Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME SCHOLASTISISME,


KONSTRUKTIVISME dan PANCASILA

Dosen Pengampuh:
Yanti Yandri K, M.Pd.

Disusun oleh.

KELOMPOK 5

1. Deswika Khiarotul Nisa ( 2286206146 )


2. Meilana Cahyani ( 2286206151 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

TA.2022
Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Landasan Filosifis Pendidikan ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Yanti Yandri
K, M.Pd pada mata kuliah Landasan Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Landasan Filosofi Pendidikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Yanti Yandri K,M.Pd, selaku dosen mata kuliah
Landasaan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkinang, 19 September 2022 

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 1

C. Tujuan................................................................................................................................... 1

D. Manfaat Penulisan................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 3

A.Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan dan Jenis Landasan Filosofi


Pendidikan..................................................................................................................... 3

1. Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan........................................................................................... 3


2. Landasan Filosofi Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme ......................................... 4
3. Landasan filosofi pendidikan Sholastisisme............................................................................... 7
4. Landasan Filosofi Pendidikan Konstruktivisme................................................................... 8
5. Landasan filosofi pendidikan nasional: pancasila................................................................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

3.1.Kesimpulan .......................................................................................................................... 12

3.2.Saran..................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita, dengan
adanya pendidikan kita belajar, memahami dan mengalami pendewasaan sehingga kita dapat
menentukan arah kehidupan. Pendidikan juga merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Pendidikan sangat
diupayakan untuk mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik. Maka
terbentuknya Landasan Pendidikan ini merupakan suatu pondasi yang akan diterapkan
kepada seseorang di kehidupan.

Landasan Pendidikan merupakan salah satu kajian yang diterapkan dan


dikembangkan sehingga berkaitan dengan dunia pendidkan. Landasan-landasan yang harus
dikuasai oleh seorang pendidik meliputi landasan filosofis , sosiologis, hukum.kultural,
psikologis, iptek, ekonomi, sejarah, serta landasan agama. Dalam makalah ini kami akan
membahas Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan Filosofis Pendidikan adalah asumsi-
asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.

Landasan filosofi pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik karena pendidikan
bersifat normatif, sehingga diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi
pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan
filosofis pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang
apa yang seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang di cita-citakan dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

1. Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan ?


2. Apa jenis-jenis Landasan Filosofis Pendidikan ?
3. Bagaimana cara menerapkan Landasan Filosofis Pendidikan ?
4. Mengapa kita harus menerapkan Landasan Filosofis Pendidikan?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

 Membahas dan memahami Landasan Filosofis Pendidilkan.


 Memberi informasi tentang landasan pendidikan dan jenis landasan
pendidikan.
 Agar dapat memahami secara menyeluruh filsafat pendidikan.
 Memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan agar mahasiswa
mendapatkan nilai.

1
C. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:

5. Pengertian Landasan Filosofis Pendidikan ?


6. Apa jenis-jenis Landasan Filosofis Pendidikan ?
7. Bagaimana cara menerapkan Landasan Filosofis Pendidikan ?
8. Mengapa kita harus menerapkan Landasan Filosofis Pendidikan?

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca tentang landasan filosofi pendidikan dan implikasinya terhadap
pendidikan. Selain itu, kami juga berharap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai
referensi dalam penulisan karya tulis yang terkait dengan pokok kajian yang sejenis dengan
makalah ini dimasa mendatang

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan dan Jenis Landasan Filosofi
Pendidikan.
1. Pengertian Landasan Filosofi Pendidikan.

Landasan dapat diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Dengan mengacu pada
arti dari istilah tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah suatu pijakan, titik tumpu
atau titik tolak, suatu fondasi tempat berdirinya suatu hal

Filsafat dapat diartikan sebagai way of life manusia sepanjang kehidupan di dunia.
Bahkan, nasib suatu bangsa dan negara bergantung pada ideologi yang dianut, dan ideologi
pada hakekatnya diciptakan oleh filsafat. Filsafat bermakna sikap yang sadar dan dewasa
dalam memikirkan segala sesuatu secara kontemplatif dan menyeluruh.

Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos dan sofein atau sophi.
Adapula yang mengatakan filosofi berasal dari bahasa arab, yaitu falsafah, yang artinya al-
hikmah. Philos,artinya cinta, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian,
filsafat dapat diartikan “cinta kebijaksanaan atau al-hikmah.” Orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaan atau kebenaran disebut dengan filsuf.

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok agar
menjadi dewasa melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pada hakekatnya bertujuan
untuk mewujudkan pribadi yang ideal sesuai dengan nilai dan norma dianut. Contoh manusia
ideal yang menjadi tujuan pendidikan antara lain menjadi orang yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dll. Oleh karena itu
pendidikan bersifat normatif atau bertanggung jawab. Pendidikan harus dilaksanakan dengan
mengacu pada landasan yang kokoh, dengan tujuan yang jelas, isi kurikulum yang benar, dan
metode pelaksanaan yang efisien dan efektif.

Menurut Cohen, L. N. M. (1999) Filosofi (Filsafat) memiliki tiga cabang yang


masing masing memiliki sub cabang. Ketiga cabang tersebut adalah Metaphysic (Metafisika),
Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (aksiologi). Sedangkan menurut Ornstein, A.C,
dkk (2011), menyebutnya sebagai istilah pendidikan yang terbagi menjadi empat istilah yaitu
Metaphisic (Metafisika), Ephistemologi (Epistemologi), Axiology (Aksiologi), dan Logics
(Logika).

Menurut Tatang (2010), Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau
membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).

Epistemologi berasal dari bahasa latin epitesme yang artinya "ilmu pengetahuan" dan
logos yang berarti "teori." Jadi Epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan.

3
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
nilai. Aksiologi terdiri dari Etika dan merupakan cabang filsafat (bagian dari aksiologi) yang
mempelajari atau membahas sifat baik dan buruk dalam perilaku manusia; dan Estetika
adalah cabang filsafat (bagian dari aksiologi) yang mempelajari atau membahas seni (art) dan
esensi keindahan (beauty).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan


adalah asumsi-asumsi filosofi yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktik dalam
pendidikan. Landasan filososi pendidikan berperan dalam memberikan rambu-rambu apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah
metafisika (hakikat relitas dan hakikat manusia), epistemologi ( hakikat pengetahuan), dan
aksiologi (hakikat nilai).

Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, didalam landasan filosofi pendidikan


juga terdapat beberapa aliran pemikiran. Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan juga
dikenal dengan adanya landasan filosofi pendidikan idealisme, landasan filosofi pendidikan
realisme, landasan filosofi pendidikan pragmatisme, dan sebagainya.

2. Landasan Filosofi Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.

Dalam landasan filosofi pendidikan juga terdapat beberapa aliran pemikiran. Hal ini
muncul sebagai implikasi aliran aliran yang terdapat dalam filsafat. Maka sistem gagasan
atau asumsi pendidikan aliran idealisme, realisme, dan pragmatisme dapat dirangkum seperti
yang di sajikan pada uraian berikut.

(a) Landasan Filososfi Pendidikan Idealisme

 Konsep Umum Filosofi Idealisme


Berdasarkan pandangan Metafisika Idealisme merupakan aliran filsafat yang
perpendapat bahwa objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide. Menurut penganut
idealisme, realitas pada hakikatnya di turunkan dari suatu subtansi yang fundamental yaitu
pikiran/ jiwa/ roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya
diturunkan dari pikiran.

Berdasarkan penjelasan diatas, idealisme berpandangan bahwa hakikat manusia


bukanlah fisiknya melainkan pikiran atau jiwanya. Manusia adalah makhluk yang berfikir,
mampu mimilih atau bebas hidup dengan suatu moral yang jelas dan bertujuan. Berkaitan
dengan hakikat pengetahuan, idealisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh
melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia bersifat tiruan yang menyimpang
dari keadaan sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanya akal pikiran karena akal mampu
membedakan antara bentuk spritual dan benda-benda material. Menurut aksiologi nilai itu
hakikatnya adalah tetap dan absolut (tidak dapat berubah). Nilai tidak diciptakan oleh
manusia melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

4
 Implikasi Filosofi Idialisme Terhadap Pendidikan

 Tujuan pendidikan adalah pembentukan karakter, pengembangan bakat


insani, dan kebijakan sosial. Dengan kata lain, pendidikan bertujuan untuk
membantu pengembangan karakter serta mengembangkan bakat manusia
dan kebajikan sosial. Mengingat bakat-bakat manusia yang berbeda-beda
maka pendidikan yang di berikan kepada setiap orang harus sesuai dengan
bakatnya masing masing.
 Kurikulum/isi pendidikan adalah pengembangan kemampuan berfikir
melalui pendidikan liberal, penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata
pencaharian melalui pendidikan praktis. Kurikulum disusun menurut mata
pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran, isi kurikulum harus
merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala zaman,
sehingga cenderung berlaku sama untuk semua peserta didik.
 Metode pembelajaran, metode yang diutamakan adalah metode dialektik
namum demikian tiap metode yang mendorong belajar dapat diterima, dan
cenderung mengabaikan dasar-dasar phisiologis untuk belajar.
 Peranan pendidik dan peserta didik, pendidik bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik. pendidik harus
unggul agar dapat menjadi teladan baik dalam hal moral maupun
intelektual. Sedangkan peserta didik bebas mengembangkan kepribadian
dan bakatnya, bekerja sama, danmengikuti proses alami dari
perkembangan insani. Orientasi pendidikan idealisme adalah esensialisme.

(b) Landasan Filosofi Pendidikan Realisme

 Konsep Umum Filosofi Realisme

Berdasarkan pandangan Metafisika para filosof Realisme umumnya memandang


dunia dalam pengertian materi yang hadir dengan sendirinya, tertata dalam hubungan-
hubungan yang teratur diluar campur tangan manusia. Jika penganut idealisme menekankan
bahwa pikiran dan jiwa esensi dari realitas, sebaliknya penganut realisme percaya bahwa
realitas pada dasarnya terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui dan tealita diluar manusia
yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

Realisme mendefinisikan manusia sesuai dengan apa yang dapat di kerjakannya.


Pikiran atau jiwa merupakan uatu organisme yang sangat rumit yang mampu berfikir. Tetapi
meskipun manusia memiliki kemampuan berfikir, ia juga merupakan bagian dari alam, oleh
karena itu tugas dan tujuan manusia adalah menyesuaikan diri dengan hukum alam,
masyarakat dan budaya.

Berdasarkan pandangan epistemologi pengetahuan pada filosofi realisme pada


hakikatnya diperoleh manusia melalui pengalaman diri dan penggunaan akal. Dunia yang
hadir tidak tergantung pada pikiran, atau pengetahuan manusia tidak dapat mengubah esensi
realitas. Uji kebenaran pengetahuan didasarkan atas teori korespondensi.

Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka manusia harus tunduk kepada
hukum-hukum alam, demikian pula masyarakat. Nilai individual akan dapat di terima apabila

5
sesuai dengan hukum alam yang di peroleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah
diatur oleh kebiasaan atau adat istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.

 Implikasi Filosofi Realisme Terhadap Pendidikan

 Tujuan Pendidikan, Pendidikan bertujuan untuk penyesuaian diri dalam


hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial
 Kurikulum/isi pendidikan. Kurikulum harus bersifat kompehensif yang
berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusian dn ilmu sosial serta nilai-
nilai. kurikulum mengandung unsur-unsur pendidikan liberal dan
pendidikan praktis. Kurikulum dioganisasi menurut mata pelajaran
(subject matter) dab berpusat pada materi pelajaran (subject centered).
 Metode pembelajaran, metode yang digunakan hendaknya bersifat
logisdan psikologis, pembiasaan merupakan metodeutama bagi penganut
realisme.
 Peranan pendidik dan peserta didik, pendidik merupakan pengelola
kegiatan belajar mengajar (classroom is teacher-centered). Pendidik harus
menguasai pengetahuanyang mungkin berubah, menguasaiketerampilan
teknik-teknik mengajar dan kewenangan menuntut prestasi siswa.
Sedangkan peserta didik berperan untuk mengetahui pengetahuan, taat
pada aturan dan disiplin. Orientasi pendidikan realismeadalah
esensialisme.

(c) Landasan Filosofi Pendidikan Pragmatisme

 Konsep Umum Filosofi Pragmatisme

Berdasarkan pandangan Metafisika Pragmatisme anti Metafisika. Suatu teori umum


tentang kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah
kenyataan fisik, plural dan berubah. Aliran pragmatisme berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki manfaat bagi kehidupan nyata. Dengan
demikian patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup yang praktis.

Menurut Pragmatisme, hanya realitas fisik yang ada, dan teori umum tentang realitis
tidak mungkin dan tidak perlu.

Karena realitas terus berubah, dan manusia adalah bagian dari perubahan itu. Oleh
karena itu, dengan adanya perubahan tersebut muncul berbagai persoalan dalam kehidupan
individu dan masyarakat.

Pada pragmatisme, nilai tidak bersifat eksklusif dan tidak berdiri sendiri, melainkan
ada dalam suatu proses yakni tindakan atau perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia
merupakan bagian dari masyarakatnya, maka tindakan tindakannya dinilai berdasarkan
hasil-hasilnya didalam masyarakat.

 Implikasi Filosofi Pragmatisme Terhadap Pendidikan

 Tujuan pendidikan ialah untuk memberikan pengalaman yang berguna


dalam memecahkan masalah atau menemukan hal baru dalam kehidupan

6
individu maupun sosial. Pendidikan harus mengajarkan seseorang
bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi
di dalam lingkungan masyarakat.
 Kurikulum/ isi pendidikan, kurikulum berisi pengalaman-pengalaman
yang telah teruji, yangsesuia dengan minat siswa, serta tidak memisahkan
pendidikan liberal dan praktis. Kurikulum mungkin berubah, warisan-
warisan sosial dari masa lalu tidak lagi menjadi fokus perhatian.
Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa
yang akan datang. Dalam pandangan pragmatisme. Kurikulum sekolah
seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan masyarakat.
 Metode pembelajaran, Penganut pragmatisme mengutamakan penggunaan
metode pemecahan masalah (problem solving), metode penyelidikan dan
penemuan (Inquiry and Discovery). Dalam prakteknya, metode ini
membutuhkan seorang pendidik yang memiliki sifat: permissive (pemberi
kesempatan), friendly (bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open
minded (berpandangan terbuka), enthusiastic (bersifat antusias), creative
(kreatif), sosialy aware (sadar bermasyarakat), alert (siap siaga), patient
(sabar), cooperative and sincere (bekerjasama dan ikhlas atau bersungguh-
sungguh).
 Peranan pendidik dan peserta didik, peranan pendidik adalah memimpin
dan membimbing peserta didik belajar tanpa ikut campur terlaluatas minat
dan kebutuhan siswa. Sedangkan peserta didik berperan sebagai organisme
yang rumit dan mampu tumbuh. Orientasi pendidikan pragmatisme adalah
progresivisme.

3. Landasan filosofi pendidikan Sholastisisme

Scholastisisme dalam bahasa inggris adalah school yang berarti sekolah atau pengajaran atau
pemikiran. Sedangkan Ahmad dan Mudzakir ( 2004:81) berpendapat bahwa scholastisisme berasal
dari kata schuler yang memiliki arti sama dengan sebelumnya, yaitu sekolah atau pengajaran. Kata
"isme" dalam scholastisisme berarti paham atau aliran. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
scholastisisme adalah aliran mengenai sekolah.

 Konsep Umum Filosofi Scholastisisme


Berdasarkan pandangan Metafisika, dalam kaitannya mengenai kenyataan, dikenal
dua kenyataan dalam filosofi pendidikan Scholastisisme yaitu: Bentuk/Potentia/Morphe
(form) dan Mater/Actu/hyle (materi). Kenyataan yang tersusun secara hierarkis dari tuhan
sebagai kenyataan tertinggi dan materi sebagai kenyataan terendah. Tuhan sebagai kenyataan
tertinggi, karena tuhan-lah yang menciptakan dan memberikan kemampuan kepada manusia.

Manusia, sebagai makhluk ciptaan tuhan yang dibekali akal pikiran, hendaklah
mampu memanfaatkan fasilitas tersebut. Bukan hanya untuk membuktikan bahwa manusia
bukanlah binatang, tapi juga untuk membuktikan bahwa manusia sebagai khalifah dapat
menjaga alam ini.

Pertama-tama, untuk melakukan kebaikan, seseorang harus mengetahui kebaikan, dan


kebaikan atau kebajikan tertinggi adalah kebahagiaan dan cinta tuhan.

7
 Implikasi Filosofi Scholastisisme Terhadap Pendidikan
 Tujuan Pendidikan, pendidikan tidak semata mata untuk mencapai
kebahagiaan hidup didunia, tetapi untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akhirat dalam pengenalan jiwa dengan tuhan. Untuk mencapai tujuan
tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi
manusia yang mencakup intelektual, fisik (jasmani), volitional (kemauan)
dan vokasional (bekerja).
 Kurikulum/isi Pendidikan, isi pendidikan harus mencakup agama dan
humaniora sebagai bagian pendidikan liberal atau pendidikan umum.
Pendidikan liberal tersebut terdiri atas mata pelajaran fundanmental yang
berhubungan dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan mata
pelajaran instrumental yang berhubungan dengan pengembangan
vokasional dan penunjang bagi mata pelajarang fundamental. Kurikulum
dalam filosofi pendidikan scholastiisisme tentu harus mencakup agama
karena sebagaimana yang diketahui bahwa scholastisisme mengarah kepada
agama itu sendiri.
 Metode Pendidikan, dalam setiap pendidikan pasti akan ditemui mengenai
bagaimana metode pendidikannya itu disampaikan. Ada dua cara
memperoleh pengetahuan yaitu: melalui penemuan atau rasio alami yang
tertuju pada pengetahuan yang tidak diketahui; dan melalui instruksi atau
latihan, yakni orang lain memberi bantuan kepad rasio alami untuk tertuju
pada pengetahuan yang tidak diketahui, bantuan itu disebut pengajaran.
Selanjutnya, mengenai metode-metode pendidikan yang digunakan dalam
filosofi pendidikan scholastisisme, yaitu: metode dialektik; metode
ceramah; metode debat, diskusi atau tanya jawab.
 Peranan Pendidik dan Peserta Didik, pengajaran berpusat pada guru yang
diberikan melalui ceramah, latihan yang teratur dan terarah seta tanya
jawab. Tak seorang pun yang dapat mengajar dengan berhasil tanpa
kebijakan dari cahaya pikirab dari tuhan. Oleh karena itu, tuhan
memberikan dalam diri manusia berupa potensi-potensi berfikir tuhan
adalah guru bhatiniyah manusia. Guru memberikan teladan yang baik serta
peserta didik penerapan fasif.

4. Landasan Filosofi Pendidikan Konstruktivisme.

Konstruktivisme adalah sebuah pengetahuan yang dianggap benar apabila


pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena
yang tidak sesuai. Filsafat Konstruktivisme adalah sebuah aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kita sendiri.

8
 Konsep Umum Filosofi Konstruktivisme.

Menurut pemahaman konstruktivisme, bahwa manusia tidak dapat mengerti realitas


sesungguhnya secara ontologis (hakikat keberadaan). Kita hanya dapat mengerti mengenai
struktur konstruksi dari suatu objek. Bentukan atau konstruksi itu harus berjalan dan tidak
selalu merupakan representasi dunia nyata.

Dalam pandangan konstruktivisme, manusia dipandang bukan sebagai tabula rasa,


tetapi manusia dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri. Manusia dalam
konstuktivisme dipandang sebagai objek yang menjadi subjek dimana hanya tuhan lah yang
tahu akan makna realits, dan manusia hanya mengetahui sesuatu yang dikontruksikan oleh
dirinya.
 Implikasi Filosofi Konstruktivisme Terhadap Pendidikan
 Tujuan Pendidikan, Tujuan pendidikan konstruktivisme lebih menekankan
pada perkembangan konsep dan pengetahuan yang mendalam sebagai
konstruksiatif dari peserta didik. Tujuan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
Praktik pendidikan atau mekanisme pendidikan menerapkan serangkaian
kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan
rambu-rambu dari trori pendidikan.
 Kurikulum/ isi pendidikan, Atas dasar pemahamannya, pendidik harus
dituntut untuk merangsang pengalaman belajar dan struktur kognitif anak
didiknya untuk dapat berfikir, dan berinteraksi membangun pengetahuan
yang baru. Sebagai cara mentransfer pengetahuan dari guru kepada murid ,
dalam hal ini pendidik bukanlah seorang yang maha tahu, dan peserta
didik adalah sosok yang belum tahu dan meminta pendidik untuk
memberi tahu. Dalam banyak hal pendidik dan peserta didik bersama sama
membangun pengetahuan, dengan begitu hubungan diantara keduanya
lebih sebagai mitra yang bekerja sama membangun sebuah pengetahuan.
 Metode Pendidikan, menurut Paul Suparno (1997), setiap pelajar memiliki
caranya masing masing dalam memahami sebuah pengetahuan. Dalam
konteks ini tidak ada metode belahjar yang tepat, satu metode saja tdk
akan cukup membantu peserta didik, sehingga disinilah peran pendidik di
butuhkan. Para pendidik dan pelajar bersama mencari tahu metode apa
yang cocom untuk peserta didik agar dapat membangun pengetahuannya.
Kelompok belajar pun dikembangkan mengingat pengetahuan itu dibentuk
baik secara individual maupun secara sosial.
 Peranan pendidik dan peserta didik, penerapan dalam proses pendidikan
aliran kontuktivisme ini memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk
aktif dalam proses pembuatan pengetahuan yang bermakna sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki masing-masing peserta didik. Suparno
(1997;16), menyatakan bahwa peran pendidikdalam aliran konstruktivisme

9
adalah sebagai fasilitatordan mediator yang memiliki tugasmembantu dan
mendorong peserta didik dalam pembentukan suatu pengetahuan. Dalam
pemahaman konstruktivisme peserta didik adalah subjek dalam
pendidikan. Dia harus mampu menciptakan dan membentuk pengetahuan
mereka sendiri melalui interaksi dengan dunia. Peserta didik diberi
kebebasan penuh untuk membangun kepercayaan dan pengetahuan mereka
sendiri, dengan dimonitor oleh pendidik.

5. Landasan filosofi pendidikan nasional: pancasila

Bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan tersendiri dalam sistem


pendidikan nasionalnya, yaitu Pancasila. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 2 Undang
Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang "Sistem Pendidikan Nasional", yang menyatakan
bahwa pendidikan nasional adalah "pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945". Pancasila merupakan sumber
dari segala gagasan mengenai wujud bangsa dan sumber dari segala sumber nilai yang
menjadi pangkal dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain,
Pancasila merupakan sumber sistem nilai dalam pendidikan.

 Konsep Umum Filosofi Pancasila

Masyarakat Indonesia percaya bahwa realitas tidak ada dengan sendirinya, tetapi
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hakikat kehidupan bangsa Indonesia adalah berkat
rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk
mencapai dan mencapai kemerdekaan.

Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam keberadaannya, manusia
memiliki dimensi individualitas, sosialitas budaya, normalitas, dan agama. Pancasila
mengajarkan bahwa manusia bersifat monarki tetapi satu dimensi, artinya manusia yang serba
bisa pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang utuh.

Filosofi Pancasila berpandangan bahwa semua pengetahuan pada hakekatnya berasal


dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui keyakinan,
pemikiran, pengalaman empiris, penghayatan dan intuisi. Kebenaran pengetahuan adalah
kebenaran mutlak yang didasarkan atas kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
relativitas, dan menguji kebenarannya dengan menguji konsistensi logika pemikirannya,
kesesuaiannya dengan data atau fakta empiris, dan nilainya bagi kemanfaatan
manusia.Kesejahteraan manusia dicapai dengan mengacu pada kebenaran dan nilai-nilai
mutlak.

Sumber pertama dari segala nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena manusia
adalah ciptaan Tuhan, baik pribadi/individual maupun makhluk sosial, dan hakikat nilai
berasal dari Tuhan, masyarakat dan individu.

 Implikasi Terhadap Sistem Pendidikan Nasional

 Tujuan pendidikan, Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas,


hakekat manusia, hakekat ilmu pengetahuan, dan hakekat nilai

10
menyiratkan bahwa pendidikan harus menitikberatkan pada penyiapan
peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
dan cakap yang beriman dan bertakwa. takut akan potensi Tuhan Yang
Maha Esa. warga negara yang kreatif, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No.
Peraturan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Penyelenggaraan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara holistik dalam segala aspek kehidupan
 Kurikulum/ isi pendidikan, Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka kesatuan nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dengan memperhatikan: a) peningkatan
keimanan dan ketakwaan ; b) peningkatan akhlak mulia; c)
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik d) keragaman
daerah dan lingkungan; e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional
untuk kebutuhan dunia kerja; f) perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; h) agama; i) perkembangan global; j) dan
persatuan bangsa dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai
pengembangan kurikulum di atas akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah (Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
 Metode Pendidikan, Dalam konteks pendidikan, tidak ada satupun
metode pembelajaran yang lebih baik dari yang lain. Berbagai metode
pembelajaran yang ada tersedia untuk diterapkan. Pemilihan dan
penerapan metode pendidikan harus mempertimbangkan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai, hakikat manusia atau peserta didik,
karakterisktik isi/ materi pendidikan dan alat bantu pendidikan yang
tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu pada
prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat
multimetode.
 Peran Pendidik dan Peserta Didik, Terdapat berbagai peranan pendidik
dan peserta didik yang harus dilaksanakan. Namun, pada dasarnya
berbagai peranan tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: "ing
ngarso sung tuludo" artinya pendidik harus memberikan atau menjadi
teladan bagi peserta didiknya; "ing madya mangun karso" artinya
pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya;
dan " tut wuri handayani" artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya
pendidik harus memberikan kebebasan atau kesempatan kepada
peserta didik untuk belajar mandiri.

11
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran secara mendalam sampai ke


akar akarnya mengenai pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu
sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi dari suatu sistem filsafat umum yang
dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.

Dalam landasan filosofi pendidikan jugaterdapat aliran pemikiran, hal ini


muncul sebagai implikasi dari aliran aliran yang terdapat dalam filsafat. Sehingga
dalam landasan filosofi pendidikan dikenal dengan adanya landasan filosofi
pendidikan idealisme, realisme, dan pragmatisme.

Di Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai


wujud bangsadan sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal dari setiap
keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, Pancasila sebagai
sumber sistem nilai dalam pendidikan.

 Saran

Pembaca disarankan untuk menelaah lebih jauh berbagai landasan filosofi


pendidikan agar dapat memahami, menata dan menyeleksi pemikiran-pemikiran
positif yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, mengambil pelajaran
untuk perkembangan dan pengayaan pendidikan.

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari


bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan, penulis memohon maaf dan harap pembaca untuk
memaklumi hal tersebut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Terimakasih

12
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Susanton. A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Surur, Miftahus dkk. 2022. Landasan Pendidikan. Bandung: Media Sains Indonesia.

iii

Anda mungkin juga menyukai