Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN


FILSAFAT PENDIDIKAN

Di Tulis Oleh :
Kelompok 5
Chintya Valensia (06131382227078)
Novia Maya Dewi (06131382227093)

Dosen Pembimbing :
Prof. Sri Sumarni, M.Pd.
Mazda Leva Okta Safitri, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Filsafat Pendidikan ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai apa itu pengertian filsafat pendidikan, filsafat pendidikan
sebagai sistem, substansi filsafat pendidikan dan hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Palembang, 20 Agustus 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
1 . Filsafat Pendidikan......................................................................................... 3
a. Pengertian Pendidikan.............................................................................. 3
b. Pengertian Filsafat Pendidikan ................................................................. 4
2. Landasan Filsafat Pendidikan ........................................................................ 6
a. Landasan Ontologis Pendidikan ............................................................... 6
b. Landasan Epitemologis Pendidikan .......................................................... 8
c. Landasan Aksiologis Pendidikan ............................................................ 10
3 Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem.........................................................................7
4 Substansi Filsafat Pendidikan..................................................................................9
5 Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan....................................................11

Bab III Penutup


a. Simpulan .................................................................................................. 13
b. Saran ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangLatar A
Pada dasarnya manusia sebagai makhluk hidup berpikir dan selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu, tidak mau menerima begitu saja apa adanya sesuatu itu, selalu ingin tahu
apa yang ada dibalik yang dilihat dan diamati. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan gejala
yang terjadi di lingkungannya selalu dipertanyakan dan dianalisis atau dikaji ( Tim Pengajar Filsafat
Pendidikan Unimed ). Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu keheranan,
kesangsian, dan kesadaran atas keterbatasan. Berfilsafat kerap kali didorong untuk mengetahui apa
yang telah tahu dan apa yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas.
Filsafat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setidaknya ada tiga
peran utama yang dimiliki yaitu sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing ( Jan Hendrik Rapar
dalam Diktat Filsafat Pendidikan). Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan.
organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
Filsafat pendidikan tidak akan terlepas dari kajian Ilmu Filsafat. Filsafat pendidikan
merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat
karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi
pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh
sains pendidikan. Dalam tulisan ini akan membahas hubungan antara filsafat dengan filsafat
pendidikan agar lebih memudahkan pembaca dalam memahami keterkaitan antara keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan ?
2. Apa saja landasan-landasan filsafat pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari Penulisan Makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan.
3. Untuk mengetahui landasan-landasan Filsafat Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan
Kneller ( via siswoyo, 1995 :5) mengatakan pendidikan dapat dipandang dalam arti
luas dan dalam arti proses. Dalam arti luas pendidikan menunjuk pda suatu tindakan atau
pengalaman yang mempunyai pengaruh, berhubungan dengan pertumbuhan atau
perkembangan pikiran (mind), watak atau kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam
pengertian ini berlansung terus seumur hidup.
Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat
melalui lembaga-lembaga pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga
lain), yang dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi. Dalam arti hasil, pendidikan
adalah apa yang diperoleh melalui belajar, baik berupa pengetahuan, nilai-nilai maupun
keterampilan-keterampilan.sebagai suatu proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu
sendiri, dalam hal ini pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik seseorang atau
mendidik diri sendiri.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan


Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli mengenai filsafat pendidikan.
Randal Curren (via Chambliss, 2009: 324) mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah
penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafati dalam praktik pendidikan.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada
filsafat umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan
bagian dari cara berpikir filsafat secara umum. Seseorang tidak dapat memberikan kritik pada
kebijakan pendidikan yang ada atau menyarankan kebijakan yang baru tanpa memikirkan
masalah-masalah filsafati yang umum seperti hakikat kehidupan yang baik sebagai arah yang
akan dituju oleh pendidikan, kodrat manusia itu sendiri, sebab yang mendidik itu adalah
manusia, dan yang dicari adalah hakikat kenyataan yang terdalam, yang menjadi semua
pencarian cabang ilmu. Oleh karena itu, filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat
formal dalam lapangan pendidikan.
Sebagaimana halnya dengan filsafat umum, filsafat pendidikan bersifat spekulatif,
preskriptif, dan analitik. Bersifat spekulatif artinya bahwa filsafat membangun teori-teori
tentang hakikat manusia, masyarakat dan dunia dengan cara mrnyusun sedemikian rupa dan
menginterpretasikan berbagai data dari penelitian pendidikan dan penelitian ilmu-ilmu
perilaku (psikologi behavioristik).
Filsafat bersifat preskriptif artinya filsafat pendidikan mengkhususkan tujuan-
tujuannya, yaitu bahwa pendidikan seharusnya mengikuti tujuan-tujuan itu dan cara-cara
yang umum harus digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Filsafat pendidikan bersifat analitik tatkala filsafat pendidikan berupaya
menjelaskan pernyataan-pernyataan spekulatif dan preskriptif, menguji rasionalitas ide-ide
pendidikan, baik konsistensinya dengan ide-ide yang lain maupun cara-cara yang berkaitan
dengan adanya distorsi pemikiran. Konsep-konsep pendidikan diuji secara kritis demikian
pula dikaji juga apakah konsep-konsep tersebut memadai ataukah tidak ketika berhadapan
dengan fakta yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai istilah-istilah yang banyak
digunakan dalam lapangan pendidikan seperti “ kebebasan, penyesuaian, pertumbuhan,
pengalaman, kebutuhan, dan pengetahuan”. Penjernihan istilah-istilah akan sampai pada hal-
hal yang bersifat hakikih, maka kajian filsafati tentang pendidikan akan ditelaah oleh cabang
filsafat yang bernama metafisika atau ontologi.
Antologi menjadi salah satu landasan dalam filsafat pendidikan. Selain itu, kajian
pendidikan secara filsafati memerlukan landasan epistemologis dan landasan eksiologis.

II. LANDASAN FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Tiga Landasan Utama Filsafat Pendidikan
Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu pengetahuan.
Demian pila halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat membahas tentang ilmu alam,
maka diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat mempertanyakan konsep dasar dari
hukum, maka terciptalah filsafat umum, dan ketika filsafat mengkaji masalah-masalah
dasar pendidikan, maka terciptalah cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan
(kneller, 1971:4) jadi, setiap bidang ilmu mempunyai landasan-landasan filsafat masing-
masing.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama,
yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.
1. Landasan Ontologis Pendidikan
Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan
landasan filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau suntansi sesuatu.misalnya,
pendidikan secara ilmiah ditunjukkan untuk mensistematisasikan konsep-konsep
dan praktik pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk
pengetahuan tersendiri yang disebut ilmu pendidikan. Pengetahuan ilmiah
mengenai pendidikan pada hakikatnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati
mengenai manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, pandangan alam semesta:
tempat manusia hisup bersama, dan pandangan tentang tuhan sebagai pencipta
manusia dan alam semesta tersebut.
Kneller (1971:6) mengatakan bahwa metafisika merupakan cabang filsafat
yang bersifat spekulatif membahas hakikat kenyataan terdalam. Metafisika mencari
jawaban atas persoalan mendasar.
Dengan kemunculan ilmu-ilmu empiris, banyak orang meyakini bahwa
metafisika telah ketinggalan jaman. Temuan ilmu-ilmu empiris tampak lebih
dipercaya, sebab temuannya dapat diukur, sedangkan pemikiran metafisik
tampaknya tidak dapat diverifikasi dan tidak bersifat aplikatif. Metafisika dan ilmu
empiris seolah merupakan dua bidang kegiatan yang berbeda.
Sebenarnya, ilmu-ilmu empiris mendasarkan diri pada asumsi-asumsi
metafisik, tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya. Sebagaimana dinyatakan
oleh ahli fisikaMax Planck bahwa gambaran dunia secra ilmiah yang diperoleh dari
pengalaman tetaplah selalu hanya suatu pikiran saja: suatu model yang lebih
kurang. Oleh karena ada subjek material di belakang setiap sensasi inderawi, maka
demikian pula ada kenyataan metafisik dibelakang segala sesuatu, yang menjadi
nyata dalam pengalaman hidup manusia.
Gutek mengatakan persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum,
guru-guru dan pengarang buku-buku dalam menggambarkan aspek-aspek
kenyataan pada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia, dan
lain-lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataan kepada subjek didik.
2. Landasan Epitemologis Pendidikan
Epitemologis adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan
pengetahuan. Epitemologis sangat penting bagi para pendidik. Akinpelu (1988:11)
mengatakan bahwa area kajian epistemologi ada relevansinya dengan pendidikan,
khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pencarian akan
pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik dalam bidang filsafat /
etpistemologi maupun pendidikan. Sebagaimana dinyatakan oleh Dewey, hanya
saja antara epistemologi dan pendidikan terdapat perbedaan dalam hal prosesnya.
Pendidikan sebagai proses memusatkan perhatiannya pada penanaman pengetahuan
oleh guru dan perolehannya oleh peserta didik, sedangkan epistemologi manggali
lebih dalam sampai pada akarnya pengetahuan.
Epistemologis membahas konsep dasar dan sangat umum dari peoses
mengetahui, sehingga erat kaitannya dengan metode pengajaran dan pembelajaran.
Sebagi contoh, seorang yang berpaham idealisme berperang pada keyakinan bahwa
proses mengatahui atau proses kognitif sesungguhnya adalah proses memanggil
kembali ide-ide yang telah ada dan bersifat laten dalam pikiran manusia. Metode
pembelajaran yang tepat adalah doalog socrates. Dengan metode ini, guru berusaha
menstimulasi atau membawa ide-ide laten kedalam kesadaran subjek didik
dengan mennyakan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada munculnya ide-
ide tersebut dalam dialog.
Pengetahuan empiris adalah jenis pengetahuan yang sesuai dengan bukti-
bukti inderawi. Dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan
pengecapan manusia membentuk pengetahuan mengenai dunia di sekitar kita.
Dengan demikian, pengetahuan empiris terdiri dari ide-ide yang dibentuk dalam
kesesuaiannya dengan fakta yang diamati atau diindera. Pradigma ilmu
pengetahuan empiris adalah ilmu alam modern. Hipotesis ilmiah diuji melalui
observasi atau melalui pengalaman untuk mencari apakah hipotesis yang
dikemukakan terbukti sangat memuaskan bagi sederet fenomena tertentu.
Pengetahuan Otoriatif yaitu pengetahuan yang diakui kebenarannya
berdasarkan jaminan otoritas orang yang menguasai bidangnya. Seseorag
menerima pengetahuan begitu saja tanpa merasa perlu untuk mengujinya karena
pengetahuan tersebut telah tersedia didalam endiklopedia dan buku-buku yang
ditulis oleh ahlinya.dunia terlalu luas bila seseorang harus menguji kebenaran
semua peristiwa secara pribadi. Jadi, pengetahuan otoritatif adalah pengetahuan
yang sudah terbentuk dan diterima secara luas berdasarkan otoritas seseornag di
dalam bidang masing-masing.
Jadi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan
epistemologi karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan
oleh pendidik, dan penenrimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik.
Dalam setiap pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin
ilmu masing-masing terdapat epistemologisnya sendiri-sendiri.
3. Landasan Aksiologis Pendidikan
Aksiologis merupakan cabang filsafat6 yang membahas teori-teori nilai dan
berusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang
baik. Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada kajian
filsafati tentang nilai-nilai moral dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan
kajian nilai-nilai keindahan dan seni. Metafisika membahas tentang hakikat
kenyataan terdalam, sedangkan aksiologi menunjuk pada preskripsi perilaku moral
dan keindahan. Para pendidik selalu memperhatikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan
mendorong kearah perilaku yang bernilai.
Secara tidak lansung landasan aksiologis pendidikan tercermin didalam
perumusan tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka ia harus
memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pendidikan
berdasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan
tindakan nyata.
Thomas Armstronhg ( 2006:39) mengatakan bahwa tujuan pendeidikan
adalah untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perkembangan subjek
didik sebagai manusia yang utuh ( a whole human being). hal itu dapat diartikan
bahwa menurut Armstrong pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai kehidupan
yang bersifat holistik sehingga pendidikan yang ingin diwujudkan adalah
pendidikan yang bersifat holistik pula.
Tujuan umum pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan: dalam
arti susila.
Dalam konteks indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional mengamanatkan tujuan pendidikan yang
meliputi banyak aspek, baik individual maupun sosial, jasmaniah dan rohaniah.
Tujuan pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai filosofis yang bersifat holistik, yaitu
nilai-nilai pancasila. Di dalam pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan bahwa tujuan
pendiddikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Jadi, ada nilai-nilai kehidupan yang berdimensi horizontal dan
vertikal yang terkandung di dalam tujuan pendidikan tersebut.
Landasan Aksiologis Ilmu Pendidikan adalah konsep nilai yang
diyakini yang dijadikan landasan atau dasar dalam teori dan praktik pendidikan.
III. Filsafat Pendidikan Sebagai Sistem
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara sadar
dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga
timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan(Hadiwijono
Harun,1980:45).
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab.Untuk mengembangkan fungsi
tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kehidupan
bangsa mencakup seluruh bangsa; warga Negara tua-muda, kaya-miskin, di kota–di desa, tanpa
memandang latar belakang dan cerdas dalam hidup dan kehidupan,kognitif, piskomotor, dan
afektif, totalitas dan integratif.
Filsafat pendidikan terujud dengan menarik garis linier, antara filsafat dan pendidikan.
Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung dalam pendidikan dengan maksud
untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran filsafat,
misalnya dengan idealisme. Bila konsep dasar tentang kenyataan yang pada hakikatnya, menurut
idealisme, adalah sama dengan hal-hal bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan
itu, maka pendidikan itu adalam mengutamakan perkembangan aspek aspek spritual dan
kerohanian pada peserta didik.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi
masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan, pasti memerlukan jawaban yang tidak
semata-mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya,
untuk memperjelas konsep ini memerlukan penjelesan dari filsafat. Bila hal ini akan dijawab
dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara
spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dengan mengingat
tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam mengisi
fundasi-fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya.
McAshan(1983) mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana
dikomposisi oleh satu set elemen,yang harmonis,merepresentasikan kesatuan unit,masing-masing
elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terururt dalam bentuk yang
logis.Sementara itu Immegart(1972) mengatakan esensi system adalah merupakan suatu
keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun secara sistematis,bagian-bagian itu
berelasi satu dengan yang lain,serta peduli terhadap konteks lingkungannya.Dari kedua pendapat
diatas jelaslah system itu memiliki struktur yang teratur.Sistem terdiri dari beberapa
subsistem,setip subsistem mungkin terdiri dari beberapa sub-subsistem,selanjutnya setiap sub-
subsistem,begitu seterusnya sampai bagian itu tidak dapat dibagi lagi yang disebut komponen.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan ciri-ciri sebuah system sebagai berikut:

1. Merupakan suatu kesatuan atau holistik.Istilah holistic mengandung makna menyeluruh atau
utuh.Pendekatan holistic memandang manusia secara utuh,dalam arti manusia dalam unsure
kognitif,afeksi dan perilakunya.Manusia juga tidak bias berdiri sendiri,namun terkait erat
dengan lingkungannya.Manusia tidak bias terlepas dari manusia lain,demikian pula dengan
lingkungan fisik atau alam sekitarnya.Manusia juga tergantung kepada Tuhan YME selaku
pencipta dan penentu hidupnya.
2. Contohnya menghantarkan anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan
kelompok,antara isi dengan proses,antara pengetahuan dengan imajinasi,antara rasional
dengan intuisi dan antara kuantitatif dengan kualitatif.
3. Memiliki bagian-bagian yang tersusun sistematis dan berhierarki.Artinya bahwa system itu
memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang mendasar sampai tingkatan yang
tinggi.Contohnya system dalam lembaga pendidikan ada tingkatan yang disebut mulai dari
siswa atau pelajar,tenaga tata usaha,tenaga pengajar(guru)sampai tingkat yang tinggi kepala
sekolah.
4. Bagian-bagian itu berelasi satu dengan yang lain.Semua yang berada dalam sebuah system
akan membentuk hubungan timbale balik antar individu dengan lingkungan.Misalnya system
dalam ruangan kelas ada guru dan pelajar yang menimbulkan adanya komunikasi antara guru
dan pelajar dalam PBM.
5. Konsem terhadap konteks lingkungannya.
Balpoin misalnya sebagai suatu system,merupakan suatu kesatuan.Bagiannya terdiri dari
tutup dan badan.Badan terdiri dari bagian luar dan isi.Isi terdiri dari buluh,tinta dan
bola/ujung.Bagian-bagian itu dalah bertingkat dan berelasi satu dengan yang lain.Sedangkan
konsep terhadap lingkungan tampak pada badannya yang enak dipegang keetika
menulis,bola/ujungnya lancip sehingga tulisannya menjadi baik,dan tutpnya diisi cantelan
sehingga bias digantungkan dikantong.
Sistem itu adalah sebagai suatu strategi,cara berpikir,atau model berpikir.Ini berarti ada
model berpikir system dan adapula model berpikir nonsistem.Melaksanakan pendidikan agama
secara system akan menekankan pada semua aspeknya secara berimbang seperti
pemahaman,hafalan,penghayatan,tindakan sehari-hari pergaulan di masyarakat dan
sebagainya.Tetapi bila melaksanakan dengan nonsistem mungkin akan menekankan tentang tata
cara sembahyang saja.Secara konsep berpikir secara system dipandang lebih baik daripada secara
nonsistem dalam melaksankan atau menyelesaikan masalah tertentu(Sidi Gajalba,1973:89).
Pendidikan merupakan sistem terbuka oleh sebab tidak mungkin pendidikan dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik bila ia mengisolasi diri dengan lingkungan.Pendidikan
berada di masyarakat,ia adalah milik masyarakat.Itulah sebabnya pemerintah menegaskan bahwa
pendidikn adalah menjadi tanggung jawab pemerintah/sekolah,orangtua,dan masyarakat.Oleh
karena keberadaan pendidikan seperti itu maka apa yang berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan.Faktor-faktor itu akan memberikan
um[an balik dan atau memberikan tekanan kepada pendidikan(Made Pidarta,2007:30).
Jadi pendidikan sebagai system berada bersama,terikat dan tertenun di dalam
suprasistemnya yang terdiri dari tujuh system(filsafat
Negara,agama,sosial,kebudayaan,ekonomi,politik dan demografi).Berarti membangun suatu
lembaga pendidikan baru atau memperbiki lembaga pendidikan lama tidak dapat memisahkan
diri dari suprasisitem tersebut.

IV. Substansi Filsafat Pendidikan


Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi
pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep dasar
pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan undang-undang
pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini yang
menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam
wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun
mengenai praktek.
Dengan berpijak pada pandangan tentang kedudukan filsafat dan filsafat pendidikan
Pancasila sebagai filsafat terbuka, maka sikap konvergensi atau elektif inkorpatif terhadap filsafat
atau filsafat pendidikan yang berasal dari luar perlu dikembangkan. Dengan mempelajari filsafat
dan filsafat pendidikandari luar pad hakekatnya adalah upaya untuk memperkaya atau meperkuat
substansi dari pada filsafat pendidikan telah berada pada peringkat lanjut. Roh dan Jiwa Undang-
Undang Dasar 1945 harus mendaqsari landasan praksis dan praktik pendidikan. Dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dijelaskan nyata arah dan tujuan pendidikan yakni
: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harapan ini didukung oleh batang tubuh dan pasal-
pasal Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah akan melaksanakan
pendidikan bermutu bagi setiap warga negara dan setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan minimal sampai pada tingkat pendidikan dasar. Tujuaan pendidikan semakin
diperjelas dan dipertegas substansi dan arahnyayakni menjadikan manusia yang cerdas, berbudi
luhur berakhlak mulia dan lainnya.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang
konsep-konsep dasar pendidikan.Pendidikan di Indonesia teraktualisasi dengan berdasar pada
praksis dan praktik.Praksis sebagai acuan yang didasarkan pada landasan yang tersusun dalam
bentuk kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan.Hal ini sekaligus sebagai acuan yang harus
dipedomi dalam praktek pelaksanaan pendidikan.Pancasial dan UUD 1945 dan undang-undang
pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan pendidikan.Hal ini menjadikan
pancasila ,atau khususnya filsafat pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan
kependidikan,dan nilai-nilai serta norma-norma pancasila dan UUD 1945 itu melingkupi
pendidikan secara keseluruhan,baik itu mengenai toeri maupun mengenai praktek
pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi.2015:14)
Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda,sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan.Kalau dewasa
ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan karakter atau perilaku manusia yang
tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha
Mulia,misalnya,maka sudah sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan oraksis serta
praktek pelaksanaan pendidikan(Edward Purba dan Yusnadi,2015:15)
V. Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Pendidikan
Menurut James S.Ross bahwa filsafat dan pendidikan pada hakikatnya merupakan hal
yang satu.Seperti kedua sisi dari satu mata uang.Filsafat merupakan segi pemikirannya dan
pendidikan merupakan segi dinamisnya.
Artinya bahwa filsafat mencakup nilai yang dijunjung dan merupakan pedoman
perbuatan.Baik pedoman perbuatan ini dilaksanakan dalam sikap sehari-hari maupun dalam hal
mendidik.Jadi,bila nilai-nilai yang dimiliki itu betul-betul merupakan kepercayaan yang
vital,maka nilai-nilai itulah yang dijadikan dasar dan pedoman bagi segala perbuatan termasuk
mendidik.Dengan kata lain perbuatan mendidik merupakan realisasai dari nilai-nilai yang
dimilikinya.
Sudah merupakan pandangan atau pemahaman umum bahwa filsafat yang dijadikan
pandangan hidup oleh seseorang atau suatu masyarakat bahkan suatu bangsa merupakan asas
atau pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan orang atau masyarakat tersebut
atau bangsa itu sendiri, termasuk didalamnya bidang pendidikan. Segala usahan atau aktifitas
yang dilakukan dengan mempedomani filsafat yang dianutnya.
Pandangan filsafat pendidikan sama pernannya dengan landasan filosofis yang menjiwai
seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan
yang sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat,
sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut. Formula tentang hakekat dan
martabat manusia serta masyarakat terutama di Indonesia dilandasi oleh filsafat
yang dianut bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan
mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik, sumber dari agama sumber yang
menadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan
pembelajaran(M.Sukardjo dan Ukim Komaruddin,2009:87).
Bagan skematis

Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan

Filsafat Filsafat Pendidikan


Metafisika
 Filsafat kenyataan(theory of  Dasar-dasar pendidikan;tujuan
reality);hakikat kenyataan alam hakikat mutlak(altimate aims);tujuan
semesta(kosmologi,ontology) hakikat manusia = tujuan analitis(antropogi
metafisika)tujuam hakikat pendidikan.
Etika
 Filsafat moral  Tujuan intermidit(intermediate
kesusilaan(theory of aims),tujuan etis normative,tujuan
moral)aksiologi(axiology);theory of normative operasional,isi moral
value),teori nilai-nilai estetika dan pendidikan,nilai-nilai spiritual etis,nilai-
etika nilai pendidikan.
Logika
 Epistemologi(theory of  Science of education;sistem
knowledge)=filsafat ilmu pendidikan;sistem
penetahuan;logika formal teoritis pendidikan(kepemimpinan,metode,organisa
dan logika materil si dan politik pendidikan);behavioural
praktis(instrumental dan simbolis) pattern = pola-pola tingkah laku perbuatan
dalam rencana pelajaran terurai;the art of
education.
(H.Burhanuddin Salam,2011:42)

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengenai realita, maka dikupaslahantara lain
pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan
penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam
menuntut pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan
realita.
Semuanya itu dapat disampaikan
kepada filsafat untuk dijadikan bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkemba
ngkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
2. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
3. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan (Burhanuddin Salam,2011:66)
Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat
pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan
berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawab dari pertanyaan-pertanyaan
yang timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karena berisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat
pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan
pendidikan.Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajari dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga
pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarnya antara lain;
1. Adanya problema-problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian para
ahli masing masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejathteraan
lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh para ahli pikir,
dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan ahli-ahli yang lain. Corak
gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli-pikir ini. Hal ini masuk dalam
lapangan filsafat pendidikan.
2. Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat
mempunyai pandangan pandangan yang jangkauannya melampaui hal-hal yang diketemukan
secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan
merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah-masalahnya secara kritis.
3. Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa berfilsafat
adalah berfikir logis yang nuntut teratur dan kritis, maka berfilsafat pendidikan mempunyai
kemampuan semacam itu.

Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran sebagai hasil pengkajian secara teratur
dan mendalam yang menyelaraskan dan mengharmonisasikan dana menerangkan nilai-nilai dan
tujuan kesatuan yang utuh antara filsafat,filsafat pendidikan,dan pengalaman mnusian atau
pendidikan.Filsafat menemukan ide-ide,nilai-nilai,dan cita-cita yang lebih baik dan pendidikan
merupakan kegiatan untuk merealisasikan ide-ide menjadi kenyataan berupa tingkah
laku,perbuatan bahkan membina perilaku manusia(Edward Purba dan Yusnadi,2015:16).
Dari uraian tersebut,dapat dikatakan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan adalah:
1. Filsafat alam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan
problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2. Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat
tertentu yang memilki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3. Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan,mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam mengembangkan teori-teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan(Jalaluddin,1997:23).
Dari penjelasan tersebut bahwa ada kaitan yang sangat kuat antara filsafta dan filsafat
pendidikan bahwa filsafat merupakan segi pemikirannya dan filsafat pendidikan merupakan segi
dinamisnya.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Pendidikan adalah proses yang terjadi di dalam masyarakat melalui lembaga-lembaga
pendidikan ( sekolah,perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), yang dengan sengaja
mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilanketerampilan dari generasi ke generasi.
Kneller (1971: 4) juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan bersandar pada filsafat
umum atau filsafat formal: artinya masalah-masalah pendidikan juga merupakan bagian dari
cara berpikir filsafat secara umum.
Unsur-unsur esensial dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama, yaitu
landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landaan aksiologis.
Filsafat pendidikan itu adalah usaha-usaha untuk memahami sedalam-dalamnya
hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi,fungsi,ciri-ciri,kegunaan,pelaku,hasil-
hasil,tujuan,kurikulum,masalah-masalah serta cara-cara memecahkan masalah ituSubstansi
Filsafat Pendidikan kedudukan dalam jajaran ilmu pengetahuan adalah sebagai bagian dari
fundasi- fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu menengahkan tentang
konsep-konsep dasa pendidikan.
Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang-
kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni,ontologo,epistomologi dan aksiologi.Dapat
dikatakan bahwa ontology membicarakan tatanan dan struktur kenyataan dalam arti yang
luas.Atas dasar pengertian dari ontologi tersebut,maka pandangan ontology dari pendidikan
adalah manusia,makhluk mulia,potensi,interaksi,budaya dan lingkungan.
Sistem filsafat pendidikan adalah kata sistem barasal dari bahasa Yunani
yaitusystema yang berarti “cara, strategi”. Dalam bahasa Inggris system berarti “system,
susunan, jaringan, cara”. System juga diartikan “suatu strategi, cara berpikir atau model
berpikir”.Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang secara
sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan.
Dalam dunia pendidikan, filsafat pendidikan adalah bagian dari fundasi-fundasi
pendidikan. Yang berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan konsep-konsep
dasar pendidikan. Di Indonesia sendiri Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan
undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan utama terhadap pelaksanaan
pendidikan. Hal ini yang menjadikan Pancasila, atau khususnya Filsafat Pancasila
mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan, dan nilai-nilai serta norma-
norma Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 itu melingkupi pendidikan secara
keseluruhan, baik itu mengenai teori maupun mengenai praktek.
Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
4. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
5. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan. Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan
logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis
dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.

B. SARAN
Sebagai mahasiswa kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat
pendidikan dan harusmengetahui apa saja landasan-landasan dari filsafat pendidikan.
Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memahami terlebih dahulu filsafat dan hakikat filsafat pendidikan.Pemahaman
tersebut akan menyebabkan kita memahami peran,mendudukkannya,dan menilai
pendidikan secara proporsional.
DAFTAR PUSTAKA

Akinpelu, J.A. 1988 An Introduction to philosophy. London and basingstojke.


Al-syaibany omar muhammad al-toumi, 1979. Falsafah pendidikan islam.
Jakarta:bulan Bintang
Barnadib, imam, 1996 filsafat pendidikan. Yogyakarta : aditya karya nusa.
Arthur,K.Ellis dkk.1986.Introduction to The Foundation of Education.New Jersey:Prentice Hall

Bacon,F.1605.The Advencement of Learning.Chicago:Encyclopedia Britania

Brubacher.1950.Modern Philosophyes of Education.New York:Mac Graw Hill Book Company

Carter V.Good.1959.Dictionary of Education.New York:Grew Hill Book

D,Emile.1991.Filsafat dan Ideologi(Terjemahan).Jakarta:Amartapura

Gajalba,Sidi.1973.Sistematika Filsafat,Buku I.Jakarta:Bulan Bintang

Harun,Hadiwijono.1980.Sari Sejarah Filsafat 2.Yogyakarta:Yayasan Kanisius

Immegart,Glenn L.1972.An Introduction to System For to Educational


Administrator.California:Addison Wesley Publishing Company

Jalaluddin,H.2001.Teologi Pendidikan.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

McAshan,Hildreth.Hoke.1983.Comprehensive Planning For School Administration.USA:Advocate


Publishing Group

Pidarta,Made.2007.Landasan Kependidikan(Stimulis Ilmu Pendidikan Bercorak


Indonesia).Jakarta:Rineka Cipta

Purba,Edward.dan Yusnadi.2015.Filsafat Pendidikan.Medan:Unimed Press

Salam,B.2011.Pengantar Pedagogik(Dasar-Dasar Ilmu Mendidik).Jakarta:Rineka Cipta

Sukardjo,M.dan Komaruddin,Ukim.2009.Landasan Pendidikan,Konsep dan


Aplikasinya.Jakarta:RajaGrafindo Persada

Sutisna,Oteng.1990.”Filsafat dan Ilmu Pendidikan”,Jurnal Pendidikan.Nomor 4,Tahun


IX,Desember

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai