Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

Oleh :

Rahma Aprilani 23129070

Rini Aswa Riski 23129074

Ryanni Puspita Sari 23129077

Septi Nurul Azmi 23129081

Dosen Pengampu :
Dra. Rahmatinna, M.Pd
Dr. Syofianti Engreini, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Landasan Pendidikan Serta
Penerapannya ” sebagai tugas pendalaman pembelajaran.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang


telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Baik itu teman-teman,
dosen dan semua yang telah membantu dalam pembuatan makalah yang tidak bisa
kami sebut satu per satu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami susun ini belumlah sempurna untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah
dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Padang, 21 Februari 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

BAB I ....................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4

1.3. Tujuan .......................................................................................................................... 5

BAB II ...................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6

A. Landasan Pendidikan .................................................................................................. 6

1. Landasan Pendidikan Religius ................................................................................... 7

2. Landasan Pendidikan Hukum .................................................................................... 8

3. Landasan Pendidikan Fisafat .................................................................................... 11

4. Landasan Pendidikan Sejarah .................................................................................. 12

5. Landasan Pendidikan Sosial Budaya ....................................................................... 17

6. Landasan Pendidikan Psikologi ................................................................................ 19

7. Landasan Pendidikan Kultural ................................................................................. 21

B. Penerapan Landasan Pendidikan ............................................................................ 22

BAB III .................................................................................................................................. 24

PENUTUP ............................................................................................................................. 24

3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 24

3.2. Saran .......................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan
juga belajar tetapi lebih ditentukan dengan instingnya. Sedangkan
belajarnya manusia merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan
guna menuju kehidupan yang lebih berarti.

Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, disaat anak ini


dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anak mereka juga,
begitu juga disekolah dan perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa
diajar oleh guru dan dosen. Dalam pendidikan tentunya ada istilah mengajar
dan mendidik, untuk melakukan kedua hal itu tentunya di perlukan acuan
supaya proses mengajar dan mendidik dapat berjalan sebagaimana mestinya,
acuan tersebut dikenal dengan istilah pendidikan.

Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan


khususnya di indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung di negara
kita ini memiliki pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan
disetiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan
pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasan histori,
landasan sosial budaya, landasan psikologis, beserta landasan sosiologis dan
antropologis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan ?

2. Apa yang dimaksud dengan landasan pendidikan (religius)?

3. Apa yang dimaksud dengan landasan Hukum ?

4
4. Apa yang dimaksud dengan landasan Fisafat ?

5. Apa yang dimaksud dengan landasan Sejarah ?

6. Apa yang dimaksud dengan landasan Sosial Budaya ?

7. Apa yang dimaksud dengan landasan Psikologi ?

8. Apa yang dimaksud dengan landasan Ekonomi ?

9. Apa yang dimaksud dengan landasan Kultural ?

1.3. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian landasan pendidikan

2. Dapat menjelaskan pengertian landasan religius

3. Dapat menjelaskan pengertian landasan hukum

4. Dapat menjelaskan pengertian landasan fisafat

5. Dapat menjelaskan pengertian landasan sejarah

6. Dapat menjelaskan pengertian landasan sosial budaya

7. Dapat menjelaskan pengertian landasan psikologi

8. Dapat menjelaskan pengertian landasan ekonomi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Pendidikan
Landasan berarti tumpuan, dasar atau alas sedangkan pendidikan
merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang lembaga dalam membantu
individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
mengandung dua dimensi, yaitu dimensi berpikir dan dimensi bertindak.

Ada berbagai jenis landasan pendidikan berdasarkan sumber


perolehannya, ada empat jenis landasan pendidikan, sebagai berikut:

• Landasan Religius Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang


bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan.
• Landasan Filosofis Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan.
• Landasan Ilmiah Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang
bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Tergolong kedalam
landasan ilmiah pendidikan atara lain : landasan psikologis
pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan
antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb.
Landasan ilmiah pendidikan di kenal pula sebagai landasan
empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.
• Landasan Yuridis atau Hukum Pendidikan, yaitu asumsi-asumsi
yang bersumber dari pengetahuan perundang-undanganyang
berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.

6
Berbagai asumsi pendidikan yang telah di pilih dan di adopsi oleh
seseorang, sekelompok orang atau lembaga pendidikan akan berfungsi
memberikan dasar tujuan konseptual dalam rangka pendidikan yang
dilaksanakannya. Jadi, fungsi landasan pendidikan adalah meberikan dasar
pijakkan atau titik tolak bagi seseorang sekelompok orang atau lembaga dalam
rangka praktik pendidikan.

1. Landasan Pendidikan Religius


Landasan religius ini sangat penting dalam pendidikan karena Negara kita
adalah Negara yang mengakui adanya Tuhan, sebagaimana bunyi Pancasila sila
pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. So, Pendidikan juga tidak boleh keluar
dari larangan agama ataupun menentang agama yang kita anut masing-masing.

Landasan Religius Pendidikan ialah seperangkat asumsi yang bersumber


dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan pendidikan.
Karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama islam saya akan membahas
landasan pendidikan menurut islam yakni yang bersumber dari Al-Quran dan
Hadist.

Pertama, dalam Al-Quran salah satunya pada Qs. Al-Mujadalah : 11 yang


Artinya : ”Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan”

Dari ayat tersebut dijelaskan mengenai keutamaan orang yangberiman dan


mau menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Karena, orang
yang berilmu pasti akan dihormati orang lain karena mampu mengelola sesuatu
dengan baik. Namun, harus kita sadari orang yang beriman tanpa didasari ilmu
tidak akan tau apa-apa. Sedangkan orang yang berilmu tetapi tidak beriman dia
akan tersesat. Karena, ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak digunakan untuk
kebaikan bersama.

Qs. Al-Mujadalah:11 merupakan salah satu ayat yang dijadikan acuan


dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Hal ini dalam artian, Pemerintah
berusaha memfasilitasi masyarakatnya untuk mendapatkan pendidikan dengan

7
mudah. Pemerintah juga berusaha mewujudkan salah satu cita-cita bangsa yakni
“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Jadi, Pendidikan di Indonesia dalam
pelaksanaanya memperhatikan aturan-aturan yang sejalan dengan agama. Supaya,
Masyarakatnya yang makmur dan berpendidikan dapat hidup berdampingan
dengan baik.

Kedua, dalam Hadist Riwayat Tirmudzi Yang Artinya : “Barang siapa


yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan
barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat, maka wajib baginya memiliki
ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki
ilmu”. (HR. Turmudzi)

Dari hadis diatas sudah secara tersirat menjelaskan bahwa ketika kita ingin
mengusai sesuatu kita harus berilmu. Contohnya: Sebagai ketua kelas, sudah
berarti ketua sebagai penguasa dan penentu setiap keputusan yang ada di kelas.
Makadari itu, ketua harus mengerti bagaimana cara membuat kelas tersebut
kompak dan rukun itu juga memerlukan ilmu. Ada lagi, ketika kita menginginkan
kamera namun kita tidak tau bagaimana cara menggunakan kamera, tidak tau
bagaimana cara memfokuskan supaya mendapatkan gambar yang baik. Percuma
kita memiliki kamera. Jadi, kita harus berilmu untuk mengoperasikan kamera
tersebut.

Begitu pula dengan Pendidikan di Indonesia, Bagaimana cara


memperbaiki kehidupan bangsa? Terutama dalam bidang pendidikannya? Iya itu,
kita harus berilmu. Maka dari itu perlunya lembaga pendidikan dijadikan tempat
menimba ilmu dengan akses yang mudah

2. Landasan Pendidikan Hukum


Negara Republik Indonesia mempunyai berbagai peraturan perundang-
undangan yang bertingkat, mulai dari Undang- undang Dasar 1945, Undang-
undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan Nasional, Undang-undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), beberapa Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Nasional, be-
berapa Peraturan Pemerintah tentang pendidikan dan GBHN 1993, dan dampak
konsep pendidikan (Undang-Undang Pendidikan, 2003: 12).

8
Kata "landasan" dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak. Landasan hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat
keputusan tentang pengang- katannya sebagai guru. Landasan atau dasar
seseorang menjadi guru adalah surat keputusan itu beserta hak-haknya. Surat
kepu- tusan itu merupakan titik tolak untuk seseorang bisa melaksana- kan
pekerjaan sebagai guru. Begitu pula halnya mengapa anak- anak sekarang
diwajibkan belajar paling sedikit sampai tingkat SLTP (wajib belajar 9 tahun),
adalah dilandasi atau didasari atau bertitik tolak dari Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan Dasar dan ketentuan tentang wajib belajar.

Perlu diketahui bahwa hukum tidak selalu dalam bentuk ter-tulis.


Seringkali aturan itu dalam bentuk lisan, tetapi diakui dan ditaati oleh masyarakat.
Hukum adat misalnya, banyak yang tidak tertulis, diturunkan secara lisan turun
menurun di masyarakat, yang merupakan kebiasaan yang sangat kuat mengikat
masya- rakat. Hukum seperti itu juga dapat menjadi landasan pendidikan (Pidarta,
1997: 40).

Kalau masyarakat masih taat melaksanakan gotong royong dalam


kehidupan, maka sekolahpun perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan bergotong-
royong dalam kehidupan kepada para siswanya. Begitu pula kalau ada masyarakat
mengharuskan anak- anak ikut melaksanakan upacara bersih desa, maka sekolah
harus merelakan anak-anak ini untuk minta izin pada saat bersih desa
berlangsung; atau pihak penyelenggara pendidikan di sekolah juga harus bisa
membaur dengan masyarakat, terutama dalam peringatan-peringatan atau kegiatan
tertentu.

Dasar pendidikan nasional dalam UUD 1945 tersurat pada kelima sila
yang di sebut pancasila. Karena pancasila berkedudukan sebagai dasar negara,
implikasinya maka dasar pendidikan nasional indonesia adalah pancasila.

Dalam pembukaan UUD 1945 di dalamnya telah tersirat cita-cita


pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya pasal 31
UUD NEGARA 1945 secara tersurat menyatakan bahwa :

1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

9
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang di atur dengan undang-undang.
4. Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Akar pendidikan nasional pada dasarnya merupakan usaha kultural dengan


maksud mempertingi kualitas hidup dan kehidupan manusia baik secara
individual, kelompok masyarakat maupun sebagai suatu bangsa. Pendiidikan
harus di kembangkan dengan berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Secara yuridis, pada pasal 1 ayat 2
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di tegaskan bahwa
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan
zaman.

Pembukaan UUD 1945 menyatakan pancasila sebagai dasar negara


republik indonesia, serta pasal 29 undang-undang dasar negara republik indonesia
tahun 1945 yang menegaskan bahwa “( 1 ) negara berdasar atas ketuhanan yang
maha esa”; dan ( 2 ) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.

Definisi pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara ( pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 ).

10
Fungsi pendidikan nasional adalah “mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung
jawab”.

3. Landasan Pendidikan Fisafat


Landasan filosofis (filsafat) merupakan landasan yang ber- kaitan dengan
makna atau hakekat pendidikan. Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan
dengan filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu sendiri. Fil-
safat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan pokok sekitar pendidikan. Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai
cabang filsafat akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-
prinsip dan kebenaran- kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan
dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut
berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang :
1. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini.
2. Masyarakat dah kebudayaannya.
3. Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi
tantangan.
4. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat
pendidikan (Barnadib, 1999: 45).
Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan ialah hasi pemikiran dan
perenungan se- cara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada
sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia.
Untuk membentuk teori pendidikan Indonesia yang valid, terlebih dahulu
dibutuhkan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia yang memadai. Filsafat
ini akan menguraikan tentang:
1. Pengertian pendidikan yang jelas, yang satu, dan berlaku di seluruh
tanah air. Apakah pendidikan itu memberi kebebasan penuh kepada individu

11
untuk berkembang? Apakah mereka perlu diarahkan, kalau ya, sampai di mana
batas-batas peng- arahan itu? Apakah peranan pendidikan penting bagi pening-
katan sumberdaya manusia, mana lebih penting dibanding- kan dengan
pembawaan? Apakah belajar untuk belajar atau mengaktualisasi diri atau belajar
untuk mengejar prestasi? Apakah semua orang berhak mendidik atau hanya
mereka yang sudah profesional saja? dan sebagainya.
2. Tujuan pendidikan, yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Tujuan ini mengoperasionalkan manusia
Indonesia seutuhnya dan juga mengoperasionalkan wujud sila-sila Pancasila
dalam diri pe- serta didik secara detail. Mempelajari ilmu mendidik berarti
mengubah diri sendiri, artinya dengan mempelajari ilmu mendidik seseorang
dapat membenahi tindakan-tindakanya sehingga terhindar dari kesalahan-
kesalahan mendidik ( Langeveld, 1955: 311).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam
rangka mewujudkan filsafat pendidikan di Indonesia, tentu sebagai filsafat
pendidikan yang memiliki ciri khusus yang berbeda dengan filsafat pendidikan di
negara lain. Beberapa hal itu antara lain:
• Filsafat pendidikan adalah filsafat yang sesuai dengan kondisi dan budaya
Indonesia
• Filsafat pendidikan yang ada di Indonesia dapat mengambil salah satu
konsep filsafat pendidikan internasional yang su- dah ada: Esensialis,
Perenialis, Progresive, Rekonstruksionis, dan Eksistensialis dengan
merevisi agar cocok dengan kondisi Indonesia.
• Filsafat-filsafat umum (Liberal, Demokrasi, dan Multikultural).
4. Landasan Pendidikan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian,
peristiwa atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep- konsep tertentu. Sejarah
mencakup segala kejadian dalam alam ini, termasuk hal-hal yang dikembangkan
oleh budi daya manu- sia. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang
mengan- dung konsep-konsep, teori-teori, praktek-praktek, moral, cita-cita,
bentuk, dan sebagainya.

12
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian-
kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktek-praktek, moral, cita-
cita bentuk dan sebaginya. Informasi- informasi yang lampau ini terutama yang
bersifat kebudayaan pada umumnya berisi konsep, praktek, dan hasil yang
diperoleh. Informasi-informasi tersebut di atas merupakan warisan g nerasi muda
dari generasi pendahulunya yang tidak ternilai harganya. Generasi muda banyak
belajar dari informasi yang terca- kup dalam sejarah. Belajar dalam arti
memanfaatkan informasi

Sejarah ini dalam upaya memajukan diri. Belajar bukan hanya menerima
dan bertahan dalam kebudayaan itu, melainkan kebuda- yaan itu dijadikan
landasan dan bahan perbandingan untuk maju (Pidarta, 1977: 108).

Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari


sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa
Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka,
mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup
serta filsafat hidup bangsa. Pada akhirnya bangsa Indonesia menemukan jati
dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain. Para pendiri negara kita merumuskan negara kita
dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip
(lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.

Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan


Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan
retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses
perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di
masa yang lampau.

Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia


untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut
pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan

13
bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk
memajukan pendidikan suatu bangsa. Sejarah telah memberi penerangan, contoh,
dan teladan bagi manusia dan diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.

Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan


itu telah ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh
agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman
merdeka (Pidarta, 2007: 125).

1. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha(Purba)

Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia sekitar abad ke-5.


Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama yang berbeda, namun di
Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan
mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha
Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2008: 215).

2. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)

a). Awal masuknya Agama Islam di Indonesia

Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia dan Gujarat ke
Indonesia. Agama Islam mudah tersebar karena agama Islam dapat bersatu dengan
kebudayaan Indonesia. Keduanya dapat saling membantu dan saling
mempengaruhi. Agama Islam besar sekali pengaruhnya di dalam mendidik rakyat
jelata. Berbeda dengan Agama Hindu dan Budha, Agama Islam menyiarkan
Agamanya mulai dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat dekat dengan
rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan rakyat biasa. Bentuk pendidikan
yang Islam ada 3 macam, yaitu di Langgar, Pesantren, dan Madrasah.

b). Bentuk pendidikan pada awal penyebaran agama islam di Indonesia

1). Di langgar

14
Merupakan tempat pendidikan agama islam permulaan. Yang
dipentingkan ialah membaca dan menulis huruf arab. Pengajaran berlangsung
secara secara Individual, artinya seorang guru mengajar seorang anak.

2). Pendidikan di pesantren

Tempat pengajaran Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih mendalam
ada di pesantren. Pengetahuan yang diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan.

3). Pendidikan Madrasah

Pada madrasah guru-guru diperkenankan menerima balasan jasa dalam


bentuk uang (gaji). Lembaga pendidikan ini lebih menekankan pada pemberian
ilmu pengetahuan umum disamping pelajaran agama. Pendidikan Madrasah diatur
berjenjang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah seperti sekarang ini.

3. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)

Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita menguasai perdagangan dan


perniagaan Timur-Barat dengan cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur
serta menguasai bandar-bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata
rantai perdagaan dan perniagaan (Mudyahardjo, 2008: 242).

4. Zaman Kolonial Belanda

Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia juga sama dengan bangsa Spanyol


dan Portugis. Belanda mendirikan sekolah-sekolah yang tidak hanya mengjarkan
agama saja, tetapi juga mengajarkan pengetahuan umum. Sekolah-sekolah banyak
didirikan di Pulau Ambon, Ternate, dan Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah ini
tidak hanya mengajarkan khusus agama saja, tetapi juga mengejarkan
pengetahuan umum. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Melayu
dan Belanda. Selain itu mereka juga mendirikan sekolah untuk calon pegawai
VOC. Sekolah ini didirikan di Ambon dan Jakarta (rizal, 2008).

5. Zaman Kolonial Jepang

15
Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap
berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang
menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak
pantang menyerah dan terus mengobarkan semangat 45 di hati mereka
(Rohmawati, 2008).

Meskipun demikian, ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di


Indonesia. Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan
dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi
semua orang. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan
oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan
dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk
merealisasi Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa
Indonesia menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan
kepada dunia (rohmawati, 2008).

6. Zaman Kemerdekaan (Awal)

Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti


sampai di sini karena gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali
menguasai Indonesia datang silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saat
itu bukanlah prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah
bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan
yang amat berat.

Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang


mengatur pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan
oleh penjajah Jepang terus disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum
tercapai sesuai dengan yang diharapka bahkan banyak pendidikan di daerah-
daerah tidak dapat dilaksanakan karena faktor keamanan para pelajarnya. Di
samping itu, banyak pelajar yang ikut serta berjuang mempertahankan
kemerdekaan sehingga tidak dapat bersekolah.

16
5. Landasan Pendidikan Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang pa- ling dekat
dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas
dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan
secara kelompok.

Tujuan maupun teknik-teknik pendidikan, tak dapat dipahami tanpa


memperhatikan konteksnya; karena secara sosial, konteks berpengaruh begitu
banyak dan luas. Perhatian terhadap fakta se- macam itu merupakan kontribusi
pokok pendekatan sosiologis (Faisal, 1999: 32). Siapa mengajar siapa untuk
masyarakat apa, bilamana dan dimana, merupakan pertanyaan-pertanyaan sosio-
logis yang ikut mewarnai tujuan dan teknik pendidikan.

Pembahasan landasan sosial budaya dalam pendidikan ini mencakup (1)


sosiologi dan pendidikan, (2) kebudayaan dan pendidikan (3) masyarakat dan
sekolah, (4) masyarakat Indonesia dan pendidikan, dan (5) implikasi konsep
pendidikan.

Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Man kita lihat


bagaimana bagian-bagian sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam
wujud sosiologi pendidikan. Pertama-tama adalah tentang konsep proses sosial,
yaitu suatu cara berhubungan antarindividu atau antarkelompok atau individu
dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses sosial
atau sosialisasi mi menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi
atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya
semakin memngkat. Dia atau mereka semakin kenal semakin akrab, lebih mudah
bergaul, lebih percaya pada pihak lain, dan sebagainya.

Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang


mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota
masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan mi tidak
disetujui Hassan (1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah
keselurulian hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap
dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan

17
kepandaian kepercayaan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-lain
kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang
telah dikenibangkafl oleh anggota-anggota masyarakat (Iniran Manan, 1989).

Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman,


percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian
mañusia. Perubahan itu bisa bersumber dan ketiga hal tersebut di atas. Pendidikan
adalah bagian dan kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh
timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan
bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Di sini tampak bahwa
peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar.
Pendidikan dapat mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal tersebut di atas.
Sebab pendidikan adalah tempat manusia-manusia dibina, ditumbuhkan, dan
dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan
semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan, sebab
kebudayaan dikembangkan oleh manusia.

Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan
bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara
sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak
lain, dalam hal mi lembaga pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka
secara relatif sempurna, walaupun cita-cita mi tidak otomatis tercapai. Warga
masyarakat dan para personalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras
untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab
sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari
dan diperjuangkan di sekolah.

Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan


pentingnya pendidikan unmk meningkatkan hidup dan kehidupan. Di mana
tampak anak-anak muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun
ada sejumlah kasus orang ma menolak menyekolahkan anak dengan daiih untuk
membantu mencari nafkah. Bagi masyarakat yang tidak lagi berada di bawah garis
kemiskinan rata-rata amat berusaha untuk menyekolalikan anak-anak mereka
setrnggi mungkin. Kalau tidak dapat di sekolah atau perguruan tinggi negeri,

18
mereka siap menyekolahkan putra-putraflYa di sekolah atau perguruafl tinggi
swasta.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, belakangan mi ada perkembangan


barn di kalangan masyarakat. Mereka sudah mulai memilih perguruan tinggi yang
bermutu atau cukup bermutu, sehingga perguruan tinggi mi dibanjiri oleh
peminat, sementara ada sejumlah perguruan tinggi yang kurang calon mahasiswa.

6. Landasan Pendidikan Psikologi


Psikologi sebagai sebuah landasan dalam pendidikan adalah bahwa dalam
pelaksanaan pendidikan haruslah menerapkan unsur-unsur psikologis karena yang
menjadi sasaran pendidikan tersebut adalah manusia. Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraannya, pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia.
Untuk memahami berbagai karakteristik siswa yang beragam maka diperlukan
psikologi dalam pendidikan. Pendidikan memposisikan manusia sebagai objek
dan subjeknya sehingga sangat diperlukan psikologi sebagai landasan pendidikan.

Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

Sementara menurut Havinghurst (dalam Pidarta.2009: 199) fase-fase


perkembangan disusun sebagai berikut:

1. Tugas perkembangan masa anak-anak

Belajar berkata, makan makanan padat, berjalan, mengendalikan gerakan


badan, mempelajari peran jenis kelaminnya sendiri, stabilitas fisiologi,
membentuk konsep sederhana tentang sosial dan fisik, belajar menghubungkan

19
diri secara emosional dengan orang-orang lain, serta belajar membedakan yang
benar dan yang salah.

2. Tugas perkembangan masa anak

Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri


sendiri, belajar bergaul secara rukun, mempelajari peran jenis kelamin sendiri,
belajar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, menghitung,
mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan.

3. Tugas perkembangan masa remaja

Membuat hubungan hubungan baru yang lebih matang dengan teman


sebaya dari kedua jenis kelamin, memperoleh peranan sosial yang cocok dengan
jenis kelamin, mendapatkan kebebasan diri dari ketergantungan pada orang lain,
mengadakan persiapan perkawinan dan kehidupan berkeluarga, mengembangkan
perilaku tanggung jawab dan memperoleh sepeangkat nilai serta etika sebagai
pedoman berperilaku.

4. Tugas perkembangan masa dewasa awal

Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri, memulai


kehidupan punya anak, belajar membimbing dan merawat anak, mengendalikan
rumah tangga, belajar bertanggung jawwab sebagai warga Negara.

5. Tugas perkembangan masa setengah baya

Bertanggung jawab sosial dan menjadi warga Negara yang baik, membina
anak remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab serta bahagia,
mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, membina hubungan
suami istri sebagai pribadi, menerima serta menyesuaikan diri dengan perubahan
fisik diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan pertambahan umur.

6. Tugas perkembangan orang tua

Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan


kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau karena
pensiun, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban sosial

20
sebagai warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang
memuaskan.

7. Landasan Pendidikan Kultural


a. Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan selalu terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.


Kebudayaan dalam arti luas dapat berwujud:

1. Ideal seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya

2. Kelakuan berpola dari manusia dalam mayarakat, dan

3. Fisik yakni benda hasil karya manusia

Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan teknologi, dapat
diwujudkan melalui proses pendidikan. Contoh dalam penggunaan bahasa, setiap
masyarakat dapat dikatakan mengajarkan anak-anak mengatakan sesuatu, kapan
hal itu dapat dikatakan bagaimana mengatakannya, dan kepada siapa
mengatakannya. Oleh sebab itu anak-anak harus diajarkan pola-pola tingkah laku
yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

b. Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas)

Hal ini berarti pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa


Indonesia. Karena kebudayaan masyarakat Indonesia majemuk maka kebudayaan
bangsa indonesia lebih tepat disebut kebudayaan Nusantara. Puncak-puncak
kebudayaan Nusantara itulah yang diterima secara nasional disebut kebudayaan
Nasional.

Salah satu upaya penyesuaian pendikan jalur sekolah dengan keragaman


latar belakang sosial budaya di Indonesia adalah dengan memerlakukan muatan
lokal di dalam kurikulum sekolah. Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang
unik dari setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari
kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Beberapa tahun terakhir, makin
kuat pendapat bahwa pendidikan seharusnya diupayakan agar lebih menjamin
adanya keterikatan antara peserta didik dengan lingkungannya. Oleh karena itu,

21
sebagai contoh, muatan lokal dalam kurikulum tidak hanya sekedar meneruskan
minat dan kemahiran yang ada di daerah tertentu tapi juga serentak
memperbaiki/meningkatkan sesuai dengan perkembangan iptek/seni dan
kebutuhan masyarakat.

B. Penerapan Landasan Pendidikan


Landasan pendidikan merupakan dasar yang menjadi pijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Penerapan dari landasan pendidikan dapat dilakukan
melaluibeberapa langkah konkret, antara lain:

1. Mengintegrasikan Nilai-Nilai Landasan Pendidikan: Memastikan bahwa


nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, kebebasan, dan tanggung jawab sosial
tercermin dalam setiap aspek pendidikan.

2. Menyusun Kurikulum Berbasis Landasan Pendidikan: Merancang


kurikulum yang sesuai dengan landasan pendidikan yang berlaku, sehingga
mencakup aspek-aspek penting seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

3. Mengembangkan Metode Pembelajaran yang Mendukung Landasan


Pendidikan: Menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pemahaman mendalam sesuai dengan nilai-nilai landasan
pendidikan.

4. Melibatkan Stakeholder Pendidikan: Melibatkan semua pihak terkait seperti


guru, orang tua, dan masyarakat dalam proses penerapan landasan pendidikan
guna menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

5. Evaluasi dan Monitoring: Melakukan evaluasi secara berkala terhadap


implementasi landasan pendidikan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan
pendidikantercapaidengan baik.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut secara konsisten, maka penerapan

22
dari landasan pendidikan dapat memberikan kontribusi positif dalam
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera
tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.
Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada
umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar
pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.

Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik
tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya
sesuatu hal. Filosofis adalah suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami
hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
dan bangsa.

3.2. Saran
Landasan filosofis pendidikan di Indonesia yakni Pancasila, implikasi
terhadap pendidikan harus menyesuaikan dan menyelaraskan tujuan pendidikan
nasional, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, kejelasan peranan pendidik
dan peserta didik. Dengan strategi tersebut maka harapan yang diinginkan akan
terpenuhi sejalan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, S. (1998). Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang


hubungan pendidikan dan masyarakat. P2LPTK, Dirjen Dikti Depdikbud.

BP7 Pusat. (1995). Materi Penyegaran Penatar, Buku 1 Bidang P4. BP-7 Pusat.

Manan, I. (1989). Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. P2LPTK, Dirjen


Dikti, Depdikbud.

Muchtar, O. (Peny.). (1991). Dasar-Dasar Kependidikan. IKIP Bandung.

Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta :


Kencana

Nana, Sudjana. 2009. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Pidarta Made ( 2007 ). Landasan Pendidikan : Stimulus ilmu Pendidikan Becorak


Indonesia: Rineka Cipta

Sunarto, K. (1993). Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan (1984),CV. Rajawali Jakarta

Syam, M. N. (1984). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan


Pancasila. Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai