Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FILSAFAT

Peranan dan Fungsi Filsafat


Ilmu Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Disusun oleh :
Tri Prasetyo 21340011

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN (S2)

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “ Peran dan fungsi filsafat ilmu dalam pengembangan
ilmu pengetahuan”.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas matakuliah Statistika Prodi


Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang (UNP).

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalh ini.

Padang, 1 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4

PEMBAHASAN................................................................................................................4

A. Pengertian Filsafat..................................................................................................4

B. Hakikat Filsafat Ilmu..............................................................................................6

C. Pengertian Ilmu Pengetahuan.................................................................................8

D. Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan.............................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus
merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan
induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material
filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan
objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.

Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai


induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang
juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup
keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat
hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah
menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah
kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami
(Bakhtiar, 2005).

Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri


dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi
terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan
batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada
bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di
sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas
filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup
yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas.

Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat

1
menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan
dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).

Akumulasi penelaahan empiris dengan menggunakan rasionalitas yang


dikemas melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan memperkuat
ilmu pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu kelemahan
dalam cara berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir
ilmiah sebagai cara berpikir rasional, sehingga dalam pandangan yang dangkal
akan mengalami kesukaran membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan
yang rasional. Oleh sebab itu, hakikat berpikir rasional sebenarnya merupakan
sebagian dari berpikir ilmiah sehingga kecenderungan berpikir rasional ini
menyebabkan ketidakmampuan menghasilkan jawaban yang dapat dipercaya
secara keilmuan melainkan berhenti pada hipotesis yang merupakan jawaban
sementara.

Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini


menunjukkan bahwa pada hakekatnya filsafat pun membantu masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah
menunjukkan bantuan apa yang dapat diberikan filsafat kepada hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pun pada umumnya membantu
manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu
pengetahuan, seperti biologi, kimia, fisiologi, ekonomi, dan lain sebagainya secara
hakiki terbatas sifatnya. Untuk menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin,
semua ilmu tersebut membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk
meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-ilmu semakin mengkhususkan metode-
metode mereka.

Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-


pertanyaan yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan
yang utuh. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan
manusia dan sangat penting bagi praksis kehidupan manusia.
2
Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang apa arti dan tujuan hidup
manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai manusia, atau pun
pertanyaan tentang dasar pengetahuan kita, tentang metode-metode ilmu-ilmu,
dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal
jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan
orientasi dasar kehidupan manusia. Di sinilah filsafat memainkan peranannya.

Tulisan ini merupakan ulasan tentang filsafat, peranan dan kontribusi


filsafat berhadapan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, serta bagaimana filsafat
membantu masyarakat menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
fundamental yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Tulisan ini juga
mengulas tentang hubungan filsafat dengan kebenaran.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Filsafat.
2. Pengertian Filsafat ilmu.
3. Pengertian ilmu pengetahuan.
4. Peranan Filsafat dalam ilmu pengetahuan

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui peranan antara filsafat Ilmu dalam ilmu pengetahuan
2. Untuk mengetahui manfaat mempelajari filsafat

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu
atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun
pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula.
Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari
pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di
dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan


demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat
berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan,
perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh
tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan
paradigma aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya
manajemen pendidikan.

Ilmu pengetahuan diperoleh berdasarkan analisis dengan langkahlangkah


yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir
ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan
cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara
penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara
4
rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif,
sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan
fakta dari yang tidak.

Dengan metode ilmiah berbagai penjelasan teoritis (atau juga naluri) dapat
diuji, apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Beberapa prinsip umum
dalam filsafat ilmu pengetahuan telah ditelaah dalam makalah ini berdasarkan
referensireferensi, baik yang telah disediakan maupun yang dicari oleh penulis
secara mandiri. Seiring dengan perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa
ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya
makhluk yang dapat mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh
dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup.
Manusia akan mencari tahu dengan berlandaskan pada tiga aspek utama yang
merupakan tiga cabang filsafat, yaitu ontologis ( apa ), epistemologis
( bagaimana ), dan aksiologis ( untuk apa ). Dalam mengkaji aspek ontologis, dari
artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang menyatakan bahwa aspek
ontologis dalam filsafat ilmu tidak hanya terdiri atas komponen pertanyaan “apa”
yang ingin diketahui mengenai suatu hal, tetapi juga meliputi pertanyaan “apa ciri
dari hal tersebut?”, “bagaimana hubungan hal tersebut dengan hal lain yang
bersifat umum?” dan “dengan metodologi apa pertanyaan ontologis tersebut dapat
dijawab?”.

Dalam mengkaji aspek aksiologi, dari artikel encyclopedia of philosophy


dijelaskan aksiologi di samakan dengan value and valuation. Hal tersebut sejalan
dengan tahapan metode ilmiah yang menyatakan bahwa para ilmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi harus diselesaikan secara sistematis.1
Filsafat ilmu pengetahuan mengarahkan manusia untuk memikirkan dan
merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam hal yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan sebagai objeknya secara rasional,
menyeluruh dan mendasar agar memperoleh pemahaman yang jelas, benar dan
lengkap sehingga diharapkan manusia dapat menemukan kejelasan pemahaman
tentang ilmu pengetahuan dengan segala unsurnya.
5
Dengan demikian diharapkan dapat menghasilkan dasar pemikiran yang
kokoh dan dapat diandalkan dalam menentukan langkah tindakan yang bijaksana.
Selanjutnya membahas ilmu pengetahuan secara filosofi, pada dasarnya terdapat
tiga landasan pembahasan, yaitu landasan ontologis yang menganalisis tentang
objek material dqari ilmu pengetahuan berupa benda empiris. Kemudian landasan
epistemologi yang menganalisis tentang proses tersusunnya ilmu pengetahuan
melalui proses metode ilmiah. Serta landasan aksiologis yang menganalisis
penerapan hasil temual ilmu pengetahuan yang bertujuan mempermudah
pemenuhan kebutuhan dan demi kelangsungan hidup manusia.

B. Hakikat Filsafat Ilmu


Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state) yang
mengetahui sesuatu yaitu menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata
lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Seiring dengan
perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan
ciri khas manusia karena manusia adalah satusatunya makhluk yang dapat
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup (survival).

Hal ini dilakukan untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan


hidup, karena pada dasarnya hakikat manusia dalam menjalani kehidupan tidak
sekedar untuk mampertahankan kelangsungan hidupnya namun hakikat manusia
dalam menjalani kehidupan tidak hanya monoton saja, melainkan juga
memikirkan tentang halhal baru seperti manusia berusaha memberikan makna
dalam kehidupan, manusia juga memanusiakan diri dan orang lain dalam
hidupnya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pada dasarnya ini semua
dilakukan oleh manusia karena pada hakikatnya manusia dalam hidupnya
mempunyai tujuan yang mulia dalam hidup yang lebih tinggi dari sekedar
kelangsungan hidupnya. Sehingga manusia selalu berusaha mengembangkan
pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan untuk mendorongnya menjadi makhluk yang bersifat khas di muka

6
bumi ini yang juga merupakan bagian dari kajian filsafat pengetahuan atau
epistimologi.

Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-
pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.


Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu
itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan
pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk
mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm
(1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu
berubah.

Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada


strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento
Wibisono dkk., 1997).

Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang


hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang
kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan
filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984), filsafat dari sesuatu segi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu
“ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang

7
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

C. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan:
Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common
science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-
benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi
yang teliti dan kritis). Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah
yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun
menurut bangunannya dari dalam.” J. Habarer mendefinisikan “ Suatu hasil
aktivitas manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan
menjadi pranata dalam masyarakat.” Louis Leahy mendefinisikan “Pengetahuan
merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih banyak
adalah lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa. The Liang Gie
mendefinisikan “Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan
yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal
atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu
yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal


yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Menurut Jujun S.
Suria Sumantri, menyebutkan bahwa dasar-dasar pengetahuan yang dimiliki
manusia itu meliputi:
1. Penalaran
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu
mengembangkan pengetahuan karena memiliki kemampuan menalar.
Manusia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
8
indah dan mana yang jelek melalui proses penalaran yang dilakukan.
Penalaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang merupakan kegiatan
berpikir mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai
dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid jika
penarikan kesimpulan tersebut menurut cara tertentu, yang disebut logika.

2. Logika
Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir
secara benar. Untuk menarik suatu kesimpulan sebenarnya terdapat
bermacam-macam cara, namun untuk membuat kesimpulan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang memusatkan diri pada penalaran ilmiah.
Terdapat dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan logika
deduktif.
a) Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menarik suatu
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum
kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran
ini sering kita dengar dengan istilah silogisme. Sebuah silogisme
disusun dari dua buah pernyataan yang disebut premis dan sebuah
kesimpulan. Premis dapat dibedakan menjadi premis mayor atau
umum dan premis minor atau khusus. Kesimpulan yang ada
merupakan sebuah pengetahuan yang didapat dari sebuah
penalaran deduktif. Contohnya: Semua logam memuai jika
dipanaskan (premis mayor). Besi adalah sebuah logam (premis
minor). Jadi besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan).
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal :
yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan

9
keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari
ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka
kesimpulan yang ditariknya akan salah.

b) Logika Induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasuskasus individual nyata menjadi suatu
kesimpulan yang bersifat umum. Logika Induktif erat kaitannya
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Misal ada fakta bahwa
kambing punya mata, singa punya mata, ayam punya mata. Maka
dapat disimpulkan bahwa semua binatang punya mata.

D. Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan


Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang
timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang
dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya.
Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas,
yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.

Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam


mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan
kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan
proses pencariannya.

Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T.
W. dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul
10
Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu
pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa
ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat
manusia.

Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend.
Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu
pengetahuan tidak menggunguli bidang-bidang dan bentuk-bentuk pengetahuan
lain. Menurutnya, ilmu-ilmu pengetahuan menjadi lebih unggul karena
propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur institusional yang diberi
wewenang untuk memutuskannya.

Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu pengetahuan,


tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan
pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah
hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan
masalah-masalah baru.

Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam


membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas.
Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu
terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada
tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi

11
masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah
filsafat menjadi hal yang penting.

C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat


Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian
filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap
“tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu
berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur
dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu,
ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak
termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya
kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat.
Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada
perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.

Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat
bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung
dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan
suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran.
Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari
kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan
kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.

Franz Magnis Suseno mengungkapkan dua arah filsafat dalam usaha


mencari jawaban dari berbagai pertanyaan sebagai berikut: pertama, filsafat harus
mengkritik jawaban-jawaban yang tidak memadai. Kedua, filsafat harus ikut
mencari jawaban yang benar. Kritikan dan jawaban yang diberikan filsafat
sesungguhnya berbeda dari jawaban-jawaban lain pada umumnya. Kritikan dan
jawaban itu harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap


langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus

12
dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal
ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim
kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan
argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.

Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu


mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan
menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha
menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan
langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai
kebenaran yang dicari. Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan
berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan
bekerjasama dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan
kebenaran. Baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat
dapat sangat membantu kehidupan manusia.

Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus


berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki
paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu
pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak
hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan
dunia. Hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh
pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir
selalu digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi
masalah kehidupan.antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif.

13
Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab
atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakat itu darimana awalnya dan
akan kemana akhirnya

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan
sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia
(kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu
filsafat berarti cinta kearifan.sedangkan filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama.
Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru
dan Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang
mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri,
dan ilmu sains itu sendiri.

Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu


dengan memandang sebab yang terdalam. Filsafat mencari jawaban atas
pertanyaan yang dihadapi dengan berpangkal pada manusia dan pikirannya. Ilmu
merupakan lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal
yang dipelajari dalam ruang dan waktu. Pengetahuan merupakan hasil tahu
manusia akan sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek tertentu. Ilmu pengetahuan dapat disimpulkan sebagai Kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (obyek/lapangan), yang merupakan
kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu.
Filsafat ilmu pengetahuan membuka pikiran untuk mempelajari dengan serius
proses logis dan imajinasi dalam cara kerja ilmu pengetahuan.

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian


tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut
15
dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu
dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis
sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa
harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi
demi mencapai kebenaran yang dicari.

Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan


perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif.
Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan
yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat
bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab
atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan
akan kemana akhirnya.
.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Hamami Mintarejda, 1987, Epistemologi, Fakultas Filsafat Universitas


Gadjah Mada, Yogyakarta
Abu Ahmadi (2005). Ilmu Pendidikan. Penerbit Reka Cipta Jakarta

Agus Marsidi, H. (2008). Pendidik dan Filsafat Pendidikan.

Anwar, Dr., M. Pd. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Bagus, Lore. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The
Science Of Values; 44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico,
p.1,11.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010
Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-
21, 26.

Ghafur, Abd 2007 Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu KJM UIN
Malang.
Hasbullah.(2008). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Keraf Gorys, 1992, Argumentasi dan Narasi, Gramedia, Jakarta, hal. 2-7 Penerbit
Alfabeta. Bandung.
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.

Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas
Pasca Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16.

Palmquis Stephen. Pohon Filsafat. Cetakan I. Pustaka Pelajar. Jakarta. 2000.


Petrus, Simon, L. Tjahjadi 2004. Pemalangan Intelektual Yogyakarta: Kanisius
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil. Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri, J.S., 1995, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta
: Sinar Harapan, 2003
17
Tafar, Alamad. 2010 Filsafat Umum Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Pustaka Diamond. 2016. h.
69-87.

18

Anda mungkin juga menyukai