Kelompok 2 Kelas 1B
Penyusun:
Hilda Hizaria 20237370113
Nunung Kurniawati 20237370086
Sheila Muria Prihatini 20237370085
Sri Purwani 20237370099
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah landasan pendidikan.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih
baik lagi dari sebelumnya.
Kami juga mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
guna kesempurnaan yang akan dating. Kami berharap, semoga makalah ini
berkontribusi nyata dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pendidikan. Seperangkat asumsi ini dideduksi atau dijabarkan dari sistem gagasan
filsafat secara umum dengan cakupan Metafisika, Epistemologi, Aksiologi yang
dirumuskan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dapat
dipahami bahwa terdapat hubungan implikatif antara kepercayaan-
kepercayaan/gagasan- gagasan dalam kajian filsafat (metafisika, epistemologi, dan
aksiologi) terhadap gagasan-gagasan teori dan praktik pendidikan.
Dengan memahami tentang landasan filosofis pendidikan diharapkan tidak
terjadi kesalahan konsep pendidikan yang akan mengakibatkan kesalahan dalam
praktek pendidikan.
2
BAB II
ISI
3
melakukan tindakan profesional melalui kegiatan dan masalah-masalah yangkita hadapi
sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa landasan filosofi
pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan
praktek pendidikan. Dalam pendidikan terdapat momen studi pendidikan dan momen
praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan akan diperoleh pemahaman tentang
landasan-landasan pendidikan,yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan.
Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut,
dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu
pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
4
keteraturan obyektif yang terjadi secara independen pada diri manusia. Bagi mereka
yang ragmatis, realitas dipandang sebagai hasil pengalaman manusia dengan
lingkungan sosial dan fisiknya.
Sedangkan menurut Tatang (2010), Metafisika adalah cabang filsafat yang
mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara
menyeluruh (komprehensif).
Dalam filsafat pendidikan Metafisika berhubungan dengan konsepsi realitas yang
terefleksikan dalam subyek, pengalaman, dan ketrampilan dalam kurikulum. Contoh
kasus pertanyaan di dalam pendidikan adalah:
Apakah menurutmu manusia pada dasarnya baik atau buruk?
Apakah faham konservatif atau liberal itu?
Cohen, L.N.M. (1999) menyebutkan bahwa metafisika memiliki dua sub cabang yaitu
Ontologi dan Kosmologi. Ontologi berhubungan dengan jawaban atas pertanyaan
masalah-masalah atau isu-isu apa yang berhubungan dengan alam, keberadaan, dan
makhluk. Diantara pertanyaan yang diajukan adalah:
Apakah seorang anak itu secara inheren adalah baik atau buruk?
Bagaimana mungkin pandangan Anda menentukan manajemen kelas Anda?
2. Epistemologi berasal dari bahasa Latin “episteme” yang artinya “ilmu pengetahuan”
dan “logos” yang berarti “teori”. Jadi epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan
(Salahudin, 2011:131). Epistemologi mempertanyakan: “Apa hakekat ilmu
pengetahuan?” Bagaimana kita dapat mengetahui?”. Epistemologi berhubungan
dengan pengetahuan dan mengetahui.
Epistemologi berhubungan erat dengan metode mengajar dan belajar. Bagi orang
idealis, pengetahuan dan mengetahui dipandang sebagai mengingat ide-ide laten di
dalam pikiran. Para realis memandang pengetahuan bermula dengan sensasi obyek
(stimulus sensori). Para pragmatis memandang bahwa kita menciptakan
pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan (pemecahan masalah). Contoh
kasus pertanyaan dalam pendidikan termasuk:
5
Bagaimana kira-kira seorang antropologis memandang kelas ini?
Bagaimana kira-kira seorang politikus melihat kelas ini? Bagaimana dengan
seorang ahli biologi?
Bagaimana kita mengetahui apa yang diketahui oleh anak didik?
Menurut Cohen, L.N.M. (1999), Epistemologi memiliki sub cabang yang
berhubungan dengan mengetahui melalui inkuiri ilmiah, indra dan perasa, otoritas
dan kedudukan (divinitas), empirisme, dan intuisi. Selain itu juga terdapat sub
cabang Logika (logic) yang menurut Ornstein, A.C. dan Levine, D.U. (1989)
merupakan salah satu terminologi khusus Filosofi Pendidikan. Logika meliputi logika
berpikir Deduktif yang berpikir dengan cara memulai dari yang umum ke yang
spesifik dan logika berpikir Induktif yang berpikir dengan cara memulai dari yang
spesifik ke yang umum.
6
2.3 Landasan-Landasan Filosofis Pendidikan
Ornstein, A.C. dan Levine, D.U., (1989) memaparkan dua hal yang saling
berhubungan yang disebut sebagai Landasan Filosofi Pendidikan (Philosophy of
Education) dan Teori Pendidikan (Theory of Education). Untuk hal yang sama, Cohen,
L.N.M. (1999) mengidentifikasikan sebagai General atau World Philosophy (Filosofi
Umum)dan Educational Philosophy (Filosofi Pendidikan).
7
Filsafat/Filosofi Metafisika Epistemologi Aksiologi Implikasi Tokoh
dalam
Pendidikan
orang
membuat
konsep diri
melalui pilihan
yang signifikan.
8
Cohen, L.N.M (1999) menyatakan bahwa:
1. Kaum prenalis, tujuan pendidikan adalah untuk memastikan bahwa peserta didik
mendapatkan pemahaman mengenai pemikiran-pemikiran cemerlang dari
peradaban barat. Pendapat ini memiliki potensi untuk menekankan pada pemecahan
masalah pada era apapun. Fokus pembelajaran adalah untuk mengajarkan pikiran-
pikiran yang tidak pernah jenuh, untuk mencari kebenaran yang kuat dan konstan,
tiada perubahan, sebagaimana dunia manusia dan alam pada tingkat yang paling
esensial tidak berubah.
2. Kaum Esensialis, percaya bahwa terdapat pengetahuan umum inti yang perlu
ditansfer kepada peserta didik sedara sistematik dan disiplin. Penekanan dari
perspektif ini adalah pada standar intelektual dan moral yang harus diajarkan oleh
sekolah.
3. Kaum Progresivis, mempercayai bahwa pendidikan harus difokuskan pada
keseluruhan diri anak (whole child) dan menekankan pada pengujian ide-ide siswa
melalui eksperimentasi aktif. Belajar bersifat aktif dan mendorong pemecahan
masalah serta kemampuan berpikir anak didik.
4. Kaum Rekonstruksionis sosial menekankan pada pertanyan-pertanyaan sosial dan
usaha untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik serta menciptakan demokrasi
secara meluas di dunia. Para rekonstruksionis memfokuskan pembelajaran pada
kurikulum yang mementingkan pembahasan reformasi sosial sebagai tujuan dari
pendidikan.
9
Tabel 2. Filosofi Pendidikan (Ornstein, A.C. dan Levein, D.U., 1989:2004)
ditampilkan di dalam transliterasi Bahasa Indonesia.
TEORI TUJUAN KURIKULUM IMPILKASI TOKOH
PENDIDIKAN
PERENIALISME Mendidik Pelajaran yang Berfokus Adler, Blom,
(Berakar dari manusia secara hirarki kepada Hutchins,
Realisme) rasional disusun untuk penguatan Maritain
menumbuhkan perhatian
intelektualitas manusia
(Buku-buku sebagaimana
bagus, dll) dihasilkan
dalam karya
terbaik budaya
barat
ESENSIALISME Mendidik Pendidikan Menekankan Bagley,
(Berakar pada manusia yang dasar yang pada Bestor,
idealisme dan berguna dan meliputi ketrampilan Conant,
realisme) kompeten membaca, dan materi Morrison
menulis, yang
aritmatika, mentransfer
sejarah, Bahasa budaya
Inggris, sains, leluhur dan
dan Bahasa berkontribusi
Asing terhadap
efisiensi sosio
ekonomi
PROGRESIVISME Mendidik Aktifitas dan Pembelajaran Dewey,
(Berakar pada individu Proyek yang Johnson,
Pragmatisme) berdasarkan menekankan Kilpatrick,
minatdan pemecahan Parker,
kebutuhan masalah dan Washburne
aktifitas
kelompok-
guru berfungsi
sebagai
fasilitator
REKONSTRUKSIO Untuk Ilmu Sosial Pembelajaran Brameld,
NISME SOSIAL membangun sebagai alat yang berfokus Counts,
(Berakar pada kembali rekonstruktif pada masalah- Stanley
Pragmatisme) masyarakat masalah sosio
ekonomi yang
signifikan
10
2.4 Landasan Filosofi Pendidikan di Indonesia
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan objektif
bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara
adalah persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara),
sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya
rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal
mula kekuasaan negara. Atas dasar pengertian itulah maka nilai pancasila merupakan
dasar filosofis negara. Pancasila yang dimaksud adalah Pancasila yang rumusannya
terdapat dalam “Pembukaan” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran dan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan ini,
pasal 2 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Rincian selanjutnya
tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU-RI No.20 Tahun 2003 yang menegaskan
bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengalaman
Pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan
manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu
mandiri”. Sedangkan berdasarkan ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan Pengalaman Pancasila menegaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh
rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan
Dasar Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia
11
memiliki landasan filosofis pendidikan tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya,
yaitu Pancasila.
Landasan pendidikan pancasila terdiri dari;
(1) Landasan Historis yaitu bahwa nilai-nilai pancasila itu sejak zaman dahulu dimana
proses panjang sejarah mulai pada zaman kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit,
bahkan sampai pada proses perjuangan bangsa melawan penjajah.
(2) Landasan kultural bahwa nilai-nilai luhur Pancasila itu ada sejak nenek moyang kita
dulu dan itu sudah berurat akar dalam budaya bangsa Indonesia maka di harapkan
mahasiswa dapat meneruskan bahkan mengembangkan budaya tersebut sesuai
dengan tuntunan zaman.
(3) Landasan yuridis bahwa pendidikan pancasila harus di ajarkan di perguruan tinggi
sesuai dengan undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 39 yang menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jalur dan jenjang pendidikan
wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan.
(4) Landasan filosofis yaitu secara filosofis Negara berpersatuan dan berkerakyatan dan
konsekuensinya adalah rakyat, merupakan dasar ontologisme demokrasi karena
rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.
12
BAB III
KESIMPULAN
Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak
dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Dalam pendidikan mesti terdapat studi
pendidikan dan praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan akan diperoleh
pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak
praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi
pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang
bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Tujuan pendiidkan dimaknai berbeda-beda sesuai dengan prinsip-prinsip dasar,
baik prinsip filosofis idealisme, realisme, esensialisme, pragmantisme, eksistensialiasme
maupun analisis filosofis serta teori-teori prenialisme, esensialisme, progresivisme, dan
rekontruksionisme social. Disarankan para pendidik memahami landasan-landasan
filosofis pendidikan sehingga dapat melakukan pendidikan secara jelas sesuai dengan
arah tujuan yang diyakini berdasarkan pandangan landasan-landasan filosofis yang
diputuskan untuk dipilih.
Negara Indonesia memiliki filosofis Negara yaitu Pancasila sebagai falsafah
Negara. Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan
ini, Pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”
menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”. Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku
baik, mampu hidup secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
13
DAFTAR PUSTAKA
ARTIKEL
JURNAL
14