Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU

Oleh:

Meiza Nurohmah

Bahrur Rohim

Habib Maulana

Soni Setiawan

Dosen pengampu:

Dr. Sofyan Hadi, S.Pd, M.M

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NURUL HUDA

OKU TIMUR 2022


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat-Nya yang selalu dan senantiasa memberikan hikmat dan pengetahuan dan
anugrah akal budi kepada insan yang berharap kepada-Nya untuk berkreasi dan
berkarya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul:
“filsafat dan filsafat ilmu” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini,begitu banyak
kekurangan, kelemahan baik pengetahuan, ketrampilan, bahkan materi serta
hambatan lain yang dialami. Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan dari
berbagai pihak,maka penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini.

OKU TIMUR, November 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Pengertian filsafat...............................................................................................4
B. Pengertian filsafat ilmu.......................................................................................5
C. Pengertian ilmu pengetahuan..............................................................................6
1. Karakteristk Ilmu Pengetahuan.......................................................................7
2. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan.............................................................................8
3. Syarat-syarat Ilmu...........................................................................................9
D. Perananan filsafat dalam pendidikan..................................................................9
BAB III.......................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus
merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk
tau ibu dari semua ilmu ( materscientiarum). Karena objek material filsafat bersifat
umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal
ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat.

Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk


dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga
mengaami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,
tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum dan filsafat
ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan
terotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai
kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didaami (Bakhtiar, 2005).

Meskipun pada pekembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari


filsafat, ini tidak berati hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas
yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang
pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat
berusaha untuk menyatu padukan masing –masing ilmu. Tugas filsafat adalah
mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman kemanusiaan yang luas.

Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah
filsafat yang memerulkan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya

1
tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi
filsafat sejumlah besar bahan yang sejalan dengan pengetahuan ilmiah
(Siswomihardjo, 2003)

Akumulasi penelaahan empiris dengan enggunakan rasionalitas yang dikemas


melalui metodologi diharapkan dapat menghasilkan dan memperkuat ilmu
pengetahuan menjadi semakin rasional. Akan tetapi, salah satu kelemahan dalam cara
berpikir ilmiah adalah justru terletak pada penafsiran cara berpikir ilmiah sebagai cara
berpikir rasional, sehingga dalam pandangan yang dangkal akan mengalami
kesukaran membedakan pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang rasional. Oleh
sebab itu, hakikat berpikir rasional sebenarnya merupakan sebagian dari berpikir
ilmiah sehingga kecenderungan bepikir rasional ini menyebabkan ketidakmampuan
menghasilkan jawaban yang dapat dipercaya secara keilmuan melainkan berhenti
pada hipotesis yang merupakan jawaban sementara.

Berfilsafat sesungguhnya dilakukan dalam masyarakat. Kenyataan ini


menunjukan bahwa pada hakekatya filsafat pun membantu masyarakat dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan. Salah satu tujuan tulisan ini adalah
menunjukan bantuan apa yang dapat diberikan filfasat kepada hidup masyarakat.
Selain filsafat, ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dari dalam dunia. Akan tetapi, ilmu-ilmu pengetahuan, seperti
biologi, kimia, fisiologi, dan lain sebagainya secara hakiki terbatas sifatnya. Untuk
menghasilkan pengetahuan yang setepat mungkin, semua ilmu tersebut membatasi
diri pada tujuan atau bidang tertentu. Untuk meneliti bidang itu secara optimal, ilmu-
ilmu semakin mengkhususkan metode-metode mereka.

Dengan demikian, ilmu-ilmu tersebut tidak membahas pertanyaan-pertanyaan


yang menyangkut manusia sebagai keseluruhan dan sebagai kesatuan yang utuh.
Padahal pertanyaan-pertanyaan itu terus-menerus dikemukakan manusia dan sangat
penting bagi praksis kehidupan manusia. Pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang
apa arti dan tujuan hidup manusia, apa kewajiban dan tanggung jawab saya sebagai
manusia, atau pun pertanyaan tentang dasar penetahuan kita, tentang metode-metode

2
ilmu, dan lain sebagainya, tidak mampu ditangani ilmu-ilmu pengetahuan. Padahal
jawaban yang diberikan secara mendalam dapat mempengaruhi penentuan orientasi
dasar kehidupan manusia. Disinilah filsafat memainkan peranannya.

Tulisan ini merupakan ulasan tentang filsafat, peranan dan kontribusi filsafat
berhadapan dengan ilmu-ilmu pengetahuan, serta bagaimana filsafat membantu
masyarakat menemukan jawaban atas pertanyaan fundamental yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Tulisan ini juga mengulas tentang hubungan
filsafat dengan kebenaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam


penulisan ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Filafat?


2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Ilmu ?
3. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan?
4. Apa saja Peranan Filsafat dalam ilmu pengetahuan?

C. Tujuan

Berdasarkan Rumusan masalah di atas, dapat di simpulkan tujuan dari


rumusan tersebut yaitu:
1. Agar mengetahui definisi dari filsafat dan filsafat ilmu
2. Agar mengetahui definisi ilmu pengetahuan
3. Agar mengetahui Apa saja perananan filsafat dalam ilmu pengetahuan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat

Perkataan ingris Philosophy yang berati filsafat berasal dari kata Yunani
“Philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagaicinta kearifan. Akar katanya
ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut perngertiannya yang
semula dari zaman Yunani Kuno itufilsafat berati cinta kearifan. Namun, cakupan
perngertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak
hanya berati kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang
Gie, 1999)

Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi tentang filsafat yang telah


dikemukakan oleh para filsuf. Mnurut Merriam-Webster (dalam Soeparno, 1984),
secara harafiah filsafat berati cinta kebjaksanaan. Maksud ebnarnya adalah
pengetahuan tentang kenyataan kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah
realitas serta hakekat manusia daam segala aspek perilaku seperti :logika, etika,
estetika, dan teori pengetahuan.

Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama
memakai istilah philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli
matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang
menetapkan a2=b2=c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pecinta
kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata
oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui
sebagai Bapak filsafat ialah Thales (640-546 S.M). Ia merupakan seorang filsuf

4
yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan
Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah penelahaan terhadap alam
semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah kaidahnya
(The Liang Gie, 1999).

Menurut sejarah keahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikapyang


ditauladankan oleh Socrates, yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang
mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus
meners mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo,
1984).

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada
tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam.
Dala perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks,
maka tidak semuanya dapat dijawaboleh filsafat secara memuaskan. Jawaban
yang diperoleh menuru Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi
yiatu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua
persoalan ituharus persoalan filsafat.

B. Pengertian filsafat ilmu

Menurut The Liang Gie (1999), Flsafat ilmu adalah segenap pemikiran refleksi
terhadap persoalan persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat
ilmu merupakan suatu timbal-balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu.

Filsafat ilmu merupakan penerusan pengemangan filsafat pengetahuan. Objek


dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu
berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan
pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk

5
mencari pengetahuan baru. hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm
(1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu
berubah.

Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada


stategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaaan atau
kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento
Wibisono dkk., 1997).

Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang


hakekat dari ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang
kajian lain seperti ilmu-ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang
mendasar, mau tidak mau mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan
filsafat. Menurut Koento Wibisono (1984),filsafat dari sesuatu segi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami hakekat dari sesuatu
“ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat ilmu pengetahuan yang
merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan ilmu yang
berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.

C. Pengertian ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyeidiki, menemukan,


dan meningkatkankan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.

Beberapa pendapat ahli tentang ilmu pengetahuan :

Harold H. Titus mendefiniskan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common


science yang diatur dan diorganisasikan mengadakan pendekatan terhadap
benda benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode
observasi yang teliti dan kritis

6
Dr. Mohamaad Hatta mendefinisikan “Tiap-Tiap ilmu pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut
bangunannya dari dalam.”

J. Habarer mendefinikan “suatu hasil aktivitas manusia yang menurpakan


kumpulan teori, metode dan prakek dan menjadi pranata dalam masyarakat.”

Louis Leahy mendefinikan “pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan


kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau
dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa.”

The Liang Gie mendefinikan “ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmuadalah


sesutu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur
mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa
pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang
terkandung dalam ilmu.”

1. Karakteristk Ilmu Pengetahuan


Karakterisik ilmu pengetahuan diantaranya sebagai berikut :

1. Konkrit, yaitu dapat diukur kebenarannya.

2. Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan
satu sama lain.

3. Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan yang harus digali
lagi dan tidak mempunyai keterbatasan tertentu.

4. Metodologi ang digunakan untuk memperoleh pengetahuan.

5. Rasionalisme, penalarannya berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat


diterima oleh akal.

6. Wahyu, tidak menggunakan penalaran, tetapi menggunakan wahyu sebagai


sumber pengetahuan.

7
7. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.

8. Kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan.

9. Objyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.

2. Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan


Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai 5 ciri pokok yaitu :

A. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan

B. Sistematis, berbagai keterangan dan data yag tesusun sebagai kumpulan


pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.

C. Objektif, ilmu berati pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi

D. Analistis, pengetahuan lmiah berusaha membeda bedakan pokok soalnya ke


dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu.

E. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.

Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :

1. Obyektif: ilmu berdasarkan hal-hal yang objektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional sebyektif.

2. Koheren: penyataan / susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan,

3. Reliable: produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keterandalan (reabilitas)tinggi,

8
4. Valid: produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keabsahan (vaiditas)yangtinggi, baik secara internal maupun
eksternal.

5. Memiliki generalisasi: suatu kesimpulan dalam ilmu dapat belaku umum,

6. Akurat: penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan

7. Dapat melakukan prediksi: ilmu dapat memberikan daya prediksi atas


kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

3. Syarat-syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut

A. Ilmu masyarakat adanya objek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).

B. Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi


pendekatan dan teknik tertentu.

C. Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). Ilmu


mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.

D. Perananan filsafat dalam pendidikan

Semakin banyak manusia tahun, semakin banyak pula petanyaan yang timbul
dalam dirinya, manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya
sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap
seperti ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang
secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.

Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam


mengorientasikan dri dalam dunia memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda

9
dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur peilakunya. Untuk
mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami
lingkungannya. Disinilah ilmu-ilmu membantu manusia mensistematisasikan apa
yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya.

Pada abad modern ini, ilm-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia/ hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan.

Prasetya T. W. Dalam artikelnya yang berjudul “Anarkisme dalam Ilmu


Pengetahuan Paul Karl Feyerabend” mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa
ilmu pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama karena ilmu pengeahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat manusia.

Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan. Salah
satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend. Sikap anti
ilmu pengetahuannya in, tidak berati anti terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi
anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali melampaui maksud
utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu pengetahuan tidak mengungguli
menjadi lebih unggul karena propaganda dari para ilmuan dan adanya tolak ukur
institusional yang diberi wewenang untuk memutuskannya.

Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang ilmu pengetahuan, tidak dapat


disangka bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh yang besar
dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan ilmu pengetahuan
dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah hidupnya walaupun kadang-
kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan masalah-masalah baru.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan


sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta0 dan sophia (kearifan).
Menurut engertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berati cinta
kearifan. Sedangakan filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap
saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa
meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan
untuk mencari pengetahuan baru dan ilmu pengetahuan atau Knowledge ini
merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentk yang kita ketahui
seperti filsafat, sosial, seni, beladiri, dan ilmu sains itu sendiri.

Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi penilaian


tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna
mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana
filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat
dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara krtis sambil
berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan
dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertangung jawabkan secara rasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted fro my Axiology; The Science
Of Valus; 44-49, World Books, Albuquerqe,p.1,11.

Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”. Gramedia Jakarta, p.14. 16, 20-21,
26.

Koento Wibisono S. Dkk., 1997 “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”, Intan Pariwara, Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.

Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam
Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, Fakultas Pasca
Sarjana UGM Yogyakarta p.3, 14-16

__________.,1996., “Arti Perkembangan menurut Filsafat Positivisme Auguste


Comte. Cet.Ke-2, Gadjah Mada University Press Yogyakarta, p.8, 24-26, 40

__________., 1999., “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran


Dan Perkembangannya Sebagai Pengantarnya Sebagai Pengantar Untuk Memahami
Filsafat Ilmu”. Makalah, Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM
Yogyakarta, p.1.

Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu


Pengetahuan Alam, Dialih bahasakan Oleh Soejono Soemargono”. Fakultas Filsafat
– PPPT UGM Yogyakarta p.6-7.

Sastrapratedja, M., 1997., “Berfikir Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”.


Makalah disampaikan Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahua, UGM Yogyakarta 2-
8 januari 1997, p.2-3.

Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”.
Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, p.2,11.

12
13

Anda mungkin juga menyukai