Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

“Ruang Lingkup Filsafat, Pembagian dan Metode Filsafat serta Beda Filsafat dengan Ilmu
dan Agama”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan

Oleh Kelompok 3 :

1. Fauziah Azzahra(20129030)
2. Hatika Prastiwina Hrp (20129034)
3. Tiara Emilia (20129082)
4. Wulan Mulyani (20129369)

Dosen Pengampu:

Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, Ph.D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang ruang lingkup, pembagian dan
metode filsafat serta beda filsafat dengan ilmu dan ilmu ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Filsafat Pendidikan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zalhendri Zen M.Pd.Ph.D., selaku dosen
mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bukittinggi, 12 September 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang ......................................................................................................4


B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan ...................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan ...............................................................6


B. Pembagian Filsafat Pendidikan......................................................................8
C. Metode Filsafat Pendidikan ..........................................................................11
D. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama ................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

A. Kesimpulan .........................................................................................................16
B. Saran ...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena dengan
berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan, metode, dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting dari berfilsafat
itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan dapat tercapai.
Sebagaimana Ali Khalil Abu ‘Ainaini merumuskan pengertian filsafat pendidikan yang
dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam “bukunya Filsafat Pendidikan Islam” bahwa
filsafat pendidikan itu sebagai “kegiatan-kegiatan pemikiran yang ssistematis, diambil
dari sistem filsafat sebagai cara untuk mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan
pendidikan yang akan dicapai (direalisasikan).
Masalah yang berkaitan dengan pendidikan memang mencakup permasalahan yang
sangat luas, seluas masalah hidup dan peri kehidupan umat manusia dan telah menjadi
objek studi berbagai macam cabang ilmu pengetahuan kemanusiaan. Manusia dibekali
dengan akal, kalbu dan anggota tubuh yang lain untuk meraih ilmu pengetahuan.
Manusia dilarang mengikuti sesuatu tanpa ada pengetahuan tentangnya. Sebagaimana
dalam surat al Jatsiyah ayat 18: yang Artinya : “Kemudian Kami jadikan kamu berada
di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan
janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui”. (QS al Jatsiyah:
18).
Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan itu tampaknya perlu dilacak pada
akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Diketahui bahwa secara
umum filsafat berupaya menjelaskan inti atau hakikat dari segala sesuatu yang ada dan
karenanya ia menjadi induk segala ilmu.
Filsafat dapat juga dijadikan sebagai pandangan hidup. Jika filsafat itu dijadikan
sebagai pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa maka mereka akan berusaha
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan yang nyata.Dari sinilah filsafat
sebagai pandangan hidup difungsikan sebagai tolak ukur bagi nilai-nilai tentang
kebenaran yang harus dicapai. Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan
ini sudah tentu merupakan sumbangan utama bagi pembinaan pendidikan. Teori-teori

4
yang tersusun karenanya dapat disebut sebagai pendidikan yang berlandaskan pada
filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
2. Bagaiamana Pembagian Filsafat Pendidikan
3. Apa saja Metode dalam Filsafat Pendidikan
4. Menjelaskan Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama

C. Tujuan
 Dapat Mengetahui Apa saja Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
 Dapat Mengetahui Pembagian Filsafat Pendidikan
 Dapat Mengetahui Metode Filsafat Pendidikan
 Dapat Mengetahui Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan


Jalaluddin dan Sa’id di dalam bukunya mengutip dari Tim Dosen IKIP
Malang menjelaskan, bahwa Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran
filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga merupakan obyek pemikiran filsafat
pendidikan. Tetapi seara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat
pendidikan meliputi;Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of
Education).

1. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan (The Nature
Of Man).
2. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
3. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
4. Merumuskan hubungan antara negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
5. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pedidikan.

Berbeda dengan yang di atas, Drs. Anas Salahudin, M.Pd. di dalam bukunya
“Filsafat Pendidikan” merumuskan, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah
sebagai berikut;

1. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan
melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik
haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina, mengarahkan,
menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan
tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan.
Pendidik mempunyai peran penting dalam berlngsungnya pendidikan. baik atau
tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan.

6
2. Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan
tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik,
kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya,
itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak
didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan
materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik
3. Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang
disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.
4. Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang
dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya disebut
dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang
kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.
5. Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan
pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode berfungsi
mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
6. Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan
kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang
dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. jika
tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka sistem
evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud.
7. Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan
untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan
adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan yang
mendukung terealisasinya pendidikan.

Menurut Will Durant (Hamdani Ali, 1986:7-8), ruang lingkup studi filsafat itu
ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika.

1. Logika. Studi mengenai metode-metoe ideal mengenai berpikir dan meneliti


dalam melaksanakan observasi, introspeksi, dedukasi dan induksi, hipotensis dan

7
analisis eksperimental dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas
manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami.
2. Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya
dan merupakan filsafat mengenai kesenian.
3. Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu
pengetahuan yang nilainya tinggi. Menurut sacrotes, bahwa etika sebagai
pengetahuan tentang baik, buruk, jahat dan mengenai kebijaksanaan hidup.
4. Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana
yang diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni pengetahuan dalam
melaksanakan pekerjaan kantor. Politik merupakan pengetahuan mengenai
organisasi sosial seperti monarki, aristokrasi, demokrasi, sosialisme, markisme,
feminisme, dan lain-lain, sebagai ekspresi actual filsafat politik.
5. Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakikat semua benda, nyata
dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu
studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses
pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).
Kesimpulannya, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah
semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan
memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana
pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat
dicapai seperti yang dicita- citakan.

B. Pembagian Filsafat Pendidikan


1. ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya
perenungan dibidang ontologi. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan
bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? Pertama kali orang
dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan yang berupa materi dan rohani.
Ontologi berasal dari kata Yunani on (ada), dan ontos berarti keberadaan.
sedangkan logos berarti pemikiran. Jadi ontologi adalah pemikiran mengenai yang
ada dan keberadaanya. Kata onto berarti “yang ada secara nyata”, kenyataan yang
sesungguhnya. Ontologi adalah ilmu yang mengkaji tentang hakikat ilmu. Hakikat apa

8
yang dikaji. Dikemukakan pula bahwa ontologi ilmu yang mengkaji apa hakikat ilmu
pengetahuan, kebenaran rasional, kebenaran deduktif, dan kenyataan empiris yang
tidak lepas dari persepsi tentang apa dan bagimana (yang) “ada” itu.
Ontologi adalah telaah secara filsafat yang ingin menjawab objek apa yang
ditelaah oleh ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana
hubungan objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
mengindra) yang membutuhkan pengetahuan?.
Menurut Neong Muhadjir ontologi membahas tentang yang ada, yang universal.
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu. Sementar A. Dardiri mengatakan ontologi
adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang
berbeda.
Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran sebagai berikut:
a. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu
saja, tidak mungkin dua.
b. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagi
sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
c. Pluralisme
Pandangan ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
d. Nihilisme
Berasal dari bahasa latin yang berarti nothing vatau tidak ada. Sebuah doktrin yang
tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
e. Agnostisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahuin hakikat benda
baiki materi maupun ruhani.
2. EPISTIMOLOGI
Epistimologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Epistimologi berasal dari kata Yunani episteme yang berarti “pengetahuan”,
“pengetahuan yang benar”, “pengetahuan ilmiah”, dan logos yang berarti teori.

9
Dengan demikian, secara etimologis, epistimologis dapat diartikan sebagai teori ilmu
pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha
kita untuk memperoleh pengetahuan. Sebab pengetahuan didapat melalui proses
tertentu yang dinamakan metode keilmuan.
Persoalan pokok etimologi adalah menyangkut persoalan apa yang dapat kita
ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya. Epistimologi adalah pengetahuan yang
berusaha menjawab pertanyaan- pertanyaan yang mengacu kepada proses. Dalam
pandangan epistimologi, setiap pengetahuan merupakan hasil dari pemeriksaan dan
penyelidikan benda hingga akhirnya diketahui manusia. Pengetahuan yang diperoleh
oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam
teori pengetahuan, diantaranya adalah:
a) Metode Induktif
Induksi adalah suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b) Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c) Metode Positivisme
Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
d) Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan akal pikiran manusia untuk
memperoleh pengetahuan, sehingga obyek yang dihasilkan pun berbeda-beda
harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
e) Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat.
3. AKSIOLOGI
Merujuk ke kata asalnya, aksiologi tersusun dari katabahasa Yunani axios (nilai)
dan logos (teori). Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Nilai merupakan realitas
yang abstrak yang berfungsisebagai daya pendorog yang menjadi pedoman dalam
hidup. Nilai menempati kedudukan penting dalam kehidupan seseorang, sampai pada
suatu tempat dimana sementara orang lebih siap mengorbankan hidup ketimbang
mengorbankan nilai. Nilai dapat dilacak dari tiga realitas, yakni: pola tingkah laku,
pola

10
berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok.
Aksiologi diartikan sebagi teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi berhubungan dengan penggunaan ilmu
pengetahuan. Seperti dimaklumi, bahwa ilmu pengetahuan ditujukan untuk kehidupan
manusia. Ilmu pengetahuan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. dengan menguasai ilmu pengetahuan, manusia mampu
mengobservasi, memprediksi, memanipulasi, dan menguasai alam. Sebagai contoh,
musim hujan yang berkepanjanagan akan mendatangkan banjir, hasil observasi dari
pengalaman berulang-ulang ini membawa pada kesimpulan tentang gejal alam ini.
Berdasarkan kesimpulan selanjutnya dapat diprediksi kapan musim hujan terjadi, dan
dapat mengakibatkan banjir.
Selanjutnya melalui pengalaman diketahui pula bahwa air selalu mengalir ke
tempat rendah. Atas dasar pemahaman ini maka dibuat manipulasi (saluran). Melalui
saluran tersebut, luapan air akhirnya dapat diatasi. Gejala alam berupa banjir dapat
dikuasai. Lebih dari itu dengan bantuan ilmu pengetahuan itu luapan air dapat
dimanfaatkan. Ilmu pengetahuan tentang air ternyata sudah dikenal lam oleh manusia.
Bahkan memasuki abad ke 20 kemampuan manusia merekayasa air telah melahirkan
sedikitnya 20 cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan langsung dengan air, atau
hydrolic sciences.

C. Metode Filsafat Pendidikan


1. Metode positivistik
Pengertian dri metode positivistik yaitu sesuatu Yang berpangkal pada sesuatu yang
aktif didasarkan pada data empiris. Metode ini meyakini bahwa pengetahuan yang
paling benar ialah dari pengalaman. Metode ini dicetuskan oleh tokoh yang bernama
Auguste conte. Ada beberapa konsep yang positif menurut auguste conte,
a. Metode yang diarahkan pada fakta-fakta
b. Metode yang diarahkan pada perbaikan yang terus menerus
c. Metode yang diarahkan pada kepastian.

2. Metode fenomenologi

11
Fenomenologi yaitu ilmu yang didalamnya menerangkan tentang
perkembangan kesadaran dan pengenalan dari manusia sebagai ilmu yg
mendahului ilmu filsafat atu vagian dari filsafat.
3. Metode kritisme
Pengertian dari kritis adalah metode yang lebih menggunakan rasio (akal)
yang memiliki hubungan timbal-balik antara guru dengan murid. Contonya adalah
pembelajaran sekarang ini yaitu pembelajaran kurikulum k.13, dimana guru hanya
memberikan arahan kepada muridnya sedang murid tersebut lebih dominan
memecahkan masalah sendiri.
Dari metode-metode diatas yang sering dipakai oleh tokoh-tokoh filsafat
yaitu Metode kritis. Karena metode ini bersifat mengungkap pendapat, kemudian
dijelaskan, dengan metode ini kita bisa bertanya ataupun membandingkan dengan
pernyataan orang lain. Serta kita dapat menolak pernyataan itu apabila kita tidak
sependapat.
Adapun filsafat sebagai disiplin ilmu dan pendidikan mempunyai metode tertentu
misalnya:
a. Contemplative (perenungan)
Merenung adalah memikirkan sesuatu atau segala sesuatu, tanpa keharusan
adanya kontak langsung dengan objeknya, misalnya makna hidup, kebenaran,
keadilan, keindahan dan sebagainya. Merenung adalah suatu cara yang sesuai dengan
watak filsafat, yaitu memikirkan segala sesuatu sedalam-dalamnya, dalam keadaan
tenang hening dan sungguh-sungguh dalam kesendirian atau kapan dan dimanapun.
b. Speculative
Juga bagian dari perenung/ merenung. Karena melalui perenungan dengan pikiran
yang tenang kritis, pikiran umum cenderung menganlisis, mengubungkan antara
masalah berulang-ulang sampai pada tujuan.
c. Deductive
Filsafat menggunakan metode deduktif karena filsafat berusaha mencari kebenaran
hakiki. Sebenarnya filsafat menggunakan semua metode agar saling komplimentasi,
selain melengkapi.

4. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu dan Agama


1. Filsafat

12
Filsafat adalah induk pengetahuan,filsafat adalah teori tentang kebenaran.
Filsafat mengedepankan rasionalitas,pondasi awal dari segala macam disiplin ilmu
yang ada. Filsafat juga bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh sungguh serta
radikal. Karakteristik berfilsafat adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak
puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Filsafat timbul
karena adanya suatu kepercayaan dan dianggap benar,sehingga muncullah teori
yang menyatakan kebenaran tersebut.
Secara singkat dapat dikatakan filsafat adalah refleksi kritis yang radikal.
Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur unsur
yang inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis
melalui observasi atau eksperimen,kemudian dianalisis agar dapat ditemukan
hukum hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum hukum yang
bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan
untuk mendapatkan unsur unsur yang hakiki,sehingga dihasilkan pemahaman yang
mendalam.
2. Ilmu
Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh dari akal
sehat,ilmiah,empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan yang berkembang
pesat dari waktu ke waktu.
Ciri utama Ilmu:
 Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren,empiris,sistematis,dapat
diukur dan dibuktikan.
 Ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek yang sama
dan berkaitan secara logis.
 Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing masing
penalaran perorangan.
 Ilmu menuntut pengamatan dan metodologi.
Ilmu pengetahuan berdasar pada fakta,objektif dan ilmiah,maka filsafat
sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan disamping membuka dan
memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi
misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja,filsafat objeknya
tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis

13
atau reflektif rasional karena filsafat mencari hakikat. Apabila ilmu pengetahuan
tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola polanya maka
filsafat tujuannya mencari hakiki,untuk itu perlu pembahasan yang mendalam.
Apabila data ilmu pengetahuannya mendetail dan akurat tetapi tidak
mendalam,maka filsafat datanya tidakperlu mendetail dan akurat karena yang
dicari adalah hakikatnya,yang penting data itu dianalisis secara mendalam
3. Agama
Agama adalah tiruan dari filsafat, klaim kuno ini dihidupkan kembali oleh Al-
Facirc. Menurutnya baik agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas yang
sama. Keduanya terdiri dari subjek subjek yang serupa dan sama sama melaporkan
prinsip prinsip tertinggi wujud. Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang
diciptakan demi manusia yaitu kebahagiaan tertinggi dan tujuan puncak dari wujud
wujud lain. Agama memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi.
Dalam setiap hal yang didemonstrasikan oleh filsafat,agama memakai
metode persuasif untuk menjelaskannya, gagasan gagasan itu diketahui dengan
membayangkannya lewat kemirip miripan yang merupakan tiruan dari mereka,dan
pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode
metode persuasif,maka orang orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk
pengetahuan pengetahuan ini sebagai agama. Jika pengetahuan itu sendiri diadopsi
dan metode metode persuasif digunakan,maka agama yang memuat mereka disebut
filsafat popular yang diterima secara umum dan bersifat eksternal.
 Persamaan Antara Filsafat, Ilmu dan Agama
a. Semuanya mencari rumusan yang sebaik baiknya ,menyelidiki obyek selengkap
lengkapnya sampai ke akar akarnya.
b. Filsafat dan ilmu pengetahuan memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian kejadian yang kita alami dan mencoba
menunjukkan sebab akibatnya.
c. Semuanya hendak memberikan sintesis yaitu suatu pandangan yang bergandengan.
d. Filsafat dan ilmu pengetahuan mempunyai metode dan system.
e. Semuanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan bahwa seluruhnya
timbul dari hasrat manusia.

 Perbedaan Antara Filsafat , Ilmu dan Agama

14
a) Obyek material lapangan filsafat itu bersifat universal umum,yaitu segala sesuatu
menurut realita. Sedangkan obyek material ilmu pengetahuan bersifat khusus dan
empiris. Artinya ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing masing secara kaku
dan terkotak kotak.
b) Filsafat merupakan pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi,kritis,dan dalam
pengawasan. Sedangkan ilmu perlu diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
Oleh karena itu nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis ,sedangkan kegunaan
filsafat timbul dari nilainya.
c) Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif yaitu menguraikan
secara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
d) Filsafat mempelajari sesuatu sampai mendalam dan memberikan penjelasan sampai
mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab yang tidak begitu mendalam ,yang
lebih dekat ,yang lebih sekunder.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan: Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai
subjek dan objek pendidikan (The Nature Of Man).,Merumuskan secara tegas
hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.,Merumuskan
hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori Pendidikan, Merumuskan
hubungan antara negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan politik pendidikan (sistem
pendidikan), Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pedidikan.
 Pembagian Fislafat: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi
 Metode Filsafat: Positivistik, Fenomenologi dan Krtisme
 Perbedaan filsafat, Ilmu dan Agama: Filsafat adalah induk pengetahuan,filsafat
adalah teori tentang kebenaran. Filsafat mengedepankan rasionalitas,pondasi awal dari
segala macam disiplin ilmu yang ada, Ilmu pengetahuan adalah suatu hasil yang
diperoleh dari akal sehat,ilmiah,empiris dan logis. Ilmu adalah cabang pengetahuan
yang berkembang pesat dari waktu ke waktu dan Agama adalah tiruan dari filsafat,
klaim kuno ini dihidupkan kembali oleh Al-Facirc. Menurutnya baik agama maupun
filsafat berhubungan dengan realitas yang sama
B. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, (Jakarta: RajaGafindo Persada: 2005)

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rajawali pers: 2013)

Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rajawali pers: 2013) Hlm 76-82

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam), (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4.

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7, Ed.
Rev.

Mudyahardjo, Redja, Pendidikan Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2004).

Abdullah Idi dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) cet.
ke-2.

Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-Husna, 1987).

17

Anda mungkin juga menyukai