Disusun Oleh :
Kelompok 11
3. NURHAYATI 2183207096 P
4. DENI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapatkan menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Ilmu, dengan judul: “Implikasi Dan Implementasi Filsafat
Ilmu Dalam Pengembangan Sosial Dan Politik”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Kelompok 11
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Implikasi........................................................................................................3
B. Implementasi.................................................................................................4
C. Filsafat Ilmu..................................................................................................7
Kesimpulan.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep dasar fifsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi
serta kaitannya dengan impfementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula
tentang karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara ilmu,
filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika, permasalahan,
keragaman pendekatan dan paradigma (pofa pikir) dalam pengkajian dan pengembangan
ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis. Selanjutnya dikaji mengenai
makna, implikasi dan impfementasi filsafat ilmu sebagai landasan dalam rangka
pengembangan keilmuan dan kepada cara kerja para ilmuwan dengan penggunaan
alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan kualitatif, maupun
perpaduan kedua-duanya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implikasi
B. Implementasi
C. Fifsafat Ilmu
6
kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat
dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti
ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau
mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono
(1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk
memahami hakekat dari sesuatu "ada" yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat
ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya
merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dalam hal ini filsafat
ilmu berperan sebagai pengkaji berbagai hakikat keilmuan. Banyak cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang menjadi sebuah bahan kajian oleh filsafat ilmu, dalam mengembangkan
7
berbagai ilmu pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa macam cara diantaranya
yaitu ontologi, terminologi dan aksiologi. Dari beberapa cara tersebut masing-masing
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda, ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang
dikaji dalam ilmu pengetahuan tersebut, sedangkan terminologi berfungsi untuk
mengetahui bagaimana kita memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, dan yang terakhir
yaitu aksiologi berfungsi untuk mengetahui bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut.
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiannya seperti perasaan, pengalaman, panca
indra dan intuisi mempu menangkap alam kehidupannya mengabtraksikan tangkapan
tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk Ilmu pengetahuan seperti kebiasaan, akal
sehat, seni, sejarah dan filsafat. Terminology ilmu pngetahuan ini adalah terminology
artificial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan
sebagai keseleruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui
sesuatu. Dalam bahasa inggris cara memperoleh pengetahuan ini dinamakan dengan
Knowledge. Ilmu pengetahuan atau Knowledge ini merupakan terminologi generik yang
mencakup segenap bentuk yang kita ketahui seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu
sains itu sendiri. Jadi sains termasuk kedalam ilmu pengetahuan seperti juga sosial science.
Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok pengetahuan ini terdapat tiga
kriteria yakni:
1. Apakah obyek yang telah ditelaah dapat membuahkan ilmu pengetahuan, kriteria ini
disebut obyek ontologis, kita dapat mengambil contoh sosial yang menelaah hubungan
antara manusia dengan benda atau jasa dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara ontologis maka dapat ditetapkan obyek penelaah masing-masing permasalahan.
2. Bagaimana cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut, kriteria
ini disebut dengan landasan epistemologis. Contohnya landasan epistemologis
matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah
pengalaman dan akal sehat.
3. Untuk apa kita mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, atau apa manfaat dari kita
mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, kriteria ini disebut dengan landasan aksiologis
yang juga dapat dibedakan untuk setiap jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, nilai
kegunaan sains pasti berbeda dengan nilai kegunaan ilmu sosial.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu
pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakterristik obyek
8
ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Salah satu dari bentuk ilmu
pengetahuan ditandai dengan :
1. Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat
dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
2. Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif
dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.
3. Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu
pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu
dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan
metode ilmiah dalam membahas permasalahan, menyajikan kajiannya dengan bahasa baku
dan tata tulis ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti
objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten.
(3) hipotesis,
9
(6) penarikan kesimpulan.
10
sebelumnya, yang disusun dalam kerangka pemikiran. Teori-teori tersebut adalah sebagai
premis (alasan) kita membuat pernyataan khusus dalam bentuk hipotesis. Proses
hipotetiko-verifikatif menunjukkan Iangkah-Iangkah pembuktian hipotesis (verifikasi)
dengan mengumpulkan fakta-fakta dan menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta
empiris tersebut. Jadi proses kedua ini merupakan proses berfikir induktif.
Ilmu dapat dimengerti sebagai pengetahuan tentang struktur dan perilaku dunia
natural dan fisik yang menuntut adanya sebuah pembuktian dan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan ilmu sosial merupakan ilmu yang berusaha menerangkan keberadaan sebuah
fenomena lazimnya diupayakan melalui proses penelitian yaitu untuk menjawab
pernyataan: mengapa sesuatu terjadi atau mengapa gejala-gejala sosial tertentu muncul
dalam masyarakat . Dalam pengertian sederhana, ilmu sosial dapat diartikan sebagai
sebuah ilmu yang membahas fenomena/gejala sosial, yaitu hubungan antara manusia
dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari tentang seni pemerintahan, interaksi publik, kompromi dan konsensus,
serta power dan distribusi sumber-sumber dalam interaksi publik tersebut. Atau menurut
Alfred Apsler, ilmu politik adalah ilmu mengenai institusi-institusi pemerintah dan pola
perilaku aktor politik yang mengkaji bagaimana kekuatan politik berkembang dan
bagaimana proses pengambilan keputusan berlangsung.
Di satu sisi, ilmu politik diposisikan sebagai sub-ordinat dari ilmu sosial,
sedangkan di sisi lain, ilmu politik diposisikan sejajar dengan ilmu sosial. Pemaknaan
bahwa ilmu politik merupakan subordinat dari ilmu sosial berlaku dalam konteks
pengertian ilmu sosial secara luas (sejalan dengan pengertian sebelumnya), yaitu ilmu
sosial yang mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, ilmu politik, sejarah, dan
psikiatri. Sedangkan pengertian kedua yang menyatakan bahwa ilmu sosial diposisikan
sejajar dengan ilmu politik berlaku dalam konteks pemaknaan ilmu sosial yang sempit di
mana istilah “ilmu sosial” mengalami spesialisasi makna yaitu ditunjukkan dengan
penggunaan istilah ilmu sosial yang “hanya” digunakan untuk menyebut sebuah rumpun
keilmuan yang sangat spesifk, yaitu ilmu sosiologi, ilmu sosiatri, dan sebagainya. Dalam
konteks tulisan ini, ilmu sosial akan dimaknai dalam pengertian yang lebih luas. Dengan
11
demikian, kedudukan ilmu politik di sini adalah sebagai bagian (sub-ordinat) yang tak
terpisahkan dari ilmu sosial.
Filsafat (falsafat, falsafah) dapat diartikan sebagai sebuah cara berfkir secara
radikal dan menyeluruh, suatu cara berfkir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Sedangkan filsafat ilmu dapat diartikan sebagai kajian filsafat yang secara khusus
mengkaji hakekat ilmu. Atau dapat dikatakanjuga sebagai sebuah telaah filsafat yang ingin
menjawab sejumlah pertanyaan mengenai ilmu.
Antara ilmu sosial dan ilmu lain terdapat perbedaan pemahaman tentang realitas,
perbedaan pemilihan data yang relevan dengan realitas tersebut, dan perbedaan strategi
dalam mencari data. Perbedaan tersebut melahirkan ciri khas dari setiap ilmu berdasarkan
3 buah landasan, yaitu landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan axiologi.
12
Dari tiga penjelasan di atas, dapat kita pertajam kembali bahwasanya landasan
ontologi yang membahas mengenai objek apa yang dibahas dalam ilmu sosial. Maka
secara otomatis dapat dikatakan bahwa seluruh fenomena-fenomena sosial yang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat, merupakan objek yang dibahas dalam ilmu sosial, seperti
tingkah laku, interaksi, kejahatan, psikologi, sejarah, dan lain-lain. Lebih jelasnya, dalam
ilmu sosial dikenal dua macam objek, yaitu objek formal dan objek material. Objek
material merupakan pokok persoalan yang dikaji dalam penerapan ilmu sosial, seperti
perang (bentuk konkret) dan kekuasaan (bentuk abstrak). Sedangkan objek formal
merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengkaji objek material. Misalnya ketika
objek materialnya berupa interaksi manusia, maka objek formalnya merupakan sosiologi.
Sedangkan landasan axiologi yang membahas mengenai manfaat ilmu sosial. Maka
secara otomatis dapat dikatakan ilmu sosial bernanfaat bagi manusia dalam
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk sosial. Sehingga di sini ilmu sosial
bermanfaat bagi terciptanya sebuah pedoman bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya.
Analisis politik yang asli berkembang sejak jaman Yunani kuno. Tradisi untuk
mempelajari secara lebih mendalam tentang politik tersebut kemudian disebut sebagai
flsafat politik11. Pada saat itu, politik lebih menekankan pada aspek normative, sehingga
pertanyaan yang muncul adalah “apakah yang seharusnya?” Plato dan Aristoteles
merupakan founding fathers dari tradisi ini12. Dalam perkembangannya, ilmu politik
berusaha memetakan tujuan, menjawab permasalahan yang ada, dan mengevaluasi
13
penemuannya dengan menggunakan framework analisis flsafat ilmu, dalam hal ini tujuan
yang ditetapkan merupakan penjelasan dari sebuah fenomena empiris13. Namun demikian,
ilmu politik mendapatkan kritik karena dianggap telah gagal menyerap standar intelektual
karena dalam banyak kasus, sangat mustahil bagi ilmu politik untuk mendekati standar
kualitatif seperti yang dikembangkan dalam ilmu alam. Oleh karena itu, terdapat upaya-
upaya untuk menyerap prinsipprinsip dalam ilmu alam ke dalam ilmu politik. Hal ini tidak
bertujuan untuk membawa ilmu politik menjadi identik dengan ilmu alam, namun untuk
meningkatkan kualitas dan objektiftas dari ilmu politik itu sendiri.
14
mendapatkan perhatian, misalnya saja rasionalisasi sebagai proses yang tidak mungkin
ditawar, akan tetapi sifatnya ambivalen. Ia juga menyatakan bahwa warga modernitas
memerlukan birokrasi, keadilan, legalitas, dan administrasi, namun pada gilirannya
kesemuanya itu justru menguasai kita. Sedangkan dalam arus utama sosiologi, Weber
juga menulis tentang birokrasi. Proposisi Weber dalam kajian ini adalah bahwa status
dan kekuasaan politik merupakan pengimbang dan syarat bagi kekuasaan kelas, serta
model mengenai ciri-ciri ideal tipikal birokrasi.
c) Emile Durkheim (1858-1917) Proyek intelektual Emile Durkheim berkaitan
dengan dua problem utama: Pertama, mengenai otonomi sosial sebagai level realitas
yang khas dan tidak dapat direduksi menjadi wilayah-wilayah psikologis individu,
tetapi memerlukan penjelasan dengan mendasarkan pada kerangkanya sendiri. Kedua,
mengenai krisis modernitas (putusnya ikatan-ikatan sosial tradisional karena
industrialisasi, pencerahan, dan individualisme. Kedua problem yang saling berkaitan
tersebut hanya akan dapat diatasi dengan observasi empiris terhadap hukum yang
mengendalikan dunia alamiah dan (juga) dunia sosial. Durkheim juga
mengembangkan masalah-masalah pokok sosiologis dan mengujinya secara empiris.
Dalam karyanya The Rule of Sociological Method, ia menekankan bahwa tugas
sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut fakta-fakta sosial. d) Sigmund Freud
(1856-1939) Sigmund Freud sebetulnya adalah seorang Neurolog dan psikoanalis.
Karyanya Studies on Hysteria yang disusun bersama Joseph Breuer yang banyak
berbicara tentang psikoanalisis. Pemikirannya kemudian mencoba untuk memahami
kehidupan manusia yang kompleks, baik secara internal maupun eksternal. Berkaitan
dengan kompleksitas objek kajian tersebut, ia terus berusaha menemukan metode baru
yang dapat memberikan penjelasan secara menyeluruh dan ideal. Gagasan-gagasan
Freud sebetulnya telah menjadi bagian dari kosakata kita sehari-hari, misalnya saja
konsep tentang ketaksadaran, represi, kecemasan, sublimasi, defensi, dan sebagainya.
Teorinya yang sangat populer adalah bahwa motif tak sadar mengendalikan sebagian
besar perilaku
Pertama, Teori sistem. Teori ini menekankan pada dinamika sistem dalam
masyarakat maupun negara. Sejak lama, para ilmuwan dan flosof sebetulnya telah
mengkorelasikan beberapa konsep sistem dengan pengetahuan politik mereka.
15
Kedua, Teori budaya politik. Sejak lama, budaya politik diasosiasikan dengan
konsepkonsep seperti ideologi politik, opini publik, model kepribadian, dan karakter
nasional.
Keempat, Teori elit politik. Analisis elit selalu menjadi ancaman serius bagi
pendekatan legal formal (institusional) dikarenakan teori ini memfokuskan perhatian
kepada perilaku sebagian kecil pembuat kebijakan politik, ketimbang menekankan
aparat formal institusional pemerintah
Keenam, Teori kelas. Sejak era Aristoteles teori kelas mempuyai peran penting
dalam studi sistem sosial dan sistem politik.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mungkin inilah yang dapat disampaikan dari kelompok kami, meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami
manusia yang adalah tempat salah dan dosa. kami juga membutuhkan saran/ kritikan dari
pembaca agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah
landasan pendidikan, yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kami
sendiri dan untuk negara dan bangsa.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Beilharz, Peter, 2005, Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Para Filosof
Terkemuka, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suradinata, Ermaya, 1999, Filsafat dan Metodologi Ilmu Pemerintahan, Bandung: Rama
dan Citra Grafka
Muhammad Sabri, Muhammad Saleh Tadjuddin dan Wahyuddin Halim. Filsafat Ilmu.
Makassar : Alauddin Press. 2009
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal Dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung:
Remaja Rosda karya, 2001
19