Dosen Pengampuh:
Yanti Yandri K, M.Pd.
Disusun oleh.
KELOMPOK 5
TA.2022
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Landasan Filosifis Pendidikan ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Yanti Yandri
K, M.Pd pada mata kuliah Landasan Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Landasan Filosofi Pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Yanti Yandri K,M.Pd, selaku dosen mata kuliah
Landasaan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................... ii
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 3
3.1.Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
3.2.Saran..................................................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita, dengan
adanya pendidikan kita belajar, memahami dan mengalami pendewasaan sehingga kita dapat
menentukan arah kehidupan. Pendidikan juga merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pendidikan sangat
diupayakan untuk mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik. Maka
terbentuknya Landasan Pendidikan ini merupakan suatu pondasi yang akan diterapkan
kepada seseorang di kehidupan.
Landasan filosofi pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik karena pendidikan
bersifat normatif, sehingga diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi
pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan
filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang
apa yang seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang di cita-citakan dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
C. Tujuan
1
C. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca tentang landasan filosofi pendidikan dan implikasinya terhadap
pendidikan. Selain itu, kami juga berharap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi dalam penulisan karya tulis yang terkait dengan pokok kajian yang sejenis dengan
makalah ini dimasa mendatang
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan dan Jenis Landasan Filosofi
Pendidikan.
1. Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan.
Landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Dengan mengacu pada
arti dari istilah tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah suatu pijakan, titik tumpu
atau titik tolak, suatu fondasi tempat berdirinya suatu hal
Filsafat dapat diartikan sebagai way of life manusia sepanjang kehidupan di dunia.
Bahkan, nasib suatu bangsa dan negara bergantung pada ideologi yang dianut, dan ideologi
pada hakekatnya diciptakan oleh filsafat. Filsafat bermakna sikap yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara kontemplatif dan menyeluruh.
Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos dan sofein atau sophi.
Adapula yang mengatakan filosofi berasal dari bahasa arab, yaitu falsafah, yang artinya al-
hikmah. Philos,artinya cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian,
filsafat dapat diartikan “cinta kebijaksanaan atau al-hikmah.” Orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaan atau kebenaran disebut dengan filsuf.
Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok agar
menjadi dewasa melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan
untuk mewujudkan pribadi yang ideal sesuai dengan nilai dan norma dianut. Contoh manusia
ideal yang menjadi tujuan pendidikan antara lain menjadi orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dll. Oleh karena itu
pendidikan bersifat normatif atau bertanggung jawab. Pendidikan harus dilaksanakan dengan
mengacu pada landasan yang kokoh, dengan tujuan yang jelas, isi kurikulum yang benar, dan
metode pelaksanaan yang efisien dan efektif.
Menurut Tatang (2010), Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau
membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).
Epistemologi berasal dari bahasa latin epitesme yang artinya "ilmu pengetahuan" dan
logos yang berarti "teori." Jadi Epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan.
3
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
nilai. Aksiologi terdiri dari Etika dan merupakan cabang filsafat (bagian dari aksiologi) yang
mempelajari atau membahas sifat baik dan buruk dalam perilaku manusia; dan Estetika
adalah cabang filsafat (bagian dari aksiologi) yang mempelajari atau membahas seni (art) dan
esensi keindahan (beauty).
Dalam landasan filosofi pendidikan juga terdapat beberapa aliran pemikiran. Hal ini
muncul sebagai implikasi aliran aliran yang terdapat dalam filsafat. Maka sistem gagasan
atau asumsi pendidikan aliran idealisme, realisme, dan pragmatisme dapat dirangkum seperti
yang di sajikan pada uraian berikut.
4
Implikasi Filosofi Idialisme Terhadap Pendidikan
Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka manusia harus tunduk kepada
hukum-hukum alam, demikian pula masyarakat. Nilai individual akan dapat di terima apabila
5
sesuai dengan hukum alam yang di peroleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah
diatur oleh kebiasaan atau adat istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Menurut Pragmatisme, hanya realitas fisik yang ada, dan teori umum tentang realitis
tidak mungkin dan tidak perlu.
Karena realitas terus berubah, dan manusia adalah bagian dari perubahan itu. Oleh
karena itu, dengan adanya perubahan tersebut muncul berbagai persoalan dalam kehidupan
individu dan masyarakat.
Pada pragmatisme, nilai tidak bersifat eksklusif dan tidak berdiri sendiri, melainkan
ada dalam suatu proses yakni tindakan atau perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia
merupakan bagian dari masyarakatnya, maka tindakan tindakannya dinilai berdasarkan
hasil-hasilnya didalam masyarakat.
6
individu maupun sosial. Pendidikan harus mengajarkan seseorang
bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi
di dalam lingkungan masyarakat.
Kurikulum/ isi pendidikan, kurikulum berisi pengalaman-pengalaman
yang telah teruji, yangsesuia dengan minat siswa, serta tidak memisahkan
pendidikan liberal dan praktis. Kurikulum mungkin berubah, warisan-
warisan sosial dari masa lalu tidak lagi menjadi fokus perhatian.
Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa
yang akan datang. Dalam pandangan pragmatisme. Kurikulum sekolah
seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan masyarakat.
Metode pembelajaran, Penganut pragmatisme mengutamakan penggunaan
metode pemecahan masalah (problem solving), metode penyelidikan dan
penemuan (Inquiry and Discovery). Dalam prakteknya, metode ini
membutuhkan seorang pendidik yang memiliki sifat: permissive (pemberi
kesempatan), friendly (bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open
minded (berpandangan terbuka), enthusiastic (bersifat antusias), creative
(kreatif), sosialy aware (sadar bermasyarakat), alert (siap siaga), patient
(sabar), cooperative and sincere (bekerjasama dan ikhlas atau bersungguh-
sungguh).
Peranan pendidik dan peserta didik, peranan pendidik adalah memimpin
dan membimbing peserta didik belajar tanpa ikut campur terlaluatas minat
dan kebutuhan siswa. Sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme
yang rumit dan mampu tumbuh. Orientasi pendidikan pragmatisme adalah
progresivisme.
Scholastisisme dalam bahasa inggris adalah school yang berarti sekolah atau pengajaran atau
pemikiran. Sedangkan Ahmad dan Mudzakir ( 2004:81) berpendapat bahwa scholastisisme berasal
dari kata schuler yang memiliki arti sama dengan sebelumnya, yaitu sekolah atau pengajaran. Kata
"isme" dalam scholastisisme berarti paham atau aliran. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
scholastisisme adalah aliran mengenai sekolah.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan tuhan yang dibekali akal pikiran, hendaklah
mampu memanfaatkan fasilitas tersebut. Bukan hanya untuk membuktikan bahwa manusia
bukanlah binatang, tapi juga untuk membuktikan bahwa manusia sebagai khalifah dapat
menjaga alam ini.
7
Implikasi Filosofi Scholastisisme Terhadap Pendidikan
Tujuan Pendidikan, pendidikan tidak semata mata untuk mencapai
kebahagiaan hidup didunia, tetapi untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akhirat dalam pengenalan jiwa dengan tuhan. Untuk mencapai tujuan
tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi
manusia yang mencakup intelektual, fisik (jasmani), volitional (kemauan)
dan vokasional (bekerja).
Kurikulum/isi Pendidikan, isi pendidikan harus mencakup agama dan
humaniora sebagai bagian pendidikan liberal atau pendidikan umum.
Pendidikan liberal tersebut terdiri atas mata pelajaran fundanmental yang
berhubungan dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan mata
pelajaran instrumental yang berhubungan dengan pengembangan
vokasional dan penunjang bagi mata pelajarang fundamental. Kurikulum
dalam filosofi pendidikan scholastiisisme tentu harus mencakup agama
karena sebagaimana yang diketahui bahwa scholastisisme mengarah kepada
agama itu sendiri.
Metode Pendidikan, dalam setiap pendidikan pasti akan ditemui mengenai
bagaimana metode pendidikannya itu disampaikan. Ada dua cara
memperoleh pengetahuan yaitu: melalui penemuan atau rasio alami yang
tertuju pada pengetahuan yang tidak diketahui; dan melalui instruksi atau
latihan, yakni orang lain memberi bantuan kepad rasio alami untuk tertuju
pada pengetahuan yang tidak diketahui, bantuan itu disebut pengajaran.
Selanjutnya, mengenai metode-metode pendidikan yang digunakan dalam
filosofi pendidikan scholastisisme, yaitu: metode dialektik; metode
ceramah; metode debat, diskusi atau tanya jawab.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik, pengajaran berpusat pada guru yang
diberikan melalui ceramah, latihan yang teratur dan terarah seta tanya
jawab. Tak seorang pun yang dapat mengajar dengan berhasil tanpa
kebijakan dari cahaya pikirab dari tuhan. Oleh karena itu, tuhan
memberikan dalam diri manusia berupa potensi-potensi berfikir tuhan
adalah guru bhatiniyah manusia. Guru memberikan teladan yang baik serta
peserta didik penerapan fasif.
8
Konsep Umum Filosofi Konstruktivisme.
9
adalah sebagai fasilitatordan mediator yang memiliki tugasmembantu dan
mendorong peserta didik dalam pembentukan suatu pengetahuan. Dalam
pemahaman konstruktivisme peserta didik adalah subjek dalam
pendidikan. Dia harus mampu menciptakan dan membentuk pengetahuan
mereka sendiri melalui interaksi dengan dunia. Peserta didik diberi
kebebasan penuh untuk membangun kepercayaan dan pengetahuan mereka
sendiri, dengan dimonitor oleh pendidik.
Masyarakat Indonesia percaya bahwa realitas tidak ada dengan sendirinya, tetapi
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hakikat kehidupan bangsa Indonesia adalah berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk
mencapai dan mencapai kemerdekaan.
Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam keberadaannya, manusia
memiliki dimensi individualitas, sosialitas budaya, normalitas, dan agama. Pancasila
mengajarkan bahwa manusia bersifat monarki tetapi satu dimensi, artinya manusia yang serba
bisa pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang utuh.
Sumber pertama dari segala nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena manusia
adalah ciptaan Tuhan, baik pribadi/individual maupun makhluk sosial, dan hakikat nilai
berasal dari Tuhan, masyarakat dan individu.
10
menyiratkan bahwa pendidikan harus menitikberatkan pada penyiapan
peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
dan cakap yang beriman dan bertakwa. takut akan potensi Tuhan Yang
Maha Esa. warga negara yang kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No.
Peraturan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Penyelenggaraan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara holistik dalam segala aspek kehidupan
Kurikulum/ isi pendidikan, Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka kesatuan nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dengan memperhatikan: a) peningkatan
keimanan dan ketakwaan ; b) peningkatan akhlak mulia; c)
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik d) keragaman
daerah dan lingkungan; e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional
untuk kebutuhan dunia kerja; f) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; h) agama; i) perkembangan global; j) dan
persatuan bangsa dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum di atas akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah (Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Metode Pendidikan, Dalam konteks pendidikan, tidak ada satupun
metode pembelajaran yang lebih baik dari yang lain. Berbagai metode
pembelajaran yang ada tersedia untuk diterapkan. Pemilihan dan
penerapan metode pendidikan harus mempertimbangkan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai, hakikat manusia atau peserta didik,
karakterisktik isi/ materi pendidikan dan alat bantu pendidikan yang
tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu pada
prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat
multimetode.
Peran Pendidik dan Peserta Didik, Terdapat berbagai peranan pendidik
dan peserta didik yang harus dilaksanakan. Namun, pada dasarnya
berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: "ing
ngarso sung tuludo" artinya pendidik harus memberikan atau menjadi
teladan bagi peserta didiknya; "ing madya mangun karso" artinya
pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya;
dan " tut wuri handayani" artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya
pendidik harus memberikan kebebasan atau kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar mandiri.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Susanton. A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Surur, Miftahus dkk. 2022. Landasan Pendidikan. Bandung: Media Sains Indonesia.
iii