Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“DASAR-DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ahmad Suradi, M.Ag

Di Susun Oleh :
1. Anggelina Alya Rahmadhani (2323270016)
2. Muhammad Surya Alifra (2323270019)

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan ini
dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah Dasar-
Dasar Filosofis Pendidikan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bengkulu, November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan. 3
B. Landasan Filosofis Idealisme.............................................................5
C. Landasan Filosofis Realisme..............................................................7
D. Landasan Filosofis Pragmatisme.......................................................9
E. Landasan Filosofis Pendidikan Nasional : Pancasila......................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara fundamental merupakan wujud integrasi
antara nilai-nilai intelektual dan emosional dalam diri manusia. Integrasi
tersebut menjadi dasar pembentukan pilar kepribadian manusia sehingga
mendapatkan kehidupan yang ideal. Kehidupan manusia akan terus
berubah sesuai zamannya dan pendidikan akan mengikuti perubahan
zaman tersebut. Tentunya perubahan zaman yang meliputi kehidupan
manusia bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor budaya,
faktor alam, konflik masyarakat, dan lainnya.
Adanya sebuah dasar-dasar dalam pendidikan akan membantu
menjaga eksistensi pendidikan dalam gesekan perubahan zaman.
Pendidikan sejatinya adalah hak dasar manusia dan kebutuhan pokok
dalam kehidupan masyarakat, sehingga dibutuhkan landasan sebagai
tumpuan atas tujuan pendidikan itu sendiri.
Menguasai dasar-dasar pendidikan merupakan salah satu dari
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik agar dapat
menyelenggarakan pembelajaran dengan efektif dan profesional.
Landasan-landasan yang harus dikuasai oleh seorang pendidik meliputi
landasan filosofis, historis, politik, ekonomi, psikologis, sosiologis,
antropologis, dan komparatif. Dalam konteks ini pendidikan dapat
dimaknai sesuai dengan prinsip-prinsip yang dijiwai dari masing-masing
landasan ini.
Dasar-dasar filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik
karena pendidikan bersifat normatif, sehingga diperlukan asumsi yang
bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif
itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Dasar-dasar filosofis
pendidikan yang bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan
petunjuk tentang apa yang seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang

1
dicita-citakan dalam pendidikan. Namun pendidikan tidak cukup dipahami
hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja,
melainkan perlu dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan
secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan karakteristik dasar-dasar filosofis pendidikan?
2. Bagaimanakah konsep dasar-dasar pendidikan menurut berbagai
aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan?
3. Bagaimanakah dasar-dasar filosofis pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dalam makalah ini dapat
dirumuskan tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dan karakteristik dasar-dasar filosofis
pendidikan.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar-dasar filosofis pendidikan
menurut berbagai aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan.
3. Memahami dasar-dasar filosofis pendidikan nasional

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik Dasar-Dasar Filosofis Pendidikan


Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah Landasan
diartikan sebaagai alas, dasar atau tumpuan. Adapun istilah landasan
sebagai dasar dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu pada pengertian
tersebut, dasar-dasar dapat diartikan sebagai suatu alas, dasar atau pijakan
dari suatu hal, suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal atau
fondasi tempat berdirinya sesuatu hal.
Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis dasar-dasar, yaitu
landasan yang bersifat material, seperti dasar-dasar pacu pesawat dan
fondasi bangunan kemudian landasan yang bersifat konseptual seperti
Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Dasar-dasar pendidikan merupakan
dasar-dasar yang bersifat konseptual yang pada dasarnya identik dengan
asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapt atau
pernyataan yang sudah dianggap benar, uag ditajadikan titik tolak dalam
rangka berpikir (melakukan studi) dan/ atau dalam rangka bertindak
(melakukan praktik).
Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata
yaitu philein/philos yang artinya cinta dan sophos/ sophia yang artinya
kebijaksanaan, hikmah, ilmu atau kebenaran. Filsafat dimaknai sebagai
pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu
untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk mencapai dan
menemukan kebenaran tesebut, masing-masing filosof memiliki
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian
pula kajian yang dijadikan objek telaahan akan berbeda selaras dengan
cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah
pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan

3
untuk mewujudkan manusia ideal yang sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma yang dianut. Contoh manusia ideal yang menjadi tujuan
pendidikan tersebut antara lain, menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas,
terampil dan seterusnya. Oleh karena itu, pendidikan bersifat normatif dan
dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan harus dilaksanakan dengan
mengacu pada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat
isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi filosofis yang dijadikan titik
tolak dalam rangka studi dan praktik dalam pendidikan. Dasar-dasar
filosofis pendidikan berperan dalam memberikan rambu-rambu apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut
bertolak pada kaidah metafisika (hakikat realitas dan hakikat manusia),
epistemologi (hakikat pengetahuan) dan aksiologi (hakikat nilai)
pendidikan. Hubungan implikasi antara konsep-konsep filsafat umum
terhadap konsep pendidikan tersebut dapat divisualisasikan sebagai
berikut.

Konsep Filsafat Umum Konsep Pendidikan


- Hakikat Realitas - Tujuan Pendidikan
- Hakikat Manusia - Kurikulum Pendidikan
- Hakikat Pengetahuan - Metode Pembelajaran
- Hakikat Nilai - Peranan Pendidik dan Peserta didik

Dasar-dasar filosofis pendidikan dikatakan bersifat normatif atau


preskriptif sebab landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-
konsep tentang pendidikan apa adanya (faktual) melainkan berisi
tentang konsep-konsep pendidikan yang ideal, yang dijadikan sebagai titik
tolak dalam rangka praktek maupun studi pendidikan.

4
Sebagaimana halnya di dalam filsafat umum, didalam dasar-dasar
filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran pemikiran. Sehingga
dalam landasan filosofis pendidikan pun dikenal adanya landasan filosofis
pendidikan Idealisme, landasan filosofis pendidikan Realisme, landasan
filosofis pendidikan pragmatisme, dan sebagainya.

B. Landasan Filosofis Idealisme


1. Konsep Umum Filosofi Idealisme
Idealisme merupakan aliran filsafat yang berpendapat bahwa
objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide. Menurut penganut
idealisme, realitas pada hakikatnya diturunkan dari suatu substansi
yang fundamental yaitu pikiran/ jiwa/ roh. Benda-benda yang bersifat
material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran.
Pandangan metafisika idealisme diekspresikan oleh Parmenides, filsuf
dari Elea (Yunani Purba) dengan kalimat “What cannot be thought
cannot be real” apa yang tidak dapat dipikirkan tidaklah nyata. Oleh
karena itu, keberadaan sesuatu tergantung kepada pikiran/ide/ jiwa.
Sejalan dengan hal diatas, idealisme berpandangan bahwa
hakikat manusia bukanlah fisiknya melainkan pikiran atau jiwanya.
Manusia adalah makhluk berpikir, mampu memilih atau bebas, hidup
dengan suatu moral yang jelas dan bertujuan. Pikiran merupakan suatu
wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong
dan penggerak semua tingkah laku. Oleh karena itu, manusia memiliki
bakat kemampuan masing-masing yang megimplikasikan status,
kedudukan dan peranannya dalam masyarakat.
Berkaitan dengan hakikat pengetahuan, idealisme
berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak
pasti dan tidak lengkap, karena dunia bersifat tiruan yang
menyimpang dari keadaan yang sebenarnya. Pengetahuan yang benar
hanyalah hasil akal pikiran, karena akal mampu membedakan antara
bentuk spiritual dan benda-benda material.

5
Menurut pandangan idealisme, nilai itu hakikatnya adalah
tetap dan absolut. Nilai tidak diciptakan oleh manusia, melainkan
merupakan bagian dari alam semesta.

2. Implikasi Filosofi Idealisme Dalam Pendidikan


Hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan nilai pada filosofi
idealisme yang telah diuraikan diatas memberi sumbangan besar
terhadap perkembangan teori pendidikan. Power dalam uyoh)
mengemukakan implikasi filosofi idealisme dalam pendidikan sebagai
berikut.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan
pikiran dan pribadi peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan
bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta
mengembangkan bakat manusia dan kebajikan sosial (Edwatd J
Power). Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan
yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya
masing-masing. Dengan demikian, kedudukan, jabatan, fungsi dan
tanggung jawab setiap orang dalam masyarakat atau negara akan
menjadi teratur sesuai dengan asas “the right man on the right
place”, dan lebih jauh lagi agar manusia hidup sesuai nilai dan
norma yang diturunkan dari Yang absolut.
b. Kurikulum Pendidikan
Demi mencapai tujuan pendidikan tersebut, kurikulum
pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan
pendidikan vokasional (praktis). Pendidikan liberal
dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan rasional dan
moral, sedangkan pendidikan vokasional untuk pengembangan
kemampuan suatu pekerjaan. Kurikulum disusun menurut mata
pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran. Isi kurikulum harus
merupakan nilai-nilai kebudayaan yang esensial dalam segala

6
zaman, sehingga cenderung berlaku sama untuk semua peserta
didik.
c. Metode Pembelajaran
Metode mengajar hendaknya mendorong siswa
memperluas cakrawala, mendorong berpikir reflektif, mendorong
pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-
keterampilan berpikir logis, memberikan kesempatan
menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan
sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan
mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
Filosofi idealisme lebih mengutamakan metode dialektika, tetapi
tidak menutup kemungkinan penggunaan metode lain yang efektif
dalam mendorong pembelajaran.
d. Peranan Pendidik dan Peserta Didik
Pendidik harus unggul dalam pengetahuan dan memahami
kebutuhan serta kemampuan peserta didik, dan juga harus mampu
menjadi teladan moral dalam keyakinan dan tingkah lakunya.
Guru bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan bagi peserta didik agar peserta didik dapat bebas
mengembangkan kepribadian dan bakatnya.

C. Landasan Filosofis Realisme


1. Konsep Umum Filosofi Realisme
Jika penganut idealisme menekankan pikiran dan jiwa sebagai
hakikat realitas, sebaliknya penganut realisme berpandangan bahwa
realitas pada hakikatnya terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui dan realita diluar manusia yang dapat
dijadikan seb agai objek pengetahuan manusia.
Realisme mendefinisikan manusia sesuai dengan apa yang
dapat dikerjakannya. Pikiran atau jiwa merupakan organisme

7
kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. Namun sekalipun
manusia mampu berpikir, manusia juga merupakan baigan dari alam,
sehingga tugas dan tujuan manusia adalah menyesuaikan diri terhadap
hukum-hukum alam, masyarakat dan kebudayaannya.
Pengetahuan pada filosofi realisme pada hakikatnya diperoleh
manusia melalui pengalaman diri dan menggunakan akal dan
bersumber dari pengalaman indera. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta atau
pengalaman indera (teori korespondensi).
Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka manusia
harus tunduk kepada hukum-hukum alam, demikian pula masyarakat.
Nilai-nilai individual akan dapat diterima apabila sesuai dengan
hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang
lebih rendah diatur oleh kebiasan atau adat istiadat yang telah teruji
dalam kehidupan

2. Implikasi Filosofi Realisme Terhadap Pendidikan


Implikasi filosofi realisme dalam pendidikan diuraikan sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar peserta didik
dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh
kemanan dan hidup bahagia. Dengan memberikan pengetahuan
yang esensial kepada peserta didik, maka mereka akan
memperoleh keterampilan-keterampilan yang penditin untuk
memperoleh kemananan dan hidup bahagia. Dengan kata lain,
tujuan pendidikan pada filosofi realisme adalah untuk penyesuaian
diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
b. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum dalam realisme sebaiknya bersifat komprehensif
meliputi sains, matematika, nilai-nilai moral dan kemanusiaan.

8
Realisme meyakini bahwa hal-hal tersebut merupakan
pengetahuan esensial yang harus dikuasai oleh peserta didik agar
dapat menyesuaikan diri dan menjadi bagian dari masyarakat.
Kurikulum yang baik disusun menurut mata pelajaran dan berpusat
pada materi pelajaran. Materi pelajaran hendaknya disusun
menurut prinsip-prinsip psikologis tentang belajar, dan dimulai
dari yang bersifat sederhana menuju yang lebih kompleks.
c. Metode Pembelajaran
Pada realisme, pembelajaran bergantung pada pengalaman,
baik pengalaman langsung maupun tidak langsung, sehingga
kedua-duanya perlu disajikan kepada peserta didik. Metode
penyajian hendaknya bersifat logis dan psikologis. Metode
mengajar disarankan berbentuk ceramah dan tanya jawab Evaluasi
merupakan aspek penting dalam pembelajaran. Evaluasi perlu
sering dilakukan dengan berbagai bentuk agar dapat mengukur
secara tepat pemahaman para siswa tentang materi-materi yang
dianggap esensial.

D. Landasan Filosofis Pragmatisme


1. Konsep Umum Filosofi Pragmatisme
Aliran pragmatisme berpandangan bahwa krIteria kebenaran
sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan
nyata. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, pengalaman-
pengalaman pribadi, kebenaran mistis bisa diterima sebagai kebenaran
dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang prakits yang
bermanfaat. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah manfaat
bagi hidup praktis.
Menurut pragmatisme, hakikat realitas adalah segala sesuai
yang dialami manusia, bersifat pluralistik dan terus menerus berubah.
Oleh karena realitas terus berubah maka realitas tidak pernah lengkap
atau tidak pernah selesai, sehinnga tujuan akhir realitas pun berada

9
bersama perbahan tersebut. Dengan kata lain, menurut pragmatisme,
hanya realitas fisik yang ada, teori umum tentang ralitas tidak
mungkin dan tidak diperlukan.
Karena realitas terus berubah, maka manusia pun merupakan
bagian dari perubahan tersebut. Sehingga sejalan dengan perubahan
itu akan muncul berbagai permasalahan dalam kehidupan pribadi dan
masyarakatnya. Manusia yang ideal adalah manusia yang mampu
memecahkan masalah baru baik dalam kehidupan pribadi maupun
masyarakatnya.
Menurut pragmatisme, segala sesuatu dapat diketahui melalui
pengalaman, dan cara memperoleh pengetahuan yang diandalkan
adalah metode ilmiah. Suatu pengetahuan hendaknya dapat
diverifikasi dan diterapkan dalam kehidupan. Pengetahuan
dinyatakan benar apabila dapat dipraktekkan, memberikan hasil dan
memuaskan.
Pada pragmatisme, nilai tidak bersifat eksklusif dan tidak
berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses yakni tindakan atau
perbuatan manusia itu sendiri. Karena manusia merupakan bagian dari
masyarakatnya, maka tindakan tindakannya dinilai berdasarkan hasil-
hasilnya didalam masyarakat.

2. Implikasi Filosofi Pragmatisme Terhadap Pendidikan


a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk memberikan pengalaman yang
berguna untuk memecahkan masalah atau menemukan hal-hal baru
dalam kehidupan individual maupun sosial. Pendidikan harus
mengajarkan seseorang bagaimana berpikir dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi didalam masyarakat. Sekolah
harus mampu mengembangkan pengalaman-pengalaman tersebut
agar manusia dapat mengarah pada kehidupan yang baik.

10
b. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan berisi pengalaman yang telah teruji,
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik serta dapat
diubah. Warisan-warisan sosial dari masa lalu tidak menjadi pusat
perhatian. Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada
saat ini dan masa yang akan datang. Dalam pandangan
pragmatisme, kurikulum sekolah harusnya tidak terpisahkan dari
keadaan masyarakat.
c. Metode Pembelajaran
Penganut pragmatisme mengutamakan penggunaan metode
pemecahan masalah (problem solving), metode penyelidikan dan
penemuan (Inquiry and Discovery). Dalam prakteknya, metode ini
membutuhkan seorang pendidik yang memiliki sifat: permissive
(pemberi kesempatan), friendly (bersahabat), a guide (seorang
pembimbing), open minded (berpandangan terbuka), enthusiastic
(bersifat antusias), creative (kreatif), sosialy aware (sadar
bermasyarakat), alert (siap siaga), patient (sabar), cooperative and
sincere (bekerjasama dan ikhlas atau bersungguh- sungguh).
d. Peran Pendidik dan Peserta Didik
Pragmatisme memiliki pandangan bahwa peserta didik
merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan luar
biasa untuk tumbuh. Sedangkan pendidik berperan dalam
memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut
campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa.
Untuk membantu peserta didik, pendidik harus berperan
dalam:
1) Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memunculkan
motivasi.
2) Membimbing peserta didik untuk merumuskan batasan
masalah secara spesifik.

11
3) Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan
kelompok.
4) Membantu para peserta didik dalam mengumpulkan
informasi berkenaan dengan masalah.
5) Bersama-sama mengevaluasi apa yang telah dipelajari.

E. Landasan Filosofi Pendidikan Nasional : Pancasila


Bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan
tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya, yaitu Pancasila. Hal ini
dinyatakan dalam Pasal 2 Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila
merupakan sumber dari segala gagasan mengenai wujud bangsa dan
sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal dari setiap
keputusan dan tindakan dalam pendidikan. Dengan kata lain, Pancasila
merupakan sumber sistem nilai dalam pendidikan.
1. Konsep Umum Filosofi Pancasila
Bangsa Indonesia meyakini bahwa realitas tidaklah ada dengan
sendirinya, melainkan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dinyatakan bahwa hakikat hidup bangsa Indonesia adalah berkat
rahmat Allah yang maha kuasa dan perjuangan yang didorong oleh
keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi kemerdekaan.
Manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
eksistensinya manusia berdimensi individualistas, sosialitas
kultural, noralitas dan religius. Pancasila mengajarkan bahwa
eksistensi manusia bersifat mono-pluralis tetapi bersifat integral,
artinya bahwa manusia yang serba dimensi itu hakikatnya adalah satu
kesatuan utuh. Filosofi pancasila meyakini bahwa segala
pengetahuan hakikatnya bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa.

12
Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan, berpikir,
pengalaman empiris, penghayatan dan intuisi. Kebenaran
pengetahuan ada yang bersifat mutlak kebenarannya atas dasar
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ada yang bersifat relatif,
yang diuji kebenarannya melalui uji konsistensi logis ide- idenya,
kesesuaian dengan data atau fakta empiris dan nilai
kegunaannya bagi kesejahteraan manusa dengan mengacu kepada
kebenaran dan nilai-nilai yang bersifat mutlak.
Sumber Pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan Yang
Maha Esa. Karena manusia adalah makhluk Tuhan, pribadi/individual
dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai diturunkan dari Tuhan
YME, masyarakat dan individu.

2. Implikasi Terhadap Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian
baik isi pendidikan maupun cara-cara pembelajarannya dipilih,
diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar dan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Upaya pendidikan harus
dipandang sebagai upaya pemberdayaan peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan hendaknya
diselenggarakan sejak dini, pada setiap tahapan perkembangan hingga
akhir hayat. Sebab itu, pendidikan hendaknya diselenggarakan baik

13
pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.
a. Tujuan Pendidikan
Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,
pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa
pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan
diselenggarakan demi berkembangnya seluruh potensi peserta
didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara
integral.
b. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak
mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan
daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan
global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum
sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
c. Metode Pembelajaran
Tidak ada satu metode pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan dengan metode lainnya dalam konteks pendidikan.

14
Berbagai metode pembelajaran yang ada merupakan alternatif
untuk diaplikasikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan
hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan
pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta
didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu
pendidikan yang tersedia.
d. Peran Pendidik dan Peserta Didik
Terdapat berbagai peranan pendidik dan peserta didik yang
harus dilaksanakan., namun pada dasarnya berbagai peranan
tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung
tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau mejadi teladan
bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya
pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta
didiknya; dan” tut wuri handayani” artinya bahwa sepanjang
tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan hasil pemikiran dan perenungan
secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak
dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu sistem
gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu
sistem filsafat umum yang dianjurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat aliran
pemikiran. Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang
terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam landasan filosofis pendidikan
dikenal dengan adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme,
dan Pragmatisme.
Di Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan
mengenai wujud bangsa dan sumber dari segala sumber nilai yang
menjadi pangkal dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan.
Dengan kata lain, Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam
pendidikan.

B. Saran
Disarankan bagi pembaca untuk mengkaji lebih lanjut
berbagai landasan filosofis pendidikan yang ada agar dapat memahami,
memilah dan memilih gagasan-gagasannya yang positif dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila untuk diambil hiknahnya demi
pengembangan dan memperkaya pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Y. Suyitno, M. (2009). Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia

Halim, A. (2013). Landasan Filosofis Pendidikan. Pedagogy, 49-54.


Indonesia, P. R. (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

17

Anda mungkin juga menyukai