Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

(WAWASAN TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Anggota Kelompok :

1. Amelia Tridarma Wulandari (21002093)

2. Dhiya Nabila Herman (21002097)

3. Fiona Halisa (21002099)

4. Intan Prigandani Wati (21002106)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Jalius

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Fakultas Ilmu Pendidikan

Administrasi Pendidikan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Filsafat Pendidikan dengan materi pembahasan
“Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Drs. Jalius. selaku dosen mata kuliah
filsafat pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan,
pengetahuan serta penunjang atau referensi materi mata kuliah Filsafat Pendidikan terkait dengan
“Wawasan Tentang Filsafat Pendidikan”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang.

Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan katakata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

Padang, 25September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR......................................................................................................................1

DAFTARISI..............................................................................................................................2

BABIPENDAHULUAN..............................................................................................................3

LatarBelakang..........................................................................................................................3

RumusanMasalah.......................................................................................................................3

Tujuan.............................................................................................................................................3

BABIIPEMBAHASAN................................................................................................................4

PengertianFilsafatPendidikan....................................................................................................4

PendekatanIndividualistik..........................................................................................................5

PendekatanSosialistik....................................................................................................................9

BABIIIPENUTUP...................................................................................................................14

Kesimpulan..............................................................................................................................14

Saran.......................................................................................................................................14

DAFTARPUSTAKA.............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi
tersebut. Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik.
karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis,
dinamis, guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Adapun latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk kita lebih memahami apa itu
filsafat pendidikan yang sebenarnya. Salah satunya dengan melakukan pendekatanpendekatan
dalam filsafat pendidikan yang akan penulis uraikan dalam makalah ini. Karena filsafat ini juga
termasuk kedalam bahagian-bahagian ilmu pengetahuan manusia yang sangat penting kita
manusia harus tahu dan paham tentang ilmu filsafat sebab dengan filsafat manusia bisa
mempertajam kesabaran dan keberadaan tentang dirinya khususnya dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat pendidikan baik secara terminologi maupun
dari beberpa definisi lainnya?

2. Bagaimana pendekatan individualistik dalam filsafat pendidikan?

3. Bagaimana pendekatan sosialistik dalam filsafat pendidikan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian filsafat secara terminologi dan dari beberapa definisi lainnya.

2. Mengetahui pendekatan individualistik dalam filsafat pendidikan.

3. Mengetahui pendekatan sosialistik dalam filsafat pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan

1. Secara Terminologi

Filsafat pendidikan adalah salah satu cabang filsafat yang ruang lingkupnya terfokus
dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan filsafat khusus atau filsafat terapan.
Objek filsafat pendidikan adalah kenyataan. Filsafat ini menyelidiki hakikat pelaksanaan
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara, dan hasilnya, serta hakikat
ilmu pendidikan, yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari
bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan,
pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.

2. Beberapa Definisi

a. Muhammad Labib Al-Najihi

Filsafat pendidikan adalah suatu aktifitas yang teratur yang menjadikan filsafat itu
sebagai jalan mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.

b. John Dewey

Filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang


fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional) menuju tabiat manusia.

d. Prof. Brameld

Filsafat pendidikan: kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-


persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin.

e. Imam Barnadib

Menurut Imam Barnadib filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada


hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidilkan.
Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosof terhadap
pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga
melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang
berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan
yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis, dengan sendirinya
filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap
lapangan pendidikan.

Dengan demikian, dari uraian di atas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-
kaidah norma-norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia dalam hidup dan kehidupannya.

B. Pendekatan Individualistik

1. Kontroversi Yang Dilematis

Mengenai kontroversi yang dilematis, kita meninjau berdasarkan poin silabus mengenai
pendekatan individualistik, jadi yang diuraikan dalam hal ini adalah kontroversi mengenai
pendekatan individualistik. Ditinjau terlebih dahulu apa itu kontroversi, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Kontriversi adalah suatu perdebatan, persengketaan atau pertentangan.
Sedangkan dilema sendiri menurut KBBI adalah situasi sulit yg mengharuskan orang
menentukan pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau tidak
menguntungkan atau situasi yg sulit dan membingungkan.

Jadi kontroversi yang dilematis ini maksudnya adalah suatu keadaan yang menimbulkan
pro dan kontra dikalangan masyarakat sehingga menimbulkan pertentangan yang
membingungkan, dimana harus memilih dua persepsi yang berbeda dari satu permasalahan.

Dalam makalah ini, yang menjadi topik pembahasan yaitu kontroversi yang dilematis
yang terjadi dari pendekatan individualistik dalam filsafat. Individualisme adalah salah satu
paham yang paling sering dibahas sebagai karikatur dalam banyak perdebatan di kalangan
intelektual kita. Sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam memahami makna individualisme
sendiri.

Salah satu kritikan yang menyerang individualisme adalah, person manusia memperoleh
kesejatian, dan meletakkan masyarakat dalam pandangan aksidental (sekunder) yang akan
berkhitmat (melayani) person. Person adalah berposisi sebagai materi pembentuk masyarakat,
dan masyarakat adalah sebagai penghubung antar materi-materi tersebut. Dengan demikian,
berdasarkan filsafat individualisme bahwa nilai dan pentingnya penghubung lebih kecil
ketimbang nilai dan pentingnya materi. Kritikan tersebut juga menghantam filsafat hakhak
alamiah yang merupakan cabang dari filsafat individualisme. Filsafat hak-hak alamiah hanya
memberikan perhatian kepada materi-materi pembentuk masyarakat, dan tidak memberikan
perhatian ataupun menganggap penting hubungan-hubungan antar materi yang mungkin saja
sejalan dengan kecondongan-kecondongan alamiah, ataupun mungkin juga berseberangan
(berlawanan) dengan materi-materi tersebut, ataupun hubungan-hubungan tersebut membatasi
materi. Pemikiran ini, pada abad setelahnya menjadi objek yang ditentang oleh beberapa filosof
seperti, David Hume dan lainnya. Hal inilah yang menjadikan timbulnya kontra terhadap filsafat
dengan menggunakan pendekatan individualistik.

Lain hal dengan timbulnya pro dari beberapa kalangan mengenai pendekatan
individualistik ini, seringkali ketika seseorang mendengar tentang individualisme orang
cenderung menganggap bahwa ini adalah suatu paham yang negatif dan berhubungan dengan
kesombongan, keserakahan, egoisme, persaingan yang tidak sehat, dan sebagainya. Pandangan
semacam ini bagi mereka suatu hal yang begitu sempit dalam memahami paham individualisme,
bagi kalangan yang tidak men- judge negatif pendekatan individualisme, terlebih dahulu mereka
memahami arti individualisme.

Dalam KBBI, Individualisme mempunyai 3 arti, yaitu:

 Paham yg menganggap manusia secara pribadi perlu diperhatikan (kesanggupan dan


kebutuhannya tidak boleh disamaratakan); Paham yg menghendaki kebebasan berbuat
dan menganut suatu kepercayaan bagi setiap orang;
 paham yg mementingkan hak per-seorangan di samping kepentingan masyarakat atau
negara;
 Paham yg menganggap diri sendiri (kepribadian) lebih penting dari pada orang lain.

Selanjutnya kami telaah arti yang digunakan dalam filsafat mengenai individualisme,
menurut “The Oxford dictionary of Philosophy“; “Individualisme adalah paham bahwa
perseorangan adalah unit dasar dari suatu uraian kehidupan, dengan keseluruhan sosial menjadi
konstruksi logis pendukungnya, atau jalan yang membicarakan jumlah dari individuindividu
yang ada dan hubungan diantara mereka”.

Perlu diperhatikan bahwa paham dengan pendekatan individualistik ini tidak menolak adanya
(kumpulan) masyarakat. Pandangan ini melihat bahwa masyarakat adalah koleksi (kumpulan)
dari individu-individu, tidak lebih dan tidak kurang.

Dari uraian tersebut diharapkan kita tidak lagi dilema dalam memahami pendekatan
individualistik yang pada akhirnya menimbulkan kontroversi berkepanjangan tanpa mendapatkan
suatu titik temu dari permasalahan tersebut. Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana
kita menghargai suatu pemahaman yang masing-masing manusia berbeda.

2. Misteri Kehidupan

Menurut KBBI misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas (masih menjadi tekateki;
masih belum terbuka rahasianya, arti lain yaitu kenyataan yang begitu luhur sehingga secara
mendasar melampaui daya tangkap manusia; apa pun yg semakin dapat dimengerti atau dihayati,
tetapi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia menyangkut
kehadiran atau kegiatan Illahi.

Ada satu pernyataan dari para ahli bahwa filsfat adalah suatu ketidaktuntasan atau suatu
fragmen yang tidak utuh. Sedikit mengacu pada pendapat Eran Dorfman dalam bukunya
“philosofy an an ‘AS’”. Menurutnya berfilsafat merupakan suatu hal yang paradoksal. Jika kita
berfilsafat, kita ingin mendeskripsikan realitas sebagaimana adanya, namun agar dapat
mendeskripsikannya kita harus mengambil jarak antar realitas itu sehingga kita tidak akan
memilikinya secara utuh. Maksudnya berfilsafat bukan berarti kita mengetahui semua yang
terkandung di alam semesta dengan seutuhnya, namun melalui filsafat kita berusaha untuk
mencari tahu apapun tanpa adanya batasan termasuk misteri kehidupan di dunia ini. Walaupun
filsafat adalah kegiatan olah nalar, yang sebenarnya digumuli disana adalah kebutuhan terdalam
ruh dalam dinamika jatuh bangunya pengalaman, kebutuhan mendasar atas makna dan arah
kehidupan, kebutuhan tentang bagaimana misteri- misteri kehidupan bisa dijelaskan dan
dipahami, kebutuhan untuk mengerti apa yang sesungguhnya yang diinginkan oleh jiwa itu
sendiri.

Seringkali pada titik terdalam ruh tersentuh dan terisi bukan oleh hal-hal material, bukan
oleh kekuasaan atau kedudukan, bukan pula oleh kesuksesan, melainkan oleh rasa penasaran,
petualangan pencarian, keharuan, keheranan, kekaguman yang seiring demikian misterius. Oleh
karena itu, dalam berfilsafat kita dapat berusaha untuk mencari tahu tentang misteri kehidupan.

3. Ciri-Ciri Biologis Manusia

Adapun ciri-ciri biologis yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:

 Manusia memiliki otak yang digunakan untuk berakal dan berpikir, oleh karena itu
manusia adalah makhluk berpikir. Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam
memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia
Berfikir, dengan Berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya,
dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari
aktivitas Berfikir, oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci
dalam setiap diskursus mengenai kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa
tanpa Berfikir, kemanusiaan manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan
pernah ada.
 Manusia digolongkan dalam dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
 Ciri-ciri fisik manusia berbeda dari setiap ras. Perbedaan ciri-ciri fisik terkait dengan
tinggi badan, warna kulit, warna rambut, warna mata dan lain-lain. Ukuran biologis
banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan.
 Manusia memiliki nafsu yang bisa di kendalikan.
Namun yang sangat membedakan manusia secara biologis dengan makhluk lainnya
terutama hewan adalah kemampuan manusia dalam menggunakan otaknya dalam berpikir.
Berpikir adalah daya paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari
hewan. Manusia dapat berpikir karena mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat
memberi nama kepada segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang kelihatan maupun
yang tidak kelihatan.

Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya,
menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman yang kemudian diolahnya (berpikir)
menjadi pengertian-pengertian bermakna. Dengan singkat,karena memiliki dan mampu
berbahasa maka manusia berpikir. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dari rasa
keingintahuan kita terhadap sesuatu.

C. Pendekatan Sosialistik

1. Kemampuan Manusia Untuk Belajar dari Pengalaman Orang Lain Pendidikan


berfungsi sebagai pembaharuan hidup, “a renewal of life”. Hidup itu selalu berubah, selalu
menuju pada pembaharuan. Hidup merupakan keseluruhan tingkatan pengalaman individu
dengan kelompok. Untuk kelangsungan hidup diperlukan usaha untuk mendidik anggota
masyarakat dimana mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan sebagai minat pribadi (personal
interest). Pembaharuan hidup tidak otomatis, melainkan banyak tergantung pada teknologi, seni,
ilmu pengetahuan, dan perwujudan moral kemanusiaan. Untuk itulah semuanya membutuhkan
pendidikan.

2. Jenis Pendidikan Dilihat dari Sifatnya

a. Menurut besarannya atau segi ruang lingkup

Perencanaan Makro

Perencanaan makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakankebijakan yang akan


ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional.
Rencana pembangunan nasional dewasa ini meliputi rencana dalam bidang ekonomi dan sosial.
Dipandang dari sudut perencanaan makro, tujuan yang harus dicapai negara (khususnya dalam
bidang peningkatan SDM) adalah pengembangan sistem pendidikan untuk menghasilkan tenaga
pembangunan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif pendidikan harus
menghasilkan tenaga yang cukup banyak sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sedangkan
secara kualitatif harus dapat menghasilkan tenaga pembangunan yang terampil sesuai dengan
bidangnya dan memiliki jiwa pancasila.
Perencanaan Meso

Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan kedalam
program-program yang bersekala kecil. Pada tingkatannya perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan depertemen dan unit-unit.

Perencanaan Mikro

Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instituisional dan


merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat meso. Khususan dari lembaga mendapatkan
perhatian, namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan
makro ataupun meso.

b. Menurut tingkatannya

Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis disebut juga dengan perencanaan jangka panjang. Strategi itu
menurut R.G. Muurdick diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan tercapai
pada masa depan. Bentuk konfigurasi terungkap berdasarkan:

1. Ruang lingkup

2. Hasil persaingan

3. Target

4. Penataan sumber-sumber.

Perencanaan strategis digunakan untuk mengatakan suatu lingkup perencanaan yang


lebih “general” disamping adanya beberapa jenis perencanaan lain yang disebut stainer.
Pengertian perencanaan strategis yaitu proses pendayagunaan sumber-sumber dan strategi yang
mengatur pengadaan dan pendayagunaan sumber untuk pencapain tujuan . Hal tersebut bertujuan
untuk mencari bentuk dan identitas pada masa yang akan datang dengan mempertimbangkan
berbagai kompleks dalam suatu sistem. Berdasarkan hal diatas, metode penelaah dan pemecahan
masalah didasarkan atas kerangka ini mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:

1. Sistematik dan sistemik

2. Berorientasi pada output dan konfigurasi keinginan

3. Mempunyai tujuan menyeluruh

4. Berdimensi jangka panjang, menengah, dan pendek


5. Menerapkan metode keilmuan analisis teoretik dan empiris dengan program
pengembangan.

6. Rencana operasional terjabar kedalam proyek dan program

7. Berlandaskan kebijakan

8. Memperhitungkan norma dan kaidah

9. Mempunyai pola input, proses, output dengan informasi umpan balik.

Perencanaan Koordinatif

Perencanaan koordinatif ditunjukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan


yang telah ditetapkan itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini mempunyai
cakupan semua aspek operasi suatu sistem yang meminta di taatinya kebijakan-kebijakan yang
telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategis. Sedangkan ada pendapat lain yang
menyimpulkan yang hampir sama dengan pengertian diatas yaitu dalam buku sistem informasi
manajemen dan perencanaan pembangunan pendidikan yang disusun Idocdi Anwar, dkk yang
dikutip dari H. Ozbehkan (D. Cleland & W.R king, 1975:31) mengemukakan tiga jenis
perencanaan, yaitu: “policy planning. strategic planning dan operational planning.

1. Perencanaan strategis berbagai upaya untuk mempersiapkan seperangkat desisi dimasa yang
akan datang yang mempengaruhi keseluruhan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi.

2. Perencanaan taktis adalah sebagai upaya dalam mempersiapkan berbagai desisi untuk
kegiatan-kegiatan jangka pendek terutama dalam mengalokasi berbagai sumber yang diperlukan
dalam pencapaian tujuan.

3. Perencanaan teknis adalah proses upaya untuk mempersiapkan berbagai desisi untuk
dilaksanakan terutama dalam jangka waktu yang pendek dan untuk pelaksanaan tugas-tugas yang
spesifik dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah pasti (targettarget).

c. Menurut jangka waktunya

Perencanaan Jangka Pendek

 Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat
untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana
operasional. Perencanaan ini merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan
jangka panjang.
 Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan jangka menengah mencakup kurun waktu
diatas 5-10 tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah
lebih bersifat operasional.
 Perencanaan Jangka Panjang Perencanaan jangka panjang meliputi cakupan waktu diatas
10 tahun sampai dengan 25 tahun. Dengan demikian perencanaan tahunan bukan hanya
sekedar pembabakan dari rencana 5 tahun, tetapi merupakan penyempurnaan dari rencana
itu sendiri.

d. Jenis perencanaan berdasarkan sifatnya

 Perencanaan Strategis .
Perencanaan yang berhubungan dengan proses penetapan tujuan, pengalokasian sumber-
sumber untuk mencapai tujuan dan kebijakan-kebijakan yang dipakai sebagai pedoman
untuk memperoleh, menggunakan atau menghilangkan hal-hal tersebut. Perencanaan
strategis cenderung dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak begitu terstruktur yang
melibatkan variabel-variabel yang jumlahnya banyak dan parameter yang tidak pasti.
 Perencanaan Manajerial Perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
 Perencanaan Operasional Perencanaan yang memusatkan perhatian pada apa yang akan
dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana manajerial.
 Perencanaan Regional Perencanaan yang juga disebut dengan perencanaan daerah atau
wilayah, diantaranya Propeda dan perencanaan pendidikan di tingkat propinsi,
kabupaten/kota.
 Perencanaan Tata Ruang Perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan fungsi kawasan
tertentu, mengembangkan secara seimbang, baik secara ekologis, geografis maupun
demografis.

3. Pendidikan dan Kemajuan Sosial

Pendidikan dan kemajuan sosial itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha untuk mengetahui
cara-cara dalam pengendalian proses pendidikan agar nantinya memperoleh perkembangan
kepribadian individu yang lebih baik. Berikut ini beberapa tujuan dari sosiologi pendidikan:

a. Sebagai analisis proses sosiolisasi. Francis Brown mengemukakan bahwa "Sosiologi


pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya".

b. Sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. L.A. Cook mengutamakan


fungsi lembaga pendidikan dalam masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah
dengan berbagai aspek masyarakat, misalnya: penyelidikan tentang hubungan antara masyarakat
pedesaan dengan sekolah rendah dan menengah atau meneliti fungsi sekolah berhubungan
dengan struktur sosial dalam lingkungan masyarakat tertentu.

c. Sebagai analisis sosial disekolah dan antara sekolah dengan masyarakat. Disini
diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah
dan hubungan orang-orang didalam sekolah dengan kelompokkelompok diluar sekolah.

d. Sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan
yang sanggup memperbaiki masyarakat dimana pendidikan sebagai alat untuk mencapai
kemajuan sosial. Sekolah dapat dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke
puncak yang setinggi-tingginya.

e. Sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah ahli memandang bahwa


sosiologi pendidikan sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif dimana
mencoba mencapai suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan
manusia.

f. Sebagai sosiologi terapan. Para ahli sosiologi pendidikan menggunakan segala sesuatu
yang diketahui dalam bidang sosiologi dan pendidikan lalu memadukannya kedalam suatu ilmu
baru dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses pendidikan.

g. Sebagai latihan bagi petugas pendidikan. Sosiologi dapat memberikan sumbangan


yang berharga dalam menganalisis pendidikan, untuk memahami hubungan antar manusia di
dalam sekolah dan struktur masyarakat tempat sekolah itu beroperasi. Sosiologi pendidikan tidak
hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam pendidikan melainkan juga tujuan pendidikan,
bahan kurikulum, pokok-pokok praktis, etis dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena bersifat filosofis,
dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa
filosofis terhadap lapangan pendidikan.

Dalam memahami pendekatan individualistik agar tidak menimbulkan kontroversi yang


paling penting adalah bagaimana kita menghargai suatu pemahaman yang masingmasing
manusia berbeda.

Dalam pendekatan sosialistik yang merupakan hal penting adalah kemampuan manusia
untuk belajar dari pengalaman orang lain, jenis pendidikannya, serta pendidikan dan kemajuan
sosial.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dalam ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya, di karenakan kami masih dalam tarap pembelajaran.

Seperti ada pepatah mengatakan : “Tak ada gading yang tak retak”. Maka dari itu kami
selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami bisa lebih
baik lagi dalam pembuatan makalah berikutnya sehingga makalah berikutnya lebih sempurna
dari pada makalah sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afwa. 2016. “Pendekatan Sosialistik”. Di akses online tanggal 3 Maret 2018.

(Scribd.com)

Bakker, Anton. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Gaarder, Jostein. 2010. Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat.

(https://books.google.co.id) diakses 3 Maret 2018.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai