Disusun oleh :
Tri Prasetyo 21340011
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Pengertian Filsafat..................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus
merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan
induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan
objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat
1
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan
dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Filsafat.
2. Pengertian Filsafat ilmu.
3. Pengertian ilmu pengetahuan.
4. Peranan Filsafat dalam ilmu pengetahuan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui peranan antara filsafat Ilmu dalam ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui manfaat mempelajari filsafat
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu
atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun
pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula.
Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari
pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di
dalamnya etika).
Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat
diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Beberapa prinsip umum
dalam filsafat ilmu pengetahuan telah ditelaah dalam makalah ini berdasarkan
referensireferensi, baik yang telah disediakan maupun yang dicari oleh penulis
secara mandiri. Seiring dengan perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa
ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya
makhluk yang dapat mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh
dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup.
Manusia akan mencari tahu dengan berlandaskan pada tiga aspek utama yang
merupakan tiga cabang filsafat, yaitu ontologis ( apa ), epistemologis
( bagaimana ), dan aksiologis ( untuk apa ). Dalam mengkaji aspek ontologis, dari
artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang menyatakan bahwa aspek
ontologis dalam filsafat ilmu tidak hanya terdiri atas komponen pertanyaan “apa”
yang ingin diketahui mengenai suatu hal, tetapi juga meliputi pertanyaan “apa ciri
dari hal tersebut?”, “bagaimana hubungan hal tersebut dengan hal lain yang
bersifat umum?” dan “dengan metodologi apa pertanyaan ontologis tersebut dapat
dijawab?”.
6
bumi ini yang juga merupakan bagian dari kajian filsafat pengetahuan atau
epistimologi.
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-
pengaruh antara filsafat dan ilmu.
7
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
2. Logika
Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir
secara benar. Untuk menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat
bermacam-macam cara, namun untuk membuat kesimpulan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran ilmiah.
Terdapat dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika
deduktif.
a) Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menarik suatu
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum
kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran
ini sering kita dengar dengan istilah silogisme. Sebuah silogisme
disusun dari dua buah pernyataan yang disebut premis dan sebuah
kesimpulan. Premis dapat dibedakan menjadi premis mayor atau
umum dan premis minor atau khusus. Kesimpulan yang ada
merupakan sebuah pengetahuan yang didapat dari sebuah
penalaran deduktif. Contohnya: Semua logam memuai jika
dipanaskan (premis mayor). Besi adalah sebuah logam (premis
minor). Jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan).
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal :
yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan
9
keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari
ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.
b) Logika Induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasuskasus individual nyata menjadi suatu
kesimpulan yang bersifat umum. Logika Induktif erat kaitannya
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Misal ada fakta bahwa
kambing punya mata, singa punya mata, ayam punya mata. Maka
dapat disimpulkan bahwa semua binatang punya mata.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T.
W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul
10
Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu
pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa
ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat
manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend.
Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu
pengetahuan tidak menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk pengetahuan
lain. Menurutnya, ilmu-ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena
propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.
11
masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah
filsafat menjadi hal yang penting.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat
bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung
dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan
suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran.
Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari
kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan
kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
12
dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal
ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim
kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan
argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
13
Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab
atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan
akan kemana akhirnya
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan
sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia
(kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu
filsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru
dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang
mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri,
dan ilmu sains itu sendiri.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dr., M. Pd. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Bagus, Lore. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The
Science Of Values; 44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico,
p.1,11.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010
Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-
21, 26.
Ghafur, Abd 2007 Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu KJM UIN
Malang.
Hasbullah.(2008). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Keraf Gorys, 1992, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, Jakarta, hal. 2-7 Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas
Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.
18