Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT

Dosen Pembimbing

Dr. Hardeli, M.Si

Oleh:

Retno Hardillah

22176014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Filsafat Pendidikan ini dengan baik. Adapun makalah ini membahas mengenai
mahzab dalam filsafat. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah untuk
Rasulullah SAW.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Semester Ganjil
Program Studi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak


kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Hardeli, M. Si serta rekan-rekan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Kimia Program Pascasarjana Universitas Negeri
Padang yang telah memberikan bantuan serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat hendaknya. Atas kritik dan saran yang diberikan,
penulis ucapkan terima kasih.

Padang, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................................

C. Tujuan Penelitian............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................

A. Pengertian
filsafat ..................................................................................................
B. Perkembangan
Filsafat...........................................................................................
C. Faham dan Aliran Filsafat ....................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi
falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan
sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu
membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap
skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Semenjak Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan


disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat; maka semenjak itu pula refleksi filsafat
mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Dan lahirlah pada
abad 18 cabang filsafat yang disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory of
knowledge atau epistemology). Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber
serta tatacara untuk menggunakan sarana dan metode yang sesuai guna mencapai
pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula evidensi dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah, serta batas batas validitasnya.

Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha menjadi bijak,


selanjutnya filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan
berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intelectual curiosity), juga
filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan
yang tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan
oleh para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat
perkembangan filsafat itu sendiri seperti; James melihat konotasi filsafat sebagai
kumpulan pertanyaan yang tidak pernah terjawab oleh sains secara memuaskan.
Russel melihat filsafat pada sifatnya ialah usaha menjawab, objeknya ultimate
question. Phytagoras menunjukkan filsafat sebagai perenungan tentang ketuhanan.
Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan filsafat diartikan ingin mencapai pandai,
cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Hasbullah Bakry (1971: 11) mengatakan filsafat menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagiamana sikap manusia itu harus setelah
mencapai pengetahuan itu, dan masih banyak pendapat dari tokoh-tokoh lainnya.

1.2. Tujuan Makalah


1. Agar mahasiswa tahu tentang perkembangan filsafat.

2. Agar para mahasiswa mengetahui tentang macam-macam aliran dalam filsafat.

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan aliran filsafat serta


memamahami aliran-aliran filsafat dalam kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu
atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof
Yunani kuno) mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-
kadang disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun
pengertian filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula.
Pada abad modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari
pemikiran. Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di
dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan


demikian pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat
berpengaruh dalam aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan,
perencanaan pendidikan, evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh
tersebut, maka dalam makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan
paradigma aliran-aliran filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya
manajemen pendidikan.

B. Perkembangan Filsafat

Masyarakat primitif menganut pemikiran mitosentris yang mengandalkan


mitos guna menjelaskan fenomena alam. Perubahan pola pikir dari mitosentris
menjadi logo-sentris membuat manusia bisa membedakan kondisi riil dan ilusi,
sehingga mampu ke-luar dari mitologi dan memperoleh dasar pengetahuan ilmiah.
Ini adalah titik awal ma-nusia menggunakan rasio untuk meneliti serta
mempertanyakan dirinya dan alam raya. Pertama, Filsafat kuno dan abad
pertengahan Di masa ini, pertanyaan tentang asal usul alam mulai dijawab dengan
pendekat-an rasional, tidak dengan mitos. Subjek (manusia) mulai mengambil
jarak dari objek (alam) sehingga kerja logika (akal pikiran) mulai dominan.
Sebelum era Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi
metafisik.

Menurut Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak


ada yang tetap (api sebagai simbol perubahan di alam) sementara Parmenides
(515-440 SM) mengatakan bahwa realita di alam merupakan satu kesatuan yang
tidak bergerak sehingga perubahan tidak mungkin terjadi.

Pada era Socrates, kajian filosofis mulai menjurus pada manusia dan mulai
ada pemikiran bahwa tidak ada kebenaran yang absolut. Beberapa filosof
populernya adalah Socrates (479-399 SM), Plato (427-437 SM) dan Aristotles
(384-322 SM). Socrates mendefinisikan, menganalisis dan mensintesa kebenaran
objektif yang universal melalui metode dialog (dialektika). Satu pertanyaan
dijawab dengan satu jawaban.

Plato mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide


yang ditangkap oleh pikiran (persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk)
yang dilihat indra. Sifat persepsi tidak tetap dan bisa berubah, sementara bentuk
adalah sesuatu yang tetap. Aristotles menyatakan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Filsuf ini juga memperkenalkan silogisme,
yaitu penggunaan logika berdasarkan analisis bahasa guna menarik kesimpulan.
Silogisme memiliki dua premis mayor dan satu ke-simpulan sehingga, suatu
pernyataan benar harus sesuai dengan minimal dua pernyataan pendukung. Logika
ini disebut juga dengan logika deduktif yang mengukur valid tidak-nya sebuah
pemikiran.

Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional
terha-dap sifat-sifat alam dan Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk,
ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu filsufnya adalah Thomas Aquinas
(1225-1274). Kedua, Filsafat modern (abad 15 sampai dengan sekarang)
Berkembang beberapa paham yang menguatkan kedudukan humanisme sebagai
dasar dalam perkembangan hidup manusia dan pengetahuan. Paham rasionalisme
menyatakan bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh dan
menguji pengetahuan.

C. Faham dan Aliran Filsafat

1. Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna,


bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut
sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme
sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill.

Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang


baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat
atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu,
baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah,
dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan
perbuatan.

2. Idealisme

Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa
(Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan
gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan
materi. Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam
dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada
pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros.

Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad
20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain
cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer
dan sebagainya.

3. Rasionalisme

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang


menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika,
dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran
agama.

Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang


terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum
intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan
rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas
terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang
mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme
kontinental sama sekali

4. Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar


adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar
dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada
manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia
ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.

Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia


selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar
ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat
pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar
kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh
kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.

5. Empirisme

Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa


semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak
anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika
dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David
Hume, George Berkeley dan John Locke.

6. Positivisme

Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan


dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte
berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat
dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

7. Materialisme

Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah
pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan
manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya
berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para
pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan
kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang
menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada
dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi
material. Materi adalah satu-satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering
digunakan dalam filsafat.

Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia


merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros,
filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos
dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan
dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua
karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah
L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).

Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang
mengemukakan suatu materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam
bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa
sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf
materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel.
Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.

8. Humanisme

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang


berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-
masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah
menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai
seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal
yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern
dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi dan Humanisme Sekular.

Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein,


Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene
Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry Morgentaler, Isaac Asimov, Israel
Shahak, Jacob Bronowski.

9. Feminisme

Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang


menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar
belakang lahirnya gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah
Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran
bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas
sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun
bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan,
berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan
perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.

Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali


didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan feminisme
berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary
Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-tokoh
yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya adalah Foucault, Naffine,
Derrida (Derridean)

10. Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada


manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa
memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak
benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan
karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya
benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya


tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan
keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang
berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah
kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin
utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk
determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat


Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be
free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian
manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi
kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau
"dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang
bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya
universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah
kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi “seorang yang lain
daripada yang lain”, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang
berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun
yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas
dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah
inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke
berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi
yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas
keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof
sepanjang zaman diseluruh dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang
dibandingkan dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah
(perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah
menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat
banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat
telah mempengaruhi sistem politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-
bangsa-bangsa. Juga filsafat mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri,
yang tersimpul di dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat huku,
filsafat ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya.
Akhirnya yang pokok dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup,
cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau
pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham
filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.

Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau


beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-
perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama.
Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli
tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap
pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat
tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi
inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran (sistem) suatu
ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman,
produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat
dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia.
Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat
meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.

Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin
tahu kemudian terbentuklah mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu
roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai
suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai orang-orang atas
kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya
pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat. Berdasarkan
kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil
pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling
sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang menentang
pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu.
Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi
demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.
DAFTAR PUSTAKA

Russell, Bertrand. "The History of Philosophy." Simon & Schuster, 1945.

Jones, W. T. "A History of Western Philosophy." Harcourt Brace


Jovanovich, 1972.

Pojman, Louis P., dan Peter Tramel. "Philosophical Traditions: A Text


with Readings." Wiley-Blackwell, 2011.

Fakhry, Majid. "Islamic Philosophy: A Beginner's Guide." Oneworld


Publications, 1997.

Harrison, Victoria S. "Eastern Philosophy: The Basics." Routledge, 2012.

Fløistad, Guttorm. "Contemporary Philosophy: A New Survey." Springer,


1999.

Emmanuel, Steven M. (Editor). "A Companion to Comparative


Philosophy." Wiley-Blackwell, 2011.

Tudor, Steven Douglas. "Filsafat Barat vs. Filsafat Timur: Perbandingan


dan Kontrast." Gramedia Pustaka Utama, 2010

Anda mungkin juga menyukai