasilkan sesuatu, baik secara
teknis maupun puitis dalam terang pengetahuan yang benar. Kritik sastra, dan
estetika merupakan bidang-bidang dalam cabang filsafat ini tetapi, perkembangan
peradapan kehidupan manusia menuntut filsafat untuk lebih memperluas bidang
penyelidikan. 
Saat ini, cabang-cabang filsafat dapat dibagi menjadi beberapa cabang pokok
antara lain metafisika, epistemologi, metodologi, logika, etika pancasila, dan
estetika. Penjelasannya ialah sebagai berikut:
1. Metafisika
Metafisika istilah ini berasal dari bahasa Yunani meta ta phifisika yang berarti
“hal-hal yang terdapat sesudah fisika”. Sebagai ilmu pengetahuan mengenai yang
ada misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau sebagai yang
dijumlahkan. Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian
dari persoalan yang ada:
 Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal.
 Membicarakan sesuatu yang bersifat keluar biasaan.
 Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang berada
diluar pengalaman manusia.
 Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala
sesuatu.
 Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda,
hakikat perubahan pengertian tentang kemerdekaan wujud Tuhan,
kehidupan, setelah mati dan lainnya.
Metafisika studi mengenai kategorasi benda-benda di alam dan hubungan
antara satu dengan yang lainnya sebagai contoh, bukankah menjual buku
mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib atau
sihir, pengobatan alternative, dan hal-hal sejenisnya.
Metafisika ini suatu cabang filsafat yang paling sulit dipelajari, terutama bagi
pemuda yang baru belajar filsafat. Metafisika sering disebut juga sebagai “filsafat
pertama” maksudnya ialah ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata
ini, sering juga disebut sebagai “filsafat tentang hal yang ada” persoalannya

3
adalah menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak
terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indra saja.
Istilah pertama tidak berarti bahwa bagian filsafat ini harus ditempatkan
didepan, tetapi menunjukkan kedudukan atau pentingnya. Filsafat ini pertama
menyelidiki pengandaian-pengandaian paling mendalam dan paling akhir dalam
pengetahuan manusiawi yang mendasari segala macam pengetahuan lainnya.
Metafisika dibagi Lagi menjadi dua bagian yaitu: metafisika umum dan metafisika
khusus.
 Metafisika umum (Yang Disebut Ontologi)
Ontologi merupakan cabang dari metafisika yang membicarakan eksistensi
dan ragam-ragam dari suatu kenyataan. Jenis ontologi ini, dari satu pihak menarik.
Karena disini ditemukan kemungkinan untuk menterjemahkan isitilah-istilah
falsafi dengan jawaban-jawaban yang diberikan atau pertanyaan-pertanyaan yang
dirumuskan dalam ontologi mengungkapkan suatu kepercayaan. Jenis
kepercayaan ontologi ada empat:
 Ateisme (Yunani: a- ‘bukan’, theos ‘Allah’) mengajarkan bahwa allah itu
tidak ada dan manusia sendirian dalam kosmos.
 Agnostitsme (Yunani: a- ‘bukan’, gnosis ‘pengetahuan’) mengajarkan
bahwa tidak dapat diketahui apakah Allah itu tidak ada atau tidak,
sehingga pertanyaan tentang Allah selalu terbuka.
 Panteisme (Yunani: pan ‘segala sesuatu’, theos ‘Allah’) mengajarkan
bahwa seluruh kosmos sama dengan Allah, sehingga tidak ada perbedaan
antara pencipta dan ciptaannya.
 Tisme mengajarkan bhwa Allah itu ada, ada perbedaan antara Allah dan
penciptaannya.
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan
dalam beberapa aliran berpikir, yaitu :
 Materialisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala
sesuatu yang itu adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya
mungkin lahir dari yang ada.
 Idealisme, yaitu aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang
mengatakan bahwa hakikat itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah
dunia ide yang lebih hakiki di banding materi.
 Dualisme, yaitu aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide,
yang berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta
ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.
 Agnotisisme, yaitu aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang
mengambil sikap skeptis, yaitu keraguan atas setiap jawaban yang
mungkin benar dan mungkin pula tidak.
 Metafisika Khusus (Yang Disebut Kosmologi)
Metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan tentang struktur alam
semesta  yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan gerakan. Kosmologi

4
berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh
realitas. Karena cabang filsafat ini menyelidiki apa yang dapat dikatakan tentang
adanya Allah, lepas dari agama, lepas dari wahyu. Metafisika khusus lainnya
adalah filsafat antropologi. Filsafat antropologi merupakan cabang-cabang filsafat
yang berbicara tentang manusia. 
Kosmologi juga merupakan cabang dari metafisika khusus. Secara
etismologis, istilah kosmologi yang kita kenal saat ini berasal dari dua kata
Yunani kosmos dan logos. Kata kosmos berarti dunia atau ketertiban, sedangkan
kata logos berarti kata, percakapan atau ilmu. Jadi kosmologi berarti percakapan
tentang dunia atau alam dan ketertiban yang paling fundamental. Cabang filsafat
ini memandang alam sebagai suatu totalitas dari fenomena dan berupaya untuk
memadukan spekulasi metafisik dengan evidensi ilmiah di dalam suatu kerangka
yang koheren. Dalam perkembangannya, cabang filsafat ini banyak memberi
bantuan bagi ilmu-ilmu alam. Adapun bagian filsafat terbagi menjadi dua, yaitu:
 Antropologi, Setiap filsafat mengandung eksplisit ataupun implisit suatu
pandangan tentang manusia, tentang tempatnya dalam kosmos, tentang
hubungannya dengan dunia, dengan sesama. Manusia adalah sekaligus
materi dan hidup, badan dan jiwa mempunyai kehendak dan pengertian.
Sekitar tahun 1500 manusia betul-betul menjadi titik pusat dari filsafat.
Sejak zaman renaisme manusia dipandang sebagai pusat sejarah, pusat
pemikiran, pusat kehendak, kebebasan, dan dunia.
 Kosmologi, merupakan rangka umum yang dimana hasil-hasil dari ilmu
alam dapat dipasang. Teori-teori umum tentang alam sebagai kesatuan
yang berfungsi sebagai rangka umum. Kosmologi sekarang memandang
alam sebagai suatu proses. Kosmologi itu bukan sistem tetap dan tak
terhingga melainkan suatu proses perkembangan.
2. Epistemologi
Epistemogi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum
membicarakan mengenai sumber-sumber, karakter, dan kebenaran pengetahuan.
Persoalan epistemologi sebagai pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan
pengetahuan, tentang batasan-batasan pengetahuan, tentang asal pengetahuan
yang dibicarakan dalam epistomogi.
Kata epistimologi berarti “pengetahuan (Yunani:logia) tentang asal
pengetahuan (epiteme)”. Epistomologi disebut “teori pengetahuan”. Secara
etismologis, istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
kata episteme dan logos. Kata episteme berarti pengetahuan sedangkan kata logos
berarti kata, pikiran, percakapan, atau ilmu. Jadi, epistomologi  berarti kata,
pikiran, percakapan, ilmu tentang pengetahuan.
Epistomogi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori
pengetahuan. Ia menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya
pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber,
karakteristik, dan kebenaran pengetahuan.

5
Dalam epistemologi, pertanyaan-pertanyaan tentang kemungkinan-
kemungkinan pengetahuan yang dibicarakan. Sehingga dalam epistemologi
muncul beberapa aliran berpikir, yaitu:
 Empiris, yaitu pengalaman dimana pengetahuan manusia diperoleh dari
pengalaman inderawi.
 Rasionalisme, yaitu: tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera
dalam kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan
untuk merangsang kerja akal. Jadi akal berada diatas pengalaman inderawi
dan menekankan pada metode deduktif.
 Positivisme, merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan
mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan
eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan validitas dan
reabilitas pengetahuan.
 Intuisionisme. Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil
evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia.
Kemampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, dan tetap
unik. 
Contoh : “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta”. Teori ini digagas oleh
Aristoteles (384-322 S.M.), selanjutnya dikembangkan oleh Bertrand Russel
(1872-1970). Penganut teori ini adalah mazhab realisme dan materialisme.
3. Metodologi
Metodologi ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan, yakni ilmu
pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan khususnya metode ilmiah.
Teyapi metodologi dapat membahas metode-metode yang lain, misalnya metode-
metode yang diapakai dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti
observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan
pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan.
Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai
yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
masalah tidak terselessaikan secara tuntas. Penyelesaian secara detail itu biasanya
dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
Nilai itu bersifat objektif tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan
objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang
melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat
individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif,
apabila subjek berperan dalam member penilaian, kesadaran manusia menjadi
tolak ukur penialian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan
berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

6
Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa
ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan anatara
pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektivitasnya.
Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan
kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah
bebas dalam mennetukan topic penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-
eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja
ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif
hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terkait pada nilai subjektif.
4. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang tidak mengajar apa pun tentang
manusia atau dunia. Ia merupakan suatu teknik atau “seni” yang mementingkan
segi formal, bentuk dari pengetahuan. Logika membicarakan teknik-teknik untuk
memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Ia adalah cabang
filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berpikir, aturan-aturan mana yang harus
dihormati supaya pernyataan-pernyataan yang kita lontarkan sah.
Istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari cina (334-262 SM).
Secara etimologis, istilah logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani
logikos. Kata logikos ini berasal dari kata logos yang berarti sesuatu yang
diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, dan bahasa.
Sementara kata logikos sendiri berarti mengenai susuatu yang diutarakan.
Mengenai kata, mengenai percakapan, atau yang berkenaan dengan bahasa.
Logika dapat dibedakan atas dua macam, yakni logika kodratiah dan logika
ilmiah. Logikah kodratiah logika yang bekerja berdasarkan hukum-hukum logika
ilmiah. Kedua macam logika ini tidak dapat dipisahkan. Karena logika ilmiah
membantu logika kodratiah. Akal budi dapat bekerja  menurut hukum-hukum
logika dengan cara yang spontan.
Logika ilmiah memperluas, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat
pertolongan logika ini akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah dan lebih aman. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yakni logika
deduktif dan logika induktif. Logika deduktif disebut juga logika formal. Logika
ini membicarakan susunan proposisi-proposisi dan penyimpulan yang sifat
keharusannya berdasarkan atas susunannya.
Logika induktif mencoba untuk menarik kesimpulan tidak dari susunan
proposisi-proposisi, melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Ia
mencoba untuk bergerak dari satu perangkat fakta yang diamati secara khusus
menuju ke pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak
demikian, atau dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau
sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut. Dalam logika induktif hukum-hukumnya
bersifat probabilitas. Contoh ketika siswa atau peneliti melakukan metode ilmiah,
maka pelaku ilmiah ini harus melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir
secara secara logis, mulai dari saat pelaku ilmiah melakukan

7
pengamatan ,merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melaksnakan penelitian,
mengumpulkan data berdasarkan prinsip yang logis,rasional,dan masuk akal.

5. Etika Pancasila
Etika lebih mengacu ke filsafat moral yang merupakan kajian kritis tentang
baik dan buruk, sedangkan etiket mengacu kepada cara yang tepat, yang
diharapkan, serta ditentukan dalam suatu komunitas tertentu. Contohnya, mencuri
termasuk pelanggaran moral, tidak penting apakah dia mencuri dengan tangan
kanan atau kiri. Sedangkan dalam etiket, makan dengan tangan kanan dianggap
lebih sopan terkait tata cara berperilaku dalam pergaulan. Aliran-aliran etika
dalam bidang filsafat ada 3, yaitu :
 Etika keutamaan/kebajikan, artinya mempelajari tentang perbuatan
manusia itu baik atau buruk seperti belas kasih, terus terang, murah hati,
dan lain-lain.
 Etika teleologis, artinya teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan
moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan
dengan kewajiban seperti, Eudaemonisme (berorientasi kepada
kebahagiaan), Hedonisme (kesenangan diri), dan Utilitarianisme
(mengikuti apa yang mayoritas orang lain ikuti).
 Etika Deontologis, artinya bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai
hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat seperti,
perbuatan baik yang dilakukan tanpa pamrih.
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan sesuai dengan kelima sila dalam Pancasila.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa spiritualitas yang mendekatkan
diri manusia kepada sang pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya.
Sila kemanusiaan menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya
meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antara sesama. Sila
persatuan mengandung rasa kebersamaan, dan cintaku tanah air. Sila kerakyatan
mengandung sikap menghargai kepada orang lain, mau mendengarkan pendapat
orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan
mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain dan kesediaan
membantu kesulitan orang lain. Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian
etika keutamaan, karena tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Tetapi, corak kedua etika yang lain,
Deontologis dan Teologis tetap termuat pula di dalam etika Pancasila.
6. Estetika
Estetika disebut juga dengan keindahan (philosophy of beauty), yang berasal
dari kata aisthetis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indera.

8
Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai
atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah.
Estetika merupakan ilmu pengetahuan tentang keindahan. Secara etismologis,
kata estetika berasal dari kata Yunani easthis yang berarti pengamatan, penserapan
inderawi atau pemahaman intelektual. Estetika merupakan cabang filsafat yang
mempersoalkan seni dan keindahan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
keindahan merupakan objek dari estetika. Sebab dalam estetika definisi, susunan,
dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni, dibicarakan dalam estetika.
Karena objek estetika adalah keindahan, maka estetika tidak mempersoalkan
seorang seniman. Tapi estetika menyelidiki apa-apa saja yang disebut “indah”,
prinsip-prinsip yang mendasari seni dan keindahan, pengalaman yang berkaitan
dengan seni dan keindahan, seperti pencipta seni, penilaian terhadap seni atau
perenungan atas seni dan keindahan. Dengan kata lain, dalam estetika, hakikat
keindahan (seperti keindahan jasmani, keindahan rohani, keindahan seni dan
keindahan alam), dan diselidiki emosi-emosi manusia sebagai reaksi terhadap
yang indah, yang agung, yang tragis, yang bagus, yang mengharukan dsb
dibicarakan.
Estetika dibedakan ke dalam dua bagian, yakni estetika deskriptif dan estetika
normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman yang
keindahan. Ia menguraikan dan melukiskan fenomena keindahan. Sedangkan
estetika normatif mencari dasar pengalaman keindahan. Ia mempersoalkan dan
menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. 
Contoh, dalam mengamati suatu karya seni, kita menggunakan kelima indra
tersebut untuk mendapatkan kesan yang ditimbulkan dari karya seni yang diamati,
baik itu kesan warna, ruang, tekstur, dan sebagainya sehingga kita dapat
merasakan unsure keindahan.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tentang cabang-cabang filsafat diatas dapat disimpulkan


bahwa cabang-cabang filsafat terdiri dari Metafisika, Epistemologi, Metodologi,
Logika, Etika Pancasila dan Estetika yang bertanya tentang seluruh kenyataan
yang benar dan memberi petunjuk pedoman bagi tingkah laku manusia yang baik
dan sebagaimana mestinya. Metafisika adalah ilmu pengetahuan mengenai yang
ada. Epistemologi adalah kata, pikiran, percakapan, ilmu pengetahuan.
Metodologi mengenai cara atau solusi. Logika adalah mengenai sesuatu yang
diutarakan. Etika adalah cabang filsafat yang berbicara tentang manusiawi dan
tentang tindakan. Dan Estetika adalah keindahan.

Saran
Sebagai manusia yang dianugerahi potensi berharga yaitu akal, sudah
seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT dengan mendayagunakan segala
potensi yang dimiliki akal tersebut dengan belajar filsafat, karena dengan filsafat
kita sebagai mampu berfikir, bernalar dan memahami diri serta lingkungannya,
dan berefleksi tentang bagaimana kita sebagai seorang manusia memandang
dunia dan menata kehidupan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adhychezz, (2013), Pengertian berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif,


https://adhychezz.wordpress.com/pemikiran/apa-itu-berpikir-logis-kritis-dan-kreatif/
Diakses pada 10 Juni 2022

Pamungkas, Bagus (2016), Cabang-cabang Filsafat,


http://pamungkas97.blogspot.com/2016/01/cabang-cabang-filsafat.html Diakses pada 10
Juni 2022

Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah. Yogyakarta: Kanisius.

Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press.
Carissas, Shania, (2017), Etika Pancasila,

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-keuangan-negara-

stan/pancasila/resume-etika-pancasila/79463 Diakses pada 10 Juni 2022

11

Anda mungkin juga menyukai