Anda di halaman 1dari 300

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Kumpulan Makalah Kelompok Filsafat dan Ilmu Pendidikan
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kumpulan makalah kelompok ini disusun atas
tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan yang dibimbing oleh bapak Prof.
Dr. H. M. Suparta, MA dan Dr. Syamsul Aripin, MA.

Penyusunan makalah kelompok ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan kumpulan makalah kelompok ini. semoga
kumpulan makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Ciputat, 04 Januari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
FILSAFAT PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)
Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.
2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Nama : Dwi Sarifathul (11160170000004)
Nama : Husna Amaliah (11160170000005)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK

Makalah ini berisikan tentang filsafat pendidikan dalam berbagai level dan
penerapannya dalam pendidikan praktis yang mengkaji tentang filsafat pendidikan
itu sendiri dan hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan. Adapun yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah pengertian filsafat, pengertian filsafat
pendidikan, ruang lingkup filsafat pendidikan, dan hubungan antara filsafat dengan
filsafat pendidikan. Bahasan tersebut tentunya menjadi dasar untuk mengetahui apa
itu filsafat pendidikan

Kata Kunci: Filsafat, filsafat pendidikan, ruang lingkup filsafat pendidikan,


pengertian, hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-
ribu nikmat sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam yang dibimbing oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, MA dengan judul
“Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan”.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan pada
tugas selanjutnya
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.

Ciputat, 18 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................
C. PEMBATASAN MASALAH ........................................................................
D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ...........................................................
E. MANFAAT PENULISAN MAKALAH .......................................................
F. METODE PENULISAN MAKALAH ..........................................................
G. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH .............................................
BAB 2 : PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT
PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT ...........................................................................


B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN .................................................
C. RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT DAN FILSAFAT
PENDIDIKAN ......................................................................................................
D. HUBUNGAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ......................
BAB 3 : PENUTUP

A. KESIMPULAN ..............................................................................................
B. SARAN ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

INDEKS

TENTANG PENULIS

DAFTAR PETUGAS
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing. Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari kajian
Ilmu Filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah
pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi
pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih
kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan
tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Dalam tulisan ini
akan membahas hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan agar lebih
memudahkan pembaca dalam memahami keterkaitan antara keduanya.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalahnya ialah :
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
3. Bagaimana ruang lingkup bahasan filsafat dan filsafat pendidikan?
4. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?

C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah hanya pada
materi filsafat pendidikan, antara lain : pengertian filsafat, pengertian filsafat
pendidikan, ruang lingkup filsafat dan filsafat pendidikan, dan hubungan antara
filsafat dan filfasat pendidikan. Adapun pembahasan yang lain akan dilanjutkan
kelompok selanjutnya.
D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan apa pengertian filsafat.
2. Menjelaskan apa pengertian filsafat pendidikan.
3. Menjelaskan bagaimana ruang lingkup filsafat dan filsafat pendidikan.
4. Menjelaskan bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan

E. MANFAAT PENULISAN MAKALAH


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat.
2. Untuk mengetahui apa pengertian filsafat pendidikan.
3. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup filsafat dan filsafat pendidikan.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat
pendidikan.

F. METODE PENULISAN MAKALAH


Metode penulisan makalah yang diplih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhuubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi dari internet.

G. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH


Sistematika penulisan makalah in terdiri dari Bab I Pendahuan yang
didalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode
penulisan makalah, sistematika penulisan makalah. Kemudian dilanjutkan
dengan Bab II Filsafat pendidikan yang terdiri dari pengertian, ruang lingkup
filsafat dan filsafat pendidikan, dan hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan. Bab selanjutnya yaitu Bab III Penutup yang didalamnya terdapat
kesimpulan dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka,
glosarium, indeks, tentang penulis, dan daftar nama petugas.
BAB II

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata
philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti
cinta, senang dan suka, serta kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmah, dan
kebijaksanaan. Dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu
pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi
orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu
pengetahuan, ahli hikmah, dan bijaksana.1
Dalam pengertian yang lebih luas, Harold Titus mengemukakan pengertian
filsafat sebagai berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atas pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
3. Filsafat adalah gambaran untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti
konsep.
5. Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat
perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Selanjutnya Imam Barnadib menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang


menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh karena filsafat bukan hanya
pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai
dibalik pengetahuan itu sendiri. Dan sistematis, karena filsafat menggunakan
berpikir secara sadar, teliti, dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.

1
H. Jalaluddin, H. Abdullah Idi, M.Ed, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. Ke-2, hlm. 1
Karena itu menurut Harun Nasution, filsafat ialah berpikir menurut tata tertib,
bebas, dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalan.2

Muhammad Noor Syam juga menjelaskan bahwa filsafat adalah suatu


lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif).
Filsafat menjangkau semua persoalan dalam daya kemampuan pikiran manusia
dengan mencoba mengerti, menganalisis, menilai, dan menyimpulkan semua
persoalan-persoalan secara mendalam. Meskipun kesimpulan-kesimpulan
filsafat bersifat hakiki, tetap saja ia masih relatif dan subjektif. Kedua sifat ini
merupakan sifat-sifat alamiah pada subjek yang melakukan aktivitas filsafat itu
sendiri, yaitu manusia.3

Dari uraian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami persoalan-persoalan
yang timbul didalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Dengan
demikian, diharapkan agar manusia dapat mengerti dan memiliki pandangan
yang menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia
didalamnya.

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan
oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education, and education is life”, akan
berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses
pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan
memberikan pengaruh pendidikan baginya. Dalam artinya yang sepit,
pendidikan hanya mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu memberikan dasar-
dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang sedang tumbuh, yang dalam
prakteknya identik dengan pendidikan formal di sekolah dan dalam situasi dan
kondisi serta lingkungan belajar yang serba terkontrol. Pendidikan merupakan
usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam

2
Ibid, hlm. 1-2
3
Ibid, hlm. 3
membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda , agar nantinya menjadi manusia yang
sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia,
sesuai dengan hakikat dan ciri kemanusiaannya.4 Pendidikan juga merupakan
bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian
yang utama atau ideal.

Berbagai pengertian filsafat pendidikan telah dikemukakan para ahli.


Menurut al-Syaibani, filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur,
yang menjadikan filsafat jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan
proses pendidikan.5 Filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan atau ukuran
tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam
hidup dan kehidupannya. Filsafat jika dilihat dari fungsinya, adalah sebagai
sarana bagi manusia untuk mendapat memecahkan berbagai problematika
kehidupan yang dihadapinya termasuk problematika di bidang pendidikan. Jadi
apabila dihubungkan dengan pendidikan dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan
dan tujuan pendidikan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat


dilakukan pada macam dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam,
dengan menentukan prinsip dan kepercayaan yang bersumber pada ajaran Islam
atau sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang mengandung kepentingan
pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan.

4
Djunaidatul Munawwaroh, Filsafat Pendidikan Prespektif Islam dan Umum,
(Tangerang: UIN Jakarta Press, 2003). Cet. Ke-2, hlm. 5
5
H. Jallaluddin, Op.Cit, hlm 6
C. RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT DAN FILSAFAT
PENDIDIKAN
Pandangan kita terhadap filsafat harus positif dan konstruktif. Filsafat
memang mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia dan karena dari
kehidupan itulah kita menggali filsafat. 6

Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia


yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada atau benar-
benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material abstrak (tidak
terlihat). Jadi objek filsafat itu tidak terbatas.

Secara makro (umum) apa yang menjadi objek pemikiran filsafat, yaitu
dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam
semesta dan sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat pendidikan. Tetatpi
secara mikro (khusus) yang menjadi objek filsafat pendidikan meliputi:

1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan.


2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek
pendidikan.
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.

Will Durant dalam Hamdani Ali membagi ruang lingkup bidang studi
filsafat itu ada lima, antara lain:

1. Logika

6
Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 32
Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan
meneliti (research) yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas menusia
melalui upaya logika agar mudah dipahami.
2. Estetika
Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang
sesungguhnya.
3. Etika
Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap
sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi.
4. Politik
Studi tentang organisasi social yang utama dan bukan sebagaimana yang
diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam
melaksanakan pekerjaan kantor.
5. Metafisika
Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda,
nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa
filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran
seseorang dan benda didalam proses pengamatan dan pengetahuan
(epistemologi).
Dengan demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa
yang menjadi objek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan
dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu
sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan
bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.7

7
Tanzil Al-Khair, Makalah Fislsafat Pendidikan tentang Filsafat Pendidikan dan Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan, diakses dari https://www.scribd.com/document/69441881/Makalah-
Filsafat-Pendidikan-Tentang-Filsafat-Pendidikan-Dan-Ruang-Lingkup-Filsafat-Pendidikan, Pada
tanggal 19 September 2018 pukul 12.04.
D. HUBUNGAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses
pendidikan, karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang
sangat erat. Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pewarisan nilai-nilai
fisafat yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan
yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari
semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitan ini, Hasan
Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode
dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut
pendidikan.

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting


sekali, karena ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.
Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan
pengalaman manusia.

Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and Philosophy


mengatakan secara tegas bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan filsafat, yaitu
untuk membimbing kearah kebjaksanaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah realisasi dari ide-ide filsafat, filsafat memberi
asas kepastian bagi peranan pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia
yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktivitas
pendidikan. Jadi, filsafat merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan.

Dari uraian diatas, di peroleh hubungan fungsional antara filsafat dan teoori
pendidikan berikut :
1. Filsafat, dalam arti filosofi, merupakan salah satu cara pendekatan yang
dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun
teori- teori oleh para ahli.
2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada
menurut aliran filsafat tertentu yang mempunyai relevansi dengan
kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan
filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan
dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan
hidup yang juga berkembang dalam masyarakat
3. Filsafat, dalam hal filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau padagogik.

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara filsafat pendidikan dan


pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan.
Filsafat pendidikan mempunyai peranan penting dalam sistem pendidikan
karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha
perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem
pendidikan.8

8
H. Jallaluddin, Op.Cit, hlm 21-22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Filsafat adalah ilmu pengetahuan komprehensif yang berusaha memahami
persoalan-persoalan yang timbul didalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia.
2. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur, yang menjadikan
filsafat jalan untuk mengatur , menyelaraskan dan memadukan proses
pendidikan
3. Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia
yang amat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada atau
benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material abstrak
(tidak terlihat). Jadi objek filsafat itu tidak terbatas.
4. Hubungan Filsafat dan Filsafat Pendidikan menjadi sangat penting sekali,
karena ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan
yang ingin dicapai.

B. SARAN
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu, penyusun juga membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca untuk perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, H. Abdullah Idi, M.Ed, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan


Pendidikan, Cet. Ke-2. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.

Munawwaroh, Djunaidatul, Filsafat Pendidikan Prespektif Islam dan Umum, Cet.


Ke-2 Tangerang: UIN Jakarta Press. 2003.

Tri Prasetya, Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Tanzil Al-Khair, Makalah Fislsafat Pendidikan tentang Filsafat Pendidikan dan


Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan, Diakses dari
https://www.scribd.com/document/69441881/Makalah-Filsafat-
Pendidikan-Tentang-Filsafat-Pendidikan-Dan-Ruang-Lingkup-Filsafat-
Pendidikan, Pada tanggal 19 September 2018.
GLOSARIUM

Abstrak : Tidak berwujud, tidak berbentuk, mujarad, niskala, ikhtisar


(karangan, laporan, dan sebagainya), ringkasan, inti.
Faktual : Berdasarkan kenyataan, mengandung kebenaran.

Hakikat : Sesuatu puncak atau sumber dari segala sesuatu.

Hakiki : Benar, sebenarnya, sesungguhnya.

Komprehensif : Bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik, luas dan


lengkap (tentang ruang lingkup atau isi), mempunyai dan
memperlihatkan wawasan yang luas.
Konstruktif : Bersangkutan dengan konstruksi, bersifat membina, memperbaiki,
membangun, dan sebagainya.
Landasan : Dasar; tumpuan.
Logis : Sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, masuk akal.

Pedoman : Hal yang menjadi dasar untuk melakukan sesuatu

Positif : Pasti, tegas, tentu, bersifat nyata dan membangun.

Realisasi : Kenyataan, pelaksanaan yang nyata.

Relatif : Tidak mutlak.

Relevansi : Hubungan, kaitan.

Selaras : Sesuai,serasi,senada, seirama.

Sistematis : Teratur menurut sistem, dengan cara yang diatur baik-baik.

Subjektif : Mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak


langsung mengenai pokok atau halnya.
INDEKS
A

Abstrak 7

F
Faktual 7

H
Hakikat 7, 8, 9
Hakiki 5

K
Komprehensif 5, 7
Konstruktif 7

L
Landasan 9
Logis 4

P
Positif 7

R
Relatif 5
Relevansi 10

S
Selaras 6, 9
Sistematis 4
Subjektif 5
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Husna Amaliah, dia lahir di


Jakarta pada tanggal 10 Juli 1998, dan sekarang
dia tinggal bersama orang tua di Jl. Karang
Tengah No.10 Rt.004/Rw.03 Lebak Bulus,
Cilandak, Jakarta Selatan. Pendidikan formal
yang pernah dia laksanakan yaitu pada 2004-
2010 bersekolah di MI Nurul Huda Jakarta
Selatan, kemudian ia melanjutkan
pendidikannya di Mts Manaratul Islam sampai
2013, lalu dia melanjutkan kembali
pendidikannya di MA Manaratul Islam sampai
2016. Sekarang penulis melanjutkan pendidikan formalnya di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah dengan jurusan pendidikan matematika dan semester 5.

Penulis bernama lengkap Dwi Sarifathul biasa


dipanggil Dwi. Lahir di Tangerang, 2 Oktober
1998. Dia merupakan anak ke 3 dari 4
bersaudara yang beralamat di Jl. Pondok Jaya
No.49. Pendidikan formal yang ditempuh
adalah TK Harmoni lulus pada tahun 2004,
kemudian penulis melanjutkan ke SDN 11
Bintaro lulus pada tahun 2010. Setelah
menyelesaikan SD penulis melanjutkan ke
SMPN 164 Jakarta dari tahun 2010-2013 dan
kembali melanjutkan sekolahnya di SMAN 11
Kota Tangerang Selatan lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis sedang melanjutkan
pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Matematika
semester 5.
DAFTAR PETUGAS

A. Moderator
Nina Ayu Amalia
B. Notulis
Nida Hanifa
C. Daftar Nama Pemakalah
1. Husna Amaliah
2. Dwi Sarifathul
D. Daftar Nama Penanya
1. Rizki Indriani Arifah
2. Ulfi Maysyaroh
3. Resti Perastiani
4. Fathiya Rahma Alia
5. Pitri Nurgandari
E. Daftar Nama Komentator
1. Muhamad Imanul Arifin
2. Ningrum sri indriani
3. Nadya Afnaini
4. Nur Akliah
5. Yayu
PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN HAKIKAT PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)
Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.

2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 2
Nama: Rizki Indriani Arifah Nim: 11160170000010
Nama: Marina Aprianti Nim: 11160170000033

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M
ABSTRAK

Penyusunan makalah ini bertujuan agar penyusun pada khususnya dan


pembaca pada umumnya, mengetahui serta memahami pengertian pendidikan dan
hakikat pendidikan. Adapun yang menjadi latar belakang adalah pendidikan bukan
saja berusaha meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik, melainkan juga
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kajian tentang pengertian pendidikan dan hakikat pendidikan berguna


sebagai bahan untuk menambah wawasan keilmuan mengenai pendidikan. Hal ini
sangat penting agar calon pendidik dapat mempersiapkan diri untuk terlibat
langsung dalam dunia pendidikan.

Kata Kunci: Pengertian Pendidikan dan Hakikat Pendidikan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan
yang dibimbing oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, MA. dengan judul “Pengertian
Pendidikan dan Hakikat Pendidikan”.

Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 25 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................
D. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................
E. Manfaat Penulisan Masalah ...........................................................................
F. Metode Penulisan Makalah ............................................................................
G. Sistematika Penulisan Makalah......................................................................
BAB II : PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN HAKIKAT PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan ....................................................................................


B. Hakikat Pendidikan ........................................................................................
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

INDEKS

TENTANG PENULIS

DAFTAR NAMA PETUGAS


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas suatu
bangsa. Kualitas pendidikan yang baik akan membawa keberhasilan suatu
bangsa, begitu pun jika kualitas pendidikan suatu negara buruk maka akan
berdampak buruk pada keberhasilan suatu bangsa. Pada dunia pendidikan
hendaknya harus memperhatikan unsur-unsur pendidikan antara lain:
peserta didik, pendidik, manajemen serta sarana dan prasarana.
Tujuan dari pendidikan yaitu menciptakan out come pendidikan yang
berkualitas. Untuk mewujudkannya maka manajemen pendidikan pada
suatu lembaga harus berperan penting. Manajemen pendidikan yang baik
dapat diwujudkan dengan adanya manajer pendidikan yang berkualitas.
Manajer dalam dunia pendidikan yaitu guru, sehingga tugas guru dalam
dunia pendidikan bukan hanya sebagai pendidik melainkan juga sebagai
manajer pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya ialah:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?

C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah hanya pada
materi definisi pendidikan dan hakikat pendidikan. Adapun pembahasan
yang lain akan dijelaskan oleh kelompok selanjutnya.

D. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan apa pengertian pendidikan.
2. Menjelaskan apa pengertian hakikat pendidikan.

E. Manfaat Penulisan Masalah


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa pengertian hakikat pendidikan.

F. Metode Penulisan Makalah


Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari
dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik
berupa buku maupun informasi dari internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah, terdiri dari Bab I Pendahuluan yang di
dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode
penulisan makalah, dan sistematika penulisan makalah. Dilanjutkan dengan
Bab II Pembahasan yang didalamnya terdapat Pengertian Pendidikan dan
Hakikat Pendidikan. Kemudian dilanjutkan dengan bab yang terakhir, yaitu
Bab III Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Makalah
ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium, indeks, tentang
penulis, dan daftar nama petugas.
BAB II

PENGERTIAN PENDIDIKAN DAN HAKIKAT PENDIDIKAN


A. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie” yang
akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya bimbingan.
Jadi, “paedagogie” berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam
bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “Education”. Education
berasal dari bahasa Yunani “Educare” yang berarti membawa keluar yang
tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.9
Secara terminologis, para ahli pendidikan mendefinisikan kata
pendidikan dengan berbagai tujuan. Abdurahman Al-Bani mendefinisikan
pendidikan (tarbiyah) adalah pengembangan seluruh potensi anak didik
secara bertahap menurut ajaran Islam.10 Dalam Dictionary of
Educaition dinyatakan bahwa pendidikan adalah:
1. Proses seorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku
lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.
2. Proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungannya yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang di
sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan
kata lain, perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingkah
laku, pikiran dan sikapnya.
Dari beberapa definisi di atas, kalau diteliti lebih lanjut, meskipun
batasan yang dikemukakan para ahli berbeda, terlihat garis benang merah
bahwa pendidikan merupakan usaha peningkatan kualitas diri manusia
dalam segala aspeknya (aspek jasmaniah dan rohaniah). Jadi, pendidikan
merupakan aktivitas yang disengaja dan mengandung tujuan yang tentu dan
di dalamnya terlibat berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang saling
mempengaruhi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikiran,

9
Website Resmi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/didik.html,
diakses pada 26 September 2018
10
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 29.
karsa, rasa, cipta, dan hati nurani) dan jasmani (panca indra serta
keterampilan).
B. Hakikat Pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Dari pengertian tersebut, tujuan pendidikan lebih mengedepankan
tiga aspek penting yang melandasi kewajiban manusia untuk mencari ilmu
dan belajar dalam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan. Dengan kata
lain, tujuan pendidikan tersebut menekankan pada pengembangan potensi
kreativitas, kecerdasan dan kepribadian anak didik yang menjadi faktor
penentu kesuksesan dalam dunia pendidikan.11
Pendidikan sangat berguna dalam kehidupan manusia. Pendidikan
setidaknya memiliki ciri sebagai berikut: (1) Pendidikan merupakan proses
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku
lainnya di dalam masyarakat, di mana dia hidup, (2) Pendidikan merupakan
proses sosial dimana seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) untuk
mencapai kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara optimum,
(3) Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak
manusia.

11
Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar
Ruzz Media, 2016), hlm. 43.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu
rohani dan jasmani.
2. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki potensi
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta
keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah
ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan pembaca untuk mencari referensi
lain baik melalui buku maupun internet agar mendapat pengetahuan yang
lebih mendalam. Penulis juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca
untuk menyempurnakan masalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ilahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media, 2016.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2001.

Website Resmi KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


http://kbbi.web.id/didik.html. diakses pada 26 September 2018
GLOSARIUM

Aktif : giat, mampu beraksi dan bereaksi.


Aspek : pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi,
dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut
pandang tertentu.
Faktor : hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi)
terjadinya sesuatu.
Karsa : daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk
berkehendak.
Kompetensi : kewenangan (kekuasaan) utuk menentukan (memutuskan
sesuatu).
Optimum : dalam kondisi yang terbaik (yang paling menguntungkan).
Permanen : tetap (tidak untuk sementara waktu); berlangsung lama (tanpa
perubahan yang pasti).
Potensi : kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya.
INDEKS
A
Aktif 4
Aspek 3, 4
F
Faktor 1, 3, 4
K
Karsa 4
Kompetensi 4
O
Optimum 3, 4
P
Permanen 3
Potensi 3, 4
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Rizki


Indriani Arifah, biasa dipanggil Indri.
Lahir di Tangerang, 17 November
1998. Ia merupakan anak pertama
dari dua bersaudara yang beralamat
di Jalan Pipa Kampung Gelam Desa
Belimbing Kecamatan Kosambi
Kabupaten Tangerang.
Pendidikan formal yang pernah
ditempuh adalah SDN Blimbing 1 lulus pada tahun 2010, kemudian penulis
melanjutkan ke SMPN 1 Kosambi lulus pada tahun 2013. Setelah
menyelesaikan pendidikan dijenjang SMP, penulis melanjutkan pendidikan
ke SMAN 5 Kabupaten Tangerang dari tahun 2013-2016. Saat ini penulis
sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jurusan Pendidikan Matematika semester 5.

Penulis bernama Marina Aprianti, biasa


dipanggil Marina. Lahir di Jakarta, 29
Maret 1998. Ia merupakan anak
pertama dari dua bersaudara yang
beralamat di Jalan Ciledug Raya.
Pendidikan formal yang pernah
ditempuh adalah SDN Peninggilan 2
lulus pada tahun 2010, kemudian
penulis melanjutkan ke SMPN 3 Tangerang lulus pada tahun 2013. Setelah
menyelsaikan pendidikan dijenjang SMP, penulis melanjutkan pendidikan
ke SMAN 3 Tangerang dari tahun 2013-2016. Saat ini penulis sedang
melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Pendidikan Matematika semester 5.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator
Anna Fajria
B. Notulis
Dwi Sarifathul
C. Daftar Nama Pemakalah
1. Rizki Indriani Arifah
2. Marina Aprianti
D. Daftar Nama Penanya
1. Muhamad Imanul Arifin
2. Dinda
3. Azizah Shobiroh
4. Nurazizah
5. Ade Rizkia Fitria
E. Daftar Nama Komentator
1. Husna Amaliah
2. Fakhrotun Nisa
3. Anisa Rehlitna Pagit Girsang
4. Anna Fajria
5. Shinta Aulia
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)

Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.


2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Nama: Nina Ayu Amaliah NIM: 11160170000026
Nama: Muhamad Imanul Arifin NIM: 11160170000028
Nama: Nida Hanifah NIM: 11160170000029

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Penulisan makalah ini bermaksud untuk menjelaskan dan memberikan


pandangan seputar definisi dari filsafat pendidikan, dan juga bagaimana ruang
lingkup filsafat pendidikan, serta menguraikan hubungan filsafat dengan filsafat
pendidikan. Berkenaan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan itu sendiri,
terdapat beberapa hal yang menjadi pola perhatian, yakni sistem kefilsafatan yang
sistematis,radikal, universal, dan spekulatif. Oleh karena itu untuk memperoleh
sumber informasi dan menguraikan hal-hal tersebut, penulisan makalah dilakukan
dengan melalui penggalian sumber tertulis atau studi literatur. Sumber tertulis
diperoleh dari arsip yang tersedia di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta kami lengkapi dengan beberapa tulisan mendukung penjelasan ini.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan
Ilmu Pendidikan yang dibimbing oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, MA.
dengan judul “Pendidikan sebagai Ilmu”.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan pada tugas
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 2 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................

B. Perumusan Masalah ........................................................................................

C. Pembatasan Masalah .......................................................................................

D. Tujuan Penulisan Makalah ..............................................................................

E. Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................

F. Metode Penulisan Makalah .............................................................................

G. Sistematika Penulisan Makalah.......................................................................

BAB II : PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

A. Definisi Pendidikan .........................................................................................

B. Definisi Ilmu ...................................................................................................

C. Pendidikan sebagai Ilmu .................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................

B. SARAN ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

INDEKS

TENTANG PENULIS

DAFTAR PETUGAS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan
kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata
lengkap sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan kemasyrakatan untuk
mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, egara penjelasan
ataupun melakukan penerapan.
Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari
pendidik kepada peserta didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya
dengan objek pendidikan. Ilmu yang ditransfer umumnya ilmu
pengetahuan yang bersifat egara pengetahuan peserta didik dengan
harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan
alam, egara dan kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada
pendidikan formal atau sekolaha, objek utama dala proses pendidikan
adalah ilmu pengetahuan.
Pendidikan disebut sebagai ilmu karena ilmu merupakan objek
utama dari pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat
berjalan dengan baik sehingga pendidikan yang akan diterapkan pun
tidak akan tersampaikan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?

2. Apa yang dimaksud sebagai ilmu?

3. Apa itu pendidikan sebagai ilmu?


C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah ini
hanya tentang definisi dan makna pendidikan sebagai ilmu saja. Adapun
pembahasan lain akan dijelaskan pada makalah/kelompok berikutnya.

D. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan masalah adalah
A. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.

B. Untuk mengetahui pengertian ilmu.

C. Untuk mengetahui makna pendidikan sebagai ilmu.

E. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Kita dapat memahami definisi pendidikan dan ilmu dalam makna
yang luas.

2. Kita juga dapat memahami dasar-dasar pendidikan sebagai ilmu


secara menyeluruh.

F. Metode Penulisan Makalah


Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode pustaka.
Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari
dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat,
baik berupa buku maupun informasi di internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab 1
Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan masalah,
manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah, sistematika
penulisan makalah. Kemudian dilanjutkan dengan Bab II Falsafah dan
sistem pendidikan Brunei Darussalam yang terdiri dari definisi
pendidikan, definisi ilmu, pendidikan sebagai ilmu. Bab selanjutnya
yaitu Bab III Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan
saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium,
indeks, dan tentang penulis.
BAB II
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

A. Definisi Pendidikan
Dalam Bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang
mendapat awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuatan, (hal, cara, dan
sebagainya) yang mendidik..12 Pendidikan secara lebih terperinci lagi
cakupannya dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti
umum pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama sebaik-baiknya.13

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas juga dijelaskan bahwa


pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga dapat disimpulkan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan akhlak, keterampilan,
dan pengetahuan anak dan pemuda di sekolah atau di luar sekolah, agar hidup
mereka bahagia dan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.14

1. Definisi Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dengan wazan
fa’ila, yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Dalam
bahasa Inggris disebut science; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan)-

12
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Medika Pratama,
2005) hlm. 4-5.
13
Ibid, hlm. 10.
14
Jejen Mushaf, Manajemen Pendidikan Teori, Kebijakan, dan Praktik. (Jakarta:
Prenadamedia Group. 2015) hlm. 10-11.
scire (mengetahui), dan definisi ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu. Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli, di
antaranya adalah:
1. Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah
yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunannya dari dalam.

2. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.

3. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang


komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
yang sederhana.

4. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University


menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ilmu adalah seperangkat atau


kumpulan pengetahuan teratur yang memiliki prosedur yang sistematis dan
memiliki logika atau rasionalitas yang didukung oleh fakta empiris secara
objektif dan teruji kebenarannya serta bersifat terbuka terhadap kritik. Ilmu
memiliki suatu norma sebagai nilai perekat atasnya, hal ini dimaksudkan
agar ilmu tidak disalah gunakan dalam penggunaannya bagi pembangunan
budaya dan perdaban manusia.15

15
Ibid, hlm. 307.
2. Pendidikan sebagai Ilmu
Adapun pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah
sebagai berikut16:
1. S. Bojonegoro. Menurutnya ilmu pendidikan merupakan teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas ilmu

2. pendidikan yaitu ilmu yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam


praktek pendidikan.

3. Imam Barnadib megatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah ilmu yang


membicarakan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh
dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak teoritis dan bersifat praktis.

4. Driyarkara menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pemikiran


ilmiah yang bersifat kritis, metodis, dan sistematis tentang realitas yang
disebut pendidikan.

Dapat dikatakan pendidikan sebagai ilmu atau ilmu pendidikan, bila


memenuhi syarat- syarat berikut :
1. Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek
formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif
yang luas dan integrative.

2. Memiliki sistematika
Sistematika yang harus dimiliki ilmu pendidikan dibedakan
menjadi antara lain adalah pendidikan yang dapat dianalisis karena
adanya berbagai komponen pendidikan, pendidikan sebagai upaya
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia,
serta pendidikan sebagai gejala manusiawi yang memiliki tiga dimensi

16
Anonim, “Pendidikan sebagai Ilmu”, diakses dari
https://blogsedukasi.blogspot.co.id/2012/05/pendiidkan sebagai-ilmu
pada hari Rabu tanggal 27 September 2017.
(lingkungan pendidikan, jenis-jenis persoalan pendidikan, serta ruang
dan waktu pendidikan).
3. Memiliki metode
Metode-metode dalam ilmu pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Metode egaray, berkenaan dengan konsep manusiawi yang
diidealkan yang ingin dicapai.

b. Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan


kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.

c. Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya


dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan


kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.

e. Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang


konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan
kegiatan pendidikan.

f. Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah,


pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.

4. Pengembangan Pendidikan

Menurut Van Cleve Morris, fondasi pendidikan dibagi menjadi 2


bagian yaitu:
a. Fondasi historis dan filosofis tentang pendidikan,

Sejarawan ingin mengetahui bagaimana kita sampai disini.


Filsuf pendidikan ingin mengetahui bagaimana manusia
memikirkan kehidupan secara keseluruhan dan akhirnya sejarawan
dan filsuf pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang
mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat melihat
pekerjaan profesionalnya dalam konteks suatu lingkungan masa
sekarang mengenal egaray pendidikan yang berkompetisi.
b. Fondasi sosiologis dan psikologis.

Ahli sosilogi pendidikan ingin mengetahui bagaimana dampak


masyarakat pada pertumbuhan anak. Ahli psikologi pendidikan
ingin mengetahui apa yang terjadi apabila belajar terjadi dan apa
yang harus dilakukan untuk menjadikan belajar terjadi setiap hari.
Akhirnya ahli sosiologi dan psikologi pendidikan berpendapat
bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat
jika ia tidak dapat mengenal seberapa banyak anak belajar dan
orang lain selain guru, dan memahami teori-teori belajar yang
pokok dimana pengajaran modern didasarkan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan
dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah
umum.
3. Pendidikan sebagai ilmu yaitu teori pendidikan, perenungan tentang
pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

B. SARAN
Saran yang bisa diambil dari makalah ini adalah tetap terus tingkatkan
pendidikan kita,tetap semangat meski dalam kenyataan,egara kita tertinggal akan
tingkat pendidikannya.Namun jangan juga menganggap bahwa egara kita tidak
akan pernah maju dengan tingkat pendidikan yang rendah,akan tetapi
yakinlah,perlahan egara kita menuju ke keadaan yang lebih baik. 12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Pendidikan sebagai Ilmu. Mei 2012. http://blogsedukasi.blogspot.co.id


(accessed September 27, 2017).
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu edisi revisi. Jakarta: Rajawali Press, 2012.
Latief, Mukhtar. Orientasi ke Arah Filsafat Pendidikan. Jakarta: Predanamedia
Group, 2014.
Mushaf, Jejen. Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan dan Praktik. Jakarta:
Predanamedia Group, 2015.
Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005.
GLOSARIUM

Abstrak : Tidak berwujud, tidak berbentuk, mujarad, niskala, ikhtisar


(karangan, laporan, dan sebagainya), ringkasan, inti.
Empiris : Berdasarkan pengalaman
Fenomena : Fakta atau kenyataan
Generasi : Masa orang – orang satu angkatan hidup
Golongan : Kelompok (orang)
Ilmiah : Secara Ilmu pengetahuan
Komprehensif : Mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas
Logika : Jalan pikiran yang masuk akal
Metodis : Dengan cara yang teratur
Rasional : Menurut pikiran dan pertimbangan yang logis
Realitas : Kenyataan
Sistematik : Susunan atau aturan
Tabiat : Watak, kelakuan, tingkah laku
INDEKS
A

Abstrak 5

Empiris 4

Fenomena 5

Generasi 3

Golongan 4, 10

Ilmiah 5

Komprehensif 4

Logika 4

Metodis 5

Rasional 1

Realitas 5

Sistematik 4
T

Tabiat 4
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Muhamad Imanul


Arifin, biasa dipanggil Apin, Afin dan Arifin.
Lahir di Lebak, 29 April 1998. Ia merupakan
anak pertama dari dua bersaudara yang
beralamat di Kampung Kekupu Kelurahan
Rangkapan Jaya Kecamatan Pancoran Mas
Depok, Jawa Barat. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah SDN Rangkapan Jaya
Depok lulus pada tahun 2010. Setelah
menyelesaikan SD, penulis melanjutkan ke
SMPN 3 Peterongan Jombang dari tahun 2010-
2013 dan kembali melanjutkan sekolahnya di
SMA Daarul ‘Ulum 2 Unggulan BPPT Cambridge International School (CIS) lulus
pada tahun 2016. Saat ini penulis sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Matematika semester 5.

Penulis bernama Nida Hanifah atau yang


biasa dipanggil Nida ini lahir di Jakarta, 18 July
1998 dan ia anak pertama dari dua bersaudara
yang beralamatkan Villa Mutiara Gading 3 blok
j2 no 55b RT/RW 001/028. Pendidikan Formal
yang pernah penulis laksanakan yaitu TK
AlHudha tahun 2003-2004, SD Negeri kebon
kosong 14 pagi tahun 2004, SD Negeri Srengseng
Sawah 17 pagi tahun 2005-2010, SMP Negeri 131
Jakarta tahun 2010, SMP Negeri 1 Babelan tahun
2011-2013, SMA Negeri 1 Babelan tahun 2013-
2016. Penulis saat ini sedang melanjutkan
Pendidikan Formalnya di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah dengan jurusan Pendidikan
Matematika dan semester 5.

Penulis bernama Nina Ayu Amaliah, biasa


dipanggil Nina atau Ayu. Lahir di Purwokerto,
07Februari 1998. Ia merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara yang sekarang bertempat tinggal di
jalan semanggi II, ciputat. Tempat tinggal asli di
Karawang, Jawa Barat. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah SDN Bengle 1 lulus pada
tahun 2010. Setelah menyelesaikan SD, penulis
melanjutkan ke SMP Budi Mulia Karawang 2010-
2011 Mts MINAT Cilacap dari tahun 2011-2013
dan kembali melanjutkan sekolahnya di MA Negeri Karawang lulus pada tahun
2016. Saat ini penulis sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan matematika semester 5.
DAFTAR PETUGAS

A. Moderator
1. Nadya Afnaini Pangestika
B. Notulis
1. Dwi Sarifathul
C. Daftar Nama Pemakalah
1. Nina Ayu Amaliah
2. Muhamad Imanul Arifin
3. Nida Hanifah
D. Daftar Nama Penanya
1. Husna Amaliah
2. Salsabila Milenia
3. Masarrah Marimadani
4. Novita Dwi Safitri
5. Bagas Widiarto Adiputra
6. Rizki Indriani Arifah
E. Daftar Nama Komentator
1. Marina Aprianti
2. Nurazizah
3. Hanifatul Hashina
4. Fatimah Azzaha
5. Azizah Shobiroh
6. Yayu
DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)
Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M. A.
2. Dr. Syamsul Aripin, M.A.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Nama : Ulfi Maysyaroh (11170161000019)
Nama : Resti Perastiani (11170161000026)
Nama : Fathiya Rahmah A. (11170161000032)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan. Pendidikan
tidak hanya terdapat di sekolah saja, tetapi pendidikan juga dapat diperoleh dari luar
sekolah, seperti di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan
dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, karenanya pendidikan untuk anak
bangsa haruslah pendidikan yang baik, karena anak bangsa merupakan harapan dari
suatu Negara dan nantinya akan menentukan nasib suatu bangsa apakah akan
menuju kearah yang baik atau ke arah yang buruk. Pendidikan juga merupakan
salah satu hal terpenting yang memengaruhi kesuksesan suatu bangsa dan dapat
memajukan kesejahteraan suatu bangsa. Di dalam makalah ini terdapat dasar-dasar
pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan yang ada di Indonesia beserta pendapat
para ahli mengenai tujuan pendidikan dan terakhir bagaimana fungsi pendidikan di
Indonesia tertama pendidikan nasional .Tujuan pembuatan makalah ini antara lain
untuk mengetahui tentang dasar, tujuan, dan fungsi pendidikan.

Kata Kunci : Dasar Pendidikan, Tujuan Pendidikan, Fungsi Pendidikan.


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan yang
dibimbing oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, M.A. dengan judul “Dasar, Tujuan, dan
Fungsi Pendidikan”.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan agar lebih baik lagi dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak khususnya bagi penulis.

Ciputat, 11 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................

C. Pembatasan Masalah ......................................................................................

D. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................

E. Manfaat Penulisan Makalah ...........................................................................

F. Metode Penulisan Makalah ............................................................................

G. Sistematika Penulisan Makalah......................................................................

BAB II : DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN

A. Dasar-Dasar Pendidikan .................................................................................

B. Tujuan Pendidikan .........................................................................................

C. Fungsi Pendidikan…………………………………………………..…....

BAB III : PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................

B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

GLOSARIUM ............................................................................................................

INDEKS .....................................................................................................................

TENTANG PENULIS ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia. Pendidikan bisa
kita peroleh di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan yang kita
peroleh di sekolah disebut pendidikan formal dan pendidikan yang
diperoleh di luar sekolah disebut pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal ini dapat kita peroleh di rumah maupun dilingkungan
masyarakat. Dalam memperoleh pendidikan kita harus mengetahui apa saja
yang terkandung dalam pendidikan.

Pendidikan memiliki dasar, tujuan, dan fungsi. Pendidikan haruslah


memiliki dasar yang menjadi landasan berdirinya pendidikan, fungsi, dan
tujuan. Tujuan merupakan hal yang hendak dicapai dalam pendidikan.
tujuan inilah yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya sebuah
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dasar pendidikan?
2. Apa saja tujuan pendidikan?
3. Apa saja fungsi pendidikan?

C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini penulis membatasi pembahasan makalah hanya
pada materi dasar, tujuan, dan fungsi pendidikan. adapun pembahasan yang
lain akan dijelaskan oleh kelompok selanjutnya.

D. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menjelaskan dasar-dasar pendidikan
2. Menjelaskan tujuan pendidikan
3. Menjelaskan fungsi pendidikan

E. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dasar-dasar pendidikan
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan
3. Untuk mengetahui fungsi pendidikan

F. Metode Penulisan Makalah


Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah
metode pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat, baik berupa buku maupun informasi dari internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah, terdiri dari BAB I Pendahuluan
yang di dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan
makalah, metode penulisan makalah dan sistematika penulisan makalah.
Dilanjutkan dengan BAB II Pembahasan yang di dalamnya terdapat Dasar-
dasar Pendidikan, Tujuan Pendidikan dan Fungsi Pendidikan. Selanjutnya
BAB teakhir yaitu BAB III Penutup yang di dalamnya terdapat simpulan
dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium,
index, tentang penulis, dan daftar nama petugas
BAB II
DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN

A. Dasar-Dasar Pendidikan
Sebagaimana kita ketahui bahwa bangsa Indoesia mempunyai filsafat
pandangan hidup pacasila, dan Negara republic Indonesia disusun atas dasar
pancasila. Oleh karena itu pendidikan Indonesia juga berlandaskan pancasila,
seperti termaktub dalam UU No.4 tahun 1950 Bab III pasal 4, tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran yang berbunyi sebagai beikut :

“Pendidikan dan pengajaran berdasar atas asas-asas yang termakstub dalam


pancasila, Undang-Undang dasar republic Indonesia dan Kebudayaan
Kebangsaan Indonesia.”17Beberapa landasan yaitu; landasan filosopis, sosilogis,
yuridis dengan penajaman landasan tersebut secara kritis dan fungsional.

1. Landasan Filosofis
Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai
budaya yang terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus
ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional
dalam semua level dan tingkat dan jenis pendidikan. Nilai-nilai tersebut
bukan hanya mewarnai muatan pelajaran dalam kurikulum tetapi juga dalam
corak pelaksanaan. Rancangan penanaman nilai budaya bangsa tersebut
dibuat sedemikian rupa sehingga bukan hanya dicapai penguasaan kognitif
tetapi lebih penting pencapaian afektif. Lebih jauh lagi pencapaian nilai
budaya sebagai landasan filosofis bertujuan untuk mengembangkan bakat,
minat dan kecerdasan dalam pemberdayaan yang seoptimal mungkin.
Dua hal yang dipertimbangkan dalam menentukan landasan
filosopis dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama, adalah pandangan
tentang manusiaIndonesia sebagai:
a. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya.
b. Makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya.

17
Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Malang : FIP IKIP
MALANG, 1973), hal 78
c. Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab yang hidup di dalam
masyarakat yang pluralistik baik dari segi lingkungan sosial budaya,
lingkungan hidup dan segi kemajuan Negara kesatuan Republik Indonesia
di tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa berkembang dengan
segala tantangannya
Kedua pendidikan nasional dipandang sebagai pranata sosial yang
selaluberinteraksi dengan kelembagaan sosial lain dalam masyarakat.
Kedua pandangan filosopis tersebut menjadikan pendidikan nasional
harusditanggung oleh semua fihak, sehingga pendidikan dibangun oleh
semua unsur bangsa yang dapat berkontribusi terhadap unsur pranata sosial
lainnya. Secara mendasar dapat ditegaskan bahwa landasan filosofis
Pancasila dalam system pendidikan nasional menempatkan peserta didik
sebagai makhuk yang khas dengan segala fitrahnya dan tugasnya menjadi
agen pembangunan yang berharkat dan bermartabat. Oleh karena itu
landasan filosopis pendidikan nasional memberikan penegsan bahwa
penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia hendaknya
mengimplementasikan ke arah:18
a. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
persatuan bangsa dari segi sosial, budaya, ekonomi dan memlihara
keutuhan bangsa dan negara.
b. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang proses pendidikannya
memberdayakan semua institusi pendidikan agar individu dapat
menghargai perbedaan individu lain, suku, ras, agama, status sosial,
ekonomi dan golongansebagai manifestasi rasa cinta tanah air. Dalam hal
ini pendidikan nasional dipandang sebagai bagian dari upaya nation
character building bagi bangsa Indonesia.19

18
Hamzah Junaid, “Sumber, Azaz, dan Landasan Pendidikan,” Jurnal Uin Alauddin
Makassar, Vol. 7, No. 2, Tahun 2010, hal 91
c. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
kerakyatan dan demokrasi. Pendidikan hendaknya memberdayakan
pendidik dan lembaga pendidikan untuk terbentuknya peserta didik
menjadi warga yang memahami dan
menerapkan prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Prinsip kerakyatan dan demokrasi harus
tercermin dalam input-proses penyelenggaraan pendidikan Indonesia.
d. Sistem pendidikan nasional Indonesia yang bertumpu pada norma
keadilan sosial untuk seluruh warga negara Indonesia. Perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan menjamin pada penghapusan bentuk
diskriminatif dan menjamin terlaksananya pendidikan untuk semua
warga negara tanpa kecuali.
e. Sistem pendidikan nasional yang menjamin terwujudnya manusia
seutuhnya yang beriman dan bertaqwa, menjunjung tinggi hak asasi
manusia, demokratis, cinta tanah air dan memiliki tanggungjawab sosial
yang berkeadilan. Dengan demikian Pancasila menjadi dasar yang kokoh
sekaligus ruh pendidikan nasional Indonesia.20
2. Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua
individu bahkan dua generasi, yang memungkinkan dari generasi kegenerasi
berikutnya mengembangkan diri searah dengan perkembangan dan kemajuan
masyarakat pada zamannya. Oleh karena itu dalam mengahdapi kondisi
seperti itu, lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga
sosial lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga
ekonomi, politik sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat
belajar (society learning) harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila
perencanaan pendidikan yang melibatkan masyarakat bisa tercapai maka
patologi sosial setidaknya terkurangi. Hasrat masyarakat untuk belajar
semakin meningkat.Sistem pendidikan nasional hendaknya melibatkan
berbagai elemen masyarakat, meskipun pemerintah telah menyiapkan dana

20
Ibid., hal 92
khusus untuk pembangunan dibidang pendidikan, namun jika pendidikan
akan ditingkatkan mutu atau kualitasnya, maka otomatis peran serta
masyarakat sangat dibutuhkan bahkan menentukan. Demikian pula apabila
pendidikan hanya terarah pada tujuan pembelajaran murni pada aspek
kognitif, afektif tanpa mengaitkan dengankepentingan sosial, politik dan
upaya pemecahan problem bangsa, maka pendidikantidak akan mampu
dijadikan sebagai sarana rekonstruksi sosial.Dalam kaitannyadengan
perluasan fungsi pendidikan lebih jauh, maka diperlukan pengembangan
sistem pendidikan nasional yang didasarkan atas kesadaran kolektif bangsa
dalam kerangka ikut memecahkan problem sosial. Masalah yang kini sedang
dihadapi bangsa adalah masalah perbedaan sosial ekonomi sehingga
pendidikan dirancang untuk mengurangi beban perbedaan tersebut. Aspek
sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses informasi yang
konsekuensinya akan mempertajam kesenjangan sosial dapat dieleminir
melalui pendidikan.

3. Landasan Kultural
Landasan Pendidikan yang ketiga adalah Landasan Kultural.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu
menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh
karena itu dalam Undangundang RI no. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2
ditegaskan bahwa, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar
Pancasila dan undang-undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945,
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan dengan jalan
meneruskan kepada generasi penerus melalui pendidikan.21 Sebaliknya
pelaksanaan pendidikan ikut ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat
dimana proses pendidikan berlangsung.22
4. Landasan Psikologis

21
Ibid., hal 93
22
Ibid., hal 93
Landasan Pendidikan yang keempat adalah landasan Psikologis.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami
peserta didik dari aspekpsikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian dalam penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, umpamanya
pengetahuan tentang urutan perkembangan anak. Setiapindividu memiliki
bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan iramaperkembangan
yang berbeda dengan yang lainnya. Sebagai implikasinya pendidikan tidak
mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan kurikulum
harus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan
dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian
bahan belajar yang digariskan.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologi
Landasan Pendidikan yang kelima adalah Landasan Ilmiah dan
Teknologi.Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
kaitan yang erat. Seperti diketahui IPTEK menjadi isi kajian di dalam
pendidikan dengan kata lain pendidikan berperan sangat penting dalam
pewarisan dan pengembangan iptek. Dari sisi lain setiap perkembangan iptek
harus segera diimplementasikan oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek ke dalam isi bahan ajar. Sebaliknya,
pendidikan sangat dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek (psikologi,
sosiologi, antropologi, dsb). Seiring dengan kemajuan iptek, maka pada
umumnya ilmu pengetahuan juga berkembang sangat pesat.
6. Landasan Yuridis
Landasan Pendidikan yang terakhir adalah Landasan Yuridis.
Sebagaipenyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu
pelaksanaannya berdasarkanundang-undang. Hal ini sangat penting karena
hakikatnya pendidikan nasional adalah perwujudan dari kehendak UUD 1945
utamanya pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut :23
a. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiyayainya.
c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketkwaan serta
akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang.
d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.Pentingnya
undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan nasional di
samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai
penjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani
bagi pennyelenggaran pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh
tanah air. Landasan yuridis bukan semata-mata landasan bagi
penyelenggaraan pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk
mengatur sehingga jika terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan
pendidikan, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan sanksi.
Dalam praktek penyelenggraan pendidikan tidak sedikit ditemukan
penyimpangan, bahkan dalam skala nasional dapat menimbulkan
kerugian bukan hanya secara material tapi juga spiritual. Penyelenggaraan
pendidikan yang sangat komersial dan instan dapat merusak pendidikan
sebagai proses pembentukan watak dan kepribadian bangsa sehingga

23
Ibid., hal 94
dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan sebagai sarana
rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di samping
dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar
yuridis untuk sanksi.24

B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut para ahli adalah:
a. Aristoteles: tujuan pendidikan ialah menyiapkan akal pikiran untuk
mendapat ilmu pengetahuan, sebagimana menyiapkan tanah untuk tumbuh-
tumbuhan dan tanam-tanaman.
b. Immanuel Kan: tujuan pendidikan ialah membawa manusia kearah
kesempurnaan yang ingin dicapai.
c. Herbart: tujuan yang asli dari pendidikan adalah mempertinggi akhlak
kemanusiaan.
d. Frobel: tujuan pendidikan ialah untuk mengeluarkan manusia yang
sempurna.

Dua tujuan pokok pendidikan :


a. Untuk mencerdaskan perseorangan
b. Untuk kecakapan mengerjakan pekerjaan25

Tujuan pendidikan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1950


Republik Indonesia tercantum pada bab II pasal 3:“Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk masyarakat yang cakap dan warga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air.”26

Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya


juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan itu
bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus

24
Ibid., hal 94
25
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1990), hal 6
26
Ibid., hal 7-8.
untuk memudahkan pencapaian-pencapaian yang lebih tinggi. Begitu juga
karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia
menuju arah cita-cita tertentu. Cita0cita dan tujuan yang ingin dicapai harus
dinyatakan secara jelas, sehingga semua pelaksana dan sasaran pendikan
memahami atau mengetahui proses kegiatan seperti pendidikan.

Tentang tujuan ini, di dalam UU No. 2 Tahun 1989, secara jelas


disebutkan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu: “Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyaratan
dan kebangsaan.”27

1. Macam-macam Tujuan Pendidikan


Seorang ahli pendidikan Langeveld mengemukakan macam-macam
tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum/akhir atau lengkap/total, tujuan
khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan isidentil, dan tujuan
intemedier. Berikut akan dikemukakan macam-macam tujuan pendidkan :
a. Tujuan Umum
Ini merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam
segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan
memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal.
b. Tujuan Khusus
1) Terdapatnya perbedaan individual anak didik, misalnya perbedaan
dalam bakat, jenis kelamin, intelegensi minat, dan sebagainya.
2) Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, misalnya: tujuan
khusus untukmasyarakat pertanian, perikanan, dan lain-lain.
3) Perbedaan yang berhubungan dengan lembaga pendidikann,
misalnya: tujuan khusus untuk pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah dan, dan pendidikan dalam perkembangan pemuda.

27
UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 4
4) Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup
suatu bangsa.
c. Tujuan Tak Lengkap
Ini adalah tujuan yang hanya mecakup salah satu dari aspek
kepribadian, misalnya tujuan khusus pembentukan khusus saja, tanpa
memperhatikan yang lainnya. Kadi tujuan yang tak lengkap ini
merupakan bagian dari tujuan umum yang melingkupi seluruh aspek
kepribadian.
d. Tujuan Sementara
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai
sekaligus, karenanya perlu ditempuh setingkat demi setingkat. Tingkatan
demi tingkatan yang diupayakan untuk mencapai tujuan akhir itulah yang
dimaksud dengan tujuan sementara. Misaknya: anak menyelesaikan
pelajaran di jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara untuk
selanjutnya meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah
Menengah Umum (SMU) dan Perguruan Tinggi.28
e. Tujuan Insidental
Ini merupakan tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi
yang terjadi secara kebetulan, tujuan ini tidak terlepas dari tujuan umum,
Misalnya: seorang ayah memanggil anaknya dengan tujuan anak
mencapai kepatuhan.
f. Tujuan Intermedier
Tujuan ini disebut juga tujuan perantara, merupakan tujuan yang
dilihat sebagai alat dan harus dicapai terlebih dahulu demo kelancaran
pendidikan selanjutnya, misalnya: anak dapat membaca dan menulis
(tujuan peranntara) demi kelancaran mengikuti pelajaran di sekolah.29
Kemudian dalam hubungannya dengan hierarki tujuan
pendidikan, dibedakan macam-macam tujuan pendidikan, yaitu: tujuan
nasional, institusional, kurikuler, dan tujuan intruksional.

28
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal 13-15
29
Ibid., hal 13-15
1. Tujuan Nasional
Ini merupkan tujuan umum pendidikan nasional yang di
dalamnya terkandung rumusan kualifikasi umum umum yang
diharapkan dimiliki oleh setiap warga Negara setelah mengikuti dan
menyelesaikan program pendidikan nasional tertentu yang menjadi
sumber tujua umum ini biasanya terdapat di dalam Undang-undang
atau ketentuan resmi tentang penndidikan.
2. Tujuan Institusional
Ini merupakan tujuan lembaga pendidikan sebagai
pengkhususan dari tujuan umum, berisi kualifikasi yang diharapkan
diperoleh anak setelah menyelesaikan studinya di lembaga
pendidikan tertentu.
3. Tujuan Kulikuler
Tujuan ini merupakan penjabaran dari tujua institusional,
yang berisi kualifikasi yang diharapkan dimiliki oleh terdidik setelah
mengikuti setelah mengikuti program pengajaran dalam suatu bidang
studi tertentu, misalnya: tujuan bidang studi Sejarah Kebudayaan
Islam, Bahasa Indonesia, PPKN dan sebagainya. Rumusannya dalam
kurikulum suatu lembaga pendidikan tertentu.
4. Tujuan Intruksional
Rumusan tujuan ini merupakan pengkhususan dari tujuan
kurikuer, dan dibedakan menjadi Tujuan Intruksional Umum (TIU)
dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK). Tujuan Intruksional Umum
merupakan rumusan yang berisi kualifikasi sebagai pernyataan hasil
belajar yang diharapkan dimiliki anak didik atau siswa setelah
mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu, namun belum
dirumuskan secara khusus dalam bentuk perubahan tingkah laku
siswa, yag mudah diamati dan tidak menimbulan interpretasi.30

30
Ibid., hal 15-16
C. Fungsi Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah aktivitas tidak lepas dari fungsi dan
tujuan, fungsi utama pendidikan, yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentukwatak, kepribadian, serta peradaban yang bermartabat dalam
hidup dan kehidupan atau dengan kata lain fungsi pendidikan adalah
memanusiajan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan
norma yang dijadikan landasannya31

Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan


1. Fungsi dan Peran Pendidikan Keluarga
a. Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak
Di dalam keluargalah, anak didik mulai mengenal
hidupnya. Hal ini harus disadari dan dimengerti oleh setiap keluarga,
bahwa anak dilahirkan di dalam lingkungan keluarga yang tumbuh
dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama
yang merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak.
Suasana pendidikan keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab
dari sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu
selanjutnya ditentukan.
Sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa pendidikan
keluarga adalah yang pertama dan utama. Pertama, maksudnya
bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua
orang tuanya. Mengingat orangtua adalah orang dewasa, maka
merekalah yang harus bertanggungjawab terhadap anak. Kewajiban
orangtua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk
menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi, tetapi juga
memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan
berkembang.32

31
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: KENCANA,2012), hal 60
32
Hasbullah., Loc Cit., hal 39-40
b. Menjamin Kehidupan Emosional Anak
Kehidupan emosional ini merupakan salah satu faktor yang
tertenting di dalam membentuk pribadi seeorang. Berdasarkan
penelitian, terbukti adanya kelainan-kelainan di dalam
perkembangan pribadi individu yang disebabkan oleh kurang
berkembangnya kehidupan emosional ini secara wajar.33
c. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-
dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan
perilaku orangtua sebagai teladan yang dapat dicontoh
anak.Memang biasanya tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara
akan ditiru oleh anak. Teladan ini melahirkan gejala identifikasi
positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru, dan hal ini
penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian.34
d. Memberikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat
dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada
dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang minimal
terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Perkembangan benih-benih
kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini mungkin,
terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-
menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara
atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban,
kedamaian, kebersihan, dan keserasian dalam segala hal.
e. Peletakkan Dasar-dasar Keagamaan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama,
disamping sangat menentukan dalam menanamkan dasar-dasar
moral, yang tak kalah pentingnya adalah berperan besar dalam

33
Ibid., hal 41
34
Ibid., hal 42
proses internalisasi dan transportasi nilai-nilai keagamaan ke dalam
pribadi anak.35
2. Fungsi dan Peran Sekolah
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan
keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta
memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa
dari keluarganya. Sementara itu, dalam perkembangan kepribadian anak
didik. Fungsi sekolah dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
Fungsi sekolah yang lebih penting disamping bertugas untuk
mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh yaitu
menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan
kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat
disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.
b. Spesialisasi
Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang
spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c. Efisiensi
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masayarakat
harus lebih efisien.
d. Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses
sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi
makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di
masyarakat.
e. Konservasi dan transmisi kultural
Fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya
yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan

35
Ibid., hal 43
kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam
hal ini tentunya adalah anak didik.
f. Transisi dari rumah ke masyarakat
Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba
menggantungkan diri pada orang tua, maka memasuki sekolah
dimana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan
tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.36

36
Ibid., hal 50-51
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dasar atau landasan adalah tumpuan atau titik tolak atau dasar berpijak
2. Fungsi utama pendidikan adalah membangun manusia yang beriman,
cerdas, dan kompetitif. Selain itu fungsi pendidikan harus menanamkan
keyakinan bahwa untuk mencapai kemajuan bangsa yang lebih baik
haruslah dengan ilmu pengetahuan
3. Tujuan pendidikan adalah untuk membangun potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggungjawab

B. Saran
Saran yang bisa diambil dari makalah ini adalah tetap terus tingkatkan
pendidikan kita, tetap semangat meski dalam kenyataannya Negara kita
tertinggal akan tingkat pendidikannya. Namun jangan juga menganggap
bahwa Negara kita tidak akan pernah maju dengan tingkat pendidikan yang
rendah, akan tetapi yakinlah perlahan Negara kita menuju ke keadaan yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah.2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Hasbullah. 2008.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafind Persada.
Indrakusuma, Amier Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang : FIP IKIP
MALANG.
Junaid, Hamzah.2010. Sumber, Azaz, dan Landasan Pendidikan. Jurnal UIN Alauddin
Makassar, Vol. 7, No. 2, Tahun 2010.
Kadir Abdul, dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: KENCANA.
Yunus,Mahmud. 1990. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT.
Hidakarya Agung,
GLOSARIUM
Dasar : Landasan, tumpuan, alas, pijakan
Filosofis : Menurut filsafat
Fungsi : Kegunaan suatu hal
Insidental : Terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tetentu
Institusional :Bersifat kelembagaan
Interpretasi : Pendapat, atau pandanganteoritis terhadap sesuatu
Intruksional : Mengandung pengajaran
Kultural : Berhubungan dengan kebudayaan
Psikologis : Bersifat kejiwaan
Sosiologis : Menurut sosiologis
Tujuan : Maksud, seseatu yang dituju
Yuridis : Secara hukum
INDEKS
D
Dasar 3
F
Filosofis 3
Fungsi 13
I
Interpretasi
Insidental 13
Institusional 13
Intruksional 13
K
Kultural 6
P
Psikologis 7
S
Sosiologis 7
T
Tujuan 9
Y
Yuridis 7
TENTANG PENULIS
Penulis bernama Resti Perastiani, biasa dipanggil
Resti. Lahir di Bogor, 12 Agustus 1999. Ia merupakan
anak ketiga dari dua bersaudara yang beralamat di Jalan
Hakim Indriyani, Kampung Gunung Leutik Desa
Bantarsari Kabupaten Bogor. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh adalah SDN Bantarkambing 02 lulus
pada tahun 2011, Rancabungur lulus pada tahun 2014.
Setelah menyelesaikan pendidikan dijenjang SMP,
penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Rancabungur pada tahun 2014-2017. Saat
ini penuliis sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jurusan Pendidikan Biologi semester 3.

Penulis bernama Fathiya Rahmah Aliya, biasa dipanggil Fathiya. Lahir di


Bandung, 31 Desember1999. Merupakan anak pertama
dari empat bersaudara. Beralamat di Perum Puri Husada
Agung Blok C10 No. 11 Kec. Gunung Sindur Bogor.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SDI
Terapan Annur lulus pada tahun 2011, lalu MTsN
Tangerang 2 Pamulang lulus tahun 2014, lalu
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMAN
2 Tangerang Selatan dan lulus tahun 2017. Saat ini penulis
sedang melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan pendidikan
Biologi Semester 3.
Penulis bernama Ulfi
Maysyaroh yang biasa
dipanggil Ulfi, tetapi
teman-teman SMA sering
memanggilnya Mba Isun.
Lahir di Brebes, 15
November 1998. Ia
merupakan anak ke-4 dari
empat bersaudara yang
beralamat di Jl.
Pusponegoro 01 RT 03/RW
02 Desa Losari-kidul, Kec.
Losari, Kab. Brebes dan
sekarang berdomisilli di Jl.
Nurul huda Cempaka Putih, Ciputat. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu
SDN Losari-kidul 02 lulus tahun 2011, lalu melanjutkan ke SMP NEGERI 01
LOSARI lulus tahun 2014, dilanjutkan bersekolah di SMA NEGERI 02 BREBES lulus
tahun 2017 dan saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta semester 3 jurusan Pendidikan Biologi.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Daftar Nama Pemakalah


1. Ulfi Masysyaroh
2. Resti Perastiani
3. Fathiya Rahmah A.
B. Daftar Nama Penanya
1. Dwi Syarifatul
2. Husna Amalia
3. Hanifatul Hashina
4. Fatimah Azzahra
5. Anna Fajria
6. Shinta Aulia
C. Daftar Nama Komentator
1. Rizki Indriani Arifah
2. Ade Rizka Fitria
3. Marina
4. A’zizah Shobiroh
5. Masarrah Marimadani
6. Nina
D. Daftar Petugas
Moderator : Fakhrotunnisa
Operator : Salsabila Millenia
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)

Nama Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.

2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:

Kelompok 5

Nama: Pitri Nurgandari (11170161000001)


Nama: Dinda (11170161000030)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK

Pendidikan sebagai sistem adalah keseluruhan komponen pendidikan yang


saling terkait secara terpadu dan mempunyai hubungan fungsional yang teratur untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Namun dalam perkembangannya, tujuan sistem
pendidikan di Indonesia belum seluruhnya berjalan optimal. Masih ada
ketidakseimbangan antara kualitas komponen dengan pengelolaannya. Penulisan
makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami materi Pendidikan Sebagai
Sistem. Makalah ini membahas pengertian pendidikan sebagai sistem, proses
pendidikan, tujuan pendidikan sebagai sistem, faktor-faktor suprasistem yang
mempengaruhi pendidikan, serta pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai
sebuah sistem.

Kata Kunci : Pengertian Pendidikan Sebagai Sistem, Faktor-faktor Suprasistem


Pendidikan, Pendidikan Formal, Non-Formal, Dan Informal Sebagai Sebuah Sistem
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu
nikmat sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tgas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang dibimbing oleh
bapak Dr. Syamsul Aripin, MA dengan judul “Pendidikan Sebagai Sistem”.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusunan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalh
ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan pada tugas selanjutnya.

Demikian, semoga makalh ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Ciputat, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................................
KATA PENGANTAR….............................................................................................

DAFTAR ISI…............................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN….....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah…....................................................................................

B. Rumusan Masalah….............................................................................................

C. Pembatasan Masalah….........................................................................................

D. Tujuan Penulisan Makalah…...............................................................................

F. Metode Penulisan Makalah…..............................................................................

G. Sistematika Penulisan Makalah….......................................................................

BAB II : PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM….....................................................

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM…...................

1. Pengertian Pendidikan…....................................................................................

2. Pengertian Sistem…...........................................................................................

B. PROSES PENDIDIKAN…....................................................................................

C. TUJUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM…................................................

1. Sistem pendidikan secara mikro….....................................................................

2. Sistem pendidikan secara makro…....................................................................

D. FAKTOR-FAKTOR (SUPRASISTEM) YANG MEMPENGARUHI


PENDIDIKAN…........................................................................................................

E. PENDIDIKAN FORMAL, NON-FORMAL, DAN INFORMAL SEBAGAI


SEBUAH SISTEM…..................................................................................................
BAB III : PENUTUP…...............................................................................................

A. Kesimpulan….......................................................................................................

B. Saran….................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA….............................................................................................

GLOSARIUM…..........................................................................................................

INDEKS…....................................................................................................................

TENTANG PENULIS….............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan sebagai sistem menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
terpisahkan. Pendidikan dipandang sebagai fungsi yang melekat pada kehidupan
sehari-hari. Sehingga, memperoleh pendidikan sudah menjadi kewajiban bagi
setiap orang, baik itu dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan
masyarakat.

Pendidikan sebagai sistem merupakan keseluruhan komponen pendidikan


yang saling berhubungan secara terpadu dan mempunyai hubungan fungsional
yang teratur untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Namun dalam
perkembangannya, masih terdapat ketidakseimbangan antara kualitas komponen
dengan pengelolaannya. Sehingga kemerataan tujuan sistem pendidikan di
Indonesia belum berjalan secara optimal. Apabila tujuan ini dapat berjalan secara
optimal, maka pendidikan sebagai sistem dapat memengaruhi perkembangan
peserta didik menuju kedewasaannya.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya ialah:
1. Apa pengertian pendidikan sebagai sistem ?
2. Apa saja unsur-unsur suatu sistem pendidikan?
3. Bagaimana proses pendidikan?
4. Apa tujuan dari sistem pendidikan?
5. Apa saja faktor-faktor suprasistem yang memengaruhi pendidikan?
6. Komponen-komponen apa sajakah yang saling berinteraksi dalam upaya
pendidikan sebagai sistem?
C. Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penulis membatasi pembahasan makalah hanya pada
materi pengertian pendidikan sebagai sistem, proses pendidikan, tujuan
pendidikan sebagai sistem, faktor-faktor suprasistem yang mempengaruhi
pendidikan dan pendidikan formal, non-formal, informal sebagai sebuah sistem.

D. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penuisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian pendidikan sebagai sistem.
2. Menjelaskan unsur-unsur yang terdapat pada sistem pendidikan.
3. Menjelaskan proses pendidikan.
4. Menjelaskan tujuan dari sistem pendidikan.
5. Menyebutkan faktor-faktor suprasistem yang memengaruhi pendidikan.
6. Menjelaskan komponen-komponen yang saling berinteraksi dalam upaya
pendidikan sebagai sistem.

E. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan sebagai sistem
2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada sistem pendidikan
3. Untuk mengetahui proses pendidikan.
4. Untuk mengetahui tujuan dari sistem pendidikan.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor suprasistem yang memengaruhi pendidikan.
6. Untuk mengetahui komponen-komponen yang saling berinteraksi dalam
upaya pendidikan sebagai sistem.
F. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajarai dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi dari internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan yang di
dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan
makalah, sistematika, dan penulisan makalah. Kemudian dilanjutkan dengan Bab
II , yang terdiri dari pengertian pendidikan sebagai sistem, proses pendidikan,
tujuan pendidikan sebagai sistem, faktor-faktor suprasistem yang mempengaruhi
pendidikan, serta pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah
sistem. Selanjutnya yaitu Bab III Penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan
dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium, indeks,
biografi penulis, dan daftar nama petugas.
BAB II
PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM


Pendidikan atau pedagogi memiliki beberapa pengertian. Pendidikan
(pedagogi) secara etimologis adalah berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata
“PAID”, artinya anak, dan “AGOGOS”, diartikan membimbing. Jadi
sederhananya adalah bimbingan yang diberikan kepada anak.37

Sedangkan secara denitif pendidikan (pedadogi) adalah suatu kegiatan


bimbingan yang dilakukan secara sadar ataupun secara sengaja yang dilakuka
orang dewasa kepada orang yang bellum dewasa sehingga timbul hubungan antara
keduanya yang bertujuan untuk mendewasakannya. Sedangkan sistem secara
etimologis berasal dari bahasa yunani “systema” yang berarti sehimpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan.

Menurut Zahara Idris (1987) Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang
mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang salaing
membantu untuk mencapi suatu hasil. Contoh tubuh manusia merupakan satu
jaringan daging, otak, urat-urat, dll yang komponen mempunyai fungsi masing-
masing yang satu dengan yang lain satu sama lain saling berkaitan sehingga
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang pakar sosiologi, Bachtiar (1988) mengemukakan bahwa sistem


adalah sejumlah satuan yang berhubungan satu dengan yang lainnya sedemikian

37
Endang Soenaryo, Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Yogyakarta: Adicitia,2000), hal. 38
rupa sehingga membentuk suatu kesatuan yang biasanya berusaha mencapai tujuan
tertentu. Pada bagian yang sama Bachtiar menambahkan bahwa sistem adalah
seperangkat ide atau gagasan, asas, metode, dan prosedur yang disajikan sebagai
suatu tatanan yang teratur.
Pada dasarnya sistem hanya terdiri atas dua jenis, yaitu sistem tertutup dan
sistem terbuka. Sistem tertutup di dalam proses kerjanya tidak dipengaruhi
lingkungan luar, sedangkan sistem terbuka di daklam proses kegiatannya
memperoleh masukan dari luar lingkungannya. Pada sistem terbuka tejadi sistem
yang dinamis, yaitu sistem dipengaruhi oleh sistem yang berada di luarnya.

Suatu sistem didalamnya mengandung hal-hal sebagai berikut :


1. Adanaya suatu kesatuan organis.
2. Adanya komponen-komponen yang membentuk kesatuan organis.
3. Adanya hubungan keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang
lainnya.
4. Adanya gerak atau dinamika.
5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

Sistem merupakan suatu hal yang aktif, bergerak, menuju ke arah tertentu.
Maka perlu disadari bahwa sistem itu terdapat suatu konsep dasar dan cita-cita.
Sebaai suatu gerak untuk mencapai tujuan yang diinginkan, secara terus-menerus
suatu sistem pendidikan akan selalu bersifat dinamis kontekstual dan untuk itu
suatu sistem pendidkan haruslah terbuka terhadap tuntutan kualitas(tingkat baik
buruknya sesuatu).

Upaya pendidikan merupakan aktifitas yang kompleks, yang melibatkan


sejumlah komponen pendidikan yang saling berinterkasi satu sama lain. Apabila
upaya pendidikan hendak dilakukan secara terencanadan teratur, maka berbagai
komponen dan saling hubungannya perlu dikenali, dikaji, dan dikembangkan
sehingga mekanisme kerja komponen-komponen itu secara menyeluruh dan
terpadu akan dapat membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu, pengkajian
tentang upaya pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai arti yang penting.
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum merupakan suatu usaha untuk mencapai
suatu tujuan dalam pendidikan. Dalam kajian yuridis formal, makna
pendidikan seperti tersurat dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, diungkapkan sebagai berikut: "Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula


"pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur sasaran
pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur, Kurikulum dan
peralatan atau fasilitas".

2. Pengertian Sistem
Beberapa definisi tentang sitem:
a. Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian
yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh.
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang
bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
d. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau
elemen-elemen atau unsusr-unsur sebagai sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang salaing
membantu untuk mencapi suatu hasil (Product). Contoh tubuh manusia
merupakan satu jaringan daging, otak, urat-urat, dll yang komponen
mempunyai fungsi masing-masing yang satu dengan yang lain satu sama
lain saling berkaitan sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Zahara Idris banyak definisi yang digunakan untuk


menjelaskan arti kata”sistem” diatas, maka disimpulkan diataranya sebagai
berikut:

a. Sistem adalah suatu kebetulan keseluruhan yang kompleks atau


terorganisir,suatu himpunan atau panduan hal-hal atau bagian-bagian
yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau
utuh.
b. Sistem merupakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang
bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
c. Sistem merupakan suatu himpunan komponen atau subsistem yang
terorganisasikan dna berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.

Ciri-ciri umum dari sistem yaitu sebagai berikut:

a. Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur


b. Kesatuan terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh.
c. Masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu dan secara bersama-
sama melaksanakan fungsi struktur,yaitu mencapai tujuan sistem.
d. kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan

B. PROSES PENDIDIKAN
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap
komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapain tujuan
pendidkan. Proses pelaksanaan pendidikan sangat menentukan kualitas hasil
pencapai tujuan pendidikan. Kualitas komponen pendidikan terdiri dari 2 segi,
yaitu kualitas komponen dan kualitas penggelolaannya. Kedua segi ini
saling berhubungan, apabila komponen-komponennya cukup baik, seperti
tersediannya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, jika tidak ditunjang
dengan penggelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai
secara optimal. Demikian pula sebaliknya apabila penggelolaan baik tetapi
didalam kondisi yang serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak
optimal. Hasil pendidikan yang optimal akan membawa perubahan terhadap orang
yang menekuninya, sehingga terdapat perbedaan yang jelas antara orang yang
berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan.38
Faktor-Faktor Utama Dalam Proses Pendidikan yaitu :
1. Peserta didik (subjek yang dibimbing);
2. Pendidik (orang yang membimbing);
3. Interaksi edukatif (interaksi antara peserta didik dengan pendidik);
4. Tujuan pendidikan (ke arah mana bimbingan ditujukan);
5. Kurikulum/materi pendidikan;
6. Alat dan metode (cara yang digunakan dalam bimbingan);
7. Lingkungan pendidikan (Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung).

C. TUJUAN PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM


Pendidikan sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari dua hal:

1. Sistem pendidikan secara mikro


Pendidikan secara mikro lebih menekankan pada unsur pendidik dan
peserta didik. Polanya lebih merupakan sebagai upaya mencerdaskan peserta
didik melalui proses interaksi dan komunikasi, yaitu ada pesan (message)
yang akan disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Kemudian fungsi

38
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan “Teori, Konsep dan Aplikasi”, (Gorontalo: Ideal
Publishing, 2014), hal. 9.
pendidik lebih merupakan sebagai pengirim pesan (senders) melalui kegiatan
pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas.

2. Sistem pendidikan secara makro


Dalam kajian makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau
komponen yang lebih luas lagi, yaitu terdiri dari :

a. Input (masukan) berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber daya


manusia, masukan instrumental berupa kurikulum, silabus dsb, masukan
sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan yang harus
disiapkan.
b. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar atau proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam komponen proses ini termsuk di dalamnya telaah kegiatan belajar
dengan segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah
kegiatan pembelajaranyang dilakukan pendidikdalam kerangka
memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk terjadinya proses
pembelajaran.
c. Keluaran (output) yaitu hasil yang diperoleh pendidikan bukan hanya
terbentuknya pribadi lulusan/peserta didik yang memiliki pengetahuan,
sikap, dan keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan
yang ingin dicapai. Namun juga keluaran penddikan mencakup segala hal
yang dihsilkan oleh garapan pendidikan berupa : kemampuan peserta
didik ( human behavior), produk jasa ( services ) dalam pendidikan seperti
hasil penelitian, produk barang berupa karya intelektual ataupun karya
yang sifatnya fisik material.
D. FAKTOR-FAKTOR (SUPRASISTEM) YANG MEMPENGARUHI
PEDIDIKAN
Pendidikan dikatakan sebagai sebuah sistem terbuka, karena tidak mungkin
sebuah sistem pendidikan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik apabila
pendidikan itu tidak menjalin hubungan dengan lingkungannya (suprasistemnya)
terlebih lagi apabila pendidikan itu mengisolasi diri dari lingkungannya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pendidikan, yaitu: Filsafat negara, agama, sosial ,
budaya, ekonomi, dan politik.
Pendidikan sebagai suatu sistem terikat, dan berada dalam tekanan supra
sistemnya. Pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak sistem yang berada
di lingkungannya. Namun demikian, jika pendidikan hanya menyesuaikan diri atau
menjadi pengikut setia dari supra sistem atau faktor-faktor tersebut maka
pendidikan akan selalu berada di belakang tanpa kreativitas dan tanpa inisiatif
apapun. Oleh karena itu, di samping mengikuti tekanan faktor-faktor yang ada
dalam lingkungannya, pendidikan sebaiknya dapat melakukan antisipasi terhadap
arah gerak faktor-faktor luar atau supra sistemnya. Antisipasi ini dapat menjadi
dasar untuk mengadakan pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu sendiri.
Dengan demikian pendidikan tampak memiliki kreasi dan inisiatif yang bisa
ditunjukkan kepada faktor-faktor luar (suprasistemnya) dan sekaligus dapat
berfungsi sebagai mercusuar terhadap lingkungannya sehingga pendidikan dapat
menjadi penerang, contoh, dan teladan bagi lingkungannya.39

E. PENDIDIKAN FORMAL, NON-FORMAL, DAN INFORMAL SEBAGAI


SEBUAH SISTEM.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa
rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT.

39
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 12-
13.
Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna
terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang
berada di samping pendidikan formal dan nonformal.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal


ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan
pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya
manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut
berperanan.

Unsur-Unsur Suatu Sistem Pendidikan

Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:


1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik)
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan yang merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Proses pendidikan melibatkan 7 unsur utama yaitu : Peserta didik (subjek
yang dibimbing); Pendidik (orang yang membimbing); Interaksi edukatif
(interaksi antara peserta didik dengan pendidik); Tujuan pendidikan (ke
arah mana bimbingan ditujukan); Kurikulum/materi pendidikan; Alat dan
metode (cara yang digunakan dalam bimbingan); Lingkungan pendidikan
(Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung).
3. Proses pendidikan sebagai kegiatan mengerahkan segenap
komponen pendidikan oleh pendidik yang mengarah kepada pencapain
tujuan pendidkan. Proses pelaksanaan pendidikan ini sangat menentukan
kualitas hasil pencapai tujuan pendidikan..
4. Tujuan system pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu : system pendidikan
secara makro dan system pendidikan secara mikro.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan, yaitu: Filsafat negara,
agama, sosial , budaya, ekonomi, dan politik.
6. Komponen yang saling berinteraksi dalam upaya pendidikan ialah
masyarakat, dengan adanya masyarakat yang mendukung pendidikan maka
pendidikan akan berjalan dengan baik.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan pembaca untuk membaca
dan mencari referensi lain guna mendapatkan pengetahuan yang lebih
mendalam. Selain itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutmya.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Abdul. 2014. Pengantar Pendidikan “Teori, Konsep dan Aplikasi”.


Gorontalo: Ideal Publishing
Sagala, Syaiful. 2012. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Soenaryo,Endang. 2004. Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Yogyakarta: Adicitia.
GLOSARIUM

Makro : Berkaitan dengan jumlah yang banyak atau ukuran yang besar.

Mercusuar : Bangunan tinggi sebagai penerang.

Mikro : Berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil.

Mobilisasi : Tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak.

Pedagogik : Bimbingan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada
anak atau orang lainyang belum dewasa.

Suprasistem : Sistem yang mempunyai hubungan yang lebih luas dari sistem.
INDEKS

Makro 12

Mercusuar 9

Mikro 12

Mobilisasi 7

Pedagogik 8

Suprasistem 9
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Pitri Nurgandari,


lahir di Sukabumi, pada tanggal 06
Maret 1998. Merupakan anak ke 4
dari 5 bersaudara. Beralamat di
Kampung Cijambu RT 03 RW 02
Desa Ginanjar Kecamatan Ciambar
Kabupaten Sukabumi. Pendidikan
Formal yang pernah ditempuh yaitu
SDN 1 Ciambar lulus pada tahun
2010/2011, lalu penulis melanjutkan
ke Yayasan Pendidikan Islam Pondok
Pesantren MTs Syamsul ‘Ulum lulus tahun 2013/2014 dan MA Syamsul
‘Ulum lulus tahun 2016/2017. Saat ini penunlis melanjutkan pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Biologi semester 3.

Penulis bernama DINDA lahir di


Tangerang pada tanggal 02 Maret
1999. Merupakan anak ke-2 dari 2
bersaudara. Sekarang tinggal di Bugel
Mas Indah Jl. Perak III blok A 13 no
17, Kota Tangerang. Pendidikan
formal yang telah ditempuh yaitu SDN
Pasar Baru 5 kelas 1 SD – 3 SD tahun
2005-2007 dan dilanjutkan sekolah
kelas 4 SD – 6 SD di SDN Tangerang
4 tahun pada kelas 1-3 SD SDN
Tangerang 4 lulus pada tahun 2007-2011. Penulis melanjutkan pendidikan
dijenjang berikutnya di SMPN 5 Kta Tangerang tahun 2011-2014, lalu
penulis melanjutkan lago pendidikan dijenjang berikutnya di MAN ! Kota
Tangerang tahun 2014-2017. Saat ini penulis melanjutkan pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Biologi semester 3.
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)

Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.


2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 6
Nurazizah (11170161000014)
Azizah Shobiroh (11170161000023)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Penulisan makalah ini bermaksud untuk menjelaskan dan memberikan


pandangan seputar pengertian pendidikan, faktor-faktor determinan pada
pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan. Berkenaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan, terdapat beberapa hal yang menjadi
pola perhatian, yakni peran guru dan siswa dalam pendidikan. Oleh karena itu untuk
memperoleh sumber informasi dan menguraikan hal-hal tersebut, penulisan
makalah dilakukan dengan melalui penggalian sumber tertulis atau studi literatur.
Sumber tertulis diperoleh dari arsip yang tersedia di Perpustakaan Umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta kami lengkapi dengan beberapa tulisan
mendukung penjelasan ini.
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan
yang dibimbing oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, MA. dengan judul “Faktor-Faktor
Pendidikan”.
Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 29 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................

C. Tujuan ............................................................................................................

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan ....................................................................................

B. Faktor-Faktor Determinan dan Kedudukannya dalam Pendidikan ................

1. Pendidik ......................................................................................................

2. Peserta didik ...............................................................................................

3. Tujuan Pendidikan ......................................................................................

4. Alat Pendidikan ..........................................................................................

5. Lingkungan Pendidikan ..............................................................................

C. Pengaruh Faktor Pendidikan ..........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................

B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

TENTANG PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu hal yang mendasar dalam kehidupan
manusia. Segala sesuatu yang mendasar akan menjadi fondasi dalam
kehidupan bermasyarakat. Beberapa hal yang mendukung pendidikan akan
menjadi dasar bagaimana karakter suatu bangsa dapat terbentuk.

Permasalahan yang masih sering terjadi di Indonesia adalah dengan


kurangnya dasar-dasar dalam pendidikan yang diterapkan. Kecakapan
dalam berbagai aspek masih belum dapat dijamah oleh banyak pranata
pendidikan yang bertugas. Beberapa hal yang mungkin dapat menjadi dasar
dalam pendidikan bahkan masih ada yang tidak memperhatikannya.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat banyak faktor yang dapat


mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor yang harus
dipertimbangan dalam pendidikan. Hal ini lah yang menjadikan kami
menyusun makalah ini, terlepas dari kewajiban kami sebagai penuntut ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2. Apa saja faktor-faktor determinan pendidikan?
3. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi pengertian pendidikan
2. Mengidentifikasi faktor-faktor determinan pendidikan
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
BAB II
FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-
metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.40

B. Faktor-Faktor Determinan dan Kedudukannya dalam Pendidikan


Determinan merupakan faktor penyebab yang muncul dari dalam
individu, bisa bersifat lingkungan dan situasional yang berperan sebagai suatu
kondisi bagi terbentuknya suatu tingkah laku. Faktor-faktor determinan dalam
pendidikan meliputi pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan
dan lingkungan pendidikan.

1. Pendidik
Pendidik adalah orang yang diserahi tugas atau amanah untuk
mendidik.41 Pendidik atau yang lebih dikenal dengan sebutan guru
memiliki peranan penting. Fungsi guru menurut Damsar (2011) dibagi
menjadi dua sudut pandang, yaitu fungsi manifes dan laten guru.
a. Fungsi manifes guru
Fungsi yang diharapkan, disengaja, dan disadari dari guru oleh
masyarakat pada suatu ruang terdiri dari:
1) Guru sebagai pengajar
2) Guru sebagai pendidik
3) Guru sebagai teladan
4) Guru sebagai motivator
b. Fungsi laten guru

40
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,
2014), hal. 10
41
Sulaiman Saat, Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan, Jurnal Al-Ta’dib, vol 8
(2), Juli-Desember 2015: 2-3
1) Guru sebagai pelabel
2) Guru sebagai “penyambung lidah kelas menengah atas”
3) Guru sebagai pengekal status quo42

Fungsi lain guru dalam proses mengajar belajar adalah sebagai


“director of learning” (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan
untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai
keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran
kegiatan PMB. Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai :
a. Designer of instruction (perancang pengajaran)
Guru senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan mengajar-
belajar yang berhasil dan berdaya guna.
b. Manager of instruction (pengelola pengajaran)
Guru sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki
kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses mengajar-
belajar.
c. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)
Guru sebagai penilai hasil belajar siswa. Fungsi ini menghendaki
guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan
prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu
pembelajaran43.

2. Peserta didik
Peserta didik adalah seseorang yang sedang belajar. Menurut
Honggowiyono (2015) menyataan bahwa peserta didik adalah individu atau
anak yang tergolong sebagai siswa dalam satuan pendidikan atau dapat
44
dikatakan pada usia sekolah. Peserta didik lebih menitikberatkan pada
seseorang yang masih dalam tahap perkembangan baik fisik maupun psikis,
belum dewasa, masih membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain

42
Damsar, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal.
155-159
43
Muhibbin Syah, Op.Cit, hal. 249
44
Puger Hanggowiyono, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik untuk Guru dan
Calon Guru, (Malang: Gunung Samudera, 2015), hal.23
disekitarnya serta masih mencari ilmu dan keterampilan. Peserta didik tidak
hanya sebagai subjek pendidikan, melainkan juga sebagai objek pendidikan.
Peserta didik mempunyai kebutuhan baik secara jasmani maupun rohani.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik harus menyadari hal-hal sebagai
berikut.
a. Belajar merupakan proses jiwa
b. Belajar menuntut konsentrasi
c. Belajar harus didasari sikap tawadhu
d. Belajar bertukar pendapat hendaklah mantap setelah pengetahuan
dasarnya
e. Belajar harus mengetahui nilai dan tujuan ilmu pengetahuan yang
dipelajari
f. Belajar secara bertahap
g. Tujuan belajar adalah untuk berakhlakul karimah45

Selama proses pembelajaran, terdapat faktor-faktor yang


mempengaruhi belajar peserta didik. Secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi peserta didik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (dari dalam peserta didik), yakni keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani peserta didik.
a. Aspek Fisiologis
Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi sehingga dapat
memengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ khusus peserta didik sangat
memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.
b. Aspek Psikologis
- Tingkat kecerdasan
- Sikap peserta didik
- Bakat peserta didik

45
Sulaiman Saat, Op.Cit
- Minat peserta didik
- Motivasi peserta didik
2) Faktor eksternal (dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
a. Lingkungan sosial
Seperti para guru, kepala sekolah dan wakilnya, teman-teman
sekelas dapat memengaruhi semangat belajar peserta didik.
Teman-teman sepermainan dan tetangga sekitar perkampungan
peserta didik juga memberi pengaruh. Akan tetapi lingkungan
sosial yang sangat berpengaruh adalah orangtua dan keluarga
peserta didik. Sifat orangtua, pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan demografi keluarga dapat memberi dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar atau hasil yang dicapai oleh peserta
didik.
b. Lingkungan non sosial
Gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
peserta didik dan tempatnya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan
waktu belajar yang digunakan peserta didik merupakan faktor yang
menentukan tingkat keberhasilan belajar.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.46

3. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah perubahan yang ingin diwujudkan melalui
aktivitas pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan puncak dari segala
usaha yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan, karena semua
komponen pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Setiap negara memiliki tujuan pendidikan yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena falsafah yang mendasari kehidupan setiap bangsa

46
Muhibbin Syah, Op.Cit, hal. 129
berbeda. Tujuan pendidikan selalu didasarkan pada falsafah yang dianut
oleh masing-masing negara.47

4. Alat Pendidikan
Segala sesuatu yang merupakan perlengkapan atau perangkat yang
digunakan dalam pendidikan disebut dengan alat pendidikan. Alat
pendidikan membantu kondisi yang dimungkinkan terjadinya pelaksanaan
dalam pendidikan dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan.48
Terdapat beberapa kategori dalam alat pendidikan seperti:
a. Alat Pendidikan Positif dan Negatif, yang terletak pada sebuah alat
yang digunakan untuk medorong peserta didik untuk melakukan
sesuatu yang baik atau menjauhi sesuatu yang buruk

b. Alat Pendidikan Preventif dan Korektif, alat yang digunakan untuk


mengajak peserta didik mencegah serta memperbaiki kesalahan yang
diperbuat.

c. Alat Pendidikan menyenangkan dan Tidak Menyenangkan, berupa


Reward atau penghargaan berupa hadiah serta punishment berupa
hukuman.

5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan melingkupi segala sesuatu yang mendukung pendidikan
baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga jenis lingkungan ini menjadi
faktor yang mempengaruhi satu sama lain. Perlu adanya banyak koordinasi
yang diatur dalam ketiga elemen lingkungan ini agar tercapai tujuan
pendidikan yang diharapkan.

C. Pengaruh Faktor Pendidikan


Pendidikan merupakan dasar dari karakter dan kehidupan. Sebagai suatu
dasar terdapat banyak hal yang menjadi faktor dalam pendidikan. Faktor-faktor
tersebut saling terintegrasi dan saling berhubungan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Faktor-faktor seperti pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan,

47
Sulaiman Saat, Op.Cit, hal. 10-11
48
Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Prenadmedia, 2015), hal. 75
alat pendidikan serta lingkungan pendidikan, satu sama lainnya saling
berhubungan dan mempengaruhi. Perlu adanya pengkajian lebih lanjut
mengenai faktor pendidikan tersebut. Jika salah satu faktor pendidikan tidak
memenuhi kualifikasi untuk suatu tujuan pendidikan, maka pendidikan itu
sendiri akan terancam kekurangannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan metode-
metode tertentu sehingga memeroleh pengetahuan, pemahaman dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Faktor-faktor determinan dalam pendidikan meliputi pendidik, peserta
didik, tujuan pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan.
3. Faktor-faktor pendidikan saling terintegrasi dan saling berhubungan dalam
mencapai tujuan pendidikan. Jika salah satu faktor pendidikan tidak
memenuhi kualifikasi untuk suatu tujuan pendidikan, maka pendidikan itu
sendiri akan terancam kekurangannya.

B. Saran
Faktor-faktor pendidikan sangat mempengaruhi jalannya pendidikan
karena faktor-faktor tersebut saling berhubungan dalam mencapai tujuan
pendidikan. Apabila salah satu faktor pendidikan tidak memenuhi kualifikasi
untuk suatu tujuan pendidikan, maka pendidikan akan terancam. Oleh karena
itu, diperlukan perbaikan dan perubahan yang secara kontinu seperti pada guru,
siswa, fasilitas belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan agar
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Damsar. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group


Hanggowiyono, Puger. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
untuk Guru dan Calon Guru. Malang: Gunung Samudera
Kadir, Abdul. 2015. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Prenadmedia
Saa, Sulaimant. 2015. Faktor-Faktor Determinan dalam Pendidikan. Jurnal Al-
Ta’dib, vol 8 (2), 1-17
Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Nurazizah, biasa dipanggil


Azizah atau zizah. Lahir di Jakarta, 4 Juni 1999. Ia
merupakan anak keempat dari empat bersaudara
yang beralamatkan di Cawang 3 Jl. Letjen Sutoyo
RT 02/RW 007, Kelurahan Kebon Pala,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Pendidikan
formal yang ditempuh adalah SD Negeri Kebon
Pala 09 Pagi pada tahun 2005-2011. Kemudian
melanjutkan pendidikan jenjang SMP di SMP
Negeri 275 Jakarta tahun 2011-2014 dan melanjutkan pendidikan jenjang SMA di
SMA Negeri 3 Slawi tahun 2014-2017. Saat ini penulis sedang melanjutkan
pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Biologi
semester 3.

Penulis bernama A’zizah Shobiroh. Lahir di Garut, 22


Maret 1999 berdomisili asli Garut. Pendidikan formal
yang ditempuh adalah SDN Mekargalih III (2010),
MTs Persis Tarogong (2013), kemudian dilanjutkan
pada lembaga yang sama di MA Persis Tarogong
(2016). Saat ini penulis sedang menempuh
pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jurusan Pendidikan Biologi semester 3.
DAFTAR NAMA PETUGAS

Pemakalah:

1. Nurazizah

2. A’zizah Shobiroh

Moderator : Hanifatul Hashina

Operator : Yayu

Penanya:

1. Nida Hanifah

2. Ningrum Sri Indriani

3. Nadya Afnaini P

4. Ade Rizka F

5. Salsabila Millenia

6. Ulfi Maysyaroh

Penanggap:

1. Dwi Sarifathul

2. Pitri Nurgandari

3. Dinda

4. Fakhrotun Nisa

5. Nur Akliah

6. Fatimah Azzahra
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN

(makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah filsafat dan ilmun
pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)

Dosen pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.

2. Dr Syamsul Aripin M.A

Disusun oleh:

Kelompok 7

Nama: Ade Rizka Fitria (11170161000004)

Nama: Salsabila milenia (11170161000035)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
ABSTRAK

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan apa yang dimaksud


dengan pembawaan, apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan, fungsi
lingkungan pendidikan, dan hubungan pembawaan dan lingkungan pendidikan.
Berkenaan dengan lingkungan pendidikan, mencakup 3 hal, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Ketiga hal ini penting
dalam menunjang pendidikan. selain itu, pembawaan pendidikan juga memiliki
peranan penting, mengingat seorang siswa pasti dilahirkan oleh orangtua yang
memiliki berbagai macam sifat dan dapat memengaruhi proses pendidikan.

Kata Kunci : Pembawaan, Lingkungan, Pendidikan.


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik
bentuk sehingga dapat berkarya tanpa batas sebagai warisan untuk generasi-generasi
selanjutnya. Selawat serta salam semoga selalu dilimpahcurahkan kepada junjungan
besar Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan dengan sempurna kepada
manusia tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan yang bermartabat.
Atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Pribahasa arab (Mahfuzhat) menyatakan bahwa, “Ilmu laksana buruan,
dan tulisan adalah ikatannya”. Salah satu pribahasa arab ini lah yang mendorong
kami untuk terus menuntut ilmu, dan menuliskan apa-apa yang kami dapat sebagai
ilmu baru.

Selama penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada


banyak pihak atas dukungan dan doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan demi
kelancaran dan kesuksesan penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Bapak Syamsul Aripin M.A selaku dosen mata filsafat dan ilmu pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Teman-teman seperjuangan, Pendidikan Biologi 3A tahun akademik 2017-
2018.

Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Tidak ada sesuatu yang
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan ketulusan semua pihak untuk
memberikan kritik dan saran sebagai bahan evaluasi. Akhir kata, semoga segala
upaya yang kita lakukan dapat memajukan kualitas pendidikan di Indonesia yang
akan melahirkan generasi yang cerdas serta gemilang.

Ciputat, 7 november 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ..............................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................................

C. PEMBATASAN MASALAH ...................................................................................

D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH ......................................................................

BAB II : PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN PEMBAWAAN ..............................................................................

B. PENGERTIAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN ....................................................

C. FUNGSI LINGKUNGAN PENDIDIKAN ...............................................................

BAB III : PENUTUP

A. KESIMPULAN .........................................................................................................

B. SARAN .....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

TENTANG PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan dalam hal ini merupakan usaha untuk mendidik, usaha
untuk belajar secata sadar dan terencana, dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-
hal tersebut dapat berupa pembawaan dan lingkungan. Pembawaan atau
keturunan dari orang tua, sangat memengaruhi proses penyerapan ilmu dalam
pendidikan. tidak hanya itu, pembawaan juga dapat memengaruhi cara
bagaimana siswa berperilaku dalam lingkungan pendidikan.

Lingkungan pendidikan tak kalah penting dengan pembawaan pendidikan.


lingkungan adalah hal yang sangat krasual dan selalu kita jumpai dimanapun
kita berada. Lingkungan yang membentuk kita menjadi pribadi yang unggul
atau bahkan sebaliknya. Maka dari itu, pembawaan dan lingkungan pendiidkan
dirasa sangat perlu untuk dibahas, mengingat betapa pentingnya kedua hal
tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembawaan pendidikan?
2. Apa saja yang termasuk lingkungan pendidikan?
3. Apa fungsi lingkungan pendidikan?
4. Bagaimana hubungan pembawaan dan lingkungan pendidikan?
C. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan pembawaan.
2. Memahami apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan.
3. Memahami fungsi lingkungan pendidikan.
4. Memahami hubungan pembawaan dan lingkungan pendidikan.
BAB II
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN
A. Pembawaan
Pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau kesanggupan potensi yang
terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangan benar
benardapat diwujudkan (direalisasikan)49. Pembawaan tersebut berupa sifat ciri
kesnggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga Pembawaan tersebut berupa
sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat
psikis (kejiwaan). Warna rambut, bentuk mata, dan kemampuan berjalan adalah
contoh sifat, ciri, dan kesanggupan yang bersifat fisik. Sedangkan sifat malas,
lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat
psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Pembawaan yang bermacam-
macam itu tidak berdiri sendiri-sendiri, yang satu terlepas dari yang lain. Seluruh
pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat
hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi,
menguatkan atau melemahkan yang lain. Manusia tidak dilahirkan dengan
membawa sifat-sifat pembawaan yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,
tetapi merupakan struktur pembawaan. Struktur pembawaan itu menentukan
apakah yang mungkin terjadi pada seseorang.

Demikianlah, kita dapat mengatakan bahwa anak atau manusia itu sejak
dilahirkan telah mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi untuk
berkata-kata dan lain-lain. Kesanggupan-kesanggupan itu sendiri sebenarnya
sudah ada dalam pembawaan, tidak dapat amat-amati. Hanya dengan
memperhatikan prestasi-prestasi, bentuk-bentuk wataknya, dan tingkah laku
suatu individu sajalah kita dapat mengambil kesimpulan tentang suatu
pembawaan tertentu yang ada pada individu itu. Itulah sebabnya maka dalam
kehidupan sehari-hari kebanyakan orang mengartikan pembawaan itu ialah
kesanggupan-kesanggupan untuk mencapai prestasi yang tinggi(actual ability)
saja. Seorang anak dikatakan mempunyai pembawaan ilmu pasti, jika ia telah
menunjukkan kesanggupan-kesanggupan yang nyata dalam ilmu pasti dan
melebihi anak-anak yang lain. Kemampuan khusus yang sampai mencapai

49
Drs.M. ngalim purwanto. MP. Ilmu pendidikan teoritis dan praktis (Bandung: PT
remaja rosdakarya, 2011), hal 66.
prestasi yang tinggi biasa disebut berbakat atau bakat khusus. Sehingga ada yang
dinamai bakat matematika, bakat seni, bakat menggambar dan seterusnya semua
itu mengacu pada kemampuan yang paling tinggi atau mencapai prestasi yang
tinggi50

Pembawaan atau bakatnya terkandung dalam sel benih (kiemcel) yaitu


keseluruhan kemungkinan yang tertentu oleh keturunan. Inilah yang dalam arti
terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).

1. Hereditas
Salah satu dasar perbedaan individuaal adalah latar belakang hereditas
masing masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan dan
pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya.
Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. Hereditas pada individu berupa
warisan ‘’specific genes’’ yang berasal dari kedua orang tuanya. ‘’genes’’
ini terhimpun didalam kromosom kromosom atau ‘’colored bodies’’
kromosom kromosom baik dari pihak ayah ataupun ibu berinteraksi
membentuk pasangan pasangan. Proses genetis individu berawal dari
pertemuan antar 24 kromosom pihak ayah dan 24 kromosom pihak ibu ke
empat puluh delapan kromosom itu bercampur dan berinteraksi membentuk
pasangan pasangan baru. Akibat dari peristiwa ini terjadilah pertemuan
‘’genes’’ pada setiap pasangan kromosom dari ayah dan ibu yang memiliki
sifat tertentu akibat dari ini maka terjadilah hereditas. jadi dasarhereditas dari
perbedaan individu adalah adanya perubahan sifat. 51

2. Struktur Pembawaan
Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam
yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat
sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari
potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa
sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk
belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain

50
Sulthon, ilmu pendidikan,( kudus nora media enterprise, 2011) hal 102
51
Drs wasty soemanto, psikologi pendidikan (jakarta, PT Rineka cipta ) hal 82
merupakan struktur pembawaan anak-anak Perlu pula kiranya kita singgung
sedikit beberapa macam pembawaan berikut :

a. Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan
jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya,
intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-
ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
b. Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-
macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu
pembawaan keturunan mengenai ras.
c. Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan
jenis kelamin masing-masing.
d. Pembawaan Perseorangan
Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-
sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh
keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan
kelamin.
3. Teori-teori Pembawaan dan Lingkungan dalam Pendidikan
a. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran atau paham yang menganggap bahwa
segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman
(empiri) yang masuk melalui indera, Menurut penganut aliran ini,
pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari terdiri
dari stimulan-stimulan dari alam bebas dan yang diciptakan oleh orang
dewasa dalam bentuk program pendidikan. Jadi, yang menentukan
perkembangan anak (manusia) adalah semata mata faktor eksternal
(lingkungan).
John Locke (1632-1714 M), salah seorang tokoh aliran emprisme,
terkenal dengan Teori Tabularasanya. Menurut teori ini, anak yang baru
dilahirkan dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum
ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters). Artinya bahwa
anak sejak lahir tidak mempunyai pembawaan apa-apa (netral), tidak
punya kecenderungan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dengan
demikian anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Dengan kata
lain, hanya pendidikan (atau lingkungan) yang berperan atas
pembentukan anak.52
Pengaruh aliran ini tampak juga pada salah satu mazhab psikologi
yang disebut sebagai behaviorisme (aliran tingkah laku). Para tokoh
aliran ini, seperti Thorndike, I. Pavlov, J.B. Watson, dan F. Skinner
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang pasif dan dapat
dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku. Mereka
memandang manusia sebagaimakhluk reaktif (tidak aktif). Manusia
hanyalah objek, benda hidup yang hanya dapat memberi respons kepada
perangsang yang berasal dari lingkungannya. Jadi dalam hubungannya
dengan lingkungan, seseorang hanya dapat bersifat autoplastis, tidak
dapat bersifat alloplastis. Dengan demikian empirisme berpandangan
bahwa pendidik memegang peranan yang sangat menentukan dalam
proses pendidikan. Pendidiklah yang menyediakan lingkungan
pendidikan kepada anak didik dan akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman-pengalaman. Kemudian dari pengalaman-pengalaman akan
dapat terbentuk susunan kebiasaan yang membentuk pribadi seseorang.
b. Nativisme
Sebagai reaksi terhadap empirisme, muncul nativisme. Istilah
nativisme berasal dari kata nativus (latin) yang berarti karena kelahiran.
Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak dilahirkan dengan
membawa sejumlah potensi (pembawaan) yang akan berkembang
sendiri menurut arahnya masing-masing. Bagi nativisme, lingkungan
sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Tokoh nativisme, Schopenhauer
(1788-1860) berpendapat bahwa bayi lahir beserta pembawaannya, baik
atau buruk. Seorang anak yang mempunyai pembawaan baik, maka dia

52
Dr. Hj ST Rodliyah M.pd pendidikan dan ilmu pendidikan, (jember : STAIN jember
press 2013) hal 117
akan menjadi baik. Sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan
buruk, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang jahat.

Pembawaan-pembawaan itu tidak akan dapat diubah oleh


kekuatan luar (lingkungan). Dengan demikian dapat dipahami bahwa
aliran ini berpandangan bahwa keberhasilan pendidikan ditentukan oleh
hal-hal yang bersifat internalpada anak didik sendiri. Dengan kata lain,
hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa
sejak lahir. Pendidikan yang tidak sesuai dengan pembawaan atau bakat
anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak tersebut. Oleh
karena itu, pendidikan sebenarnya tidak diperlukan, dan inilah yang
disebut sebagai pesimisme pedagogis.

c. Naturalisme
Pandangan yang mirip dengan pandangan nativisme
dikemukakan oleh para penganut paham naturalisme. Sesuai dengan akar
kata naturalisme, yakni nature ‘alam’ atau ‘apa yang dibawa sejak lahir’,
aliran ini berpandangan bahwa seorang anak telah mempunyai
pembawaan sejak lahir. Meskipun kedua aliran sepakat dalam hal adanya
pembawaan pada manusia, namun J.J. Rousseau (1712—1778) (tokoh
utama naturalisme), berbeda pendapat dengan Schopenhauer (nativisme)
tentang pembawaan tersebut. Schopenhauer berpendapat bahwa bayi
lahir dengan dua kemungkinan pembawaan, yakni baik atau buruk,
sedangkan Rosseau menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan
hanya mempunyai pembawaan baik. Kalau dalam hal keberadaan
pembawaan manusia pandangan antara naturalisme dengan nativisme
ada kesamaan, maka dalam hal besarnya peranan lingkungan dalam
mempengaruhi perkembangan anak, justru pandangan naturalisme
memiliki unsur kesamaan dengan empirisme. Hal ini dapat dilihat dalam
pernyataan J.J. Rousseau bahwa “semua anak adalah baik pada waktu
baru datang dari Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan
manusia”.

Jadi, walaupun manusia lahir dengan potensi pembawaan baik,


tetapi bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan
oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika
pengaruh itubaik, akan menjadi baiklah ia, tetapi bilamana pengaruh itu
jelek akan jelek pula hasilnya.

d. Hukum Konvergensi
Paham dianggap dapat mengatasi keberatsebelahan itu ialah
paham Konvergensi, yang biasanya dianggap dirumusan secara baik
untuk pertama kalinya oleh W. Stern. Paham Konvergensi in
berpendapat, bahwa di dalam perembangan individu itu baik dasar atau
pembawaan maupun lingkungan memankan peranan penting. Bakat
sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; Akan
tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang
sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya : Tiap anak manusia yang
normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kaki; Akan
tetapi bakat ini tidak akan menjadi actual(menjadi kenyataan) jika
sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat
manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh serigala tak akan
dapat berdiri tegak di atas dua kakinya ; mungkin dia kan berjalan di atas
tangan dan kakinya( jadi seperti serigala).

Di samping bakat sebagai kemungkinan yang harus di jawab


dengan lingkungan yang sesuai, perlu pula dipertimbangkan soal
kematangan( readiness). Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan
kalau mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat
berkembang, kecuali kalau bakat itu memang sudah matang. Misalnya
saja anak yang normal umur enam bulan, walaupun hidup di tengah-
tengah manusia-manusia lain, tak akan dapat berjalan karena belum
matang. Dewasa ini sebagian besar dari para ahli mengikuti konsepsi ini,
dengan variasi yang bermacam-macam, ada yang pratiknya menganggap
bahwa yang lebih dominan itu dasar, yaitu ahli-ahli psikologi
konstitusional; adapula yang menganggap yang lebih dominant itu
lingkungan. Kelompok yang kedu pada dewasa ini lebih banyak
pengikut-pengikutnya terutama di Inggris dan Amerika Serikat. Salah
satu tokoh yang cukup populer yang mengikuti pendirian yang semacam
dikemukakan paling akhir itu ialah Alfred Adler.
e. Tut Wuri Handayani
Istilah tut wuri handayani berasal dari bahasa Jawa. Tut wuri
berarti mengikuti dari belakang dan Handayani berarti mendorong,
memotivasi, atau membangkitkan semangat. Tut wuri handayani pada
awalnya merupakan inti salah satu dari “Asas 1922”, yakni tujuh buah
asas dari Perguruan Taman Siswa (didirikan pada tanggal 3 Juli 1922
oleh Ki Hadjar Dewantoro). Asas pertama Perguruan Taman Siswa
menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya
sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan
umum. Asas inilah yang mendorong Taman Siswa untuk mengganti
sistem pendidikan cara lama yangmenggunakan perintah, paksaan, dan
hukuman dengan sistem khas Taman Siswa yang didasarkan pada
perkembangan kodrati.

Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro ini mengakui adanya


bakat, pembawaan, ataupun potensi-potensi yang ada pada anak sejak
dilahirkan. Potensi-potensi tersebut saling mempengaruhi dengan
lingkungan dalam proses perkembangan anak. Purwanto menyatakan
bahwa kalau dibandingkan dengan aliran-aliran pendidikan yang
berkembang di Barat, tut wuri handayani lebih mirip dengan aliran
konvergensi dari William Stern. Penganut aliran ini berpandangan
bahwa perkembangan anak (manusia) ditentukan oleh proses interaksi
antara pembawaan anak dengan lingkungan, termasuk pendidikan, yang
mempengaruhi anak dalam perkembangannya.

B. Pengertian Lingkungan Pendidikan


Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal,
adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan
adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda
buatan manusia, atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.
Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula
terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.53

53
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidian Islam
Pendidikan merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek
perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal
maupun non-formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan
dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah54
Jadi, lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim,
geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat
memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan,
perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai
nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang
berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya
pengaruh pendidikan kepadanya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh
positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak,
sikapnya, akhlaknya, dan perasaan agamanya. Positif apabila memberikan
dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negatif apabila
lingkungan menghambat keberhasilan.
Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan
yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:
1. Lingkungan Keluarga Keluarga
Suatu lingkaran sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia
sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat.
Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan perkembangan
individu.55 Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diatara
golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak dasar-dasar
pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan
tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa dari
sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian diri, tidak
ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada factor rumah dan
keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang terkecil.
Lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu adalah Rahim

54
M. Suyudi.Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 54
55
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 147
ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti
pola dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan
tersebut. Lingkungan alam tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan
banyak mempengaruhi kondisi perkembangan individu. Interaksi social
yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga yang kemudian akan
dikembangkan di masyarakat.
Dalam mempengaruhi proses sosialisasi dan mendidik ada beberapa
metode yang dapat digunakan oleh orang tua
a. Pembiasaan
Ngalim berpendapat bahwa pembiasaan salah satu alat pendidikan
yang sangat penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-
anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan ajalan
yang membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam
rumah tangga/keluarga, di sekolah atau ditempat lainnya. Agar
pembiasaan itu dapat cepat tercapai dan baik hasilnya, pembiasaan
tersebut harus memenuhi syarat tertentu, antara lain:
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu
mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang
akan dibiasakan.
2) Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang)
dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu
kebiasaan yang otomatis.
3) Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas, dan tetap teguh
terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
4) Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus mkin menjadi
pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri. Hal itu mungkin
jika secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan-penjelasan
dan nasihat-nasihat dari orang tua/ pendidik sehingga makin ama
imbullah pengertian dalam diri anak didik.
Dalam lingkungan keluarga orang tua dapat melaksanakan
pendidikan islam melalui kebiasaan seperti membiasakan
mengucapkan:
1) “Basmalah” sebelum memulai suatu perbuatan.
2) “Hamdalah” sebagai ucapan syukur atas segala hasil dan
kenikamatan yang diterima.
3) “Doa sebelum tidur” ketika hendak tidur.
4) “Doa masuk dan keluar kamar mandi” ketika hendak menuju kamar
mandi.
b. Keteladanan
Segala tingkah laku perbuatan dan cara-cara berbicara akan
mudah ditiru atau diikuti oleh anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua
dalam hal ini harus memberikan contoh yang baik agar anak didiknya
dengan mudah meniru apa yang dilakukan oleh pendidiknya. Hal yang
demkian ini dapat kita melihat dorongan meniru pada anak-anak.
c. Latihan dan praktek
Latihan keagamaan yang dapat dilakukan di keluarga berupa:56
1) Ibadah ritual seperti:
a) Praktek Sholat, Wudhu’, Tayammum, azan, iqamah, membaca
Al-Qur’an, sholat berjama’ah sholat sunat dan sebagainya.
b) Latihan menyeleggarakan hal-hal yang berhubungan dengan
mayat seperti menyembahyangkan, mengapani, memandikan
ayat, dll.
2) Ibadah Non Ritual seperti :
a) Membawa anak-anak untuk melakukan kerja bakti
membersihkan mushola
b) Mengikut sertakan anak dalam kegiatan marah masjid
c) Mengikutsertakan anak-anak melakukan takziyah dan
mengunjungi tetangga yang sakit atau meninggal.
d. Perintah dan Larangan
1) Perintah
Perintah bukan hanya keluar dari mulut seseorang yang harus
dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termausk pula
peraturan-pertauran umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-
tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-

56
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, op.cit., h. 154
norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung
tujuan kearah perbuatan susila.
Supaya perintah- perintah dapat ditaati oleh anak sehingga apa yang
dimaksud tercapai, hendaklah perintahperintah itu memenuhi
syarat-syarat tertentu:57
a) Perintah hendaklah terang dan singkat, jangan terlalu banyak
komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak
b) Perintah hendaklah disesuaikan dengan keadaan dan umur anak
dan tiap-tiap perintah hendaknya disesuikan dengan
kesanggupan anak.
c) Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi
suatu perintah yang lebih bersifat permintaan.
d) Jangan terlalu banyak dan berlebih-lebihan memberi perintah,
sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi
menantang.
e) Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah
diperintahkannya.
f) Suatu perintah yang bersifat mengajak
2) Larangan
Larangan adalah suatu usaha yang tegas
menghentikan perbuatan-perbuatan yang ternyata salah dan
merugikan yang bersangkutan. Seorang ibu atau ayah yang sering
melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-
macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti: a)
Keras kepala atau melawan b) Pemalu dan penakut c) Perasaan
kurang harga diri, d) Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
e) Pemurung atau pesimis f) Acuh tak acuh terhadap sesuatu
(apatis), dan sebagainya.
Perintah dan larangan dapat pula dilakukan asal
dalam batas kewajaran terutama dalam melaksanakan ibadah dan
akhlak yang terpuji seperti:

57
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, loc.cit
a) Menyuruh anak megerjakan sholat kalau sudah berumur tujuh
tahun.
b) Menyuruh anak-anak supaya melaksanakan akhlak yang baik
terhadap orang tuanya, guru, tetangga, dan anggota masyarakat
lainnya, seperti berkata lemah lembut, bermuka manis dan
ramah tamah kepada mereka. Melarang anak melakukan
tingkah laku yang tak senonoh dan aklak tercela, kalau perlu
memberikan hukuman yang tidak membahayakan dan
menimbulkan keinsafan dan kesadaran kepadanya.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendiidkan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai
pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan
untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik
bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan
bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan
bangsanya.58
Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat
pendidikan, maka dari itu, sekolah sebagai tempat atau lembaga pendiidkan
kedua setelah keluarga, lebih – lebih mempunyai fungsi melanjutkan
pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang yang harus ditaati.
Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak, selanjutnya anak itu
memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya
dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis
kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan
rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya
dengan masyarakat luas. Tanggung jawab atas pendidikan anak tidak bisa
dielakkan oleh orang tua. Jika ternyata bahwa perangai orang guru
menimbulkan pengaruh yang tidak bak pada anak, orang tua berhak
memindahkan anaknya ke sekolah lain. Sedangkan sekolah lebih merasa
bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan
anak) serta pendidikan keterampilan (skill) yang berhubungan dengan

58
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, op.cit., h. 180
kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai
dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Di Sekolah suasana bebas tidak
didapat. Di sana ada aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu
yang ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada tempat yang
ditentuka pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar tempat, kecuai
seizing gurunya. Jadi, ia harus menyesuaikan diri dengan peraturan –
peraturan yang telah ditetapkan. d. Pergaulan Kehidupan dan pergaulan
dalam lingkungan keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang
diantara anggotaanggotanya. Biarpun kadang-kadang terjadi perselisihan-
perselisihan diantara anggota-anggota keluarga itu, namun perselisihan itu
tidak akan memutuskan tali kekeluargaan mereka. Sedangkan Kehidupan
atau pergaulan di sekolah bersifat lebih Zakelijk dan lebih Lugas. Di sekolah
harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijadikan
oleh tiap-tiap murid dan guru. Anak tidak boleh ganggu-mengganggu,
masing-masing hendaklah melakukan tugas dan kewajiban menurut
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga
dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup
dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehudupan
sosial serta berjenis-jenis budaya. Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan
orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman
yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta
dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.59
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus
diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Norma-
norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan aturan-aturan yang
ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-penularan
yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses
pendidikan masyarakat. Contoh tentang sopan santun orang timur yang

47 Hasbullah, Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. Ke-
59

10, h. 55
mengajarkan atau menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau menerima
sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan. Setiap anak harus belajar dari
lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang
diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa adanya guru tetentu yang
bertanggung jawab atas kelakuanya. Di lingkungan masyarakat terdapat pula
lembaga pendidikan organisasi sosial yang dapat menunjang keberhasilan
pendidikan islam, yaitu :
a. Masjid, yang merupakan sarana yang pokok dan mutlak bagi
perkembangan masyarakat Islam. Lingkungan pendidikan asrama
memberikan berbagai keuntungan kepada para penghuninya, seperti
anak-anak mengalami kenudahan dalam belajar, anak yang kurang
pandai dapat bertanya dan berkonsultasi dengan temannya yang pandai.
Mereka terbiasa hidup bermasyarakat. Dalam interaksi tersebut mereka
dapat belajar memahami emosi dan sifat-sifat temannya.
b. Perkumpulan Remaja, seperti yang dijelaskan Ramayulis dalam
bukunya, Pada masa ini anak membutuhkan perkumpulan remaja untuk
membenahi dirinya dan menyalurkan kehendak hati, keinginan dan
angan-angan sebagai pembuktian bahwa mereka juga wajar mendapat
pengakuan masyarakat sekitarnya. Dalam perkumpulan remaja mereka
mendapatkan kesempatan dan memperoleh pengalaman-pengalaman
yang meningkatkan yang kematangan diri mereka. Dengan
pengalampengalam tersebut mereka menemukan jati diri mereka,
menyadari batas-batas kemampuan dan upaya-upaya yang dapat
disumbangkan dan terjadi saling mendidik diantara sesamanya.
C. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan mempunyai fungsi yaitu menunjang terjadinya
proses belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan. Abudin Nata
dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam menjelaskan tentang
fungsi dari beberapa lingkungan pendidikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu60
1. Fungsi Lingkungan Keluarga Terhadap Pendidikan

60
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 165
52
Terciptanya keluarga yang terjadi melalui proses perkawinan dua
makhluk berlainan jenis dalam pandagan Al-Qur’an dianggap sebagai
sesuatu yang suci dan tidak sepantasnya dijadikan sarana untuk bermain-
main atau pemuas hawa nafsu biologis seksual semata-mata, melainkan
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan mulia, seperti membina kasih
sayang, tolong menolong, mendidik anak, berkreasi, berinovasi. Dengan
demikian, keluarga amat berfungsi dalam mendukung terciptanya kehidupan
yang beradab. Ia merupakan landasan dari bagi terwujudnya masyarakat
beradab. Tanpa landasan itu, akan mnyebabkan kekacauan dalma
masyarakat. Secara keseluruhan rumah memeperlihatkan fungsinya yang
bermacam-macam, seperti tempat ibadah, tempat tinggal anggota keluarga,
dan temapt menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Dengan demikian secra
normative, keluarga dengan rumah sebagai tempat tinggalnya dapat
dipergunakan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama. Dari beberapa
fungsi diatas, masih dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman,
misalnya rumah sebagai rekreasi, olah raga, latihan kerja dan sebaginya.
Namun demikian, fungsi rumah sebgai tempat belajar, nampaknya lebih
ditujukan untuk anggota keluarga yang bersangkuta, dan bukan untuk
umum.
Hasbullah dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan menjelaskan fungsi sekolah keluarga dalam pendidikan, yaitu:61
a. Pengalaman pertama Masa kanak-kanak
Pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan
faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan
keluarga sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan
jiwa didalam perkembangan individu selanjutnya. Keluarga tidak hanya
mempunyai kewajiban untuk memeliharan eksistensi anak untuk
menjadikannya kelak sebagai seorang pribadi, akan tetapi keluarga juga
mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan anak sebagai
individu yang tumbuh dan berkembang.
b. Menjamin kehidupan emosional anak

61
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),
cet ke-10, h. 39-43. 54
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang diliputi dengan
kasih rasa cinta dan simpati yang sewajarnya, suasana yang aman dan
tentram, suasana percaya mempercayai. Oleh karena itu, melalui
pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa
kasih sayang dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik.
c. Menanamkan dasar pendidikan moral
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral
bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua
sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Memang biasanya tingkah
laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak. Teladan ini
melahirkan gejala identifikasi positif, yakni penyamaran diri dengan
orang yang ditiru dan hal ini penting sekali dalam pembentukan
kepribadian.

d. Memberikan dasar pendidikan sosial


Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis yang sangat penting
dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Perkembangan
benih-benih kesadaran sosial pada anak-anak dapat dipupuk sedini
mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong-
menolong, gotong royong secara kekeluargaan, menolong saudara atau
tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kedamaian,
keberhasilan, dan keserasian dalam segala hal.
2. Fungsi Lingkungan Sekolah Terhadap Pendidikan
Lingkungan sekolah diadakan sebagai kelanjutan dari lingkungan
keluarga. Sekolah berfungsi sebagi pembantu keluarga dalam mendidik
anak. Sekolah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak – anak
mengenai apa yang tidak dapat atau tidak ada kesempatan orang tua untuk
memberikan pendidikan dan pengajaran di dalam keluarga.
3. Fungsi Lingkungan Masyarakat terhadap Penddikan
Ari H Gunawan berpendapat bahwa masyarakat berfungsi sebagai
penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis, sesuai
situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan
interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai
sosialisasi, seperti bayi yang harus menyesuaikan diri dengan saat-saat
minum asi, kemudian anak menyesuaikan diri dengan program belajar di
sekolah, menyesuaikan diri dengan norma serta nilai-nilai dlam masyarakat,
dan sebagainya.
Fungsi lingkungan pendidikan, yaitu:
a. Fungsi Edukatif
Pada permulaan islam masjid mempunyai fungsi yang sangat agung.
Masjid berfungsi sebagai markas pendidikan. Disitulah manusia dididik
supaya memegang teguh keutamaan, cinta kepada ilmu pengetahuan,
mempunyai kesadaran sosial serta menyadari hak dan kewajiban mereka
di dalam Negara islam yang didirikan guna merealisasikan ketaan
kepada Allah SWT serta menegakkan syari’at, keadilan, dan rahmat-
Nya di tengah-tengah manusia.
b. Fungsi Sosial
Pada masa pemulaan islam, di masjid masyarakat segala urusannya
berdasarkan musyawarah seperti meneliti para anggota yang sakit lalu
menjenguknya, meneliti para fakir miskin lalu membantunya. Dengan
demikian di masjid kaum muslimin telah menjalin silaturrahmi dan
ukhuwah islamiyah sehingga mereka menjadi suatu masyarakat yang
kuat yang dapat berperan seta dalam mendidik, membangkitkan serta
menghidupkan generasi umat. Perkumpulan Remaja Teman sebaya,
lebih memberikan pengaruh dalam memilih, cara berpakaian, hobi,
perkumpulan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Pengaruh teman
sebaya ini tidak hanya berpengaruh secara positif, tetapi juga bisa
berpengaruh negatif. Perubahan pada diri generasi muda bukan sekedar
perubahan generasi muda, tetapi perlu mencari implikasi dari perubahan
itu sehingga kita dapat membantu mereka menemukan makna
perubahan pada dirinya sendiri guna menyonsong masa depannya. Kita
tidak dapat memaksakan kehendak kita, tetapi kita dapat mengarahkan
mereka guna membentuk sikap dan tindakannya keaarah yang lebih baik
untuk dirinya di masa depan. Sebagai makhluk sosial manusia
memerlukan peran-peran dirinya sebagai anggota masyarakat. Hal itu
memerlukan peran-peran dirinya sebagai anggota msyarakat. Hal itu
berlaku pula bagi seorang anak. Ia membutuhkan lingkungan
masyarakat sebagai tempat mendewasakan dirinya. Dengan cara bergaul
di masyarakat, ia belajar dari apa yang terjadi dalam kehidupan
sebenarnya melaui mencoba dan mencoba. Ia dapat belajar dari
keberhasilan dan kegagalannya yang dialaminya. Semakin lama dan
semakin banyak pengalaman, maka ia semakin memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan sejumlah persoalan dalam hidupnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembawaan pendidikan adalah sesuatu yang memengaruhi pendidikan
yang berasal dari keturunan (gen) dari orangtuanya.
2. Lingkungan pendidikan adalah adalah segala sesuatu yang mencakup
iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya
yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih
baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah.
3. Lingkungan pendidikan mempunyai fungsi yaitu menunjang terjadinya
proses belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan.
4. Pembawaan dan lingkungan pendidikan sangat berpengaruh dalam
proses pendidikan, entah itu menunjang atau malah menjerumuskan.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
namun penulis berharap pada penulisan makalah berikutnya dapat lebih baik.
Penulis menyarankan agar penulisan makalah selanjutnya dapat menemukan
sumber buku yang lebih banyak, sehingga indormasi dan ilmu yang didapat
bisa bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Purwanto, Ngalim. 2011, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Rodliyah, Siti. 2013. Pendidikan & Ilmu Pendidikan, Jember : STAIN Jember
Press.

Sulthon, 2011. Ilmu Pendidikan, Kudus: Nora Media Enterprise.

Wasty, soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Rineka cipta


GLOSARIUM

Gen : Keturunan

Hereditas : Pewarisan sifat dari induknya

Konvergensi : Penggabungan atau pengintegrasian media media yang ada untuk


digunakan dan diarahka kedalam satu titik tujuan

Empirisme : Semua pengetahuan berasal dari pengalaman

Nativisme : Pandangan bahwa keterampilan atau kemampuan tertentu bersifat


alamiah / sudah tertaman dalam otak sejak lahir

Naturalis : Usaha menampilkan objek realitas dengan penekanan seting alam


PETUGAS
A. Penanya :
1. Nina
2. Bagas Widiarto
3. Novita Dwi Safitri
4. Masarrah Marimadani
5. Hanifatul Hashina
6. Anisa Rehlitna Pargitgirsang
B. Penanggap :
1. Yayu
2. Nida
3. Anisa Rehlitna Pargitgirsang
4. Anna Fajria
5. Nadya Afnaini
6. Marina
C. Moderator :
Fathiya Rahmah Aliya
D. Operator :
Resti Perastiani
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Ade Rizka Fitria biasa dipanggil


Ade lahir di lampung pada tanggal 28 januari tahun
2000 ia merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara yng
beralamatkan desa pesawaran rt/rw 11/06
kecamatan kedondong kabupaten pesawaran
lampung. Pendidikan formal yang ditempuh adalah
TK Qurota Ayun kedondong, SDN 1 Pesawaran,
MTsN Kedondong , MA AL FATAH Natar
Lampung, dan saat ini penulis sedang menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurusan penddikan biologi semester
3.

Penulis bernama Salsabila Milenia, biasa dipanggil


Salsa. Lahir di Bogor, 17 Januari 2000. Tinggal di
Bumi Sawangan Indah, Depok, dan merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang
ditempuh yaitu TK Sentra Mulia, SDN Pengasinan
03, SMPN 14 Depok, SMA AL-Hasra, dan saat ini
sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, jurusan pendidikan biologi
semester 3.
TAKSONOMI PENDIDIKAN
(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika Semester 5 Kelas 5A )
Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A

2. Dr. Syamsul Aripin M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Novita Dwi Safitri (11170161000021)


2. Masarrah Marimadani (11170161000027)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M
ABSTRAK

Banyak pandangan tentang mengajar dan belajar dimana setiap pandangan


tersebut membawa implikasi terhadap pelaksaan pengajaran. Sebagaimana
diketahui, kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan dengan bimbingan pengajar dan bantuan pendidik lainnya. Tujuan
yang hendak dicapai, bahan apa yang harus dipelajari, metode apa yang akan
digunakan dan evaluasi seperti apa yang hendak dilakukan seharusnya sudah dibuat
pengajar sebelum mengajar. Keseluruhan proses ini tertuang dalam perencanaan
pengajaran. Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui pengertian
taksonomi pendidikan, konsep-konsep taksonomi pendidikan dan pengaplikasian
taksonomi pendidikan. Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka Taksonomi merupakan sebuah pengelompokan
suatu hal berdasarkan hierarki atau tingkatan tertentu. dalam pendidikan, taksonomi
pendidikan merupakan sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian
tujuan pendidikan. Jadi, fungsi utama taksonomi yaitu, taksonomi pendidikan
digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran, kesesuaian
bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan evaluasi,
dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Salah satu konsep taksonomi
pendidikan yang terkenal dan masih digunakan sampai saat ini diantaranya yaitu
taksonomi Bloom. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan
pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul Taksonomi Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi


tugas mata kuliahFilsafat dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Dr. Syamsul Aripin, MA , selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat dan
Ilmu Pendidikan yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika yang
membantu kelancaran penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi atau acuan bagi pembaca.

Ciputat, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR
ISI............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1


B. Perumusan Masalah ........................................................................................2
C. Pembatasan Masalah .......................................................................................2
D. Tujuan Penulisan Masalah ..............................................................................2
E. Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................2
F. Metode Penulisan Makalah .............................................................................3
G. Sistematikan Penulisan Makalah ....................................................................3
BAB II TAKSONOMI PENDIDIKAN 3

A. Definisi Taksonomi ........................................................................................3


B. Definisi Pendidikan ........................................................................................3
C. Taksonomi dalam Dunia Pendidikan ..............................................................3
D. Taksonomi Pendidikan ...................................................................................3
1. Taksonomi Bloom........................................................................................8
2. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom ..................................16
3. Dimensi Perkembangan Individu yang Melandasi Taksonomi Bloom ....17
4. Taksonomi Anderson .................................................................................19
BAB III PENUTUP 22

A. Kesimpulan ...................................................................................................22
B. Saran .............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
GLOSARIUM ...........................................................................................................
INDEKS ....................................................................................................................
FOTO DAN CV PENULIS .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses belajar mengajar tertumpun pada persoalan bagaimana pengajar
memberi kemungkinan bagi peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif
sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dibutuhkan tingkatan,
strategi dan tahapan untuk memenuhi pencapaian dari pendidikan tersebut. oleh
karena itu alangkah lebih baiknya seorang pengajar memiliki berbagai
kemampuan yang baik dalam mengajar, yaitu mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang mengajar dan dasar-dasar teori belajar, mampu
mengembangkan sistem pengajaran, mampu melakukan proses pembelajaran
yang efektif dan mampu melakukan hasil penilaian belajar.
Banyak pandangan tentang mengajar dan belajar dimana setiap pandangan
tersebut membawa implikasi terhadap pelaksaan pengajaran. Sebagaimana
diketahui, kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal,
disengaja, direncanakan dengan bimbingan pengajar dan bantuan pendidik
lainnya. Tujuan yang hendak dicapai, bahan apa yang harus dipelajari, metode
apa yang akan digunakan dan evaluasi seperti apa yang hendak dilakukan
seharusnya sudah dibuat pengajar sebelum mengajar. Keseluruhan proses ini
tertuang dalam perencanaan pengajaran. Dengan perencanaan yang baik
diharapkan dapat tercapai pengajaran yang efektif yang mana sesuai dengan
tujuan taksonomi pendidikan.
Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi. Taksonomi yaitu ilmu tentang kelompok organisme
berdasarkan perbedaan kategori menurut karakter fisiknya. Pengelompokan atau
karakterisasi akan dikelompokan didasarkan kesamaannya yang biasanya
diwariskan kepada keturunannya dari nenek moyangnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan taksonomi?
2. Apa yang dimaksud dengan taksonomi dalam dunia pendidikan?
3. Bagaimana konsep taksonomi pendidikan menurut Bloom?
4. Bagaimana konsep taksonomi pendidikan menurut Anderson

C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya
tentang definisi, pengertian dan penerapan taksonomi pendidikan dalam dunia
kependidikan saja. Adapun pembahasan lain akan
dijelaskan pada makalah/kelompok berikutnya.

D. Tujuan Penulisan Masalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu makna taksonomi
2. Untuk mengetahui bagaimana taksonomi dalam dunia pendidikan
3. Untuk mengetahui Bagaimana konsep taksonomi pendidikan menurut
Bloom?
4. Untuk mengetahui Bagaimana konsep taksonomi pendidikan menurut
Anderson

E. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat menjelakan apa itu taksonomi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana taksonomi dalam dunia
pendidikan
3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep taksonomi pendidikan menurut
Bloom?
4. Mahasiswa dapat menjelaskan a konsep taksonomi pendidikan menurut
Anderson
F. Metode Penulisan Makalah
Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode
pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet.

G. Sistematikan Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
b. Perumusan Masalah
c. Pembatasan Masalah
d. Tujuan Penulisan Masalah
e. Manfaat Penulisan Makalah
f. Metode Penulisan Makalah
g. Sistematika Penulisan Makalah

2. BAB II: Pembahasan


a. Definisi Taksonomi

b. Definisi Pendidikan

c. Taksonomi Dalam Dunia Pendidikan

d. Taksonomi Pendidikan

3. BAB III: Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran

4. Daftar Pustaka

5. Glosarium

6. Indeks
7. Tentang Penulis

8. Daftar Nama Petugas


BAB II
TAKSONOMI PENDIDIKAN

A. Definisi Taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan dan
nomos yang berarti ilmu pengetahuan.62 Taksonomi adalah sistem klasifikasi.63
Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih
umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik.

Adapun definisi taksonomi menurut beberapa pakar dalam bidang


pendidikan:
1. Taksonomi menurut Briggs
Taksonomi ini lebih mengarah pada karakteristik menurut stimulus
atau rangsangan yang dapat ditimbulkan dari media itu sendiri, yaitu
kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik siswa, tugas
pembelajaran, bahan, dan tranmisinya. Briggs mengidentifikasi 13 macam
media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek,
model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film,
televisi dan gambar.
2. Taksonomi menurut Gagne
Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : benda
untuk mendemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam,
gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ke tujuh kelompok media
ini kemudian dikaitkannya dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya yaitu: pelontar
stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi

62
Muhammad Yaumi, Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm. 88.
63
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 468.
kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, menilai prestasi, dan pemberi
umpan balik.64
Dari beberapa definisi tentang taksonomi di atas, dapat kita tarik sebuah
pengertian bahwa taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan-
tingkatan tertentu, dari data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-
golongkan dalam sistematika tertentu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
taksonomi adalah kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek itu,

B. Definisi Pendidikan
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari kata
“Pedagogi“ kata dasarnya “Paid“ yang berartikan “Anak“ dan juga kata
“Ogogos“ artinya “membimbing”. dari beberapa kata tersebut maka kita
simpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang mempelajari
tentang seni mendidik Anak

Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur pendidikan itu
sendiri.
Pengertian pendidikan menurut para Ahli, sebelum kita mengambil
pendapat para filosofi pendidikan dari orang barat, maka kita mengambil
pengertian pendidikan berdasarkan apa yang di sampaikan oleh bapak
pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara, beliau telah menjelaskan
tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :
“ Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

64
Sadiman Arief, media pendidikan pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta:
Grafindo Persada, 2003)
C. Taksonomi dalam Dunia Pendidikan
Dalam dunia pendidikan sering dijumpai mengenai istilah taksonomi.
Taksonomi merupakan sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian
tujuan pendidikan. Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein
yang berarti untuk mengklasifikasi dan Nomos yang berarti aturan. Taksonomi
dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat di klasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional terutama pada pasal 3 menyebutkan secara jelas tentang tujuan
pendidikan nasional Indonesia. Tujuan pendidikan secara nasional kemudian
diterjemahkan lagi ke dalam tujuan sebuah lembaga pendidikan dan begitu
seterusnya hingga tujuan-tujuan yang lebih khusus lagi pada tingkat yang lebih
rendah. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem
nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang dicapai melalui
berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.
Kepentingan antara kegiatan belajar mengajar harus berlandaskan tujuan.
Kesadaran para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses
belajar mengajar berlangsung. Proses pembelajaan di kelas merupakan inti dari
kegiatan pendidikan di sekolah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran
tersebut perlu lebih awal diinformasikan kepada siswa. Jadi, tujuan tersebut
bukanlah sesuatu yang perlu untuk dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran
tidak disebutkan tujuannya, maka siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang
perlu dan yang tidak.
Kepentingan hubungan ini dikemukakan oleh Scriven yang mengemukakan
bahwa, harus ada hubungan erat antara:
1. Tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran
2. Bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi
3. Tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi.
Untuk mencapai tujuan hasil belajar yang terarah maka diperlukanlah yang
namanya taksonomi tujuan pendidikan. Taksonomi tujuan pendidikan adalah
sebuah kerangka acuan untuk mengelompokkan kompetensi yang diharapkan
tercapai oleh peserta didik sebagai dampak dari hasil sebuah pembelajaran.
Taksonomi juga merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar
dengan adanya taksonomi ini para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan
pasti apakah tujuan instruksional pelajaran bersifat kognitif, afektif atau
psikomotor.
Jadi, fungsi utama taksonomi yaitu, taksonomi pendidikan digunakan
sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan ajar
dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan evaluasi, dan
kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Sehingga berdasarkan taksonomi itu
nantinya memberikan rambu-rambu yang jelas ketika menetapkan kata kerja
dalam rumusan indikator pencapai hasil belajar yang nantinya akan dijadikan
landasan oleh guru/pendidik dalam menyusun inetrumen evaluasi hasil balajar.
Ragam perbedaan setiap tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran akan berpengaruh pula terhadap model, metode, pendekatan yang
akan diterapkan. Oleh karena itu, taksonomi secara kesuluruhan akan
memberikan warna dan irama dalam kegiatan di kelas secara lebih bervariatif.

D. Taksonomi Pendidikan
Beberapa Ahli yang mengemukakan taksonomi pendidikan yang sampai
sekarang dijadikan landasan untuk melakukan kegiatan mengajar dalam dunia
pendidikan yaitu;
1. Taksonomi Bloom
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh
Benjamin S. Bloom., seorang psikolog bidang pendidikan beserta dengan
kawankawannya. Pada tahun 1956, terbitlah karya “Taxonomy of
Educational Objective Cognitive Domain”, dan pada tahu 1964 terbitlah
karya “Taxonomy of Educataional Objectives, Affective Domain”, dan
karyaya yang berjudul “Handbook on Formative and Summatie Evaluation
of Student Learning” pada tahun 1971 serta karyanya yang lain
“Developing Talent in Young People” (1985). Taksonomi ini
mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain
(ranah kawasan): kognitif, afektif, dan psikomotor.65 dan setiap ranah
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hierarkinya.

Beberapa istilah lain yang juga meggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut yang secara konvensional telah lama dikenal
taksonomi tujuan pendidikan yang terdiri atas aspek cipta, rasa, dan karsa.66
Selain itu, juga dikenal istilah penalaran, penghayatan dan pengamalan.

Adapun tasonomi atau klasifikasi adalah sebagai berikut:


a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan
aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran.67 Bloom membagi
ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:

1) Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah
dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan
dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan
mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya.68
2) Pemahaman (comprehension)

65
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 149.
66
Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm. 32.
67
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 298.
68
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan,terj. Tri Wibowo, hlm.
8
W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, hlm. 151.
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari.8 Adanya
kemampuan dalam menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data
yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan
ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan (1).
3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau
nyata dan baru. kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur
metode, rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan
dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang
dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem
baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat
lebih tinggi daripada kemampuan (2).
4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi
yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan
informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu
kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan
atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini
setingkat lebih tinggi daripada kemampuan
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola
baru. Bagianbagian dihubungkan stu sama lain. Kemampuan
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan
pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu
materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu
yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan.
Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria
tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan.
Kemampuan ini dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa
sesuatu.
Berikut adalah gambar ranah kognitif yang hierarkis:69

Gambar 1 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut


Taksonomi Bloom dkk

Ketika pertama kali Bloom menyajikan taksonomi ini, Bloom


mendeskripsikan enam ranah kognitif yang diurutkan secara hierarkis

69
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 28.
dari level yang rendah (pengetahuan, pemahaman) menuju level lebih
tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi), dengan sasaran level tinggi
dibangun di atas sasaran level rendah.

b. Ranah Afektif (affective domain)


Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan
perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran.70
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan
dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini
disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara lain:
1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan
oleh guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Misalnya juga kemampuan mengakui adanya
perbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap
rangsangan yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan. Misalnya, mematuhi
aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)

70
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 298.
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu
sikap,menrima, menolak atau mengabaikan. Misalnya menerima
pendapat orang lain.
4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan, misalnya Misalnya,
menempatkan nilai pad suatu skala nilai dan dijadikan pedoman
dalam bertindak secara bertanggungjawab.
5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga
menjadi milik pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan
jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Memiliki sistem nilai
yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam
pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu
secukupnya pada tugas belajar atau bekerja. Misalnya juga
kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang
berdisiplin.
Berikut adalah gambar ranah afektif yang hierarkis :
Gambar 2 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Afektif Menurut
Taksonomi Krathwohl dan Bloom dkk

Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa peserta didik yang belajar akan
memperbaiki kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif.
Peserta didik mempelajari kepekaan tentang sesuatu hal sampai pada
penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan hidup.
Kelima jenis tingkatan tersebut di atas bersifat hierarkis. Perilaku
penerimaan merupakan yang paling rendah dan kemampuan
pembentukan pola hidup merupakan perilaku yang paling tinggi.
c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)
Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan
aktivitas motor dengan pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek
lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata juga
membutuhkan Kawasan psikomotor yaitu kawasan gerakan yang
berkaitan dengan aspekaspek keterampilan jasmani.71
Rician dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain
yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyaratisyarat sensoris dalam
memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat indera sebagai
rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju terjemahan. Misalnya
pemilihan warna.

2) Kesiapan (set)

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu


gerakan. kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.

3) Gerakan terbimbing (guided response)

71
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan,terj. Tri Wibowo, hlm.
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan
contoh yang diberikan. Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan cobacoba.
Misalnya, membuat lingkaran di atas pola.

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi


contoh yang diberikan karena membiasakan gerakansudah dilatih
secukupnya. gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan
tepat.

5) Gerakan yang kompleks (complex response)

Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang


terdiri dari banyak tahap dengan gerakan motoris yang lancar, tepat
dan efisien. terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan
dengan tepat.

6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan


pola gerakan dengan persyaratan Keterampilan yang sudah khusus
yang berlaku. Gerakan berkembang sehingga dapat disesuaikan
dalam berbagai situasi. Misalnya, keterampilan bertanding.

7) Kreativitas (creativity)

Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar


prakarsa atau inisiatif sendiri. Misalnya, kemampuannya membuat
kreasi tari baru.
Gambar 3 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan
Psikomotorik Simpson

Dari gambar 3 diketahui bahwa kemampuan psikomotorik


merupakan proses belajar berbagai kemampuan gerak dimulai dengan
kepekaan memilahmilah sampai dengan kreativitas pola gerakan baru.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotirk mencakup fisik
dan mental. Ketujuh hal tersebut mengandung urutan taraf keterampilan
yang berangkaian yang bersifat hierarkis.
2. Prinsip Belajar yang Melandasi Taksonomi Bloom
a. Kematangan Jasmani dan Rohani
Kematangan jasmani ini, telah sampai pada batas minimal umur
serta kondisi fisiknya cukup kuat untuk melakuka kegiatan belajar.
Sedangkan kematangan rohani yaitu telah memiliki kemampuan secara
psikologis untuk melakukan kegiatan belajar seperti kemampuan
berpikir, ingatan dan sebagainya.
1) Kesiapan
Kesiapan ini harus dimiliki oleh seorang yang hendak
melakukan kegiatan belajar yaitu kemampuan yang cukup baik
fisik, mental maupun perlegkapan belajar. Kesiapan fisik berarti
memiliki tenaga cukup dan memiliki minat dan motivasi yang
cukup.
2) Memahami Tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa dan ke mana
arah tujuannya serta manfaat apa bagi dirinya. Dengan mengetahui
tujuan belajar akan dapat mengadakan persiapan yang diperlukan,
baik fisik maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan
dapat berjalan lancar dan berhasil dengan memuaskan.
3) Memiliki Kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan belajar agar
hasil yang diperoleh memuaskan dan penggunaan waktu dan
tenaga tidak terbuang percuma yaitu lebih efisien.
4) Ulangan dan Latihan
Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam
otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.
Versi lain dalam buku Belajar dan Pembelajaran oleh
Dimyati dan Mudjiono menyebutkan prinsip belajar antara lain:
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung atau
berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individual. 72
3. Dimensi Perkembangan Individu yang Melandasi Taksonomi Bloom
Perkembangan manusia dapat dilihat dari multidimensi, baik fisik
maupun non fisik. Perkembangan itu umumnya berlangsung secara
sistematis, progresif dan berkelanjutan. Di sini akan dibahas dimensi
perkembangan individu yang melandasi Taksonomi Bloom, yaitu dimensi
perkembangan kognitif.

72
Dalyono, Psikologi Pendidikan, hlm. 51-52.
Perkembangan kognitif atau perkembangan kapasitas nalar otak
(inteligensi) berlangsung sangat pesat sampai masa remaja. Setelah itu
cenderung stagnan atau berangsur menurun kesehatannya seiring dengan
pertambahan usia.73

Menurut Pieget (1896-1980) ada empat tahap perkembangan kognitif


manusia:
a. Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun)
Tahap ini, anak mengenal lingkungannya dengan kemampuan
sensorik dan motorik yaitu dengan mempergunakan sistem
penginderaan. Kemampuan anak terbatas pada gerak refleks, bahasa
awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat.

b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)


Kemampuan anak menggunakan simbol, bahasa (mulai
berkembang), dan konsep sederhana. Kemampuan menerima
rangsangan yang sifatnya terbatas dan belum mampu berpikir abstrak
serta persepsi ruang dan waktu masih terbatas

c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)


Pada tahap ini, anak dapat mengembangkan penalaran logis,
meskipun terkadang memecahkan masalah secara trial and error.
Anak-anak usia sekolah dasar mempunyai kemampuan yang termasuk
kategori ini. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan berbagai
macam tugas yang konkret.

d. Tahap Operasional Formal (11- ke atas)


Fase ini, kemampuan berpikir lebih abstrak dan logis. Anak mampu
berpikir lebih sistematis dalam memecahkan berbagai masalah. 74

73
Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan (dalam Perspektif Baru),(Bandung: Alfabeta,
2011), hlm.77.
74
Sudarwan Danim, Psikologi Pendidikan (dalam Perspektif Baru), (Bandung:
Alfabeta, 2011), hlm.77.
4. Taksonomi Anderson
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga
seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten
(isi) pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom
yang bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan
perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001.
Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata
benda (noun) menjadi kata kerja (verb).

Revisi yang dilakukan ini khusus dalam domain kognitifnya. Hasil


revisiannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul “A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: Arevision of Bloom's

Taxonomy of Educational Objectives” yang disusun oleh Lorin W.


Anderson dan David R. Karthwohl. Dalam revisi ini, ada perubahan kata
kunci dengan mengubah penamaan yang semula menggunakan kategori
kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan
secara hierarkis dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah
kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi
analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya, sebab Anderson dan Krathwohl memasukkan kategori
baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Creating atau mencipta
merupakan tingkatan tertinggi dalam sistem berpikir yang harus terintegrasi
dalam tujuan pembelajaran.

Revisi pada aspek kemampuan kognitif dipilah menjadi dua dimensi,


yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi
pengetahuan dalam proses belajar memuat objek ilmu yang disusun dalam
empat jenis pengetahuan yakni pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan dan pengetahuan metakognitif. Sedangkan
dimensi prosedural, proses kognitif memuat enam tingkatan, yaitu
mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.
Perubahan terminologi yang dilakukan Anderson dan Krathwohl, antara
lain: (1) tingkatan pada Taksonomi Bloom yang lama menggunakan kata
benda sedangkan Anderson dan Krathwohl mengubahnya menjadi kata
kerja, (2) tingkatan terendah Taksonomi Bloom pada tingkatan pengetahuan
diganti dengan mengingat, yang sekarang menggunakan kata kerja, (3)
tingkat komprehensi dalam Tsksonomi Bloom diubah menjadi memahami
dan sintesis juga diubah menjadi mencipta, (4) urutan sintesis atau mencipta
dan evaluasi atau mengevaluasi terdapat penukaran posisi. 75

Berikut adalah gambar perubahan struktural Taksonomi Bloom:

a. Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson


Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran
adalah pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan
merupakan hasil berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki
menjadi mengingat yang menunjukkan proses paling rendah.
Sedangkan menciptakan merupakan proses berfikir tingkat paling
tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta bila telah

75
Lorin W. Anderson dan David R Krathwohl, Kerangka Landasan., terj. Agung
Prihantoro, hlm. 403.
mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari
berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut
Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension,
application dan selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil
belajar. Oleh karena itu mengusulkan penggunaan terminologi
berbentuk gerund yaitu remembering (ingatan), understanding
(pemahaman), applying (penerapan), analysis (analisis), evaluation
(penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi ini
lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge
mewakili kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan
remembering yang bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah
kemampuan sebagai hasil dari proses belajar dengan kegiatan
membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada
revisi susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk
kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation. Anderson dan Krathwohl
berasumsi bahwa kemampuan mensintesis merupakan kompetensi
tertinggi karena merupakan akumulasi dari kelima kompetensi lainnya.
Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut di puncak
piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation
(penciptaan).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Taksonomi merupakan sebuah pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki atau tingkatan tertentu. dalam pendidikan, taksonomi pendidikan
merupakan sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian tujuan
pendidikan. Jadi, fungsi utama taksonomi yaitu, taksonomi pendidikan
digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran, kesesuaian
bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan evaluasi,
dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Salah satu konsep taksonomi
pendidikan yang terkenal dan masih digunakan sampai saat ini diantaranya yaitu
taksonomi Bloom. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan
pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan
psikomotor. dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Adapun revisi dari taksonomi Bloom
dilakukan oleh Anderson yang melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan
terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang
dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi
kata kerja (verb).

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi pembaca. Diharapkan makalah
ini dapat memberikan penjelasan kepada pembaca terkait perilaku plagiasi dan
kiat menghindarinya. Makalah ini diharapkan juga dapat diterapkan dalam
kegiatan penulisan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl, Kerangka Landasan., terj. Agung


Prihantoro.
Arief, Sadiman.2003. media pendidikan pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta: Grafindo Persada.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Idris, Zahara dan Lisma Jamal.1992. Pengantar Pendidikan I.Jakarta: Grasindo.


Kencana.

Santrock, John W.2007. Psikologi Pendidikan, terj. Tri Wibowo. Jakarta:

Sudarwan Danim. 2011. Psikologi Pendidikan (dalam Perspektif Baru). Bandung:


Alfabeta
Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yaumi, Muhammad.2013. Prisip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.


GLOSARIUM

Hierarki : Urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan)

Hierarkis : Bersifat hierarki

Inteligensi : Daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik
maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan
pada fakta atau kondisi baru; kecerdasan

Karsa : Daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk


berkehendak; kehendak; niat

Transmisi : Pengiriman (penerusan) pesan dan sebagainya dari seseorang kepada


orang (benda) lain
INDEKS

Afektif 11

Filosofi 6

Hierarki 8

Kognitif 18

Pedagogi 10

Psikomotorik 19
FOTO DAN CV PENULIS

Penulis bernama Novita Dwi Safitri, lahir pada tanggal 3


November 1999 di Bumi Bandung. Merupakan lulusan di
Madrasah Negeri Model 1 Kota Bandung, dan saat ini
menjadi salah satu mahasiswa semester 3 jurusan
pendidikan Biologi di Universitas Islam Negeri Jakarta.
Memiliki hobi berdiskusi, mengajar dan senang dalam
kegiatan public speaking and sharing menjadikan penulis
memiliki cita-cita menjadi seorang tenaga pendidik yang dapat membantu
anakanak di Indonesia dalam meningkatkan kualitas pengetahuan.

Penulis bernama Masarrah Marimadani, dikenal


dengan panggilan Sarrah. Lahir di Depok, 01 Maret
1999. Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara
yang beralamat di Kp Kekupu Kelurahan Rangkapan
Jaya Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok, Jawa
Barat. Pendidikan formal yang pernah ditempuh
adalah TK Aisyiah 5 kemudian melanjutkan sekolah
ke SDN Rangkapan Jaya Depok lulus pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan SD,
penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di Al Nahdlah Islamic Boarding
School Pondok Petir dari tahun 2011-2014 dan kembali melanjutkan pendidikan
menengah atas di sekolah yang sama yaitu Al Nahdlah Islamic Boarding School
dan lulus pada tahun 2017. Saat ini penulis sedang melanjutkan pendidikannya di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Biologi semester 3.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator

Fakhrotun Nisa

B. Notulen
Husna
C. Penanya
1. Dwi
2. Anna Fajria
3. Shinta Aulia
4. Rizki Indriani A
5. Nurakliah
6. Yayu
D. Penanggap
1. Nida
2. Salsabila M
3. ‘Azizah S
4. Hanifah
5. Ulfi M
6. Arifin
PUSAT-PUSAT DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika Semester 5 Kelas 5A)

Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A

2. Dr. Syamsul Aripin M.A

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Nama: Hanifatul Hashina (11170161000009)
Nama: Fatimah Azzahra (11170161000011)
Nama: Bagas Widiarto (11170161000017)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ABSTRAK

Lembaga pendidkan adalah suatu wadah untuk membina manusia,


membawa ke arah masa depan yang lebih baik. Setiap orang yang berada pada
wadah tersebut akan mengalami perubahan dan perkembangan menurut
warna dan corak institusi tersebut. Lembaga pendidikan yang dimaksud
adalah lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat yang memiliki peranan
sangat strategis yang akan menjadi pusat-pusat kegiatan pendidikan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi anak sebagai makhluk individu,
sosial, susila dan religius. Dengan memperhatikan bahwa anak adalah
individu yang berkembang, ia membutuhkan pertolongan dari orang yang
telah dewasa, anak harus dapat berkembang secara bebas, tetapi terarah.
Pendidikan harus dapat memberikan motivasi dalam mengaktifkan anak.
Anak adalah pemilik hak yang wajib dihormati oleh pemangku kewajiban,
yaitu orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya, serta institusi masyarakat
bangsa dan negara. Hak anak merupakan keniscayaan agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara humanis sejalan dengan perkembangan kejiwaannya.

Dengan mengoptimalkan peran ketiga lembaga pendidikan tersebut


dapat dipastikan akan melahirkan anak bangsa yang cerdas. Selanjutnya
hanya dari individu yang cerdas akan lahir bangsa yang cerdas yang mampu
memecahkan masalahnya sendiri, dengan solusi yang cerdas dan mumpuni.
Sehingga impian untuk mencerdaskan bangsa sebagaimana amanah Undang-
Undang Dasar 1945 bisa terwujud manakala ketiga lembaga pendidikan
menjalankan perannya secara optimal, karena masing-masing lembaga
pendidikan tersebut, mempunyai kaitan tanggung jawab yang terpadu dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Kata Kunci: Lembaga pendidikan, Keluarga, Sekolah, Masyarakat, Jalur


Pendidikan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul Pusat-Pusat dan Lembaga Pendidikan ini dibuat


untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini, yaitu:

1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A dan Dr. Syamsul Aripin, MA, selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika yang membantu
kelancaran penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyususn makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi atau acuan bagi pembaca.

Ciputat, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................

B. Rumusan Masalah ......................................................................................

C. Pembatasan Masalah ..................................................................................

D. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................

E. Manfaat Penulisan Makalah ......................................................................

F. Metode Penulisan Makalah ........................................................................

G. Sistematika Penulisan Makalah.................................................................

BAB II PUSAT-PUSAT DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ..............................

A. Pengertian dan Fungsi Lembaga Pendidikan ...........................................

B. Tripusat Pendidikan ....................................................................................

C. Lembaga Pendidikan Keluarga ..................................................................

D. Lembaga Pendidikan Sekolah.....................................................................

E. Lembaga Pendidikan Masyarakat ............................................................

F. Jalur-jalur Pendidikan ................................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

GLOSARIUM ........................................................................................................

INDEKS ..................................................................................................................

TENTANG PENULIS ...........................................................................................


DAFTAR NAMA PETUGAS ...............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada awalnya dilahirkan tanpa memiliki kemampuan apapun,


bahkan tidak berdaya tanpa bantuan orang lain. Namun, setiap manusia
menyimpan potensi besar dalam dirinya. Oleh karenanya, setiap anak memiliki
keistimewaan tersendiri, tidak dapat disama ratakan dengan anak lainnya.

Potensi yang dimiliki oleh setiap anak akan berkembang seiring waktu
berjalan. Namun, potensi tersebut tetap memerlukan bantuan dan tuntunan dari
liuar diri sang anak. Potensi-potensi ini tidak dapat berkembang begitu saja
tanpa bantuan pengarahan dari orang lain yang lebih berpengalaman dari
dirinya.

Oleh karenanya, dalam usaha melahirkan generasi-generasi bangsa


yang gemilang, diperlukan adanya suatu upaya mencerdaskan dari berbagai
pihak. Upaya ini akan sulit dilakukan apabila hanya bergantung pada salah satu
pihak saja. Maka diciptakanlah lembaga-lembaga pendidikan yang berfokus
pada suatu tujuan utama, yaitu mendidik anak agar kelak dapat memanfaatkan
potensi yang dimilikinya dengan baik. Selain itu, lembaga pendidikan juga
bertanggung jawab dalam membekali anak dengan hal-hal yang di luar konteks
pengetahuan belaka, namun amat penting untuk diterapkan dalam
kehidupannya. Misalnya, mengajari untuk berperilaku sesuai norma-norma,
nilai-nilai sosial, dan sebagainya.

Dalam rangka memahami peran dan fungsi berbagai lembaga yang


berkedudukan penting dalam pendidikan disusunlah makalah ini. Berikut di
dalamnya diuraikan mengenai pusat-pusat pendidikan dan lembaga-lembaga
pendidikan yang saling terkait dan mendukung satu sama lainnya. Informasi
ini semoga dapat menambah pengetahuan utamanya bagi calon pendidik yang
selayaknya memahami hal-hal mengenai pengelolaan pendidikan di negaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lembaga pendidikan?
2. Apa itu Tripusat pendidikan?
3. Apa saja macam-macam lembaga pendidikan?
4. Apa saja jalur-jalur pendidikan?

C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah hanya
tentang pengertian, macam-macam, fungsi dan peranan, tanggung jawab
lembaga pendidikan, serta jalur-jalur lembaga pendidikan. Adapun
pembahasan lain akan dijelaskan pada makalah berikutnya.

D. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui apa itu pusat-pusat dan lembaga pendidikan
2. Untuk menegetahui apa itu tripusat pendidikan
3. Untuk mengetahui macam-macam lembaga pendidikan
4. Untuk mengetahui apa saja jalur-jalur lembaga pendidikan

E. Manfaat Penulisan Makalah


1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu pusat-pusat dan lembaga pendidikan
2. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam tripusat pendidikan
3. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam lembaga pendidikan
beserta fungsi, peranan dan tanggung jawab lembaga tersebut
4. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam jalur pendidikan

F. Metode Penulisan Makalah


Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode
pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa
buku, maupun informasi dari internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut, Bab I adalah
terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah,
metode penulisan makalah, sistematika penulisan makalah. Bab II adalah
pembahasan terdiri dari pengertian dan fungsi lembaga pendidikan, tripusat
pendidikan, lembaga pendidikan keluarga, lembaga pendidikan sekolah,
lembaga pendidikan masyarakat, alur-Jalur Pendidikan. Bab III adalah Penutup
terdiri dari simpulan dan saran. Selanjutnya ada daftar pustaka, glosarium,
indeks, tentang penulis dan daftar penanya
BAB II
PUSAT-PUSAT DAN LEMBAGA PENDIDIKAN

A. Pengertian dan Fungsi Lembaga Pendidikan

Kata lembaga secara bahasa diartikan sebagai badan atau organisasi.


KBBI mengartikan lembaga sebagai badan atau organisasi yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. Lembaga
pendidikan diartikan sebagai lembaga atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku
individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.76

Lembaga pendidikan menurut Elfachmi dalam bukunya, Pengantar


Pendidikan (2016) diartikan sebagai suatu badan yang berusaha mengelola dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan,
penelitian, keterampilan, dan keahlian―yaitu dalam hal pendidikan
intelektual, spiritual, serta keahlian/keterampilan. Lembaga pendidikan juga
difungsikan sebagai tempat di mana orang-orang berkumpul dan saling bekerja
sama secara sistematis dan rasional terencana, terpimpin, terorganisasi, dan
terkendali dalam hal pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efektif serta efisien untuk mencapai
tujuan pendidikan.77

B. Tripusat Pendidikan

Lembaga pendidikan selayaknya dapat menjadi sebuah wadah untuk


pembinaan manusia dan membawanya menuju masa depan yang lebih baik.
Oleh karenanya, setiap orang yang berada dalam ruang lingkup lembaga
pendidikan akan terus mengalami perubahan dan berkembang sesuai dengan
corak intitusi pendidikan yang melingkupinya. K.H Dewantara menyebutkan
bahwa pusat lembaga pendidikan terdiri atas lembaga pendidikan keluarga,

76
Ibrahim Bafadhol, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia”, Jurnal Edukasi Islami
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 06 No. 11, Januari 2017, hlm. 60
77
Amin Kunefi Elfachmi, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 84
sekolah, san masyarakat, atau disebut “Tripusat Pendidikan”. Ketiga lembaga
pendidikan tersebut memiliki peran dan tanggung jawab tersendiri. Namun,
tetap memiliki keterpaduan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional.78

C. Lembaga Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan paling pertama dan utama


yang didapatkan oleh seorang anak. Gazali (2013) menyampaikan pernyataan
Ihsan mengenai pendidikan keluarga yang dianggap pertama karena keluarga
merupakan tempat di mana anak pertama kali mendapatkan pendidikan,
sedangkan dikatakan utama karena hampir semua pendidikan awal yang
diterima oleh anak adalah pendidikan dalam keluarga. Karenanya, dalam
kehidupan keluarga, diperlukan keteladanan orang tua dalam rangka
membangun proses pendidikan keluarga yang baik. Selain itu, dalam
lingkungan keluarga masing-masing anggota keluarga berpeluang untuk
menerima dan memberi sesuatu yang bermakna.79

1. Fungsi dan Peranan Lembaga Pendidikan Keluarga

Anggota keluarga akan menjalani kehidupannya di luar lingkungan


keluarga sebagai makhluk sosial. Oleh karenanya, ia perlu dibekali dengan
ilmu-ilmu seputar bagaimana cara untuk bersosialisasi dengan orang lain.
Keluarga berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anggotanya
agar mereka mengetahui secara jelas bagaimana cara untuk bergaul di dalam
keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Berikut diuraikan peran dan
fungsi keluarga sebagai salah satu lembaga pendidikan:

a. Pengalaman pertama masa kanak-kanak

Masa kanak-kanak merupakan dasar bagi perkembangan seseorang.


Oleh karenanya, keluarga memegang peranan yang amat penting bagi

78
Marlina Gazali, “Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan Untuk Mencerdaskan
Bangsa”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 6 No. 1, Januari 2013, hlm. 128
79
Ibid., hlm. 129-130
perkembangan seseorang, karena keluarga merupakan tempat
seseorang merasakan pengalaman pertama pada masa kanak-
kanaknya.80

b. Menjamin kehidupan emosional anak

Kebutuhan emosional atau kebutuhan akan kasih sayang dapat dipenuhi


dengan baik pada lingkungan keluarga. Oleh karenanya, anak akan
mudah menerima pendidikan pada lingkungan keluarga karena adanya
hubungan darah antara pendidiknya (orangtua atau anggota keluarga
lainnya).

c. Menanamkan dasar pendidikan moral

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa rasa cinta, rasa bersatu dan


perasaan lain, serta keadaan jiwa pada umumnya sangat berperan
terhadap berlangsungnya pendidikan. Lingkungan dengan suasana
yang menunjang ketiga hal tersebut adalah lingkungan keluarga.

d. Memberikan dasar pendidikan sosial

Pada dasarya, keluraga merupakan sebuah lembaga sosial resmi yang


di dalamnya terlibat interaksi antar anggota kelurga. Oleh karenanya,
lingkungan keluarga merupakan dasar penting bagi pendidikan sosial
seorang anak.81

e. Peletakan dasar-dasar keagamaan

Keluarga berperan penting dalam proses penanaman nilai-nilai


keagamaan ke dalam pribadi seorang anak. Suasana keluarga yang
penuh dengan nilai-nilai keagaaan akan memberikan pengaruh besar
bagi pribadi anak.82

80
Elfachmi, Op. Cit., hlm. 85
81
Gazali, Op.Cit., hlm. 131
82
Elfachmi, Op.Cit., hlm. 86
2. Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan orang terdekat yang cenderung mengetahui dan


memahami lebih awal mengenai keistimewaan dan karakter dasar
seseorang. Dengan berbekal pada pengetahuan tersebut, selayaknya
keluarga mampu memupuk dan menekankan kebiasaan-kebiasaan yang
baik pada pribadi anak, serta menjauhkan anak dari kebiasaan-kebiasaan
buruk yang dapat mengancam masa depannya.

Mengingat perannya yang begitu mendasar dalam pendidikan


seseorang, maka selayaknya sebuah keluarga dihidupkan dengan suasana
keharmonisan yang senantiasa terpelihara. Hal ini dimaksudkan agar
keluarga tidak kehilangan fungsinya sebagai salah satu pusat lembaga
pendidikan. Lebih vitalnya lagi, proses pendidikan di lingkungan keluarga
berlangsung secara alami, sehingga seorang anak dapat terbentuk
sebagaimana suasana yang berlangsung secara alami pada keluarganya. 83

D. Lembaga pendidikan Sekolah


Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik anaknya,
maka dipercayakanlah tugas mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih
ahli dalam lembaga pendidikan formal, yaitu guru.84 Sekolah sebagai wahana
pendidikan ini, menjadi produsen penghasil individu yang berkemampuan
secara intelektual dan skill. Karenanya, sekolah perlu dirancang dan dikelola
dengan baik. Karakteristik proses pendidikan di sekolah, antara lain:
a. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen.
b. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang
harus diselesaikan.
c. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
d. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban
kebutuhan di masa yang akan datang. Sekolah lahir dan berkembang

83
Gazali, Op.Cit., hlm. 131-132
84
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm.10
secara efektif dan efisien dari, oleh dan untuk masyarakat. Sekolah
berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik
warga negara.
Berikut diuraikan mengenai fungsi, peranan, dan tanggung jawab
Lembaga Pendidikan Sekolah:
1. Fungsi Lembaga Pendidikan Sekolah
a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan
anak didik.
b. Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c. Efisiensi, pendidikan dilakukan dalam program yang tertentu dan
sistematis, juga jumlah anak didik dalam jumlah besar akan
memberikan efisiensi bagi pendidikan anak dan juga bagi orang tua.
d. Sosialisasi, yaitu proses perkembangan individu menjadi makhluk
sosial yang mampu beradaptasi dengan masyarakat.
e. Konservasi dan transmisi kultural, yaitu pemeliharaan warisan
budaya. Dapat dilakukan dengan pencarian dan penyampaian budaya
pada anak didik selaku generasi muda.
f. Transisi dari rumah ke masyarakat, sekolah menjadi tempat anak
untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab anak sebagai
persiapan untuk terjun ke masyarakat.
2. Peranan Lembaga Sekolah
a. Tempat anak didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru dan
dengan karyawan.
b. Tempat anak didik belajar mentaati peraturan sekolah.
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi agama, bangsa dan agama.
3. Tanggung Jawab Sekolah
a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan
yang ditetapkan menurut ketentuan yang berlaku.
b. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan.
c. Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profesional
pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan jabatannya.85
E. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Pendidikan di lingkungan masyarakat adalah pendidikan nonformal
yang dibedakan dari pendidikan di keluarga dan di sekolah. Bertujuan sebagai
penambah atau pelengkap pendidikan formal dan informal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Masyarakat sebagai lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap


perkembangan pribadi seseorang. Dalam hal ini, masyarakat mempunyai
peranan penting dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan,
membantu pengadaan tenaga & biaya, sarana dan prasarana dan menyediakan
lapangan kerja. Karenanya, partisipasi masyarakat membantu pemerintah
dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa yang sangat diharapkan.86
Pendidikan dalam masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah
b. Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah atau drop out
c. Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu
pendek
d. Peserta tidak perlu homogen
e. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis
f. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus
g. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan meningkatkan taraf hidup
Berikut diuraikan mengenai fungsi dan peran dari lembaga pendidikan
masyarakat:
a. Fungsi sosialisasi

85
Elfachmi, Op.Cit., hlm.86-87
86
Tim Dosen IKIP, Dasar-Dasar Pendidikan (Semarang : IKIP Semarang Press, 1981),
hlm.334
Fungsi lembaga pendidikan masyarakat yang pertama yaitu
sebagai fungsi sosialisasi. Maksudnya yaitu dengan adanya lembaga
pendidikan masyarakat maka pendidikan diharapkan dapat berperan
dalam proses sosialisasi pada lingkungan masyarakat. Dengan adanya
pendidikan maka proses sosialisasi dalam masyarakat akan berjalan
sebagaimana mestinya. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa
orang tua, sekolah dan masyarakat memiliki keterkaitan satu sama
lain dalam proses pendidikan. Orang tua mengharapkan sekolah dapat
melaksanakan proses sosialisasi dengan baik sehingga nantinya anak-
anak dapat memahami dan menerapkan proses sosialisasi dalam
lingkungan masyarakat. Untuk menjalankan tugasnya dalam fungsi
sosialisasi maka sekolah menetapkan berbagai program dan
kurikulum pendidikan, beserta metode pembelajaran apa yang akan
digunakan sehingga proses transmisi nilai-nilai budaya dan
masyarakat dapat berjalan dengan lancar.
b. Fungsi kontrol sosial
Selain sebagai fungsi sosialisasi lembaga pendidikan juga
mempunyai fungsi sebagai fungsi kontrol sosial. Sekolah dapat
menanamkan nilai-nilai dan loyalitas tatanan tradisional masyarakat
yang berfungsi sebagai pelayanan sekolah untuk dapat melakkukan
kontrol sosial. Dengan melalui pendidikan maka kita dapat
mengambil nilai sosial dengan melakukan interaksi sosial dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial maka
lembaga pendidikan di harapkan dapat mendidik anak-anak ataupun
peserta didik menjadi lebih berkualitas dengan begitu tatanan
masyarakat dapat terjalin secara harmonis. Selain itu lembaga
pendidikan juga mempunyai fungsi sebagai pemersatu segala
perbedaan yang ada.87
c. Fungsi pelestarian budaya masyarakat
Fungsi yang ketiga yaitu sebagai pelestari budaya masyarakat.
Dengan adanya lembaga pendidikan maka dapat lembaga pendidikan
mempunyai tugas sebagai pemersatu budaya yang beraneka ragam.
Selain itu kita harus dapat melestarikan nilai budaya daerah seperti
bahasa daerah, kesenian yang masih ada agar tidak punah.
d. Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja
Fungsi yang keempat yaitu sebagai fungsi seleksi, latihan dan
pengembangan tenaga kerja. Maksud dari fungsi seleksi yaitu
lembaga pendidikan dapat menyiapkan siswa untuk megikuti seleksi.
Misalnya seleksi untuk masuk perguruan tinggi, atau seleksi masuk
sekolah mempunyai syarat harus mengikuti seleksi dengan ujian
tertulis. Contoh dalam mendapatkan pekerjaan, kita harus mengikuti
berbagai seleksai untuk memperoleh tujuan kita.
e. Fungsi pendidikan dan perubahan sosial
Fungsi lembaga pendidikan dalam perubahan sosial yaitu
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berperan dalam
menanamkan keyakinan dan nilai-nilai tentang cara berpikir manusia.
Pendidikan di zaman sekarang dapat menghasilkan generasi baru
dengan mempunyai kemampuan berpikir secara kritis, mandiri, tidak
mudah menyerah pada situasi yang ada. Dengan begitu maka peserta
didik akan memahami bagaimana perubahan dalam kehidupan sosial
dapat terjadi, dan bagaimana peserta didik dapat menjadi agen
perubahan.

F. Jalur-Jalur Pendidikan

87
Q.Aini, “Pengertian Lingkungan Pendidikan”(
digilib.uinsby.ac.id/5141/65/Bab%202.pdf, 2016

Diakses pada 25 Desember 2018, )


1. Lembaga Pendidikan Formal
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
disebutkan bahwa lembaga pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan jalur
formal terdiri dari lembaga pendidikan prasekolah, lembaga pendidikan
dasar (SD/SMP), lembaga pendidikan menengah (SMA/SMK), dan
lembaga pendidikan tinggi.88
Dalam sistem pendidikan nasional juga dinyatakan bahwa setiap
warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai
selesai tingkat SMP. Lembaga pendidikan formal berorientasi pada
pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Adapun ciri-ciri
pendidikan formal adalah:
a. Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh
lembaga pendidikan formal.
b. Guru adalah orang yang ditetapkan resmi oleh lembaga.
c. Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.
d. Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.
e. Memiliki kurikulum formal.
f. Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.
g. Adanya batasan lama studi.
h. Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.
i. Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi.
Sedangkan lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal
antara lain:
a. Taman Kanak-kanak (TK)
b. Raudhatul Athfal (RA)
c. Sekolah Dasar (SD)
d. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

88
Bafadhol, Op. Cit., hlm. 60-61
e. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
f. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
g. Sekolah Menengah Atas (SMA)
h. Madrasah Aliyah (MA)
i. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
j. Perguruan Tinggi, meliputi : Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut, dan Universitas.
2. Lembaga Pendidikan Non Formal
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sikdinas
disebutkan bahwa lembaga pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan diluar pendidikan formal yang dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan non formal adalah
lembaga pendidikan yang disediakan bagi warga negara yang tidak
sempat mengikuti atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu
dalam pendidikan formal. Kini, pendidikan non formal semakin
dibutuhkannya keterampilan pada setiap orang untuk mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan. Faktor pendorong perkembangan pendidikan
nonformal diantaranya:
a. Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat
melanjutkan sekolah
b. Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan
cukup pesat dan lebih dibandingkan perkembangan sektor
pemerintah

Adapun program-program pendidikan nonformal yang disertakan


dengan pendidikan formal, contohnya kejar paket A, kejar paket B, kejar
paket C. pendidikan nonformal ada pula yang diselenggarakan oleh
organisasi keagamaan, sosial, kesenian, olahraga, dan pramuka.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.89

Dengan kata lain, pendidikan nonformal berfungsi


mengembangkan potensi peserta didik melalui pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kemudaan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta
pendidikan lainnya. Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan masyarakat.
b. Guru adalah fasilitator yang diperlukan.
c. Tidak adanya pembatasan usia.
d. Materi pelajaran praktis disesuaikan dengan kebutuhan pragmatis.
e. Waktu pendidikan singkat dan padat materi.
f. Memiliki manajemen yang terpadu dan terarah.
g. Pembelajaran bertujuan membekali peserta dengan keterampilan
khusus untuk persiapan diri dalam dunia kerja.

Sedangkan lembaga penyelenggara pendidikan nonformal antara


lain:
a. Kelompok bermain (KB)
b. Taman penitipan anak (TPA)
c. Lembaga khusus
d. Sanggar
e. Lembaga pelatihan
f. Kelompok belajar
g. Pusat kegiatan belajar masyarakat
h. Majelis taklim
i. Lembaga keterampilan dan pelatihan
3. Lembaga Pendidikan Informal

89
Ibid., hlm. 61-62
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
disebutkan bahwa pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan. Lembaga pendidikan informal adalah pendidikan yang
ruang hidupnya lebih terarah pada keluarga dan masyarakat. Pendidikan
keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Dikatakan pertama,
karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan lingkungan dan
mendapatkan pembinaan dari sebuah anggota keluarga. Pendidikan
pertama ini dapat dipandang sebagai peletak pondasi pengembangan-
pengembangan berikutnya. Adanya istilah pendidikan utama juga
dikarenakan adanya pengembangan tersebut.90
Namun pendidikan informal, khususnya pendidikan keluarga
memang belum ditangani seperti pada pendidikan formal, sehingga
masuk akal jika sebagian besar keluarga belum memahami dengan baik
tentang cara mendidik anak-anak dengan benar. Ciri-ciri pendidikan
informal adalah:
a. Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat dan
waktu.
b. Yang berperan sebagai guru adalah orang tua.
c. Tidak adanya manajemen yang baku.
4. Karakteristik Jalur-Jalur Pendidikan
Terdapat beberapa karakteristik dari jalur-jalur pendidikan yang
telah diuraikan diatas, antara lain:91
Pendidikan
No Pendidikan Formal Pendidikan Informal
Nonformal
1. Tempat pembelajaran di Tempat pembelajaran- Tempat pembelajaran bisa
gedung sekolah nya di luar gedung di mana saja
2. Ada persyaratan khusus Kadang tidak ada Tidak ada persyaratan
untuk menjadi peserta didik persyaratan khusus

90
Ibid., hlm.62
91
Elfachmi, Op.Cit., hlm. 90
3. Kurikulumnya jelas Umumnya tidak me- Tidak berjenjang
miliki jenjang yang
jelas
4. Materi pembelajaran ber- Adanya program ter- Tidak ada program yang
sifat akademis tentu yang khusus direncanakan
hendak ditangani
5. Proses pendidikannya me- Bersifat praktis dan Tidak ada materi tertentu
makan waktu yang lama khusus yang harus tersaji secara
formal
6. Ada ujian formal Pendidikannya ber- Tidak ada ujian
langsung singkat
7. Penyelenggara pendidikan Dapat dilakukan oleh Tidak ada lembaga sebagai
adalah pemerintah atau pemerintah atau swasta penyelenggara
swasta
8. Tenaga pengajar memiliki
klasifikasi tertentu
9. Diselenggarakan dengan
administrasi yang seragam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Lembaga pendidikan merupakan sebuah wadah untuk berlangsungnya


proses pendidikan untuk mengubah tingkah laku seorang individu sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan. Terdapat tiga pusat lembaga pendidikan
atau yang disebut tripusat pendidikan, meliputi lembaga pendidikan keluarga,
lembaga pendidikan sekolah, dan lembaga pendidikan masyarakat. Ketiga
pusat pendidikan memiliki ciri, peran, dan tanggung jawabnya masing-masing.
Walaupun demikian, ketiganya tetaplah memiliki keterpaduan satu sama lain
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui jalur-jalur


pendidikan yang meliputi jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Penyelenggaraan pendidikan melalui jalur-jalur ini diatur oleh undang-undang
khusus. Ketiga jalur ini memiliki karakteristik tersendiri. Masing-masing jalur
memiliki lembaga penyelenggara pendidikan yang berbeda.

B. Saran

Penulisan makalah selayaknya didukung dengan data-data dan teori


yang akurat. Oleh karenanya, sebelum proses penyusunan, pemateri harus
menentukan topik apa yang akan diangkatnya, kemudian mencari sumber-
sumber yang relevan. Dengan begitu, penulisan makalah akan lebih sistematis
dan tersusun dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bafadhol, Ibrahim. 2017. Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Edukasi


Islami Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 06 No. 11
Elfachmi , Amin Kunefi. 2016. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Erlangga
Gazali, Marlina. 2013. Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan Untuk
Mencerdaskan Bangsa. Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6 No. 1
Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Q.Aini. 2016. Pengertian Lingkungan Pendidikan” diambil dari :
digilib.uinsby.ac.id Diakses pada 25 Desember 2018 pukul 13.12 WIB
Tim Dosen IKIP. 1981. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press
GLOSARIUM

Formal : sesuai dengan peraturan yang sah, menurut


adat kebiasaan yang berlaku

Informal : tidak resmi

Lembaga : badan (organisasi) yang tujuannya melakukan


suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan
suatu usaha

Nonformal : bersifat di luar kegiatan resmi sekolah

Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang


atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara, perbuatan mendidik

Sisdiknas : Sistem Pendidikan Nasional

Tripusat Pendidikan : istilah dalam bidang pendidikan yang


berarti memberdayakan sinergitas
lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat
INDEKS

Formal 11

Informal 13

Lembaga 4-14

Nonformal 12

Pendidikan 4-14

Sisdiknas 11-14

Tripusat 4
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Hanifatul Hashina, lahir pada tanggal 6


Maret 1999 di kota Medan. Alamat di medan adalah Jl.
Perhubungan Dusun IV Melati Gg. Wonogiri, Deli
Serdang, alamat sekarang berada di Jl. Kertamukti Gg.
Abdul Majid No.115, Tangerang Selatan. Riwayat
pendidikan yang telah di tempuh adalah TK Karya Bunda
Percut Sei Tuan, SD Negeri 106162 Percut Sei Tuan,
Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan, dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Model
Medan. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Biologi semester 3. Memiliki hobi
membaca cerita dan menonton. Ia juga merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.

Penulis bernama Fatimah Azzahra, kelahiran Jakarta,


tanggal 21 November 1999. Ia merupakan anak ke-5 dari
6 bersaudara dan saat ini bertempat tinggal di Kota
Depok, tepatnya di Jl. Enggram Lestari Kelurahan
Sawangan Baru. Penulis memiliki hobi membaca dan
menggambar. Penulis mengawali pendidikan formalnya
di MI Far’ul Hidayah, kemudian melanjutkan
pendidikannya ke MTs Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 1 Parung. Saat ini penulis
tengah menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan program studi Pendidikan Biologi semester 3.

Penulis bernama Bagas Widiarto Adiputra,


kelahiran di Jakarta, pada tanggal 07 Juni 2000. Ia
merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara dan
bertempat tinggal di kota Jakarta, tepatnya di Jl.
Serdang baru I no.39 kelurahan serdang kecamatan
kemayoran 10650. Penulis memiliki hobi
berolahraga, misal seperti Futsal, Sepakbola, Volly,
Badminton dll. Penulis memulai pendidikan
formalnya di SDN 05 Serdang
Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikannya ke SMPN 228 Jakarta dan MA
Al- Muddatsiriyah Jakarta. Saat ini penulis tengah menempuh pendidikan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan program studi
Pendidikan Biologi semester 3.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator

Ningrum Sri Indriani

B. Operator

Shinta Aulia

C. Penanya

Anisa Rehlitna PG
Husna Amaliah
Ade Rizka Fitria
Dwi Sarifatul
Dinda
Ulfi Maysyaroh

D. Penanggap

M. Imanul Arifin
Pitri Nurgandari
Novita Dwi Safitri
Nurazizah
Fathiya Rahmah Aliya
Masarrah Marimadani
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

(Makalah Ini Disusun Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika Semester 5 Kelas 5A)

Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A

2. Dr. Syamsul Aripin M.A

Disusun Oleh:

Kelompok 10

1. Anna Fajria (11170161000012)


2. Shinta Aulia (11170161000025)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................

B. Perumusan Masalah ...............................................................................

C. Pembatasan Masalah .............................................................................

D. Tujuan Penulisan Masalah.....................................................................

E. Manfaat Penulisan Makalah ..................................................................

F. Metode Penulisan Makalah ...................................................................

G. Sistematikan Penulisan Makalah ...........................................................


BAB II ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Definisi Aliran .......................................................................................

B. Definisi Pendidikan ...............................................................................

C. Aliran-Aliran dalam Dunia Pendidikan.................................................

D. Macam-Macam Aliran-Aliran Pendidikan ............................................

1. Aliran Empirisme ..............................................................................

2. Aliran Nativisme................................................................................

3. Aliran Naturalisme ............................................................................

4. Aliran Konvergensi............................................................................

5. Aliran Progresivisme .........................................................................

6. Aliran Kontruktivisme .......................................................................


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

INDEKS...................................................................................................................

FOTO DAN CV PENULIS


ABSTRAK

Sejak dulu sampai sekarang ini pendidikan merupakan hal yang paling
penting untuk membawa seseorang kepada kehidupan yang lebih baik, dan masalah
sukses tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor pembawaan dan lingkungan.
Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah untuk di jelaskan
sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Penulisan makalah
ini dilakukan untuk mengetahui apa itu aliran pendidikan, beberapa pendapat dari
aliran-aliran pendidikan, serta pengaruhnya terhadap pemikiran dan praktek
pendidikan di Indonesia. Aliran-aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut
berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran
terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi
berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus
dipahami. Aliran-aliran pendidkan telah dimulai sejak awal hidup manusia karena
setiap kelompok manusia selalu dihadapakan dengan generasi muda keturunannya
yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Aliran-aliran
pendidikan ini dibagi menjadi beberapa aliran, diantaranya aliran empirisme, aliran
nativisme, aliran naturalisme, aliran konvergensi, aliran progresivisme, dan aliran
kontruktivisme.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul Aliran-Aliran Pendidikan ini dibuat untuk memenuhi


tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyampaikan terimakasih
kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Dr. Syamsul Aripin, MA, selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat dan
Ilmu Pendidikan yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika yang membantu
kelancaran penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi atau acuan bagi pembaca.

Ciputat, November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan selalu memiliki perkembangan seiring dengan perkembangan
sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak dahulu hingga
sekarang ini pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa
kepada kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses tidaknya pendidikan
tidak lepas dari faktor pembawaan dan lngkungan, sehingga pendidikan
mengalami perkembangan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang
disebut dengan aliran-alran pendidikan.
Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran
pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu
dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemkiran
dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan
yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra
inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-
pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang
mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini
disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya dijadikan bahan diskusi oleh
generasi penerusnya.
Aliran-aliran dalam pendidikan pada umumnya mengemukakan suatu
gagasan atau pendapat secara umum mengenai pendidikan, oleh karena itu, di
dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengantar aliran-aliran pendidikan
dan macam-macam aliran-aliran pendidikan yang nantinya dapat kita ketahui
dan pahami berbagai aspek dari aliran-aliran pendidikan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan aliran?

2. Apa yang dimaksud dengan aliran-aliran dalam dunia pendidikan?


3. Apa saja macam-macam aliran-aliran pendidikan?

4. Bagaimana aliran-aliran dalam dunia pendidikan di Indonesia?

C. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah ini hanya
tentang definisi, pengertian dan macam-macam aliran-aliran pendidikan dalam
dunia kependidikan saja. Adapun pembahasan lain akan dijelaskan pada
makalah/kelompok berikutnya.
D. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui arti dari aliran.

2. Untuk mengetahui apa itu aliran-aliran dalam dunia pendidikan.

3. Untuk mengetahui macam-macam aliran pendidikan.

4. Untuk mengetahui bagaimana aliran-aliran pendidikan yang ada di


Indonesia.

E. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu aliran.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu aliran-aliran dalam dunia


pendidikan.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam aliran-aliran pendidikan.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan aliran-aliran pendidikan yang ada di


Indonesia.

F. Metode Penulisan Makalah


Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode
pustaka adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi di internet.
G. Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan yang di
dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode
penulisan makalah, sistematika, dan penulisan makalah. Kemudian dilanjutkan
dengan Bab II , yang terdiri dari pengertian pendidikan sebagai sistem, proses
pendidikan, tujuan pendidikan sebagai sistem, faktor-faktor suprasistem yang
mempengaruhi pendidikan, serta pendidikan formal, non-formal, dan informal
sebagai sebuah sistem. Selanjutnya yaitu Bab III Penutup yang di dalamnya
terdapat kesimpulan dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar
pustaka, glosarium, indeks, biografi penulis, dan daftar nama petugas.
BAB II
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN

A. Definisi Aliran
Kata aliran diturunkan dari alir, mengalir seperti dalam sebaris lagu
”Bengawan Solo”: air mengalir sampai jauh. Apa makna aliran? Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi versi online, aliran bermakna (1) sesuatu yang
mengalir (air, hawa, listrik, dsb), (2) saluran untuk benda cair yg mengalir
(seperti pipa air), (3) haluan, pendapat, paham (politik, pandangan hidup, dsb).
Aliran ini berhubungan dengan pandangan, sikap, haluan. Ke dalam aliran ini
kemudian dapat dibagi menjadi aliran politik, aliran filsafat, dan tentunya yang
sudah lama ada, serta terdapat juga aliran kepercayaan.92
B. Definisi Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha untuk membimbing anak agar
menyerupai orang dewasa akan tetapi bagi Jean Piaget (1896) pendidikan
berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu
penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan lain. Pandangan
tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.Dalam arti sempit
pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal.
Secara umum, pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina ke-pribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat.
Bagaimana pun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya pasti
berlangsung suatu proses pendidikan, sehingga sering dikatakan bahwa
pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia (Samad, 2013).
Berikut beberapa pengertian pendidikan menurut beberapa sumber antara lain
adalah sebagai berikut.

92
Anonim, Aliran dan Ajaran, diambil dari: https://www.wisma-bahasa.com/aliran-dan-
ajaran/ (diakses pada tanggal 10 Desember 2018).
1. Pengertian Pendidikan Menurut UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 ayat (1) Tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2. Kamus Besar Bahasa IndonesiaKamus Besar Bahasa Indonesia
menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat
imbuhan berupa awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses atau cara
perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa yakni
perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelompok orang dalam
usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan dan pengajaran.
3. Ki Hadjar DewantaraPendidikan yaitu tuntutan dalam hidup tumbuhnya
anak-anak yang bermaksud menuntun segala kekuatan kodrati pada anak-
anak itu supaya mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat mampu
menggapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu bentuk pertolongan atau bimbingan yang diberikan orang
yang mampu, dewasa dan memiliki ilmu terhadap perkembangan orang lain
untuk mencapai kedewasaan dengan tujuan supaya pribadi yang dididik
memiliki kecakapan yang cukup dalam melaksanakan segala kebutuhan
hidupnya secara mandiri.93
C. Aliran-Aliran dalam Dunia Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti
suatu diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu
ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul

93
Husamah dkk., Pengantar Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2015), hal 32.
pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan
itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami. Oleh
karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan.
D. Macam-Macam Aliran-Aliran Pendidikan
Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak
itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan
pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Pendidikan di dalam
masyarakat senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan
kehidupan generasi yang sejalan dengan tuntutan, perkembanga dan kemajuan
masyarakat dari zaman ke zaman.94
Mengingat perkembangan kehidupan dan pelaksanaan pendidikan
bersifat dinamis, maka gagasan-gagasan yang muncul pun bersifat dinamis
(sesuai dengan alam pikir dan dinamika manusianya). Kondisi akhirnya
mendorong lahirnya aliran-aliran dalam pendidikan. Aliran-aliran dalam
pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik karena pendidikan tidak
cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan95
deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik (menyeluruh).
1. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan
menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam
kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-
stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh
orang dewasa dalam bentuk pendidikan.

94
Nadirah S., Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi Lentera
Pendidikan, (Malang: UMM Press, 2013), hal 188-195.
95
Husamah, Op.Cit., hal 86.
Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala
pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya
ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik
secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses
pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung.96
Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan
ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari
lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan
lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik.
Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.97
Empirisme berasal dari kata empire, artinya pengalaman. Tokoh
utama aliran ini ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
“The School of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Locke
memandang bahwa anak yang dilahirkan itu ibaratnya meja lilin putih
bersih yang masih kosong belum terisi tulisan apa-apa, karenanya aliran
atau teori ini disebut juga Tabularasa, yang berarti meja lilin putih. Masa
perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat dipengaruhi oleh
lingkungan atau pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil.
Pada dasarnya manusia itu bisa didik apa saja menurut kehendak
lingkungan (dalam arti luas), pengalaman dari lingkungan itulah yang
menentukan pribadi seseorang.98
Aliran ini mengandaikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
hidup manusia ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor pengalaman yang
berada di luar diri manusia, baik yang sengaja di desain melalui pendidikan
formal maupun pengalaman-pengalaman tidak disengaja yang diterima
melalui pendidikan informal, non formal, dan alam sekitar. Aliran ini
berpendapat bahwa pendidikanlah yang menentukan masa depan manusia,
sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam, seperti bakat dan

96
Josep Mbulu dkk., Pengantar Pendidikan. (Malang: Teknologi Pendidikan, 2006), hal 98.
97
Darmi, Aliran-Aliran yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan, (Diambil dari AT-TA'DIB
jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam Vol. 5 No. 1, 2013), hal 2-5.
98
Ahmadi A. dan Uhbiyati N., Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 46.
keturunan tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam menentukan
masa depan manusia.99
2. Aliran Nativisme
Teori ini merupakan kebalikan dari teori empirisme, yang
mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan
buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaanya sendiri-
sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk
kepribadian anak. Jika pembawaan jahat akan menjadi jahat, jika
pembawaanyan baik akan menjadi baik. Jadi lingkungan yang diinginkan
dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak dibuat-buat,
yakni lingkungan yang alami.100
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti kelahiran atau native
yang artinya asli atau asal. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Nativisme
berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki/membawa sifat-sifat
dan dasar-dasar tertentu, yang bersifat pembawaan atau keturunan. Sifat-
sifat dan dasar-dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah
yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, serta hasil
pendidikan sepenuhnya.101
Nativisme menganggap pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan
tidak berarti, tidak mempengaruhi perkembangan anak didik, kecuali
hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja. Apabila seorang
anak berbakat jahat, maka ia akan menjadi jahat, begitu pula sebaliknya.
Apabila seorang anak mempunyai potensi intelektual rendah maka akan
tetap rendah.102

99
Setianingsih D., Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Tholhah Hasan, (Malang:
Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2008), hal 68.
100
Darmi, Loc.Cit.
101
Nadirah, Loc.Cit.
102
Djumransjah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hal
74.
Aliran nativisme menolak dengan tegas adanya pengaruh eksternal.
Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali dalam membentuk manusia
menjadi baik. Pendidikan tidak bermanfaat sama sekali. Sebaliknya, kalau
kita menginginkan manusia menjadi baik, maka yang perlu dilakukan
adalah memperbaiki kedua orang tuanya karena merekalah yang
mewariskan faktor-faktor bawaan kepada anak-anaknya. Nativisme jelas
merupakan aliran yang mengakui adanya daya-daya asli yang telah
terbentuk sejak lahirnya manusia ke dunia. Daya-daya tersebut ada yang
dapat tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuan
manusia dan ada yang dapat tumbuh berkembang hanya sampai pada titik
tertentu sesuai dengan kemampuan individual manusia.103
Aliran ini masih memungkinkan adanya pendidikan. Namun,
mendidik menurut aliran ini membiarkan anak tumbuh berdasarkan
pembawaannya. Berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung kepada
tinggi rendahnya dan jenis pembawaan yang dimiliki anak. Apa yang patut
dihargai dari pendidikan atau manfaat yang diberikan oleh pendidikan,
tidak lebih dari sekadar memoles permukaan peradaban dan tingkah laku
sosial, sedangkan lapis yang mendalam dan kepribadiananak, tidak perlu
ditentukan.104
3. Aliran Naturalisme
Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir.
Aliran ini ada persamaannya dengan aliran nativisme (beberapa ahli
menyebut dengan istilah “sama”, “hampir sama” dan “senada”. Istilah
natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari
dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total
dari fenomena ruang dan waktu.
Aliran Naturalisme dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau. Ia
mengatakan, “Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam,
dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan

103
Setianingsih D., Loc.Cit.
104
Husamah, Op.Cit., hal 89.
manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan alam
akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak
kelahiran anak tersebut.105
Naturalisme bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak
manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang
pencipta, tetapi akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia. Ajaran
dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki
pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan
pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai
dengan lingkungan alami, bukan lingkungan yang dibuat-buat.106
Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu
untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika
seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau
tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk
angin. Ini adalah bentuk hukuman alam. Biarlah anak itu merasakan
sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya
menjadi insaf dengan sendirinya.107
4. Aliran Konvergensi
Salah satu tokoh pendidikan bernama William Stern (1871-1939)
telah menggabungkan pandangan yang dikenal dengan teori atau aliran
konvergensi. Aliran ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang
eksterm, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan
dan lingkungan sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh
terhadap hasil perkembangan anak didik. Stern berpendapat bahwa
pembawaan dan lingkungan merupakan dua garis yang menuju kepada
suatu titik pertemuan (garis pengumpul), oleh karena itu perkembangan

105
Ibid.
106
Darmi, Op.Cit., hal 4.
107
Husamah, Op.Cit., hal 90.
pribadi sesungguhnya merupakan hasil proses kerjasama antara potensi
heriditas (internal) dan lingkungan, serta pendidikan (eksternal).108
Aliran konvergensi menyatakan bahwa pembawaan tanpa
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak akan bisa berkembang, demikian
juga sebaliknya. Potensi yang ada pada pembawaan dari seorang anak akan
berkembang ketika mendapat pendidikan dan pengalaman dari
lingkungan. Sedangkan secara psikis untuk mengetahui potensi yang ada
pada anak didik yaitu dengan cara melihat potensi yang dimunculkan pada
anak tersebut. Pembawaan yang disertai disposisi telah ada pada masing-
masing individu yang membutuhkan tempat untuk merealisasikan dan
mengembangkannya. Pada dasarnya pembawaan adalah seluruh
kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi)
yang terdapat pada suatu individu dan ayang selama masa
perkembangannya benar-benar dapat direalisasikan.109
Aliran konvergensi pada prinsipnya berpendapat bahwa pembawaan
dan lingkungan sama pentingnya. Perkembangan jiwa seseorang
tergantung pada bakat sejak lahir dan lingkungannya, khususnya
pendidikan. Peran pendidikan adalah memberi pengalaman belajar agar
anak dapat berkembang secara optimal. Menurut aliran konvergensi
perkembangan pribadi merupakan hasil proses kerjasama antara potensi
hereditas (internal) dan lingkungan (eksternal). Jadi menurut aliran
konvergensi: (1) pendidikan dapat diberikan kepada semua orang, (2)
pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada peserta
didik untuk mengembangkan pembawaannya yang baik dan mencegah
pembawaan yang buruk, (3) hasil pendidikan tergantung dari pembawaan
dan lingkungan (Moerdiyanto, 2011).110
5. Aliran Progresivisme

108
Djumaransjah, Loc.Cit.
109
Husamah, Loc.Cit.
110
Moerdiyanto, Tren Pengembangan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar dan Menengah,
(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2011), hal 59.
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-
centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-
centered). Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar
kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja
dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap
anak.111
Anak merupakan pusat adari keseluruhan kegiatan-kegiatan
pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan
martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam
betuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa.
Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai
alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai
harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang
dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang
dewasa.112
6. Aliran Kontruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang
epistemiolog Italia. Ia dipandang sebagai cikal bakal lahirnya
konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah pencipta alam
semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Mengerti berarti
mengetahui sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat
mengetahui segala sesuatu karena Dia Pencipta segala sesuatu itu.
Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan Tuhan.
Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang
dibentuk. Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan

111
Darmi, Loc.Cit.
112
Ibid., hal 5.
kognitif, Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi
kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Pengetahuan
merupakan suatu proses, bukan suatu barang.
Aliran Konstruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak
diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui
pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu penglihatan,
pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini
menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang
kepada orang lain, dengan alasan pengetahuan bukan barang yang bisa
dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan untuk mentransfer
ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda
jika pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang
akan berkembang sesuai seiring perkembangan sosial budaya dan
perkembangan iptek. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut dengan aliran
pendidikan. Aliran tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia,
termasuk pendidikan di Indonesia. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita
tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab
penggunanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi, dan kondisinya
pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi pembaca.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan penjelasan kepada pembaca terkait
perilaku plagiasi dan kiat menghindarinya. Makalah ini diharapkan juga dapat
diterapkan dalam kegiatan penulisan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmi. 2013. Aliran-Aliran yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan. Diambil


dari: AT-TA'DIB jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam. Vol 5. No
1. Hal 2-5 (diakses pada tanggal 08 Desember 2018).

Djumransjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia


Publishing.

Husamah, dkk. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: UMM Press.

Joseph Mbulu, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium


Teknologi Pendidikan.

Moerdiyanto. 2011. Tren Pengembangan Pendidikan IPS di Sekolah Dasar dan


Menengah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.

Nadirah, S. 2013. Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.


Lentera Pendidikan 16(2): 188-195.

Samad, M. Y. 2013. Pendidikan Islam dalam Perspektif Aliran Kalam: Qadariyah,


Jabariyah, dan Asy’ariyah. Lentera Pendidikan 16(1): 73-82.

Setianingsih, D. 2008. Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Tholhah Hasan.


Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.
GLOSARIUM
Empirisme : Teori yang mengatakan bahwa semua pengetahuan didapat
dengan pengalaman.
Kontruktivisme : Aliran yang menegaskan bahwa pengetahuan bersifat mutlak.
Konvergensi : Pembawaan tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tidak akan
bisa berkembang, demikian juga sebaliknya.
Nativisme : Sikap atau paham suatu negara atau masyarakat terhadap
kebudayaan sendiri berupa gerakan yang menolak pengaruh,
gagasan, atau kaum pendatang.
Naturalisme : Usaha untuk menerapkan pandangan ilmiah tentang dunia
alamiah pada filsafat dan seni
Progresivisme : Gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih
berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran
(subject-centered).
INDEKS

Empirisme 7

Kontruktivisme 13

Konvergensi 11

Nativisme 9

Naturalisme 10

Progresivisme 12
FOTO DAN CV PENULIS

Penulis bernama Anna Fajria, dikenal dengan panggilan


Anna. Lahir di Bandar Lampung, 28 Agustus 1999. Ia
merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang
bertempat tinggal di Jl. Pulau Damar No.33 kelurahan
Way Kandis, kecamatan Tanjung Senang, kota Bandar
Lampung, Lampung. Pendidikan formal yang pernah
ditempuh adalah TK Al-Azhar 2 Bandar lampung, ke-
mudian melanjutkan sekolah ke SD Al-Azhar 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun
2011. Setelah menyelesaikan SD, penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di
SMP 19 Bandar Lampung hingga tahun 2014 dan kembali melanjutkan sekolah
menengah atas di MAN 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2017. Saat ini penulis
sedang melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Pendidikan Biologi semester 3.

Penulis kedua bernama Shinta Aulia. Biasa dipanggil


Shinta. Lahir di Cilacap Jawa Tengah, 7 September
1999. Ia merupakan anak tunggal yang bertempat tinggal
di Griya Serpong Asri Blok Catalia 1/10 Cisauk, Kab.
Tangerang. Pendidikan formal yang pernah ditempuh
yaitu TK Al-Hanif padaS tahun 2005. Kemudian
melanjutkan Sekolah ke SD Negeri Rahayu

dan lulus pada tahun 2011. Setelah lulus dari sekolah dasar ia melanjutkan ke SMP
Negeri 03 Cisauk hingga tahun 2014 dan kembali melanjutkan sekolah di SMA Negeri
28 Kab.Tangerang lalu lulus pada tahun 2017. Saat ini penulis sedang melanjutkan
pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Biologi
semester 3.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator
Ade Rizka Fitria
B. Notulen
Massarah Marimadani
C. Penanya
1. Marina
2. Nurazizah
3. Ningrum Sri Indriani
4. Nadya Aristia P.
5. Pitri Nurgandari
6. M. Imanul Arifin
D. Penanggap
1. Husna
2. Bagas Widiarto A.
3. Fatimah Azzahra S.
4. Anisa Rehlitna P.G
5. Dinda
6. A’zizah Shobiroh
DEMOKRASI PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)

Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.

2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 11
Nama : Fakhtotun Nisa (11170161000008)
Nama : Anisa Rehlitna P. G (11170161000020)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu
nikmat sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tgas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang dibimbing
oleh bapak Dr. Syamsul Aripin, MA dengan judul “Pendidikan Sebagai Sistem”.

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusunan dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalh ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan pada
tugas selanjutnya.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan


umumnya semua yang membaca makalah ini.

Ciputat, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Pembatasan Masalah......................................................................................

D. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................

F. Metode Penulisan Makalah............................................................................

G. Sistematika Penulisan Makalah.....................................................................

BAB II : DEMOKRASI PENDIDIKAN.................................................................

A. PENGERTIAN DEMOKRASI PENDIDIKAN............................................

1. Pengertian Pendidikan .................................................................................

B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI PENDIDIKAN......................................

C. PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI PENDIDIKAN.......

BAB III : PENUTUP...............................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

GLOSARIUM.........................................................................................................

INDEKS..................................................................................................................

TENTANG PENULIS.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan demokrasi dalam pendidikan Islam, tentu saja tidak
dapat dilepaskan dari sejarah/demokrasi dalam ajaran Islam dan demokrasi
secara umum. Demokrasi dalam ajaran Islam secara prinsip telah diterapkan
oleh Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan istilah “musyawarah”.
Kata demokrasi memang tidak ada terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits,
karena kata demokrasi berasal dari Barat atau Eropa yang masuk ke
peradaban Islam.

Dalam memberikan penafsiran makna demokrasi pendidikan


mungkin terdapat bermacam-macam konsep, seperti juga beraneka ragam
pandangan dalam memberikan arti demokrasi. Dalam pemerintahan
demokrasi, demokrasi harus dijadikan filsafat hidup yang harus ditanamkan
kepada setiap peserta didik.

Secara sederhana konteks Demokrasi ini menunjukkan adanya


pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Sistem Demokrasi
merupakan suatu bentuk tindakan yang menghargai perbedaan prinsip,
keberagaman nilai – nilai masyarakat dalam suatu Negara, dan memberikan
kebebasan bertindak sesuai dengan kehendaknya dalam batasan normatife
tertentu. Pendidikan dalam perspektif demokrasi adalah sebuah komponen
penting dalam institusi masyarakat. Pendidikan menjadikan warga
masyarakat mampu mengembangkan pemikiran kritis, kreatif, dan progresif
yang dapat menopang praktik demokrasi dalam masyarakat. Sejarah
mencatat, para intelektual dari golongan berpendidikanlah yang memegang
peranan penting sebagai penggagas berdirinya Republik Indonesia.

Oleh karenanya, pengembangan demokrasi dalam pendidikan dalam


rangka mewujudkan peran pendidikan bagi masyarakat demokratis
merupakan dimensi penting dalam pelkasanaan kebijakan pendidikan
diindonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan Masalahnya ialah:

C. Apa pengertian demokrasi pendidikan?


D. Menjelaskan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan?
E. Menjelaskan pelaksanaan demokrasi pendidikan?
C. Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penulis membatasi pembahasan makalah hanya
pada materi pengertian demokrasi pendidikan, prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan, pelaksanaan demokrasi pendidikan.

D. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penuisan makalah ini adalah:
2. Mengetahui pengertian demokrasi pendidikan.
3. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi pendidikan.
4. Mengetahui pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan.
E. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
3. Untuk mengetahui pengertian demokrasi pendidikan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip demokrasi pendidikan.
5. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi pendidikan.
F. Metode Penulisan Makalah
Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam
mempelajarai dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat, baik berupa buku maupun informasi dari internet.

G. Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab I Pendahuluan yang
di dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan
makalah, metode penulisan makalah, sistematika, dan penulisan makalah.
Kemudian dilanjutkan dengan Bab II , yang terdiri dari pengertian
pendidikan sebagai sistem, proses pendidikan, tujuan pendidikan sebagai
sistem, faktor-faktor suprasistem yang mempengaruhi pendidikan, serta
pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
Selanjutnya yaitu Bab III Penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan
dan saran. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium,
indeks, biografi penulis, dan daftar nama petugas.
BAB II
DEMOKRASI PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan atau pedagogi memiliki beberapa pengertian. Pendidikan
(pedagogi) secara etimologis adalah berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari
kata “PAID”, artinya anak, dan “AGOGOS”, diartikan membimbing. Jadi
sederhananya adalah bimbingan yang diberikan kepada anak.113

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan


suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk di jalankan oleh pemerintah negara tersebut.

Istilah demokrasi berasal dari kata Demos yang artinya rakyat, dan
Kratos atau Cratein yang artinya kekuasaan. Demokratisasi dapat di
mengerti sebagai proses pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan politik
kenegaraan dan kemasyarakatan.114

Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan


kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan
di sekolah sesuai dengan kemampuannya. Karena Demokrasi Pendidikan
diartikan sebagai hak setiap warga Negara atas kesempatan yang seluas –
luasnya untuk menikmati Pendidikan, yang sesuai dengan bunyi pernyataan
Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat ( 1) yaitu “ Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asai manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa. Dua hal yang penting dalam mengikuti
pendidikan yaitu : pertama, memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan

113
Endang Soenaryo, Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Yogyakarta: Adicitia,2000), hal. 38
114
Achmad Buchory DKK, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI semester 1, (Solo: CV.
HaKa MJ), hh. 18-19
kemampuan dalam batas tertentu yakni pada level pendidikan dasar
Sembilan tahun; kedua, adanya peluang untuk memilih satuan pendidikan
sesuai dengan karakteristiknya.

Demokrasi Pendidikan bukan hanya sekedar prosedur, tetapi juga


nilai – nilai pengakuan dalam kehormatan dan martabat manusia. Melalui
upaya Demokratisasi Pendidikan diharapkan mampu mendorong
munculnya individu yang kreatif, kritis, dan produktif tanpa keterbukaan
dalam kehidupan berpolitik. Proses ini menuntut adanya relasi
kemasyarakatan yang Demokratis. Tanggung jawab dari pelaksanaan
Sistem Pendidikan Nasional dalam transformasi sosial yang tengah
berlangsung adalah menanamkan dan mengoperasikan ethos , nilai , dan
moralitas bangsa dalam menerima dan mengelola informasi yang silih
berganti menjadi aset dalam meningkatkan kualitas dirinya.

Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk


menuntut pendidikan pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara
legal sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang – Undang Dasar 1945
pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan
Pendidikan. Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi
orang tua, masyarakat, dan pemerintah memiliki kewajiban dalam
bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan. Mengenai tanggung jawab pemerintah secara tegas telah
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan Undang – Undang. Dengan demikian tampaknya Demokrasi
Pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlangsungnya
proses pendidikan antara pendidikan dan anak didik, serta juga dengan
pengelola pendidikan.115

Sedangkan demokrasi pendidikan dalam pengertian yang luas


mengandung tiga hal yaitu :
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia
Demokrasi pada prinsip ini dianggap sebagai pilar pertama untuk
menjamin persaudaraan hak manusia dengan tidak memandang jenis
kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa. Dalam pendidikan,
nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang perbedaan
antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta
didik atau hubungan dengan gurunya yang saling menghargai dan
menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus di
didik, karena dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan
berkembang ke arah yang lebih sehat, baik dan sempurna. Oleh karena
itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan anak didik untuk berpikir dan
memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur, sistematis
dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik memiliki wawasan,
kemampuan dan kesempatan yang luas.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai bila setiap warga
negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau
pikirannya untuk memajukan kepentingan bersama. Karena itulah
kebersamaan dan kerjasama merupakan salah satu pilar penyangga
demokrasi.

115
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hal. 43
B. PRINSIP PRINSIP DEMOKRASI PENDIDIKAN
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-
masalah anatara lain:
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh
pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka

Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai


demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat
dan jenis masyarakat dimana mereka berada, karena dalam realitasnya
bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi
oleh latar belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya
masyarakat agraris akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan
modern, dan sebagainya.

Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip


demokrasi pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa
butir penting yang harus diketahui dan diperhatikan,diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga
negara dengan cara adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada
sistem politik yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional

Pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada cita-cita


dan nilai demokrasi akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:

1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-


nilai luhurnya
2. Menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan
berbudi pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan
kemampuan pribadinya, dalam rangka mengembangkan kreasinya ke
arah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.116

C. PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI PENDIDIKAN


DI INDONESIA
Demokrasi pendidikan merupakan proses memberikan jaminan dan
kepastian adanya persamaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di
dalam masyarakat tertentu. Pelaksanaan tersebut telah diatur dalam
perundang – undangan yang berlaku di Indonesia seperti berikut ini :
1. Pasal 31 UUD 1945
b. Ayat (1): tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
c. Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang – undang.
Dengan demikian, di negara Indonesia semua warga negara diberikan
kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan yang
penyelenggaraan pendidikannya diatur oleh satu undang – undang sistem
pendidikan nasional, dalam hal ini tentu saja UU Nomor 2 tahun 1989.
2. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut
UU ini, demokrasi pendidikan cukup banyak dibicarakan terutama yang
berkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan.
3. GBHN di Sektor Pendidikan
Gambaran pembahasan pendidikan di dalam GBHN yaitu sebagai
berikut:
a. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
b. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat manusia.

116
Ibid, hal. 44-47.
c. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, perlu
disempurnakan sistem pendidikan nasional yang berpedoman pada
undang – undang mengenai pendidikan nasional.
d. Pendidikan nasional perlu dilakukan secara lebih terpadu dan serasi,
baik antara sektor pendidikan dan sektor – sektor pembangunan
lainnya, antar daerah, maupun antar berbagai jenjang.
e. Dalam rangka melaksanakan pendidikan nasional perlu semakin
diperluas, ditingkatkan, dan dimantapkan usaha – usaha penghayatan
dan pengamalan nilai – nilai Pancasila.
f. Pendidikan kewarganegaraan dan unsur – unsur yang dapat
meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat, dan nilai – nilai
kejuangan, khususnya nilai – nilai 1945.
g. Pembinaan pendidikan nasional secara fungsional lebih ditingkatkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta
juga dengan pengelolaan pendidikan tanpa memandang suku, kebangsaan,
agama maupun ras dan tidak membedakan antara si kaya dan si miskin,
karena setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Demokratisasi
pendidikan merupakan suatu kebijakan yang sangat didambakan oleh
masyarakat. Melalui kebijakan tersebut diharapkan peluang masyarakat
untuk menikmati pendidikan menjadi semakin lebar sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan yang dimiliki, sehingga informasi
pembangunan tidak lagi menjadi hambatan. Ungkapan pendidikan untuk
semua dan semuanya untuk pendidikan diharapkan bukan sekedar wacana
tetapi sudah harus merupakan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk
mewujudkannya. Dengan demikian, isu tentang besarnya putus sekolah,
elitisme, ketidakterjangkauan dalam meraih pendidikan, dan seterusnya
dapat terhapus dengan sendirinya.
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan
gambaran dan menambah wawasan kita tentang Demokrasi Pendidikan di
Indonesia. Dengan mengetahui demokrasi pendidikan kita akan menjadi
manusia yang demokratis, baik dalam pendidikan dan hal - hal lain dalam
penyelesaian masalah dengan demokratis. Dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu saran dan kritik dari
para pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penyusunan makalah di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Buchory, Achmad DKK. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI Semester


1. Solo: CV. HaKa MJ.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soenaryo,Endang. 2004. Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Yogyakarta: Adicitia.
GLOSARIUM

Demokrasi :Pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta


memerintah dengan perantaraan wakilnya pemerintahan
rakyat

Diskriminatif : Bersifat membeda-bedakan.

Demokratis : Bersifat demokrasi

Etos : Pandangan hidup dari suatu golongan social

Harkat : Derajat kemuliaan


INDEKS
D

Demokrasi 7

Demokratis 8

Diskriminatif 7

Etos 8

Harkat 11
TENTANG PENULIS
Penulis bernama Anisa Rehlitna Pagit
Girsang, lahir di Bogor, 30 Oktober 1999,
anak ke 1 dari 3 bersaudara. Beralamat di
Kampung Koang RT 04 RW 05 Kelurshsn
Pegadungan Kecamatan Kalideres Kota
Jakarta Barat. Pendidikan Formal yang
pernah ditempuh yaitu SDN Pegadungan
03 Pagi lulus pada tahun 2010/2011, lalu
penulis melanjutkan ke SMPN 169 Jakarta lulus tahun 2013/2014 lalu
berlanjut ke SMAN 33 Jakarta, lulus tahun 2016/2017. Saat ini penulis
melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Pendidikan Biologi semester 3.

Penulis bernama Fakhrotun Nisa


lahir di Lamongan pada tanggal 12
Maret 2000. Merupakan anak ke-1
dari 2 bersaudara. Beralamat dijalan
pengairan no 1 Kecamatan Sekaran
Kabupaten Lamongan Pendidikan
formal yang telah ditempuh yaitu
SDN Sekaran Lamongan 2014=2017. Penulis melanjutkan pendidikan
dijenjang berikutnya di MTs Fathul Hidayah Lamongan pada tahun 2011-
2014, lalu penulis melanjutkan pendidikan dijenjang berikutnya di MA
Fathul Hidayah tahun 2014-2017. Saat ini penulis melanjutkan pendidikan
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Biologi semester 3.
INOVASI PENDIDIKAN
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)
Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.
2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 12
Nama: Nur Akliah Nim: 1117016000006
Nama: Yayu Nim: 1117016000033

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
ABSTRAK
Inovasi pendidikan adalah perubahan yang baru bersifat kualitatif, berbeda
dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk menigkat kemampuan
dalam rangka pencaaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Terdapat aspek-aspek
yang mempengaruhi adanya inovasi sehingga tercapainya tujuan inovasi.namun,
dalam pembaruan tersebut terdapat banyak masalah yang menyebabkan inovasi
tesebut tidak berkembang. Adapun pembahasan dimakalah ini antara lain
pengertian inovasi pendidikan, aspek-aspek inovasi pendidikan, masalah yang
mempengaruhi inovasi pendidikan, dan contoh kebijakan inovasi pendidikan.

Kata Kunci: Pengertian inovasi pendidikan, aspek-aspek inovasi pendidikan,


masalah yang mempengaruhi inovasi pendidikan, dan contoh
kebijakan inovasi pendidikan.
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah yang telah banyak memberika beribu-ribu nikmat
sehingga dapat meyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan yang dibimbing oleh
Bapak dr. Syamsul Aripin, MA dengan judul “Inovasi Pendidikan”.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan pada tugas selanjutnya.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
semua yang membaca makalah ini.

Ciputat, Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Pembatasan Masalah ......................................................................................
D. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................
E. Manfaat Penulisan Makalah ...........................................................................
F. Metode Penulisan Makalah ............................................................................
G. Sistematika Penulisan Makalah ..................................................................
BAB II : INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Inovasi Pendidikan ........................................................................


B. Aspek Inovasi ..................................................................................................
C. Masalah Yang Menuntut Inovasi ....................................................................
D. Tujuan Inovasi Pendidikan..............................................................................
E. Beberapa Contoh Kebijakan Inovasi Pendidikan ...........................................
BAB 3 : PENUTUP

A. KESIMPULAN ..............................................................................................
B. SARAN ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

INDEKS

TENTANG PENULIS

DAFTAR PETUGAS
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai sistem suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pendidikan dianggap sebagai fungsi yang melekat dalam sehari-hari. Pendidikan
selalu mengalami perkembangan disegala bidang kehidupan. Peubahan dan
perbaikan dalam pendidikan meliputi bebrbagai komponen yang terlibat
didalamnya.
Berbagai perubahan yang terjadi dibidang pendidikan seringkali
memberikan dampak baik positif maupun negatif.perkembangannya diperlukan
adanya inovasi agar pendidikan tersebut dapat meningkat khususnya secara
kualitatif guna mencapai tujuan yang diharapkan. Inovasi buka hanya sekedar
terjadi perubahan. Namun, perlu adanya unsur kualitas yang lebih baik pada
peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun perumusan masalahnya ialah:
1. Apa yang dimaksud dengan inovasi pendidikan?
2. Apa saja aspek inovasi?
3. Apa saja masalah yang menuntut inovasi pendidikan?
4. Apa tujuan dari inovasi pendidikan?
5. Jelaskan beberapa contoh kebijakan inovasi pendidikan?

C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah hanya pada
materi pengertian inovasi pendidikan, aspek-aspek inovasi pendidikan, masalah
yang mempengaruhi inovasi pendidikan, dan contoh kebijakan inovasi
pendidikan. Adapun pembahasan yang lain akan dijelaskan oleh kelompok
selanjutnya.
D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian inovasi pendidikan.
2. Menjelaskan aspek inovasi.
3. Menjelaskan masalah yang menuntut inovasi pendidikan.
4. Menjelaskan tujuan inovasi pendidikan.
5. Menjelaskan contoh kebijakan inovasi pendidikan.

E. MANFAAT PENULISAN MAKALAH


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian inovasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui aspek inovasi.
3. Untuk mengetahui apa saja masalah yang menuntut inovasi pendidikan.
4. Untuk mengetahui tujuan inovasi pendidikan.
5. Untuk mengetahui beberapa contoh kebijakan inovasi pendidikan
F. METODE PENULISAN MAKALAH
Metode penulisan makalah yang diplih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhuubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi dari internet.
G. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH
Sistematika penulisan makalah in terdiri dari Bab I Pendahuan yang
didalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode
penulisan makalah, sistematika penulisan makalah. Kemudian dilanjutkan
dengan Bab II Filsafat pendidikan yang terdiri dari pengertian inovasi
pendidikan, aspek-aspek inovasi pendidikan, masalah yang mempengaruhi
inovasi pendidikan, dan contoh kebijakan inovasi pendidikan. Bab selanjutnya
yaitu Bab III Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Makalah
ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka, glosarium, indeks, tentang penulis,
dan daftar nama petugas.
BAB II

INOVASI PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN
Pendidikan berasal dari kata paedagogie. Paedagogie bermakna
pendidikan sedangkan paedagogiek bermakna ilmu pendidikan. Oleh karena
itu, paedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu atau teori yang sistematis
tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau anak sampai ia mencapai
kedewasaan.
Secara etismologik, perkataan paedagogie berasal dari bahasa yunani,
yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Perkataan untuk
pedagogi dapat dipahami dari kata paid yang bermakna anak sedangkan
ogogos bermakna membimbing atau membina. Apa yang dipraktikan dalam
pendidikan selama ini adalah konsep pedagogi, yang secara harfiah adalah
seni mengajar atau seni mendidik anak-anak.117
Inovasi diartikan pemasukan atau pengenalan hal-hal baru, penemuan
baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya
baik menyangkut gagasan, metode, atau alat.118
Inovasi pendidikan yang dimaksud adalah perubahan yang baru
bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja
diusahakan untuk meningkat kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan
tertentu dalam pendidikan. Maksud dari kata baru yaitu sesuatu yang belum
dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi meskipun
mungkin bukan merupakan hal yang baru bagi orang lain sementara itu,
maksud kualitatif adalah bahwa inovasi tersebut memungkinkan adanya
reorganisasi atau pengaturan kembali unsur-unsur dalam pendidikan.

117
Sukardjo dan Komarudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2012)
118
Sutirna, Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, (Sleman: IKAPI, 2018)
Pengertian inovasi disamakan dengan pembaharuan meskipun pada
hakikatnya antara inovasi dengan pembaharuan memiliki sedikit perbedaan.
Pada inovasi baisanya perubahan-perubahan yang terjadi menyangkut aspek-
aspek tertentu, dalam arti bahwa inovasi lebih sempit atau terbatas, sedangkan

pembaharuan menyangkut aspek-aspek yang lebih luas.119

B. ASPEK INOVASI
1. Kebaruan (Newness)
Kebaruan adalah suatu kegiatan, proses, produk, atau temuan
ilmiah yang dianggap sebagai inovasi karena kegiatan, proses, produk,
atau temuan ilmiah yang sebelumnya belum pernah ada atau digunakan
dengan kata lain memiliki aspek kebaruan. Aspek kebaruan bersifat
relatif. Inovasi itu dianggap baru terhitung sejak mulai diperkenalkan
kepada masyarakat atau khalayak tertentu. Lambat laun, inovasi akan
menjadi suatu yang biasa saja dimata masyarakat. Dengan demikian,
aspek kebaruan dianggap tidak ada lagi. Aspek kebaruan dapat diukur
dengan pandangan atau pendapat masyarakat yang belum pernah
mengenal inovasi itu, maka dapat disebut sebagai inovasi meskipun
kelompok masyarakat lain menganggap hal itu biasa saja.
2. Temuan Ulang (Reinvention)
Temuan ulang merupakan proses daur ulang inovasi karena
inovasi tersebut sudah dimodifikasi atau disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat sebagai pengguna, atau hasil kerja ulang suatu kegiatan
adopsi dan implementasi inovasi. Secara khusus temuan ulang dapat
dikatakan derajat modifikasi inovasi yang dilaksanakan oleh pengguna
inovais itu sendiri agar proses adopsi dan implementasi menjadi lebih
mudah.
3. Kekhasan Inovasi

119
Hasbullah, Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi
Objektif Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015)
Suatu inovasi dapat diterima olaeh khalayak, sebaiknya
memenuhi beberapa persyaratan yang dimaksud yaitu sifat-sifat khusus
atau khas yang dapat mempermudah proses penyebaran dan
implementasi inovasi itu sendiri.
a. Sesuai
Kesesuaian sebagai khasan kedua mencerminkan inovasi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai atau buadaya yang berlaku
dilingkungan masyarakat atau khalayak.
b. Dapat Dicoba
Khasan ini merupakan suatu keadaan bahwa masyarakat diberi
kesempatan untuk melaksanakan uji coba terhadap inovasi. Dengan
demikian masyarakat dapat melihat dan memutuskan keguanaan

inovasi itu bagi mereka.120

c. Dapat Diamati
Inovasi yang bersifat nyata dan berwujud membuat inovasi itu
dapat diamati oleh masyarakat. Dengan demikian, semakin nyata
maka semakin mudah bagi masyarakat untuk mengamati

perkembangan inovasi itu sendiri.121

C. MASALAH YANG MENUNTUT INOVASI


Banyak hal yang melatari dan menuntut diadakan nya inovasi
pendidikan di Indonesia, diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut.
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dipungkiri
mengakibatkan kemajuan teknologi yang memengaruhi kehidupan
sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan sebuah bangsa.

120
Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016), hlm 213
121
Ibid, hlm 214
Berkembangnya ilmu pengetahuan moderen menghendaki dasar-dasar

pendidikan yang kokoh dan penguasa kemampuan terus menerus.122


2. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang cukup pesat tentunya menuntut
adanya perubahan, sekaligus bertambahanya keinginana masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan secara komulatif menuntut tersedianya
sarana pendidikan yang memadai.
Kenyataan tersebut menyebabkan adanya daya tampung, ruang
kelas, dan fasilitas pendidikan sangat tidak seimbang. Hal inilah yang
menyebabkan sulitnya menentukan bagaimana relevansi pendidikan
dengan dunia kerja sebagai akibat tidak seimbangnya antara output
lembaga pendidikan dengan kesempatan yang tersedia.
3. Meningkatnya Animo Masyarakat untuk Memperoleh Pendidikan yang
Lebih Baik dan Berkualitas
Munculnya gerakan inovasi pendidikan berkaitan erat dengan
adanya berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi oleh dunia
pendidikan dewasa ini, yang salah satu penyebabnya adalah kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan iptek yang terjadi senantiasa
memengaruhi aspirasi masyarakat dalam keinginannya mendapatkan
pendidikan yang lebih baik.
4. Menurunnya Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan yang dirasakan makin menurun, yang belum
mampu mengikuti dan menyahuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, menuntut adanya sejumlah perubahan dan pembaruan.
Apabila tidak demikian, jelas akan berakibat fatal dan akan terus

ketinggalan.123
5. Persolan Relevansi

122
Hasbullah, Loc. Cit
123
Hasbullah, Op. Cit, hlm 247
Dengan kondisi masyarakat yang berpikiran pragmatis seperti
sekarang, di mana mereka betul-betul mengharapkan lembaga
pendidikan yang mampu menciptakan tenaga dengan skill yang siap
pakai, sesuai dengan kebutuhan di masyarakat, terutama dengan dunia
kerja.
D. TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN
Inovasi pendidikan dilakukan untuk memeecahkan masalah
pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia kependidikan yang
lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat. Secara lebih rinci tentang
maksud-maksud diadakannya inovasi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Pembaruan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-
masalah pendidikan
Inovasi atau pembaruan pendidikan merupakan suatu tanggapan
baru terhadap masalah kependidikan yang nyata dihadapi. Titik pangkal
pembaruan pendidikan adalah masalah pendidikan yang aktual, yang
secara sistematis akan dipecahkan dengan cara inovatif. Masalah-
masalah pendidikan yang perlu dipecahkan melalui inovasi tersebut,
yaitu:
A. Kurang meratanya pelayanan pendidikan
B. Kurang serasinya kegiatan belajar dengan tujuanBelum efisien dan
ekonomisnya pendidikan
C. Belum efektif dan efisiennya sistem penyajian
D. Kurang lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
E. Belum tumbuhnya masyarakat yang gemar membaca
F. Belum meluasnya kesempatan kerja (pembuatan dan pemanfaatan
teknologi komunikasi, software dan hardware)124
2. Inovasi pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan pendekatan
yang lebih efektif dan ekonomis.

124
Hasbullah, Op. Cit, hlm 248
Sifat pendekatan yang diperlukan untuk memecagkan masalah
pendidikan yang kompleks dan berkembang harus berorientasi pada hal-
hal yang efektif dan murah, serta peka terhadap timbulnya masalah-
masalah baru di dalam pendidikan. Sehubungan dengan itu, ada beberapa
cara yang bisa ditempuh dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan,
yaitu:
a. Cara pemerataan dan peningkatan kualitas, melalui:
1) Meningkatkan kemampuan tenaga pengajar lewat penataran-
penataran
2) Memperkaya pengalaman dan memperlancarkan proses belajar
peserta didik
3) Memantapkan nilai, sikap, keterampilan, dan kesadaran
lingkungan pada anak didik
b. Cara memperluas pelayanan pendidikan (kuantitas), yaitu melalui:
1) Memberikan latihan keterampilan bagi mereka yang tidak
pernah sekolah
2) Penyebaran pesan-pesan yang merangsang kegiatan belajar dan
partisipasi untuk ikut membangun
3) Penyebaran informasi untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan
4) Usaha memberikan pengalaman pendidikan yang sesuai dengan
kebutahan dan apirasi yang berkembang dan realistis
c. Cara meningkatkan keserasian pendidikan dengan pembangunan, yaitu:
1) Menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
fungsional untuk kehidupan dan masyarakat
2) Membentuk kemampuan untuk memahami dan memecahkan
persoalan yang aktual dalam masyarakat
3) Menunjukkan jalan untuk mengembangkan keterampilan hidup
di masyarakat
d. Cara meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem penyajian, meliputi:
1) Memberi kebebasan belajar sesuai dengan minat, kemampuan,
dan kebutuhan ke arah perkembangan yang optimal
2) Memberikan pengalaman yang bulat agar anak didik dapat
berdiri sendiri dan menerima tanggung jawab
3) Mengintegrasikan berbagai pengalaman dan kegiatan pendidikan
4) Mengusahkan isi, metode, dan bentuk pendidikan yang tepat
guna, menarik dan mengesankan
e. Cara melancarkan sistem informasi kebijakan, yaitu dengan:
1) Mengusahakan tersedianya saluran komunikasi dua arah yang
tepar, berkelanjutan, dan dapat diandalkan
2) Mengusahakan adanya komunikasi terbuka demi kontrol dan
partisipasi social
3) Mengusahakan adanya komunikasi langsung dan merata.
E. BEBERAPA CONTOH KEBIJAKAN INOVASI PENDIDIKAN
Berikut ini dikemukakan berbagai inovasi pendidikan yang dilakukan
sebagai bentuk kebijakan pendidikan di Indonesia, yaitu
1. Pengajaran dengan Sistem Modul
Modul merupakan ptogram pengajaran mengenai suatu satuan
bahasan yang sengaja diurus secara sistematis, operasional, dan terarah
untuk digunakan oleh anak didik. Modul disertai dengan pedoman
penggunaannya untuk para pendidik. Sistem pengajaran dengan modul
terutama bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar
mengajar di sekolah.
2. SMP Terbuka
SMP Terbuka merupakan suatu subsistem pendidikan formal
yang tujuannya didasarkan pada SMP formal yang dapat diselenggarakan
di luar gedung sekolah atau diorganisasi secara nonformal dengan
menggunakan kurikulum yang berlaku untuk SMP.125
3. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G)
Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) yang dimulai
sejak tahun 1977, memusatkan perhatiannya kepada pembinaan dan

125
Hasbullah, Op. Cit, hlm 258
perbaikan kualitas pendidikan guru dengan melalui beberapa usaha, di
antaranya penataran dan lokakarya, penyediaan sarana-sarana yang
penting berupa pembangunan-pembangunan Pusat Sumber Belajar
(PSB) beserta isinya dan pengembangan kurikulum pendidikan guru.
4. Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah salah satu bentuk
pengintegrasian antara pengabdian masyarakat dengan pendidikan dan
penelitian, terutama bagi mahasiswa dengan bimbingan perguruan tinggi
dan pemerintah daerah, dilaksanakan secara interdisipliner dan
intrakulikuler. Lebih konkretnya, KKN adalah kegiatan perkuliahan
dalam bentuk pengabdian pada masyarakat yang berkaitan dengan
program pendidikan perguruan tinggi secara keseluruhan.
5. Proyek Pendidikan Guru
Proyek ini sebagai bagian dari suatu kerangka menyeluruh dari
karier guru, tidak hanya meliputi pendidikannya, tetapi juga
pengabdiannya terhadap masyarakat dan pendidikan profesional yang
didukung oleh suatu penelitian. Tujuan proyek ini ialah dimilikinya
lembaga pendidikan guru untuk segala jenis dan tingkat yang
terkoordinasi dalam suatu jaringan yang saling mengisi.
6. Pengembangan Sekolah Luar Biasa
Proyek pengembangan SLB berangkat dari pemikiran bahwa
anak-anak yang memiliki kekurangan mempunyai hak untuk sekolah
atau mendapatkan pengajaran sebagaimana yang diamanatkan undang-

undang.126

7. Universitas Terbuka
Dengan ditandai keluarnya Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1984 tanggal 11 Juni 1984, maka Universitas Terbuka berdiri dengan
resmi dan berstatus sama dengan Universitas Negeri.

126
Hasbullah, Op. Cit, hlm 268
Sebagaimana universitas negeri lainnya, UT memiliki (1) Pusat
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, (2) Pusat Produksi Media
Pendidikan, Informasi dan Pengolahan Data, (3) Pusat Pengolahan
Pengujian dan Unit Program Belajar Jarak Jauh.
8. Sekolah Unggulan
Kelahiran sekolah unggulan pada dasarnya tidak terlepas dari
upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia,
trutama menyongsong Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dan
diresmikannya Program Wajib Belajar 9 Tahun. Bahkan di dalam UU
No. 2 Tahun 1989 pada Pasal 8 ayat (2) disebutkan “warga negara yang
punya kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh
perhatian khusus”. Di samping itu, kelahiran sekolah unggulan, elite,
plus, favorit, model, dan lain sebagainya tidak terlepas dari tuntutan
masyarakat yang menginginkan lembaga pendidikan yang lebih
berkualitas dan handal.
Tujuan sekolah unggulan adalah menjaring dan sekaligus
mengembangkan kader bangsa yang baik, dalam artian memiliki
kelebihan dalam berbagai aspek diabndingkan dengan kader-kader
bangsa pada umumnya, sehingg ia mampu mengantisipasi dan menjawab
berbagai tantangan zaman.127

127
Hasbullah, Op. Cit, hlm 270
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Inovasi pendidikan adalah perubahan yang baru bersifat kualitatif,


berbeda dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk
meningkat kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam
pendidikan.
2. Aspek-aspek inovasi, yaitu kebaruan (newness), temuan ulang
(reinvention), dan kekhasan inovasi.
3. Inovasi pendidikan terjadi karena adanya beberapa masalah yang
menuntut untuk diselesaikan. Masalah-masalah tersebut, yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertambahan penduduk,
meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang
lebih baik dan berkualitas, menurunnya kualitas pendidikan, dan
persoalan relevansi.
4. Tujuan diadakannya inovasi pendidikan, yaitu untuk melakukan
pembaruan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-
masalah pendidikan dan untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
efektif dan ekonomis.
5. Beberapa contoh dari inovasi pendidikan yang ada saat ini, yaitu
pengajaran dengan sistem modul, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Terbuka, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), Kuliah Kerja
Nyata (KKN), Proyek Pendidikan Guru, Pengembangan Sekolah Luar
Biasa (LSB), Unoversitas Terbuka (UT), dan Sekolah Unggulan.
B. SARAN
Inovasi dalam dunia pendidikan harus tetap dilakukan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan agar lebih berkompeten dan
berkualitas, sehingga mampu bersaingan secara global. Pemerintah,
pendidik, dan masyarakat harus bekerjasama agar mampu menciptakan
inovasi-inovasi yang lebih baik dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, M. 2015. Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2016. Wawasan Teknologi Pendidikan.


Jakarta:Prenadamedia Group.

Sukardjo, M. dan Ukim Komarudin. 2012. Landasan Pendidikan.


Jakarta:Rajawali Pers.

Sutirna. 2018. Inovasi dan Teknologi Pembelajaran. Sleman: IKAPI.


GLOSARIUM

Aktual : Kejadian yang benar-benar terjadi dan sedang hangat-hangatnya


menjadi pembicaraan orang banyak.

Animo : Hasrat dan keinginan yang kuat untuk berbuat, melakukan, atau
mengikuti sesuatu

Aspirasi : Keinginan yang kuat atau cita-cita

Implementasi : Tindakan atau pelaksana rencana yang disusun secara cermat dan
rinci.

Komulatif : Bersangkutan dengan kumulasi, bersifat menambah

Modifikasi : Merubah bentuk sebuah barang dari yang kurang menarik tanpa
menghilangkan fungsi aslinya, serta menampilkan bentuk yang
lebih bagus dari aslinya.

Pragmatis : Mengenai atau bersangkutan dengan nilai


nilai praktis, mengenai atau bersangkutan dengan pragmatisme
INDEKS
A

Aktual 7, 8

Animo 6, 12

Aspirasi 6

I
Implementasi 4

K
Komulatif 6

M
Modifikasi 4

P
Pragmatis 6
TENTANG PENULIS

Penulis bernama Nur Akliah, lahir di Bekasi,


pada tanggal 07 juni 1998, merupakan anak ke 1
dari 3 bersaudara. Beralamat di jalan masjid 1
RT 05RW 02 Kel. Jaticempaka, Kec. Pondok
Gede, kota Bekasi. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh yaitu SDN Jatibening VIII, lalu
penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP 20 BEKASI
lulus tahun 2013/2014, kemudian kejenjang sekolah menengah pertama di MA AL-
HIKMAH 2 BREBES lulus tahun 2017/2018. Saat ini penulis melanjutkan
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Biologi Smester
3.

Penulis bernama Yayu, lahir di Bogor pada tanggal 03


September 1998, merupakan anak ke-2 dari 2
bersaudara yang beralamat Kp. Cipatat Satu RT
002/RW 003, Cibunian, Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Pendidikan formal yang ditempuh adalah SDN Muara
01 lulus pada tahun 2010 lulus pada tahun 2010,
kemudian melanjutkan ke SMP PGRI Ciasamara.
Setelah menyelesaikan SMP, penulis melanjutkan ke
SMAN 1 Leuwiliang dan lulus pada tahun 2016. Saat ini, penulis sedang
melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan
Biologi semester 3.
DAFTAR PETUGAS

F. Moderator
M. Imanuel Arifin
G. Notulis
Bagas Widiarto Adiputra
H. Daftar Nama Pemakalah
a. Nur Akliah
b. Yayu
I. Daftar Nama Penanya
a. Nina Ayu Amaliah
b. A’zizah Shobiroh
c. Pitri Nurgandari
d. Fathiya Rahmah Aliya
e. Shinta Aulia
f. Hanifatul Hashina
J. Daftar Nama Komentator
a. Dwi Sarifathul
b. Ningrum Sri Indriani
c. Ade Rizka Fitria
d. Anna Fajria
e. Fatimah Azzahra
f. Husna Amaliah
PENDIDIKAN TRANSFORMATIF
(Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi mata kuliah Filsafat dan Ilmu
Pendidikan jurusan Pendidikan Matematika semester 5 kelas 5A)
Nama Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. H. M. Suparta, M.A.
2. Dr. Syamsul Aripin, MA.

Disusun oleh:
Kelompok 13
Nama : Ningrum Sri Indriani (11170161000002)
Nama : Nadya Afnaini P (11170161000034)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018
ABSTRAK

Pembelajaran transformatif ini merupakan proses pembelajaran yang


mendekatkan para peserta didik kepada kenyataan, menghadirkan pengetahuan
yang kritis-reflektif, dengan memposisikan guru sebagai fasilitator untuk
mengarahkan dan mendorong proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran
tersebut merupakan bentuk transformasi pendidikan yang dilakukan oleh suatu
negara dalam rangka penyesuaiannya terhadap keadaan zaman dan dunia. Hal
tersebut dilakukan karena bagaimanapun keadaannya pendidikan merupakan
penanggung jawab utama terhadap kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang
pendidikan transformatif. Adapun metode penulisan makalah ini adalah metode
pustaka. Metode ini dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka mengenai pendidikan tranformatif. Makalah ini berisi beberapa sub bab
mengenai pendidikan transformatif di antaranya adalah tentang pengertian dari
pendidikan transformatif, poros-poros transformatif, pengertian globalisasi
pendidikan, pendidikan berwawasan global, globalisasi dan manajemen
pendidikan, teori pembelajaran transformatif, model pembelajaran transformatif,
pendekatan transformatif, pengembangan transformatif, dan dampak globalisasi.

Kata Kunci: Pendidikan transformatif, pembelajaran transformatif, globalisasi.


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baik bentuk serta dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Selawat serta salam semoga selalu dilimpahcurahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah mengajarkan dengan sempurna kepada manusia
tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan yang bermartabat.

Atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya yang berjudul “Pendidikan Transformatif” untuk dapat memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Prof.Dr.H.M. Suparta, M. A dan Dr. Syamsul Aripin, M. A. selaku dosen


pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah berkenan
memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
2. Rekan-rekan Pendidikan Biologi dan Pendidikan Matematika yang telah
membantu kelancaran dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan kalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat yang dapat
membangun demi perbaikan penulis kedepannya. Demikian, Semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca
makalah ini

Ciputat, 24 Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Pembatasan Masalah .......................................................................................
D. Tujuan Penulisan Makalah ..............................................................................
E. Manfaat Penulisan Makalah ............................................................................
F. Metode Penulisan Makalah .............................................................................
G. Sistematika Penulisan Makalah .......................................................................
BAB II : PENDIDIKAN TRANSFORMATIF...................................................

A. Pengertian Pendidikan Transformatif .............................................................


B. Poros-Poros Proses Pendidikan Transformatif................................................
C. Pengertian Globalisasi Pendidikan ..................................................................
D. Pendidikan Berwawasan Global .....................................................................
E. Globalisasi Dan Manajemen Pendidikan ........................................................
F. Teori Pembelajaran Transformatif ..................................................................
G. Fase Pembelajaran Transformatif ...................................................................
H. Pendekatan Pembelajaran Transformatif .........................................................
I. Pengembangan Model Pembelajaran Transformatif .......................................
J. Dampak Globalisasi Pada Pendidikan Transformasi ......................................
BAB III : PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan .....................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

GLOSARIUM........................................................................................................

INDEKS..................................................................................................................

IDENTITAS PENULIS.........................................................................................
DAFTAR NAMA PETUGAS...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran adalah kesatuan proses, cara, dan tindakan untuk membuat
seseorang belajar. Pembelajaran lahir dari proses intraksi antara peserta didik,
pendidik, dan sumber belajar pada suatu kondidi dan lingkungan belajar. Tujuan
penyelenggaraan pendidikan secara substansial adalah untuk mempersiapkan
peserta didik seutuhnya sehingga dapat memaknai hidup dan menjawab
tantangan kehidupan yang dihadapinya. Oleh karena itu, sasaran pendidikan
tidak saja pada pengembangan aspek kognitif, namun juga emosional-spiritual
dan sosial. Daya nalar, kedewasaan emosi, empati sosial, dan spiritualitas
merupakan sasaran yang harus terus dilibatkan pada proses transformasi peserta
didik di dalam pendidikan.
Dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Tuhan
Yang Mahaesa, berkakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
bertanggung jawab.Selain itu, pembelajaran juga perlu dimaknai tidak sekedar
transfer pengetahuan,tetapi lebih sebagai transfer belajar (transfer of learning),
agar dapat mengantarkan peserta didik pada transformasi pola pikir dan pola.
Pemahaman terhadap materi ajar hanyalah pos awal dari tujuan berikutnya,
yakni perubahan perspektif atau cara pandang terhadap hidup dan kehidupan,
serta aksi nyata konsekuennya. karkateristik setiap peserta didik. Inilah yang
menjadi inti dari konsep pembelajaran transformatif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Transformatif?
2. Bagaimana poros-poros proses Pendidikan transformatif?
3. Apa yang dimaksud dengan Globalisasi Pendidikan?
4. Bagaimana Manajemen dan Pendidikan berwawasan global itu?
5. Bagaimana teori, fase-fase, pendekatan dan pengembangan pembelajaran
transformatif?
6. Apa dampak dari globalisasi pada Pendidikan?

C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam makalah ini, penulis membatasi pembahasan makalah hanya pada
materi Pendidikan Transformatif serta Pembelajaran Transformatif, Antara lain:
Pengertian Pendidikan Transformatif, Poros proses Pendidikan transformatif,
Globalisasi Pendidikan, Pendidikan berwawasam global, dan teori pembelajaran
transformatif hingga dampak dari globalisasi pada Pendidikan.

D. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan apa pengertian dari Pendidikan Transformatif.
2. Menjelaskan bagaimana poros-poros proses Pendidikan Tansformatif.
3. Menjelaskan apa penegrtian dari Globalisasi Pendidikan.
4. Menjelaskan Manajemen dan Pendidikan berwawasan global.
5. Menjelaskan teori, fase-fase, pendekatan dan pengembangan pembelajaran
transformatif.
6. Menjelaskan dampak dari globalisasi pada Pendidikan.

E. MANFAAT PENULISAN MAKALAH


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui apa pengertian dari Pendidikan Transformatif.
2. Untuk Mengetahui bagaimana poros-poros proses Pendidikan Tansformatif.
3. Untuk Mengetahui apa penegrtian dari Globalisasi Pendidikan.
4. Untuk Mengetahui Manajemen dan Pendidikan berwawasan global.
5. Untuk Mengetahui teori, fase-fase, pendekatan dan pengembangan
pembelajaran transformatif.
6. Mengetahui dampak dari globalisasi pada Pendidikan.
F. METODE PENULISAN MAKALAH
Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan baik berupa alat seperti
buku, jurnal maupun informasi dari internet.
G. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari BAB I Pendahuluan yang
didalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode
penulisan makalah, sistematika penulisan makalah yang kemudian dilanjutkan
dengan BAB II yang terdiri dari pembahasan materi seperti pengertian
Pendidikan transformatif, poros-poros proses Pendidikan transformatif,
glonalisasi dan manajemen Pendidikan, teori pembelajaran transformatif, fase
pembelajran, pendekatan, dan pengembangan pembelajaran transformatif serta
dampak dari globalisasi pada Pendidikan. BAB III Penutup berisi kesimpulan
dan saran.
BAB II
PENDIDIKAN TRANSFORMATIF

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN TRANSFORMATIF


Pendidikan (pedagogi) secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yang
terdiri dari kata “paid” yang artinya anak dan “agogos” yang artinya
membimbing.128 Maka dapat diartikan sebagai bimbingan yang diberikan
kepada anak. Menurut KBBI pendidikan memiliki kata asal yaitu “didik” yang
artinya memelihara dan memberikan latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran; secara utuhnya pendidikan dalam
KBBI diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.

Kemudian menurut KBBI transformatif adalah bersifat berubah-ubah


bentuk (rupa, macam, sifat, keadaan, dan sebagainya). Atau lebih jelasnya
tranformatif ini memiliki pengertian tentang suatu perubahan baik itu dari segi
rupa, macam, sifat, keadaan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengertian dari kedua kata tersebut maka dapat diketahui


bahwa pendidikan transformatif merupakan proses pembentukan sikap atau tata
laku seseorang atau kelompok dalam usaha pendewasaan melalui upaya
pengajaran dan pelatihan yang mengalami perubahan dari segi rupa, macam,
sifat, keadaan, ataupun dari segi yang lainnnya. Maksud dari pengertian tersebut
adalah pendidikannyalah yang mengalami perubahan, tentunya perubahan yang
dimaksud adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahannya ini meliputi
perubahan pada proses pembelajarannya, dimana pembelajaran transformatif ini
merupakan proses pembelajaran yang mendekatkan para peserta didik kepada
kenyataan, menghadirkan pengetahuan yang kritis-reflektif, dengan

128
Endang Sunaryo, Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Yogyakarta: Adicitia, 2004), hlm. 38.
memposisikan guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan dan mendorong
proses pembelajaran tersebut.

B. POROS-POROS PROSES PENDIDIKAN TRANSFORMATIF


Memasuki masyarakat industri modern, bagi bangsa Indonesia hal tersebut
merupakan suatu proses yang dinamakan sebagai proses transformasi; yaitu
proses yang dilakukan untuk dapat melakukan suatu perubahan ke arah yang
lebih baik. Proses transformasi itu merupakan suatu kompleks jalinan kekuatan
yang saling terkait dari tujuh unsur yang berfungsi sebagai poros transformasi
tersebut. Di dalam membicarakan poros-poros transformasi itu akan ditinjau
implikasinya dalam pendidikan nasional, yang seperti telah dikemukakan
terdahulu akan berkisar pada empat titik kritis SIKDIKNAS yaitu mutu
pendidikan, relevansi, identitas Manusia Indonesia Pancasila serta pengelolaan
SISDIKNAS itu sendiri.129 Adapun ketujuh poros transformasi itu di antaranya
adalah:

1. Globalisasi
2. Sruktur ekonomi;
3. Politik Ideologi
4. Kebudayaan nasional
5. Manusia dan masyarakat
6. Iptek
7. Informasi.130

C. PENGERTIAN GLOBALISASI PENDIDIKAN


Globalisasi didefiniskan sebagai semua proses yang merujuk kepada
penyatuan seluruh warga dunia menjadi sebuah kelompok masyarakat global.
Akan tetapi, kenyataannya globalisasi merupakan penyatuan semu, karena nilai-

129
Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm.
154-155.
130
Ibid., hlm. 155-169.
nilai ekonomi, sosial, dan budaya didominasi dengan nilai-nilai yang sebenarnya
asing bagi masyarakat dunia.131

Kemajuan iptek yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi


dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Sebagai contoh,
berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta membuka pgrogram internasional. Hal ini
dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang
semakin ketat. Inilah yang dinamakan dengan globalisasi pendidikan.132 Adapun
dampak positif dari globalisasi pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Semakin mudahnya akses informasi
2. Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yang professional
dan berstandar internasional dalam bidang pendidikan
3. Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesia bisa bersaing
dengan negara-negara lain
4. Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan mampu
bersaing
5. Adanya perubahan struktur dan sistem pendidikan yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan karena perkembangan ilmu
pengetahuan dalam pendidikan akan sangat pesat.133

Beberapa dampak negatifnya adalah seabagai berikut:


1. Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal
2. Dunia pendidikan akan sangat bergantung pada teknologi, yang berdampak
munculnya “tradisi serba instan”
3. Globalisasi akan melahirkan golongan-golongan di dalam dunia pendidikan.
4. Semakin terkikisnya kebudayaan, akibat masuknya budaya dari luar
5. Globalisasi mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan
oleh negara.134

131
Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 227.
132
Ibid., hlm 228.
133
Ibid.
134
Ibid.
D. PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL
Meningkatkan dan memperluas wawasan global merupakan unsur penting
untuk memahami masalah global. Agar dapat meningkatkan wawasan global,
maka pendidikan memegang peranan penting melalui pendidikan maka
seseorang harus mampu mengembangkan empat hal berikut:
1. Kemampuan mengantisipasi, artinya pendidikan berusaha menyiapkan anak
didik untuk dapat mengantisipasi perkembangan iptek yang begitu cepar.
2. Mengerti dan mengatasi situasi, artinya dapat mengembangkan kemampuan
dan sikap peserta didik untuk menangani dan berhadapan dengan situasi
baru.
3. Mengakomodasi, artinya dapat mengakomodasi perkembangan iptek yang
pesat dan segala perubahan yang ditimbulkan.
4. Mereorientasi, artinya persepsi dan wawasan tentang dunia perlu
diorientasikan kembali karena perkembangan iptek dan perubahan sosial
yang cepat, sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.135

Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran


bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global.
Dengan demikian, pentingnya wawasan perspektif global dalam pengelolaan
pendidikan adalah sebagai langkah upaya dalam peningkatan mutu pendidikan
nasional. Hal ini dikarenakan dengan wawasan perspektif global kita dapat
menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan terkotak-kotak oleh batas
subjektif sehingga pemikiran kita lebih berkembang. Pendidikan yang
berwawasan global dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan kulikuler dan
pendidikan reformatif.136
1. Perspektif kurikuler
Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan
yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan
professional dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahmi

135
Ibid., hlm. 229-230.
136
Ibid.
masyarakatnya dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dunia,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Mempelajari budaya, sosial, politik, dan ekonomi bangsa lain dengan


titik berat memahami adanya saling ketergantungan
b) Mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan
sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat
c) Mengembangkan berbagai kemungkinan beraneka macam
kemampuan dan keterampilan untuk bekerja sama guna mewujudkan
kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik

Berdasarkan perspektif kulikuler ini pengembangan pendidikan


berwawasan global memiliki implikasi ke arah perombakan kurikulum
pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkan tidak lagi
monopolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integratif.137

2. Perspektif reformatif
Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan
yang dirancang untuk mempersediakan anak didik dengan kemampuan
dasar intelektual dan tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang
bersifat kompetitif dan dengan derajat saling menggantungkan antar bangsa
yang sangat tinggi. Pendidikan harus mengaitkan proses pendidikan yang
berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat
global.

Pendidikan berwawasan global bersifat sistematik organik dengan


ciri-ciri fleksibel adaptif dan kreatif demokratis. Sistematik organic artinya
sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak
bisa dilihat sebagai hitam-putih, tetapi setiap interaksi harus dilihat sebagai
satu bagian dari interaksi yang ada. Fleksibel-adaptif memiliki arti bahwa
pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses learning daripada
teaching. Kreatif demokratis memiliki arti bahwa pendidikan senantiasa

137
Ibid., hlm. 231.
menekankan pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan suatu
yang baru dan orisinil.138

E. GLOBALISASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Tiga
persoalan ini sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia pendidikan. Sebab
peningkatan SDM, yang menjadi tugas dan tanggung jawab pendidikan, sangat
dipengaruhi oleh globalisasi dan teknologi. Pengaruh globalisasi, kemajuan
teknologi dan informasi serta perubahan nilai-nilai sosial harus diperhitungkan
dalam penyelenggaraan pendidikan, apalagi, tanggung jawab dunia untuk
mencapai tujuan pokok melahirkan manusia yang berkualitas.

Globalisasi seperti gelombang yang menerjang, tidak ada kompromi, kalau


kita tidak siap maka kita akan diterjang, kalau kita tidak mampu maka kita akan
menjadi orang yang tak berguna dan kita hanya jadi penonton saja. Implikasinya,
muncullah model-model pendidikan di bawah ini:

1. Home schooling, yang memenuhi harapan siswa dan orang tua karena
tuntunan global.
2. Virtual school/university (model cross border supply), yaitu pembelajaran
jarak jauh, pendidikan maya yang diadakan perguruan tinggi asing,
contohnya United Kingdom Open University dan Michigan Virtual
University.
3. Model consumption aboard, lembaga pendidikan suatu negara menjual jasa
pendidikan dengan menghadirkan konsumen dari negara lain.
4. Model movement of natural persons. Dalam hal ini lembaga pendidikan di
suatu negara menjual jasa pendidikan ke konsumen di negara lain dengan
cara mengirimkan personelnya ke negara konsumen.
5. Model Commersial presence, yaitu penjualan jasa pendidikan oleh suatu
lembaga di suatu negara bagi konsumen yang berada di negara lain dengan

138
Ibid., hlm. 231-232.
mewajibkan kehadiran secara fisik lembaga penjual jasa dari negara
tersebut.139

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang


ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja
sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mampu disertai
dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah
globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa
Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan selaras dengan
kondisi masyarakat Indonesia saat ini.140

F. TEORI PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF


Pembelajaran transformatif adalah proses pembelajaran yang
‘mendekatkan’ para peserta didik kepada kenyataan, menghadirkan pengetahuan
yang kritis-reflektif, dengan memposisikan guru lebih sebagai fasilitator untuk
mengarahkan dan mendorong proses tersebut Menurut Gagne (1985) untuk
menghasilkan pembelajaran yang efektif, situasi eksternal perlu diperhitungkan
dan dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan
mempertahankan proses-proses internal dalam belajar itu sendiri. Oleh
karenanya, pembelajaran memiliki kedekatan dengan pengajaran yang dapat
diartikan sebagai upaya sadar pendidik untuk membuat peserta didik belajar.
Pengajaran lebih memberi kesan pekerjaan satu pihak, sedangkan pembelajaran
mensyaratkan lebih pada interaksi antara pendidik dan peserta didik. Di sisi lain,
secara substansial, pembelajaran merupakan proses modifikasi atau perubahan
kapasitas manusia ke tingkatan yang lebih tinggi141
Pembelajaran adalah upaya tranformasional, dimana sikap, perspektif,
bahkan kepercayaan lama terus-menerus direkonstruksi dan diperbaharui
berdasarkan peningkatan kapasitas pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh. Berkaitan dengan hal tersebut, Jack Mezirow mengemukakan teori

139
Ibid., hlm. 234-235.
140
Ibid.
141
Gegne, Condition Of Learning, (NewYork: Hort Rinehart, 1985), hal.4
pembelajaran transformatif yang didefinisikan sebagai pembelajaran yang
mampu mengubah kerangka acuan yang problematis menjadi lebih toleran,
reflektif, terbuka, dan secara emosional menerima pembaharuan. Pandangan
tentang pembelajaran transformatif awalnya digagas oleh Mezirow berdasarkan
hasil kajian pada para wanita yang kembali bersekolah setelah berhenti sekian
lama, bahwa pembelajaran mampu merubah perspektif mereka dalam memaknai
kembali pengalaman dan kondisi kehidupannya. Dalam pandangan Mezirow,
pembelajaran dipahami sebagai proses pemaknaan kembali terhadap suatu
pengalaman atau tindakan yang didasarkan pada pembaharuan atau revisi
pemahaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Menurut Mezirow (1991), pembelajaran transformatif bermula ketika
seseorang terlibat dalam aktivitas yang membuatnya berada pada “kebingungan
arah” (disorienting dilemma), yaitu saat terjadi perbedaan antara kejadian yang
dialami dengan keyakinan yang selama ini dianggap benar, sehingga
menimbulkan semacam krisis personal. Kondisi inilah yang akan memicu
perubahan pada kerangka acuan2 seseorang. Ketidakstabilan akibat krisis diri
tersebut pada tahap selanjutnya akan mendorong orang tersebut untuk
melakukan refleksi kritis (critical reflection) secara mandiri terhadap kerangka
acuan yang membentuk konsepsi dan hidupnya, dan dialog reflektif (reflective
discourse) dengan orang lain untuk mengkonfirmasi perubahan kerangka
acuannya tersebut.142
G. FASE PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF
Menurut pandangan Mezirow, transformasi dalam pembelajaran terjadi
pada perspektif nilai, kerangka acuan, dan pola pikir. Hal ini memang
mengesankan aspek kognitif yang kentara dalam transformasi yang
dimaksudkan oleh Mezirow, dan menjadi salah satu celah kritik dari berbagai
pihak. Secara lebih rinci bahkan, Mezirow mengungkapkan sepuluh tahapan
yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran transformatif, yaitu:
1. Kebingungan arah

142
Mezirow, Transformative Dimensions Of Adult Learning,(San Francisco: JosseyBass, 1991),
hal.35
2. Mengujian-diri dengan perasaan takut, marah, bersalah, atau malu
3. Refleksi kritis terhadap asumsi
4. Menyadari bahwa ketidakpuasan, proses transformasi, dan perubahan
sebagai sesuatu yang bisa dialami siapa saja, termasuk diri sendiri
5. mencari alternatif peran, hubungan, dan tindakan baru
6. Merencanaan tindakan; akuisisi pengetahuan dan keterampilan baru
7. Mencoba peran baru
8. Membangun kompetensi dan kepercayaan diri
9. Reintegrasi perspektif baru dalam kehidupan.
Walaupun fasefase tersebut tersusun dengan baik, namun jalur untuk
melaluinya dinilai rumit. Mezirow sendiri menjelaskan bahwa untuk mengalami
pembelajaran transformatif, tidak semua fase perlu dialami, dan lagi urutan fase-
fase tersebut mungkin terjadi pula secara acak.143
H. PENDEKATAN PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF
Pembelajaran transformatif membawa ragam pandangan terkait dimensi
pembelajaran yang bertransformasi. Hal ini berkaitan erat dengan latar
pendekatan yang digunakan untuk mengkonsepsikan teori transformatif.
Ditinjau dari pendekatannya, menurut Dirkx dan Hoggan. pembelajaran
transformatif dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. learning for consciousness-raising,
2. learning for critical reflection,
3. learning for development
4. learning for individuation.
Pembelajaran (atau pendidikan) transformatif sebagai peningkatan
kesadaran (consciousness-raising) dikemukakan oleh Paulo Freire. Kesadaran
kritis yang dimaksudkan Freire merujuk pada proses dimana pembelajar
meningkatkan kemampuan analisis, menghadapi persoalan, dan melakukan
tindakan dalam konteks sosial, politik, kultural, dan ekonomi yang
mempengaruhi dan membentuk kehidupannya. Kepekaan ini diperlukan untuk

143
Mezirow, An Overview Over Transformative Learning, (London: Routledge, 2006), hal.100
memahami strktur sosial yang berlaku di lingkungannya sehingga bisa terbebas
dari resiko dan tindak penindasan dan kesewenang-wenangan. Selanjutnya,
pembelajaran transformatif yang diorientasikan
Pada refleksi kritis (critical reflection) digagas dan dikembangkan oleh
Jack Mezirow. Dalam pandangannya, peserta didik perlu dikondisikan untuk
membangun refleksi kritis atas asumsi awal yang telah dimiliki dengan cara
mengkronfrontasikannya dengan asumsi-asumsi lain yang berbeda secara
substansial atau dengan kenyataan yang “menggoyahkan” asumsi awalnya
tersebut. Melalui proses kritis-reflektif tersebut, perspektif baru dapat terbentuk
dan kemudian menjadi dasar tindakan peserta didik. Perubahan pada sisi
perspektif dengan pendekatan rasional kognitif inilah yang menjadi penekanan
dalam pembelajaran transformatif Mezirow.
Pada sisi lain, perspektif perkembangan peserta didik (developmental
perspective) juga digunakan sebagai basis dalam memahami pembelajaran
transformatif, seperti yang diartikulasikan pertama kali oleh Larry Daloz. Ia
memandang bahwa kebutuhan untuk menemukan dan membangun
kebermaknaan hidup (meaning) sebagai faktor kunci yang mendorong orang
dewasa untuk terlibat dalam sebuah pembelajaran formal. Dan ini, masih
menurut Daloz, berkaitan erat dengan perkembangan kehidupan kita sendiri.
Tingkat “kematangan” dan kondisi lingkungan yang berubah akan menuntut
seseorang bergerak dari fase perkembangan saat itu ke fase berikutnya – melalui
pelibatkan diri dalam proses pembelajaran. Dari sini, sangatlah jelas perspektif
‘perkembangan dan perubahan’ (growth and transformation) yang mendasari
pandangan Daloz dalam pembelajaran transformatif – walaupun masih
dipengaruhi oleh konteks sosio kultural yang melatarbelakanginya 144.
Individuasi, yaitu proses untuk ‘menyelami’ dan memahami diri sendiri
lebih jauh, sehingga dapat terhindar dari obsesi, keserakahan, dan bagian gelap
lain yang mungkin muncul dari ‘ketidaksadaran’.Selain pandangan-pandangan

144
Daloz, Effective Teaching and Mentoring, (San Francisco: JosseyBass, 1986), hal.17
di atas, terdapat pula pandangan lain yang berusaha mengakomodasi semua
dimensi transformasi tersebut, salah satunya adalah Knud Illeris (2014).
Ia mengajukan pandangan bahwa target pembelajaran transformatif
dapat tercakup dalam terma ‘identitas’. Identitas yang dimaksud yaitu kombinasi
dari pengalaman personal yang khas dalam situasi apapun dan bagaimana
seseorang ‘menampilkan’ dirinya terhadap lingkungannya. Jadi, identitas
merujuk pada kompleksitas jati diri personal dan social seseorang.145
I. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF
Menurut Mezirow terdapat empat rangkaian proses yang disyaratkan agar
transformasi terwujud, yaitu (1) mengelaborasi atau memperbaiki skema
makna/nilai, (2) mempelajari skema makna baru, (3) merubah skema makna, dan
(4) merubah perspektif makna. Pada tataran selanjutnya, McGonigal (2005)
mengemukakan lima langkah implementatif agar transformasi peserta didik dapat
terwujud, yaitu:
1. Activating event, yaitu peristiwa atau kejadian yang membuat peserta didik
menyadari keterbatasan pengetahuan/pemahaman yang dimilikinya
2. Ketersediaan ruang atau kesempatan untuk mengidentifikasi dan
mengartikulasikan asumsi-asumsi yang mendasari pengetahuan awalnya
tersebut;
3. Refleksi kritis
4. Diskursus kritis, dengan dialog dan diskusi
5. Kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan perspektif baru.146
J. DAMPAK GLOBALISASI PADA PENDIDIKAN TRANSFORMASI
1. Dampak Positif Globalisasi
a) Semakin Mudahnya Akses Informasi

145
Illeris, Transformative Learning and Identity, (Journal of Transformative Education, 2014)
Vol. 12 (2), 148-163.
146
McGonigal, Teaching for Transformation: From Learning Theory to Teaching Strategies.
Speaking of Teaching (Newsletter), The Center for Teaching and Learning, (Jurnal Stanford
University,2005), Vol. 14(2).
b) Globalisasi dalam Pendidikan akan menciptakan manusia yang
professional dan berstandar internasional dalam bidang Pendidikan.
c) Globalisasi akan membawa dunia Pendidikan Indonesia dapat bersaing
dengan negara-negara lain.
d) Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yang berkualitas dan
mampu bersaing
e) Adanya perubahan struktur dan sistem Pendidikan yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan mutu Pendidikan karena perkembangan
ilmu pengetahuan dalam Pendidikan akan sangat pesat.
2. Dampak Negatif Globalisasi
a) Dunia Pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
b) Dunia Pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi yang
berdampak munculnya generasi serba instan.
c) Globalisasi akan melahirkan golongan-golongan berbeda didalam
dunia Pendidikan.
d) Semakin terkikisnya kebudayaan akibat masuknya budaya dari luar.
e) Globalisasi mengakibatkan melonggarnya kekuatan Kontrol
Pendidikan oleh negara.147

147
Mustari M, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal.228
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan transformatif merupakan perubahan yang terjadi pada
pendidikan dari segi rupa, macam, sifat, keadaan, ataupun dari segi yang
lainnnya yang disesuaikan dengan keadaan zaman, yaitu menuju pendidikan
yang bersifat modern. Perubahan yang diberlakukan pada pendidikan ini
disesuaikan juga pada globalisasi, karena pendidikan bertanggung jawab untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dalam rangka
memenuhi tuntutan dunia. Perubahan yang terjadi pada pendidikan ini
merupakan perubahan dari proses pembelajarannya yang pastinya perubahan
ini dilakukan untuk dapat mendapatkan hasil yang lebih baik. Pembelajaran
transformatif ini merupakan proses pembelajaran yang mendekatkan para
peserta didik kepada kenyataan, menghadirkan pengetahuan yang kritis-
reflektif, dengan memposisikan guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan
dan mendorong proses pembelajaran tersebut.

B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan penulis adalah semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan oleh pembaca.
Makalah ini diharapkan juga dapat diterapkan dalam kegiatan penulisan
lainnya. Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat penulis harapkan
demi peerbaikan penyusunan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Daloz. 1986. Effective Teaching and Mentoring. San Francisco: JosseyBass.


Gegne. 1985. Condition Of Learning. NewYork: Hort Rinehart.
Illeris. 2014. Transformative Learning and Identity. Journal of Transformative
Education. Vol. 12 (2).
McGonigal. 2005. Teaching for Transformation: From Learning Theory to
Teaching Strategies. Speaking of Teaching (Newsletter), The Center for
Teaching and Learning. Jurnal Stanford University. Vol. 14(2).
Mezirow. 1991. Transformative Dimensions Of Adult Learning. San Francisco:
JosseyBass.
Mezirow. 2006. An Overview Over Transformative Learning. London: Routledge.
Mustari M. 2015. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Soenaryo, Endang. 2004. Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicitia.

Tilaar. 2004. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.


GLOSARIUM

Diskursus : Suatu bentuk komunikasi

Globalisasi : Proses masuknya ke ruang lingkup dunia

Implementatif : Suatu pelaksanaan dari sebuah rencana

Kurikuler : Bersangkutan dengan kurikulum

Perspektif : Sudut pandang

Refleksi : Suatu respon gerakan

Reformatif : Perubahan secara drastis untuk perbaikan

Rekonstruksi : Pembangunan kembali

Transformasi : Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebgagainya)

Transformatif : Bersifat transformasi


INDEKS

Diskursus 15

Globalisasi 5,6

Implementatif 15

Kurikuler 8

Perspektif 15

Refleksi 15

Rekonstruksi 11

Transformasi 12

Transformatif 4,5,6,8
IDENTITAS PENULIS

Penulis bernama Nadya Afnaini Pangestika, lahir pada 6


Oktober 1999 di Tangerang. Saya anak pertama dari 2
bersaudara, Lulusan SMA Negeri 11 Kab.Tangerang. Saat
ini saya merupakan salah satu mahasiswa di Pendidikan
Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak 2017. Hobi
Traveling dan melukis. Bercita-cita ingin menjadi Dosen
Biologi.

Penulis bernama Ningrum Sri Indriani, lahir pada 6


Oktober 1999 di Bekasi. Ia merupakan lulusan Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Darussalam, Kasomalang,
Subang. Saat ini ia merupakan salah satu mahasiswa
Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia
sangat menyukai buku-buku motivasi ataupun buku yang
berisikan tentang kisah-kisah inspiratif, oleh karena itu
salah satu hobinya adalah membaca. Ia bercita-cita untuk
dapat menjadi seorang penulis, pengusaha dan juga
dosen.
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator

Ulfi Maysyaroh

B. Notulen

Dinda

C. Penanya
1. Nida
2. Salsabila Milenia
3. Nur Akliah
4. Bagas Widiarto Adiputra
5. Masarrah Marimadani
6. Resti Perastiani
D. Penanggap
1. Rizki Indriani Arifah
2. Novita Dwi Safitri
3. Anisa Rehlitna Pagit Girsang
4. Nurazizah
5. Marina
6. Pitri Nurgandari
TENTANG PENULIS

Penulis bernama lengkap Dwi Sarifathul biasa


dipanggil Dwi. Lahir di Tangerang, 2 Oktober
1998. Dia merupakan anak ke 3 dari 4
bersaudara yang beralamat di Jl. Pondok Jaya
No.49. Pendidikan formal yang ditempuh
adalah TK Harmoni lulus pada tahun 2004,
kemudian penulis melanjutkan ke SDN 11
Bintaro lulus pada tahun 2010. Setelah
menyelesaikan SD penulis melanjutkan ke
SMPN 164 Jakarta dari tahun 2010-2013 dan
kembali melanjutkan sekolahnya di SMAN 11
Kota Tangerang Selatan lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis sedang melanjutkan
pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Matematika
semester 5.

Penulis bernama Salsabila Milenia, biasa dipanggil


Salsa. Lahir di Bogor, 17 Januari 2000. Tinggal di
Bumi Sawangan Indah, Depok, dan merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal
yang ditempuh yaitu TK Sentra Mulia, SDN
Pengasinan 03, SMPN 14 Depok, SMA AL-Hasra,
dan saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan
pendidikan biologi semester 3.

Anda mungkin juga menyukai