Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH PADA MATA KULIAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Khairuddin, M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Muhammad Fauzil Azim 2523148


M Tengku Ramadhan 2523147
Abrar Kahn 2523149
Nadia Essa Putri 2523146
Febry Maghvinasya Aulia 2523150

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA & KOMPUTER(PTIK)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT atas rahmat karunia-Nya lah, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah filsafat pendidikan tentang
aktualisasi filsafat. Terimakasih kami sampaikan pada ibuk dosen pengampu Drs. Khairuddin,
M.Pd dengan bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

Kami mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama dari ibuk dosen anita indria, selaku
dosen pengampu mata kuliah ini. Semoga kritik dan saran pembaca dapat menjadi bahan
acuan kami untuk lebih baik lagi pada pembuatan makalah selanjutnya.

Terimakasih.

Bukittinggi 8 Desember 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................5
A. Pengertian I’jaz al-Qur’an .......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Aspek-Aspek Kemu’jizatan al-Qur’an ....................... Error! Bookmark not defined.

C. Bukti Historis Kegagalan Manusia Dalam Menandingi Al-Qur’an Error! Bookmark


not defined.

D. Mu’jizat Para Nabi ..................................................... Error! Bookmark not defined.

E. Kemu’jizatan Al-Qur’an ............................................. Error! Bookmark not defined.

BAB III .................................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENUTUP ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ................................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Saran ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ideologi mempunyai peranan penting dalam menentukan pandangan hidup
suatu negara. Setiap negara di dunia mempunyai pandangan hidup masingmasing yang
telah disesuaikan dengan budaya dan karakter warganya. Pancasila sebagai ideologi
Negara Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir dan cara
kerja perjuangan bangsa. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia mengandung
nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir dan cara kerja perjuangan bangsa. Hal
tersebut sebagaimana diungkapkan oleh (Sugito, 2007:76). Diterimanya Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar Negara, membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi pengaturan serta penyelengggaraan negara. Pengakuan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita sebagai bangsa untuk
mentransformasikan nilai-nilai Pancasilai itu ke dalam sikap dan perilaku nyata baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Derasnya arus globalisasi
menyebabkan semakin lunturnya nilai-nilai karakter bangsa di masyarakat khususnya
pada anak-anak. Dengan adanya pertukaran budaya bangsa, banyak budaya asing yang
masuk yang akhirnya merusak nilai-nilai karakter bangsa. Anak-anak lebih menyukai
budaya asing daripada budaya asli bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan perasaan
yang bangga menggunakan produk luar negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aktualisasi filsafat sebagai ilmu?
2. Apa saja aspek aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir?
3. Apa bukti aktualisasi filsafat sebagai pandangan hidup?
4. Apa manfaat aktualisasi filsafat sebagai pemikiran yang reflektifi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian aktualisasi filsafat sebagai ilmu.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir.
3. Untuk mengetahui bukti aktualisasi filsafat sebagai pandangan hidup.
4. Untuk mengetahui aktualisasi filsafat sebagai pemikiran yang reflektifi.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Filosofi dan Pendidikan Filsafat
1. Ideologi dan Pendidikan
Ideologi adalah seperangkat ide dimana orang mengandaikan, menjelaskan dan
membenarkan tujuan dan sarana aksi sosial terorganisir, terlepas dari apakah tindakan
tersebut bertujuan untuk melestarikan, mengubah, mencabut atau membangun kembali
tatanan sosial yang diberikan. Ideologi tidak sebatas gagasan yang terkurung dalam pikiran
manusia, melainkan oleh Althusser dimaknai sebagai sesuatu yang diaktualisasikan dalam
tindakan dan praktik keseharian.Dalam kerangka pragmatis, Adorno-sebagaimana dikutip
oleh John. T. Tost- meletakkan ideologi untuk memposisikan sebuah organisasi, berupa
pendapat, sikap, dan nilai-nilai.Dengan bahasa yang lebih sederhana, ideologi merupakan
cara berpikir tentang manusia dan masyarakat. Melalui perspektif ini, Tost sekaligus
melakukan kritik terhadap gagasan beberapa sosiolog dan ilmuwan politik seperti Edward
Shils, Raymond Aron, Daniel Bell, Seymour Lipset, dan Philip Converse yang
mengkampanyekan “The End of Ideology” sebagai simbol kematian ideologi. Intinya,
ideologi (dalam arti tradisional Marxis) dalam masyarakat industri maju di Barat sedang
berakhir karena konflik sosial yang mendasar telah berakhir dan berbagai kepentingan
ideologis telah didamaikan dalam Negara kesejahteraan (welfare state).

Aktivitas mendidik tidak lain ialah untuk memunculkan atau membimbing potensi
seorang anak; untuk mengembangkan dan menumbuhkan, baik secara fisik, mental, atau
moral. Sedangkan sekolah atau school merupakan tempat atau lembaga untuk belajar (an
institution for learning).Dewasa ini, tidak sedikit dari para teoritisi pendidikan yang skeptis
terhadap eksistensi sekolah sebagai institusi pembelajaran.

2. Filsafat dan pendidikan

Seluruh pendekatan terhadap filosofi pendidikan memiliki keuntungan-keuntungan masing-


masing. Dan jelas bahwa sebagian di antaranya bekerja lebih baik ketimbang yang lain demi
tujuan-tujuan tertentu dan dalam kondisi-kondisi tertentu. Namun, secara umum, pendekatan
ketiga (filosofi-filosofi pendidikan) mungkin merupakan yang paling produktif saat
diterapkan oleh para pendidik profesional. Ada beberapa alasan pembenar penilaian
ini.Misalnya, pendekatan filosofi-filosofi pendidikan tidak menuntut kecanggihan filosofis
yang tinggi ataupun keakraban yang besar dengan gagasan-gagasan filosofis tradisional
dalam diri pengkaji.Yang ditanganinya terutama adalah problema-problema teoretis yang ada
di dalam dan di sekitar pendidikan formal, dan ia tidak menyibukkan diri dengan penentuan
implikasi-implikasi praktis dari sengketa filosofis yang lebih besar di puncak pencapaian
wacana intelektual.

secara umum, pendekatan ketiga (filosofi-filosofi pendidikan) mungkin merupakan yang


paling produktif saat diterapkan oleh para pendidik profesional. Ada beberapa alasan
pembenar penilaian ini.Misalnya, pendekatan filosofi-filosofi pendidikan tidak menuntut
kecanggihan filosofis yang tinggi ataupun keakraban yang besar dengan gagasan-gagasan
filosofis tradisional dalam diri pengkaji.Yang ditanganinya terutama adalah problema-
problema teoretis yang ada di dalam dan di sekitar pendidikan formal, dan ia tidak
menyibukkan diri dengan penentuan implikasi-implikasi praktis dari sengketa filosofis yang
lebih besar di puncak pencapaian wacana intelektual.

Sebagai tambahannya, dan setidak nya sebagai pembanding pendekatan berfilosofi


pendidikan, bentuk filosofi pendidikan memiliki keuntungan, yakni bisa menyajikan model
pendekatan-pendekatan pendidikan mendasar yang tertata dan terorganisir. Kebanyakan
orang cenderung memilih skema konseptual tertentu; bukan saja yang bisa memuaskan
kecondongan alamiah mereka ke arah penyimpulan ilmiah, namun juga karena ia juga
menyediakan alat yang mudah diakses serta siap pakai untuk menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan hakikat dan tujuan pendidikan.

3. Ideologi-Ideologi Pendidikan Konservatif


Ideologi-ideologi pendidikan Konservatif terdiri dari tiga tradisi pokok:
fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan konservatisme
pendidikan. Semuanya merentang dari ungkapan religius dari fundamentalisme
pendidikan, ke sudut terjauh yang paling kurang konservatif.

Fundamentalisme meliputi corak-corak konservatisme politis yang pada dasarnya bersifat


anti-intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan pertimbangan-pertimbangan
filosofis dan/atau inte- lektual, serta cenderung untuk mendasarkan anggapan-anggapannya di
atas penerimaan yang relatif tidak kritis terhadap Kebenaran yang diwahyukan ataupun
kesepakatan sosial yang sudah mapan (yang mereka sebut “akal sehat”).

Ada dua variasi sudut pandang semacam itu dalam penerapannya ke pendidikan:
 Fundamentalisme pendidikan religius, sebagaimana dijumpai dalam berbagai gereja
Kristen yang lebih fundamentalistis yang sangat terikat pada pandangan yang cukup kaku
serta harfiah mengenai kenyataan sebagaimana kenyataan itu diwahyukan me- lalui
kewenangan (otoritas) Alkitabiah

 Fundamentalisme pendidikan sekuler, yang dicirikan oleh adanya komitmen yang sama
kakunya dengan yang religius, terhadap 'akal sehat' yang disepakati oleh orang
kebanyakan.

A. Intelektualisme
Intelektualisme lahir dari ungkapan-ungkapan konservatisme politis yang didasari oleh
sistem-sistem pemikiran filosofis atau teologis yang relatif kaku dan secara fundamental
bersifat otoritarian.

Secara umum, konservatisme filosofis untuk mengubah praktik- praktik politik yang ada
sekarang (termasuk praktik-praktik pendidikan) demi menjadikannya sesuai secara lebih
sempurna dengan cita- cita atau gagasan intelektual atau kerohanian ideal yang pada intinya
bersifat dimutlakkan. Ada dua variasi sudut pandang semacam itu dalam penerapannya dalam
intelektualisme:

Intelektualisme filosofis pada intinya sekular, tercermin dalam karya-karya para teoretisi
pendidikan kontemporer seperti Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler.

Intelektualisme teologis merupakan orientasi religius seperti yang tertuang dalam karya-karya
para filosof Katolik Roma, William McGucken dan John Donahue.

Konservatisme

Konservatisme mengajukan ketaatan terhadap lembaga-lembaga dan proses-proses budaya


yang sudah teruji oleh waktu (sudah lama berlangsung), disertai dengan rasa hormat yang
mendalam terhadap hukum serta tatanan/keteraturan, sebagai landasan bagi perubahan sosial
apapun yang sifatnya membangun (konstruktif). Ada dua variasi mendasar di dalam
konservatisme pendidikan,yaitu:

Konservatisme pendidikan religius menekankan pelatihan rohani sebagai pusat landasan


watak moral yang tepat
Konservatisme pendidikan sekular peduli pada perlunya meles- tarikan dan menyalurkan
keyakinan-keyakinan serta praktik- praktik yang ada sebagai sebuah jalan untuk memastikan
pertahanan hidup secara sosial sekaligus keefektifan personal.

Ideologi-ideologi Pendidikan Liberal


Ideologi-ideologi pendidikan Liberal, seperti yang Konservatif, terdiri dari tiga tradisi
liberalisme pendidikan, liberasionisme, pendidikan, dan anarkisme pendidikan

A. Liberalisme Pendidikan
Liberalisme pendidikan cenderung untuk menjadi keluaran dari tradisi empiris dalam filosofi,
yang mengikuti keyakinan akan adanya sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Tradisi ini
tidak menekankan, jawaban-jawaban begitu saja, melainkan jawaban-jawaban yang didapat
melalui tatacara-tatacara rasional-eksperimental. Memusatkan perhatiannya terutama pada
masa kini dan masa depan yang dekat, menekankan perubahan serta teknik-teknik untuk
menangani perubahan. Kaum liberal mengajukan pembaharuan- pembaharuan yang bertahap,
berskala kecil, di dalam kerangka kerja sistem politik yang ada, demi memajukan kebebasan
individual serta untuk memaksimalkan perwujudan potensi-potensi manusia sepenuhnya.

B. Liberasionalisme
Liberasionisme adalah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti mengusahakan
pembaharuan/perombakan segera dalam ruang lingkup besar atas tatanan politis yang ada,
sebagai jalan me- nuju perluasan kebebasan individual serta untuk mempromosikan
perujudan potensi-potensi personal sepenuhnya.

Liberalisme pendidikan mencakup spektrum pandangan yang luas, dari liberasionisme


'reformis' yang relatif konservatif, yang terdiri cermin dalam gerakan-gerakan menuntut hak-
hak warga negara Amerika di pertengahan era 1960-an; hingga ke komitmen yang men-
desak dan bernafsu, yang kerapkali bernuansa Marxis, dalam liberasio- nisme 'revolusioner',
yang menyerukan persekutuan aktif sistem pen- didikan dengan upaya merobohkan tatanan
politik yang ada sekarang

Anarkisme
Anarkisme yang bisa dikatakan merupakan sudut pandang yang membela
penghapusan/pemusnahan/pelenyapan seluruh kekangan terlembaga atas kebebasan manusia.
Penghapusan kekangan ini di- yakini sebagai jalan untuk menyediakan ungkapan sepenuhnya
dari potensi-potensi manusia yang dibebaskan.Dalam pendidikan, sikap anarkistis barangkali
paling terwakili dalam tulisan-tulisan tokoh terkenal Ivan Illich dan Paul Goodman. Sudut
pandang ini meliputi wilayah pandangan yang cukup luas, dari anarkisme 'taktis' yang ingin
melebur sekolah demi mendrama- tisasikan kebutuhan akan adanya sistem sosial yang baru;
hingga ke anarkisme 'utopis' yang membayangkan terciptanya sebuah masyara- kat yang
bebas tak terbatas dari seluruh kekangan kelembagaan apapun juga.
A.
Definisi Ideologi Pendidikan: Ideologi pendidikan diartikan sebagai seperangkat ide yang
memberikan penjelasan, pembenaran, dan arahan untuk aksi sosial terorganisir. Ideologi
mencakup tujuan dan sarana aksi sosial, terlepas dari karakter melestarikan, mengubah,
mencabut, atau membangun kembali tatanan sosial yang ada.

Kritik terhadap "The End of Ideology": Artikel mencatat kritik terhadap pandangan bahwa
ideologi telah berakhir, khususnya dalam masyarakat industri maju di Barat. Terdapat
argumen bahwa konflik sosial mendasar masih ada, dan ideologi tetap relevan dalam
membentuk pandangan tentang manusia dan masyarakat.

Aktivitas Mendidik: Aktivitas mendidik diartikan sebagai usaha untuk memunculkan dan
membimbing potensi anak-anak, baik secara fisik, mental, atau moral. Sekolah dianggap
sebagai lembaga pembelajaran.

Peran Filsafat dalam Pendidikan: Pendekatan filosofi-filosofi pendidikan dianggap sebagai


yang paling produktif, karena berfokus pada problema-problema teoretis dalam dan sekitar
pendidikan formal. Ini memberikan alat untuk menangani masalah-masalah pendidikan
dengan cara yang terorganisir.

Ideologi Pendidikan Konservatif: Tiga tradisi konservatif utama adalah fundamentalisme


pendidikan, intelektualisme pendidikan, dan konservatisme pendidikan. Masing-masing
memiliki pandangan sendiri terkait dengan lembaga dan proses pendidikan.

Ideologi Pendidikan Liberal: Tiga tradisi liberal utama mencakup liberalisme pendidikan,
liberasionisme pendidikan, dan anarkisme pendidikan. Liberalisme menekankan
pembaharuan bertahap dalam kerangka kerja sistem politik yang ada, sementara anarkisme
mencari penghapusan kekangan terlembaga. Dengan demikian, artikel ini memberikan
wawasan tentang peran ideologi dalam membentuk pandangan tentang pendidikan, menyoroti
perbedaan antara pendekatan konservatif dan liberal dalam hal ini.
B.

Pemahaman Mendalam: Mendalamilah pemahaman terhadap ideologi pendidikan, baik dari


perspektif konservatif maupun liberal. Hal ini dapat membantu mengenali dampak dan
implikasi dari masing-masing ideologi dalam konteks pendidikan.

Refleksi Terhadap Aktivitas Mendidik: Selidiki secara mendalam aktivitas mendidik yang
dijelaskan dalam artikel. Pertimbangkan bagaimana aktivitas tersebut dapat mencerminkan
atau dipengaruhi oleh ideologi tertentu. Refleksi ini dapat membantu pengembangan
pendekatan pendidikan yang lebih terarah.

Penerapan Pendekatan Filosofi-filosofi Pendidikan: Jika Anda terlibat dalam bidang


pendidikan, pertimbangkan untuk menerapkan pendekatan filosofi-filosofi pendidikan dalam
praktik Anda. Ini dapat membantu menciptakan dasar yang kokoh untuk pengambilan
keputusan dan perubahan dalam konteks pendidikan.

Diskusi Terbuka dan Kritis: Ajaklah diskusi terbuka dan kritis tentang ideologi pendidikan di
lingkungan pendidikan Anda. Ini dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik dan
memperluas wawasan semua pihak terkait dengan dampak ideologi dalam praktik pendidikan.

Diversifikasi Perspektif: Diversifikasikan perspektif dengan mempertimbangkan ideologi-


ideologi lain yang mungkin tidak tercakup dalam artikel. Hal ini dapat membantu
menghindari pemikiran sempit dan memperkaya pandangan terkait dengan pendidikan.

Pengintegrasian Konsep-Konsep Pendidikan: Jika memungkinkan, carilah cara untuk


mengintegrasikan konsep-konsep yang dijelaskan dalam artikel ke dalam kebijakan atau
praktik pendidikan di lingkungan tempat Anda bekerja atau terlibat.

Pembacaan Lebih Lanjut: Lanjutkan pembacaan dan penelitian lebih lanjut tentang ideologi
pendidikan. Baca literatur tambahan untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam dan
pemahaman yang komprehensif.

Partisipasi dalam Diskusi Publik: Jika ada forum diskusi atau pertemuan publik terkait
dengan isu pendidikan, pertimbangkan untuk berpartisipasi aktif. Berbagi pandangan dan
mendengarkan sudut pandang lain dapat memperkaya wawasan dan memberikan kontribusi
pada pengembangan pemikiran kolektif.

Anda mungkin juga menyukai