Anda di halaman 1dari 25

STRATEGI INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN

ANCAMAN TERHADAP NEGARA

Oleh:
Nama Kelompok:
 AMANDA LIRANTI
 ENINDA DUI SUCIANA
 NADHIF IRBAH AZIZ
 TITI FANILA
Kelas : XI IPS
Guru : ELFI HENDRIANTO
Mapel: PKN

SMA NEGERI 2 BANGKINANG KOTA


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Strategi Indonesia dalam Menghadapi
berbagai Ancaman terhadap Negara ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran PKn. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap
Negara ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman
terhadap Negara ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Strategi
Indonesia dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap Negara ini dapat bermanfaat
bagi kita semuanya.

Bangkinang, Januari 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Militer............................
B. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Nir-Militer......................................
C. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi.........................
D. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Politik............................
E. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Ekonomi........................
F. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebhinnekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi
sekaligus tantangan. Dikatakan sebagai sebuah potensi, karena hal tersebut
akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan memiliki kekayaan
yang melimpah baik kekayaan alam maupun kekayaan budaya yang dapat
menarik minat para wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia.
Kebhinnekaan Bangsa Indonesia juga merupakan sebuah tantangan bahkan
ancaman. Dengan adanya Kebhinnekaan tersebut mudah membuat penduduk
Indonesia berbeda pendapat yang dapat mengakibatkan emosinya lepas
kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerahan yang amat sempit yang
sewaktu-waktu dapat menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Kebhinnekaan Bangsa Indonesia selalu diarahkan pada persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara. Akan tetapi, meskipun demikian, sebagaimana
diuraikan sebelumnya, persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia selalu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang
dari dalam maupun dari luar Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Strategi Indonesia dalam Menyelesaikan
Ancaman terhadap Negara ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman di bidang militer?
2. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman nir-militer?
3. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman di bidang ideologi?
4. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman di bidang politik?
5. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman di bidang ekonomi?
6. Bagaimana strategi dalam mengatasi ancaman di bidang sosial budaya?

1
2

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Strategi Indonesia
dalam Menyelesaikan Ancaman terhadap Negara ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman di bidang militer.
2. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman nir-militer.
3. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman di bidang ideologi.
4. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman di bidang politik.
5. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman di bidang ekonomi.
6. Untuk mengetahui strategi dalam mengatasi ancaman di bidang sosial
budaya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Militer


Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 memberikan gambaran bahwa strategi pertahanan dan keamanan
Negara untuk mengatasi berbagai macam ancaman militer dilaksanakan
dengan menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata). Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta pada
hakikatnya merupakan segala upaya menjaga pertahanan dan keamanan
negara yang seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara merupakan satu kesatuan
pertahanan yang utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain, penyelenggaraan
Sishankamrata didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh
warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta merupakan
pilihan yang paling tepat bagi pertahanan Indonesia yang diselenggarakan
dengan keyakinan pada kekuatan sendiri serta berdasarkan atas hak dan
kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan negara. Meskipun Indonesia
telah mencapai tingkat kemajuan yang cukup tinggi nantinya, model tersebut
tetap menjadi pilihan strategis untuk dikembangkan, dengan menempatkan
warga negara sebagai subjek pertahanan negara sesuai dengan perannya
masing-masing.
Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta
bercirikan aspek-aspek berikut.
1. Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan keamanan negara diabdikan
oleh dan untuk kepentingan seluruh rakyat.
2. Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi
upaya pertahanan.

3
4

3. Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara


menyebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai
dengan kondisi geografis sebagai negara kepulauan.
Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan didasarkan pada
doktrin dan strategi Sishankamrata yang dilaksanakan berdasarkan
pertimbangan ancaman yang dihadapi Indonesia. Agar pengerahan dan
penggunaan kekuatan pertahanan dapat terlaksana secara efektif dan efisien,
diupayakan keterpaduan yang sinergis antara unsur militer dengan unsur
militer lainnya, maupun antara kekuatan militer dengan kekuatan nir-militer.
Keterpaduan antara unsur militer diwujudkan dalam keterpaduan tiga
kekuatan militer Republik Indonesia, yaitu keterpaduan antara kekuatan darat,
kekuatan laut, dan kekuatan udara. Adapun, keterpaduan antara kekuatan
militer dan kekuatan nir-militer diwujudkan dalam keterpaduan antara
komponen utama, komponen cadangan, dan komponen pendukung.
Keterpaduan tersebut diperlukan dalam pengerahan dan penggunaan kekuatan
pertahanan, baik dalam rangka menghadapi ancaman militer maupun ancaman
nir-militer.
Komponen utama disiapkan untuk melaksanakan Operasi Militer
dalam Perang (OMP). Penggunaan komponen cadangan dilaksanakan sebagai
pengganda kekuatan komponen utama bila diperlukan, melalui proses
mobilisasi/demobilisasi. Kendati kekuatan pertahanan siap dikerahkan untuk
melaksanakan OMP, namun setiap bentuk perselisihan dengan negara lain
selalu diupayakan penyelesaiannya melalui jalan damai. Penggunaan kekuatan
pertahanan untuk tujuan perang hanya dilaksanakan sebagai jalan terakhir
apabila cara-cara damai tidak berhasil.

B. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Nir-Militer


Ancaman terhadap aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya
Bangsa Indonesia adalah merupakan ancaman nir-militer. Ancaman nir-militer
merupakan golongan ancaman pertahanan yang sifatnya tidak secara langsung
mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa. Namun, risiko
5

yang ditimbulkan dari ancaman nir-militer dapat berimplikasi mengganggu


stabilitas nasional. Terganggunya stabilitas nasional tidak saja menghambat
pembangunan nasional, tetapi lambat-laun dapat berkembang menjadi
permasalahan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena
itu, untuk menghadapi ancaman tersebut diperlukan strategi yang tepat.

C. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi


Strategi di bidang ideologi ditujukan untuk mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan, serta gangguan yang akan membahayakan kelangsungan
kehidupan Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara. Strategi di
bidang ideologi menurut Noor Ms. Bakry (2009: 363) dirumuskan sebagai
kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan kebenaran
ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan
memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan untuk
menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa. Pancasila sebagai dasar negara, merupakan pandangan
hidup bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia,
sekaligus merupakan ideologi Bangsa Indonesia karena dapat mengarahkan
Bangsa Indonesia dalam bernegara.
Salah satu ancaman nir-militer yang membahayakan kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah ancaman yang berdimensi ideologi. Upaya
menghadapi atau menangkal ancaman ini adalah dengan kebijakan dan
langkah-langkah politik yang tepat dan intensif untuk mencegah meluasnya
pengaruh ideologi lain terhadap ideologi Pancasila. Konsep penanganannya
ditempatkan dalam kerangka upaya bela negara. Strategi menghadapi ancaman
ini dihadapi dengan konsep pertahanan berlapis berikut.
1. Lapisan terdepan dalam konsep penanganannya terdiri atas unsur-unsur
pertahanan nirmiliter, yakni kementerian atau lembaga pemerintah non-
kementerian yang membidangi ideologi.
2. Kementerian serta unsur pemerintahan yang membidangi politik dalam
negeri mengerahkan seluruh kekuatan politik serta instrumen
6

pemerintahan dalam negeri mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah guna menghadapi ancaman berdimensi ideologi, sementara
kementerian serta unsur pemerintahan yang membidangi politik luar
negeri mengerahkan jajarannya yang tersebar di setiap negara untuk
penguatan langkah serta upaya diplomasi dalam menangkal usaha-usaha
pihak lain yang mengancam ideologi Pancasila.
3. Unsur pemerintah yang membidangi informasi mendinamisasikan
kekuatan nasional di bidang informasi untuk melakukan “operasi
informasi imbangan” sehingga masyarakat mendapatkan informasi yang
dapat menangkal berbagai pengaruh asing yang dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Unsur pemerintah yang membidangi pendidikan melaksanakan proses
pembelajaran dan kesadaran akan ideologi Pancasila secara bertingkat dan
berlanjut kepada para siswa dan mahasiswa di semua tingkat dan jenjang
pendidikan, salah satunya melalui proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Unsur pemerintah yang membidangi agama memberdayakan para
pemimpin agama untuk menjadi mitra pemerintah dalam menyinergikan
strategi untuk membentengi masyarakat dari ancaman penetrasi ideologi
asing yang membahayakan serta merusak harmonisasi kehidupan
kebangsaan serta membahayakan keamanan negara.
6. Peran lapis pertahanan militer dalam hal ini dilaksanakan melalui program
pelaksanaan bakti TNI yang secara intensif sesuai dengan wilayah kerja
unit TNI. Titik berat pelaksanaannya adalah dengan peningkatan
komunikasi sosial TNI yang diselenggarakan dalam format meningkatkan
kesadaran bela negara, dengan memanfaatkan program bela negara di
lingkungan pekerjaan, pendidikan dan perumahan dalam rangka
revitalisasi Pancasila (Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 81-
83).
7

D. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Politik


Dalam menghadapi ancaman yang berdimensi politik, strategi
pertahanan di bidang politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam
menanggulangi segala bentuk ancaman yang ditujukan kepada kehidupan
politik bangsa Indonesia. Menurut Noor Ms. Bakry (2009:366), strategi di
bidang politik terwujud dengan adanya kehidupan politik bangsa yang
berlandaskan demokrasi Pancasila yang telah mampu memelihara stabilitas
politik yang sehat dan dinamis serta mampu Melaksanakan politik luar negeri
yang bebas aktif.
Adapun, langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan strategi
dalam menghadapi ancaman berdimensi politik dilakukan melalui dua
pendekatan berikut.
1. Pendekatan ke Dalam
Pendekatan ke dalam, yaitu pembangunan dan penataan sistem
politik dalam negeri yang sehat dan dinamis dalam kerangka negara
demokrasi yang menghargai kebhinnekaan atau kemajemukan bangsa
Indonesia. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya stabilitas politik
dalam negeri yang dinamis serta memberikan efek penangkal yang tinggi.
Penataan ke dalam diwujudkan melalui pembangunan dan penataan sistem
politik dalam negeri yang dikemas ke dalam penguatan tiga pilar berikut.
a. Penguatan penyelenggaraan pemerintahan negara yang sah, efektif,
bersih, berwibawa, bebas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan
bertanggung jawab yang berkemampuan mewujudkan tujuan
pembentukan pemerintah negara, seperti tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Penguatan lembaga legislatif sehingga menjadi lembaga yang
berkualitas dan profesional pada bidangnya. Lembaga legislatif yang
mampu bekerja sama dengan pemerintah dalam memproses dan
melahirkan produk-produk legislasi (berupa peraturan perundang-
undangan) bagi kepentingan pembangunan nasional. Lembaga
8

legislatif yang melaksanakan fungsi kontrol secara efektif terhadap


penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka kepentingan bangsa
dan negara bukan atas kepentingan golongan atau pribadi, serta
berdasarkan kaidah dan etika bernegara dalam negara demokrasi.
c. Penguatan kekuatan politik nasional baik partai politik maupun
organisasi masyarakat sebagai alat untuk memberdayakan masyarakat
sebagai subjek politik dan pembangunan nasional. Kekuatan politik
berkewajiban mewujudkan dan meningkatkan perannya dalam
pendidikan politik bagi warga negara, terutama konstituennya sehingga
menjadi warga negara yang sadar hukum yang memahami kewajiban
dan hak sebagai warga negara (Buku Putih Pertahanan Indonesia
Tahun 2008: 85).
2. Pendekatan ke Luar
Pendekatan ke luar yang diarahkan untuk mendinamisasikan
strategi dan upaya diplomatik melalui peningkatan peran instrumen politik
luar negeri dalam membangun kerja sama dan saling percaya dengan
negara-negara lain sebagai kondisi untuk mencegah atau mengurangi
potensi konflik antarnegara, yang dimulai dari tataran internal, regional,
supraregional, hingga global. Pendekatan keluar diwujudkan dengan cara
berikut.
a. Pada lingkup internal, yaitu melalui penciptaan, pembangunan, dan
peningkatan kondisi dalam negeri yang semakin mantap dan stabil,
yang dibarengi dengan upaya-upaya peningkatan dan perbaikan
pertumbuhan ekonomi yang sehat dan kuat serta penguatan dan
peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan.
b. Pada lingkup regional, politik dan diplomasi Indonesia diarahkan
untuk selalu aktif dan berperan dalam membangun dan meningkatkan
kerja sama dengan negara lain dalam kerangka prinsip saling percaya,
saling menghargai, dan tidak saling mengintervensi urusan dalam
negeri.
9

c. Pada lingkup supraregional, politik luar negeri dikembangkan untuk


berperan dalam penguatan ASEAN plus Enam yang terdiri atas 10
negara anggota bersama-sama dengan Cina, Jepang, Korea Selatan,
India, Australia, dan Selandia Baru, melalui hubungan bilateral yang
harmonis dan terpelihara serta diwujudkan dalam kerja sama yang
lebih konkret. Dalam kerangka penguatan ASEAN plus Enam tersebut,
kinerja politik luar negeri Indonesia harus mampu membangun
hubungan dan kerja sama yang memberikan jaminan atas kedaulatan
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak
adanya intervensi, terutama jaminan tidak adanya agresi terhadap
wilayah kedaulatan Indonesia.
d. Pada lingkup global, politik luar negeri harus memainkan perannya
secara maksimal dalam memperjuangkan kepentingan nasional melalui
keberadaan Indonesia sebagai anggota PBB, Gerakan Non-Blok,
Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Forum Regional ASEAN
(ARF). Peran diplomasi harus mampu mengidentifikasi potensi-
potensi ancaman berdimensi politik yang mengancam kedaulatan dan
kepentingan nasional Indonesia serta melakukan langkah-langkah
pencegahan. Lapis pertahanan militer dalam menghadapi ancaman
politik yang membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI,
mengembangkan strategi pertahanan militer dalam konteks
memperkuat usaha-usaha diplomasi yang dilakukan unsur pertahanan
nir-militer. Implementasi upaya pertahanan militer dalam konteks
menghadapi ancaman berdimensi politik (Buku Putih Pertahanan
Indonesia Tahun 2008: 86).

E. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Ekonomi


Pembangunan di bidang ekonomi ditujukan untuk menciptakan
kehidupan perekonomian bangsa Indonesia yang berlandaskan demokrasi
ekonomi yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis
serta mampu menciptakan kemandirian ekonomi nasional berdaya saing yang
10

tinggi (Noor Ms. Bakry, 2009: 368). Kondisi tersebut dapat tercipta apabila
negara kita mempunyai strategi yang tepat untuk menghadapi berbagai macam
ancaman di bidang ekonomi.
Dalam menghadapi ancaman berdimensi ekonomi, sistem dan upaya
pertahanan negara yang ditempuh adalah dengan membangun ketahanan di
bidang ekonomi melalui penataan sistem ekonomi nasional yang sehat dan
berdaya saing. Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi bagi perwujudan stabilitas ekonomi yang
memberikan efek kesejahteraan dan penangkalan yang efektif sekaligus
mampu menjadi pemenang dalam era globalisasi. Aspek ekonomi dalam
kerangka pertahanan negara memiliki peran vital. Ekonomi dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi akan memungkinkan terselenggaranya
pembangunan pertahanan yang efektif tantangan perekonomian Indonesia ke
depan dihadapkan dengan era komunitas bebas ASEAN 2015, dengan produk-
produk asing akan masuk secara bebas dan bersaing dengan produk dalam
negeri. Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan upaya akselerasi
pembangunan perekonomian nasional yang berdaya saing melalui
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
Adapun, strategi untuk menghadapi ancaman di bidang ekonomi di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Untuk menghadapi ancaman berdimensi ekonomi dari internal, prioritas
kebijakan dapat berupa penciptaan lapangan kerja padat karya sebagai
solusi memberantas kemiskinan, pembangunan infrastruktur, penciptaan
iklim usaha yang kondusif, dan pemilihan teknologi tepat guna sebagai
solusi pemerataan kesempatan kerja.
2. Untuk menghadapi ancaman berdimensi ekonomi dari eksternal, Indonesia
harus membangun dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara
utama dalam tatanan ekonomi-politik dunia. Membangun dan menjaga
hubungan baik dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia sangat penting
dalam upaya peningkatan kemajuan ekonomi dalam negeri.
11

3. Unsur pertahanan militer dalam menghadapi ancaman berdimensi


ekonomi, mengembangkan pilihan strategis untuk membantu unsur utama
dari pertahanan nir-militer. Dalam hal ini keterlibatan lapis pertahanan
militer diwujudkan dalam meningkatkan usaha pertahanan untuk
menciptakan kondisi keamanan nasional yang terkendali, membantu
kelancaran distribusi komoditas dan kebutuhan pokok masyarakat,
terutama di daerah-daerah pedalaman dan terisolasi yang tidak dapat
dijangkau dengan sarana transportasi umum. Program Bakti TNI yang
melibatkan kerja sama dengan unsur pertahanan nir-militer lainnya lebih
ditingkatkan pada perbaikan sarana prasarana masyarakat yang membawa
dampak pada peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat (Buku Putih
Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 88)

F. Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Sosial Budaya


Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas
ancaman dari dalam dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong
oleh isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu-isu
tersebut menjadi titik pangkal segala permasalahan, seperti separatisme,
terorisme, kekerasan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa,
nasionalisme, dan patriotisme. Watak kekerasan yang melekat dan berurat
berakar berkembang, seperti api dalam sekam di kalangan masyarakat yang
menjadi pendorong konflik-konflik antarmasyarakat atau konflik vertikal
antara pemerintah pusat dan daerah. Konflik horizontal yang berdimensi suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA) pada dasarnya timbul sebagai akibat
masih melekatnya watak kekerasan. Watak kekerasan itu pula yang
mendorong tindakan kejahatan, termasuk perusakan lingkungan dan bencana
buatan manusia.
Ancaman dari luar berupa penetrasi nilai-nilai budaya dari luar negeri
yang sulit dibendung mempengaruhi tata nilai sampai pada tingkat lokal.
Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan dunia menjadi desa global
tempat interaksi antarmasyarakat terjadi secara langsung. Sebagai akibatnya,
12

terjadi benturan tata nilai sehingga lambat-laun nilai-nilai persatuan dan


kesatuan bangsa semakin terdesak misalnya oleh nilai-nilai individualisme,
konsumerisme dan hedonisme.
Dalam menghadapi pengaruh dari luar yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup sosial budaya, Bangsa Indonesia berusaha memelihara
keseimbangan dan keselarasan fundamental, yaitu keseimbangan antara
manusia dengan alam semesta, manusia dengan masyarakat, manusia dengan
Tuhan, keseimbangan kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. Kesadaran akan
perlunya keseimbangan dan keserasian melahirkan toleransi yang tinggi,
sehingga menjadi bangsa yang berbhinneka dan bertekad untuk selalu hidup
bersatu dengan memperhatikan perkembangan tradisi, pendidikan,
kepemimpinan, integrasi nasional, kepribadian bangsa, persatuan dan kesatuan
bangsa, dan pelestarian alam.
G. Strategi bela Negara
Bela negara di era modern tak lagi tentang perang. Tetapi sesuatu yang jauh
lebih besar lagi dimana bangsa ini harus menghadapinya dengan strategi agar
bisa menyiapkan generasi penerus yang mampu menguasai dunia.
Hal ini diungkap oleh R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, M.A., M.A., War
College Dip., M.P.P., Ph.D, Wakil Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan
(HANKAM) pada Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI Strategic Centre
(IKAL SC/ISC) dan juga Direktur Internasional di DIP Institute.

Menurutnya, terdapat paling tidak 91 definisi tentang strategi yang


diformulasikan dari tahun 1982 hingga 2008 dimana strategi didefinisikan
sebagai upaya yang dinamis dan berkesinambungan, selalu merupakan titik
awal dan bukan titik akhir, untuk mengerahkan seluruh potensi dan kekuatan
ril yang dimiliki oleh suatu subyek guna mencapai kepentingan (seperti
kemenangan, keberhasilan, keunggulan) dari subyek tersebut di masa
mendatang.

Dan karena subyek tersebut tidak hidup di dalam ruang hampa, maka setiap
upaya strategi berkaitan langsung dengan upaya untuk menganalisa,
menajamkan dan merekayasa lingkungan strategis internal dan eksternal yang
mempengaruhi upaya subyek tersebut untuk dapat mencapai tujuan di masa
mendatang.
13

Dengan kata lain, strategi bukanlah tentang masa depan yang menjanjikan,
tetapi lebih kepada bagaimana melakukan yang benar saat ini untuk mencapai
target yang diharapkan di masa mendatang.

Formulasi dan eksekusi strategi dilakukan dengan cara menggabungkan


pendekatan rasional (system 2 strategic thinking) dan yang non-rasional
(system 1 strategic thinking).

System 1 ini termasuk di dalamnya hal-hal yang tidak selalu dapat terukur
karena aktor utama strategi adalah manusia yang mempunyai self-reflection
dan passion yang tidak sepenuhnya rasional seperti imajinasi, ambisi, dan
cinta akan bangsa.

Menurut filosof Inggris di abad ke-18, David Hume, kondisi ini diistilahkan
dengan “the reason shall be the slave of the passions and can never pretend to
any other office than to serve and obey them.” Oleh karenanya rasionalitas
manusia disebut juga sebagai rasionalitas terbatas, rasionalitas relatif, atau
bounded rationality.

Karena strategi berhubungan langsung dengan masa depan, maka kita harus
memformulasikan dan mengimplementasikan strategi nasional yang tepat
untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa pemenang di tingkat
global dalam waktu 24 tahun ke depan (2021 – 2045).

Penjabaran strategi nasional yang dimaksudkan di sini adalah strategi bela


negara yang pada esensinya adalah tentang bagaimana seluruh
komponen bangsa dapat terlibat langsung di dalam upaya mempertahankan
dan memajukan kepentingan nasional Indonesia. Strategi ini harus
diformulasikan dan diimplementasikan dengan kerangka pikir strategis yang
kritis, historis, sintesis, sistemis, kreatif dan futuristik.
Terdapat tiga faktor yang saling berkaitan di dalam strategi ini:
kekuatan siber bangsa; lapisan akhir generasi X (kelahiran 1965 – 1980),
generasi Y (kelahiran 1981 – 1995) dan generasi Z (kelahiran 1996 – 2010)
yang merupakan generasi pemimpin bangsa dalam periode 2021 – 2045.

Dan implementasi adaptif dari Pancasila sebagai working ideology bangsa


(pusat kekuatan, kultur strategis, dan cara hidup bangsa) yang termaknai dan
terimplementasikan secara membumi dalam kehidupan sehari-hari dari
seluruh komponen masyarakat Indonesia.

1. Kekuatan Siber Bangsa.


Era society 5.0 adalah sebuah era digital dimana manusia akan hidup
berdampingan dengan teknologi di hampir seluruh aspek kehidupan
sehari-hari dan dimana teknologi siber (termasuk Artificial Intelligence)
menjadi tulang punggung dari seluruh sektor strategis yang menguasai
hajat hidup orang banyak di suatu negara.
14

Oleh karena itu, secara geopolitik salah satu upaya strategis yang harus
dilakukan pada era digital adalah dengan membangun, menggunakan, dan
mengamankan domain siber sebagai domain strategis kelima setelah
domain darat, laut, udara, dan luar angkasa dalam upaya kita sebagai suatu
bangsa untuk mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional
di tingkat regional dan global.
Untuk saat ini dan juga di masa mendatang, bangsa yang akan unggul dan
berdaya saing di tingkat dunia adalah bangsa yang dapat membangun,
menggunakan, dan mengamankan domain siber dari seluruh spektrum
ancaman siber yang bersifat teknis dan sosial demi mewujudkan keamanan
nasional, memajukan kesejahteraan umum, serta menjaga stabilitas dan
perdamaian dunia sebagaimana juga diamanatkan di dalam UUD 1945.
Domain atau ruang siber terdiri dari tiga lapisan dimana esensi bela negara
harus hadir di dalam keseluruhan lapisan tersebut.
Lapisan pertama adalah lapisan fisik yang terdiri dari dua komponen
utama: komponen geografis dan komponen jaringan fisik.
Komponen geografis terkait dengan lokasi fisik/letak geografis dari
komponen jaringan fisik yang terdiri dari dua sub komponen: perangkat
keras (hardware) dan infrastruktur (infrastruktur kabel, nirkabel, dan
optikal).
Lapisan kedua adalah lapisan jaringan logika yang bersifat teknis dan
merupakan bagian abstrak dari lapisan fisik. Lapisan ini terdiri dari
serangkaian hubungan logika yang saling berkaitan (antara satu jaringan
dengan jaringan lainnya) dalam sebuah kode pemrograman komputer
untuk mengoperasikan, menukar, dan memproses data.
Jaringan logika di ruang siber sering disebut sebagai perangkat lunak
(software) yang terkoneksi dengan perangkat keras (hardware) pada
lapisan pertama.
Lapisan ketiga adalah lapisan sosial yang pada hakikatnya adalah lapisan
tentang manusia dan aspek-aspek kognitifnya (heart and mind).
Lapisan ini terdiri dari dua komponen utama: komponen persona dan
komponen siber-persona. Adapun komponen persona merupakan subyek
manusia/aktor sesungguhnya yang berada di dalam sistem jaringan di
ruang siber, sementara komponen siber-persona merupakan perpanjangan
dari lapisan logika yang menjadi perwakilan digital atau identitas
pengguna dari subyek manusia/aktor yang berada di dalam sistem jaringan
ruang siber tersebut.
Selanjutnya, dari tiga lapisan ruang siber ini muncul apa yang disebut
sebagai ancaman dan serangan siber bersifat teknis yang fokus menyasar
lapisan pertama dan kedua dari ruang siber, serta serangan siber bersifat
sosial yang fokus menyasar lapisan ketiga dari ruang siber.
Berdasarkan The Future of Warfare in 2030 (RAND, 2020) perang masa
depan akan didominasi oleh perang pada domain siber yang masuk ke
dalam tiga kategori tren besar: kontrol informasi; spionase siber; dan
sabotase siber.
15

Selanjutnya, berdasarkan tren global ini maka dapat disimpulkan bahwa


serangan siber dapat bermanifestasi menjadi serangan siber yang bersifat
teknis dan juga sosial bergantung pada cara serangan tersebut
bermanifestasi dan implikasinya terhadap ketiga lapisan ruang siber.
Berdasarkan eskalasinya, baik serangan siber yang bersifat teknis maupun
sosial dapat dikategorikan menjadi tingkatan kriminal biasa (cybercrime),
tingkatan kriminal luar biasa (cyber extraordinary crime), atau tingkatan
perang (cyber warfare), bergantung pada motivasi, tujuan, dan intensitas
serangan tersebut. Pelaksanaan serangan siber terhadap suatu negara pada
hakikatnya bisa terjadi kapan saja dan tidak terbatas pada pembagian
spektrum waktu secara konvensional: masa damai; masa krisis; atau masa
perang, serta dapat dilakukan baik oleh aktor negara maupun aktor non-
negara.

Situasi tentang fenomena di ruang siber ini menunjukkan bahwa


kecenderungan serangan siber di Indonesia yang bersifat teknis akan
menyasar sektor strategis di bidang pemerintahan, diikuti dengan serangan
terhadap sektor strategis di bidang jasa (keuangan, perbankan, kesehatan),
sektor strategis di bidang kebutuhan sehari-hari/utilities (energi, air,
telekomunikasi), dan sektor strategis di bidang pelayanan publik (logistik,
pelabuhan laut, dan pelabuhan udara).

Di sisi lainnya, kecenderungan serangan siber yang bersifat sosial di


Indonesia menargetkan pembentukan opini publik termasuk melalui
perang psikologis yang berpotensi menimbulkan dampak pada kehidupan
sosial berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan ketahanan
nasional pada delapan aspek kehidupan (astagatra).

2. Lapisan Akhir Generasi X (kelahiran 1965 – 1980), Generasi Y


(kelahiran 1981 –1995) dan Generasi Z (kelahiran 1996 – 2010) yang
merupakan generasi pemimpin bangsa dalam periode 2021 – 2045.

The Global North adalah sekumpulan 66 negara termasuk Singapura yang


menguasai sekitar 80 persen GDP dunia sekalipun mereka hanya memiliki
sekitar 20 persen populasi dunia. Sementara itu, the Global South terdiri
dari 144 negara, termasuk Indonesia, yang menguasai hanya sekitar 20
persen GDP dunia sekalipun memiliki sekitar 80 persen populasi dunia.

The Global South juga unggul dalam hal total wilayah negara dan sumber
daya alam dibandingkan dengan the Global North. Dengan kata lain,
sekalipun the Global South lebih unggul dibandingkan the Global North
dalam hal kepemilikan akan kekuatan potensial bangsa, namun the Global
North lah yang lebih unggul dalam hal kepemilikan akan kekuatan ril
bangsa.

Adapun kunci keberhasilan dari the Global North adalah unsur kualitas
manusia sebagai faktor dan investasi utama (human as the capital of the
16

nation) dari keberhasilan suatu bangsa untuk unggul di tingkat global


dengan mengubah kekuatan potensial menjadi kekuatan ril bangsa, karena
pada hakikatnya adalah kekuatan ril bangsa (dan tidak cukup hanya
kekuatan potensial bangsa) yang dapat membawa suatu bangsa menjadi
bangsa yang unggul dan pemenang di tingkat global.

Selanjutnya, untuk benar-benar bisa secara konsisten menjadikan manusia


Indonesia sebagai faktor utama kemenangan bangsa ke depan maka harus
ada kepercayaan yang mengakar di seluruh komponen bangsa bahwa
“kelahiran satu manusia Indonesia adalah representasi yang tidak terbatas
dari masa depan bangsa itu sendiri.”

Dari pelajaran ini maka strategi bela negara ke depan harus difokuskan
untuk bagaimana menciptakan generasi mendatang (lapisan akhir generasi
X, generasi Y, dan generasi Z yang semakin semakin terintegrasi pola
pikir dan pola tindaknya dengan domain siber dan pertukaran informasi di
tingkat global) sebagai subyek pembangunan, pengamanan, dan
penggunaan seluruh lapisan ruang siber yang memberikan dampak positif
terhadap upaya strategis mempertahankan dan memperjuangkan
kepentingan nasional di tingkat global. Upaya ini harus dilakukan dengan
prinsip totalitas pertahanan semesta melalui kerangka sinergis Quad-Helix
yang melibatkan sektor pemerintahan, usaha, akademisi, dan komunitas
siber yang melakukan serangkaian fokus area kerja sebagaimana
dijabarkan di dalam Strategi Keamanan Siber Nasional Republik
Indonesia.

3. Implementasi adaptif dari Pancasila sebagai working ideology bangsa


(pusat kekuatan, kultur strategis, dan cara hidup bangsa) yang termaknai
dan terimplementasikan secara membumi dalam kehidupan sehari-hari dari
seluruh komponen masyarakat Indonesia. Berdasarkan penjelasan yang
elaboratif dari the Ideology and National Competitiveness: An Analysis of
Nine Countries (George C. Lodge dan Ezra F. Vogel; Harvard Business
School Press), kemampuan suatu negara untuk mengadaptasikan dan
menjadikan ideologi bangsanya sebagai working ideology yang mengakar
di dalam seluruh aspek kehidupan bangsa pada tingkat keseharian akan
mampu mencapai keunggulan nasional relatif di tingkat global.
Kesimpulan ini diambil dari pembelajaran yang terjadi di Britania Raya,
Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Brazil
dan Meksiko. Oleh karena itu, setiap upaya strategis bela negara untuk
menciptakan manusia-manusia siber yang tangguh dan kompetitif dari
generasi mendatang tidak dapat terlepaskan dari kemampuan negara untuk
menjabarkan nilai-nilai Pancasila secara adaptif seiring dengan
perkembangan zaman dan perubahan kultur masyarakat di tingkat global.

Tekait dengan hal tersebut, terdapat lima premis untuk bangsa Indonesia
mampu mengadaptasikan nilai-nilai Pancasila sebagai working ideology
yang tetap relevan sesuai perkembangan zaman.
17

Premis pertama: ideologi adalah roh, falsafah hidup, kultur strategis, dan
identitas kolektif (DNA) bangsa. Dengan demikian Pancasila adalah
strategi bangsa itu sendiri, dan strategi adalah bagaimana tentang
mengubah lingkungan strategis internal dan eksternal secara
berkesinambungan agar tetap menguntungkan untuk mencapai sasaran
strategis yang diharapkan di masa depan. Strategi selalu merupakan titik
awal dan bukan titik akhir.

Premis kedua: ideologi adalah bahan bakar mesin pembangunan bangsa di


tengah persaingan dunia sehingga harus terus ditransformasikan tanpa
mengubah esensi dan eksistensi nya. Premis ketiga: tidak ada satu
negarapun yang murni menjalankan ideologi nya. Pancasila juga
merupakan asimilasi-sintesa dari civilizationTimur dan Barat dan
berhubungan dengan ideologi-ideologi Super-Power sebelumnya.

Premis keempat: harus dibedakan antara ideologi sebagai mitos-


propaganda; ideologi sebagai framing, paradigms, discourses, dan
narratives; dan ideologi sebagai filsafat dan implementasi kebijakan
publik.

Premis kelima: ideologi harus dijabarkan menjadi gaya hidup, sistem


politik-ekonomi, dan gaya manajemen dari suatu bangsa (manajemen
Kaizen di Jepang yang berbasis kepada budaya improvisasi; serta
manajemen Taylorism & Fordism di AS yang berbasis kepada budaya
efisiensi dan produktifitas). Berdasarkan

kelima premis ini maka implementasi Pancasila yang dimaksudkan harus


berfokus kepada kualitas dan buah kehidupan manusia Indonesia
berdasarkan keimanan kepada Tuhan YME, pembangunan manusia yang
bermartabat, toleransi dan persatuan bangsa, demokrasi yang bertanggung
jawab dan produktif, serta keadilan dan kesejahteraan kolektif bangsa
dimana pada akhirnya setiap sila di dalam Pancasila harus dapat diukur
indikator pencapaiannya seperti antara lain melalui Corruption Perception
Index, Crime Index, Human Development Index, World Happiness Index,
Human Freedom Index, Tolerance Index, National Unity Index,
Democracy Index, Gini Coefficient, Human Poverty Index, Welfare State
Index, Global Peace Index, dan Welfare State Index.

Dengan demikian, secara keseluruhan strategi bela negara untuk


menciptakan generasi mendatang yang berkualitas pada era society 5.0
harus dapat menciptakan manusia Indonesia yang mampu bertindak
(acting generation) sebagai subyek pengubah keadaan untuk memperbaiki
mutu dari sistem demokrasi di Indonesia yang berlandaskan pada
Pancasila dengan karakter sebagai berikut.

Pertama: beriman, bertakwa, jujur, bermoral, dan beretika.


18

Kedua: cerdas, progresif, inovatif, kerja keras, efisien (saving oriented),


menghargai persamaan hak dan persaingan sehat antar individu,
berwawasan global (global trendsetter), bermental pemenang, beradab, dan
taat hukum.

Ketiga: cinta bangsa dan penjaga persatuan. Keempat: aktor dan penjaga
demokrasi yang bertanggung jawab. Kelima: manusia yang aktif
menciptakan keadilan dan kemakmuran kolektif bagi bangsanya.

Sebagai kesimpulan, formulasi dan implementasi strategi bela negara


untuk menciptakan generasi mendatang yang berkualitas, berjiwa
pemenang, dan unggul di era society 5.0 adalah merupakan upaya yang
komprehensif, berkelanjutan, dan harus didasarkan pada cara pikir
strategis yang inovatif, adaptif, dan futuristik berdasarkan ideologi
Pancasila sebagai dasar ontologi dari eksistensi, esensi, dan perjalanan
bangsa Indonesia ke depan menuju tujuan Ilahi (manifest destiny) dari
bangsa ini.

H. Landasan Hukum Bela Negara di Indonesia

Perbesar
Ilustrasi Dasar Hukum Bela Negara. Foto: Pixabay.com
Bela negara di Indonesia telah diatur dalam undang-undang. Melansir situs
kemenhan.go.id, adapun dasar hukum yang mengatur tentang bela negara adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 3
Dasar hukum bela negara yang pertama adalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
27 Ayat 3. Isinya mengamanatkan bahwa:
19

“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.
2. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30 Ayat 1
Dasar hukum bela negara yang kedua adalah Pasal 30 Ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945. Isinya mengamanatkan bahwa:

“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Dasar hukum terakhir yang mendasari gerakan bela negara adalah Pasal 9 Ayat 1
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Isinya
mengamanatkan bahwa:

“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.”
Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dapat diselenggarakan
melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.
BACA JUGA: Pengertian Hukum dan Jenis-jenisnya yang Berlaku Saat Ini
I. Fungsi dan Tujuan Bela Negara
rbeIlustrasi sikap disiplin merupakan salah satu manfaat dari bela negara. Foto:
Unsplash.com
Munculnya konsep bela negara bukan tanpa alasan. Sebab, terdapat fungsi dan
tujuan yang diharapkan dari upaya pembelaan terhadap bangsa dan negara.
Adapun fungsi bela negara antara lain:

 Mempertahankan negara dari berbagai bentuk ancaman.

 Menjaga keutuhan wilayah negara.

 Merupakan kewajiban setiap warga negara.

 Merupakan panggilan sejarah.

Sementara itu, tujuan bela negara adalah sebagai berikut:

 Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

 Melestarikan budaya.

 Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


20

 Mewujudkan upaya terbaik bagi bangsa dan negara.

 Menjaga identitas dan integritas bangsa maupun negara.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat datang
dari luar maupun dari dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi
kehidupan. Ancaman tersebut biasanya berupa ancaman militer dan nir-
militer. Strategi pertahanan dan keamanan negara untuk mengatasi berbagai
macam ancaman militer dilaksanakan dengan menggunakan sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
Strategi pertahanan nirmiliter merupakan segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, teknologi, informasi,
komunikasi, keselamatan umum, dan hukum.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara
tersirat sudah menentukan bentuk partisipasi warga negara dalam mengatasi
berbagai ancaman terhadap persatuan dan kesatuan melalui usaha bela negara.
Bentuk usaha pembelaan negara yang meliputi Pendidikan Kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran, pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia,
dan pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi.

B. Saran
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Semboyan tersebut tentunya
sudah kita ketahui. Semboyan tersebut merupakan pelecut semangat bagi kita
untuk senantiasa memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Semangat
tersebut harus selalu tertanam dalam diri setiap warga negara Indonesia,
termasuk kita. Bersyukurlah kepada Tuhan Yang Maha Esa apabila dalam diri
kita, semangat persatuan dan kesatuan masih terus membara, karena itu semua
merupakan anugerah Tuhan yang amat besar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Busroh, Abu Daud. 2009. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Kaelan. 2012. Problem Epistemologi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.


Yogyakarta: Paradigma.

Riyanto, Astim. 2006. Negara Kesatuan: Konsep, Asas, dan Aktualisasinya.


Bandung: Yapemdo.

Anda mungkin juga menyukai