Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
( LANDASAN – LANDASAN PENDIDIKAN )
Dosen Pengampu : Dody Feliks P Ambarita, S.Pd.,M.Hum.

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Ilham Pratama Siregar ( 6223111094 )
2. Muhammad Akhdan Sitorus ( 6223111022 )
3. Ferdinando Sirumapea ( 6223111093 )
4. Andre Roisinton Nainggolan ( 6223111071 )
5. Evlyne Keriahenta br Brahmana ( 6223111039 )

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat –Nya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah filsafat pendidikan yang telah
memberikan kesempatan dalam mengasah kemampuan dan meneliti pelajaran dengan
tugas seperti makalah ini.
Dengan adanya tugas ini , kami berharap kami semakin mampu menguasai materi
pembelajaran dan semakin kritis dalam menanggapi materi-materi dalam buku
ataupun sumber bacaan lainnya. Begitu juga dengan para pembaca semoga tugas ini
bermanfaat dalam referensi pembelajaran mata kuliah filsafat pendidikan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan , 14 Oktober 2022

Kelompok 9
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................4
Rumusan Masalah.................................................................................................................................6
Tujuan....................................................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Landasan – Landasan Pendidikan...................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami


perubahan, perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala
bidang kehidupan. Perubahan dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi
berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik itu pelaksana pendidikan di
lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat
kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen pendidikan
termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif.
Upaya perubahan dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan
Indonesia lebih baik. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka
peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan
berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional
senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).

Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena
dengan berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahui hakikat dari makna, tujuan,
metode, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting
dari berfilsafat itu sendiri adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan
ditetapkan dapat tercapai. Sebagaimana Ali Khalil Abu ‘Ainaini merumuskan
pengertian filsafat pendidikan yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis dalam
“bukunya Filsafat Pendidikan Islam” bahwa filsafat pendidikan itu sebagai “kegiatan-
kegiatan pemikiran yang sistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai cara untuk
mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai
(direalisasikan).[1]

Pendahuluan Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas tujuannya,


relevan isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya hanya
apabila dilaksanakan dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu,
sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh
landasan pendidikannya. Selanjutnya, karena pendidikan itu pada dasarnya adalah
upaya memanusiakan manusia (humanisasi), maka para pendidik perlu memahami
hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Tanpa memahami hakikat manusia,
para pendidik tak akan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk dapat menjadi
manusia. Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini akan membantu Anda untuk memahami
konsep landasan pendidikan. Landasan, istilah landasan mengandung arti sebagai alas,
dasar atau tumpuan.. Istilah landasan dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu pada
pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa landasan adalah alas atau dasar pijakan
dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal ; atau suatu fundasi
tempat berdirinya sesuatu hal.

Rumusan Masalah
1. Landasan pendidikan yaitu Landasan agama
2. Landasan pendidikan yaitu Landasan filsafat
3. Landasan pendidikan yaitu Landasan sosiologi
4. Landasan pendidikan yaitu Landasan hukum
5. Landasan pendidikan yaitu Landasan moral
6. Landasan pendidikan yaitu Landasan asas-asas pendidikan

Tujuan
1. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan agama
2. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan filsafat
3. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan sosiologi
4. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan hukum
5. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan moral
6. Mengetahui Landasan pendidikan yaitu Landasan asas-asas pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Pendidikan

Landasan pendidikan adalah tumpuan dasar konseptual yang digunakan dalam


dunia pendidikan. Landasan ini diperlukan dalam melakukan analisis kritis terhadap
kaidah-kaidah kebijakan dan praktik pendidikan. Tanpa landasan, praktik pendidikan
tidak akan jelas arahnya. Berikut merupakan beberapa landasan-landasan pendidikan
yang terdiri dari :
1. Landasan Agama
2. Landasan Filsafat
3. Landasan Sosiologi
4. Landasan Hukum
5. Landasan Moral
6. Landasan Asas-Asas Pendidikan

2.2 Landasan Pendidikan yaitu Landasan Agama

Dasar pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat fundamental dalam


Pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak
misi pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta
didik akan diarahkan atau dibawa. Pendidikan adalah masalah yang sangat penting
dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara. Sehingga
pendidikan dijadikan suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. Pada umumnya
tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan
yaitu mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya,
sehat otaknya, baik budi pekerti dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai
kesempurnaan dan bahagia hidupnya lahir dan batin. Jelaslah bahwa yang
dimaksud dengan dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan
dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada umumnya yang menjadi landasan
dalam penyelenggaraan pendidikan suatu bangsa dan negara adalah pandangan
hidup dan falsafah hidupnya. Landasan religius merupakan landasan yang paling
mendasari dari landasan-landasan pendidikan, sebab landasan agama adalah
landasan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan setiap pendidikan
nasional mengharuskan setiap peserta didik mengikuti pendidikan agama. Karena
sistem pendidikan agama dibutuhkan pada zaman yang semakin modern.
Pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik dan bukan negara atau
organisasi keagamaan. Contoh penerapannya yaitu Pembelajaran agama untuk
mendidik akhlak siswa. Dan Kegiatan infaq dan zakat demi mendidik siswa untuk
berbagi dengan sesama.

Landasan religius yaitu landasan yang menjadi asumsi dasar yang bersumber dari
agama. Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu,
anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia
terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga setiap
pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya. Aturan-
aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai pedoman bagi pemeluknya
untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut dilanggar maka
dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga lingkungan sekitar. Bila
berbicara tentang agama maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu
bersifat pendidikan karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang
bersifat dogmatis. Lain halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu
berkaitan dengan agama. Namun dalam proses pendidikan maka pendidikan harus
sejalan dengan agama dan saling melengkapi sehingga output yang dihasilkan oleh
pendidikan bersifat menyeluruh

Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan hanya
dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai moral
yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam agama. Hal ini dilakukan
agar output pendidikan yang dihasilkan tidak hanya cerdas secara ilmu dan
pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang baik. Akhlak dan moral
inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga tidak
lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Ilmu tanpa
agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. (Albert Einstein). Dalam
setiap agama memiliki landasan agamis terhadap pendidikan. Karena landasan agama
terhadap pendidikan merupakan landasan yang paling mendasari dari landasan-
landasan pendidikan lainnya.

Landasan Agama ini sangat penting dalam pendidikan karena Negara kita adalah
Negara yang mengakui adanya Tuhan, sebagaimana bunyi Pancasila sila pertama
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. So, Pendidikan juga tidak boleh keluar dari larangan
agama ataupun menentang agama yang kita anut masing-masing.
Landasan Religius Pendidikan ialah seperangkat asumsi yang bersumber dari ajaran
agama yang dijadikan titik tolak dalam pelaksanaan pendidikan.

2.3 Landasan Pendidikan Yaitu Landasan Filsafat

Filsafat ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu
sampai ke akar-akarnya. Sesuatu dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti tidak
terbatas. filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering dikatakan
filsafat umum. sementara itu filsafat yang terbatas ialah filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat seni, filsafat agama, dan sebagainya.
Jadi berpikir filsafat dalam pendidikan adalah berpikir mengakar/menuju akar atau
intisari pendidikan.
Terdapat cukup alasan yang baik untuk belajar filsafat, khususnya apabila ada
pertanyaan-pertanyaan rasional yang tidak dapat atau seyogyanya tidak dijawab oleh
ilmu atau cabang ilmu-ilmu. Misalnya: apakah yang dimaksud dengan pengetahuan
dan/atau ilmu? Dapatkah kita bergerak ke kiri dan kanan di dalam ruang tetapi tidak
terikat oleh waktu? Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sekitar
pendidikan dan ilmu pendidikan. Kiranya kegiatan pendidikan bukanlah sekedar
gejala sosial yang bersifat rasional semata mengingat kita mengharapkan pendidikan
yang terbaik untuk bangsa Indonesia, lebih-lebih untuk kita masing-masing; ilmu
pendidikan secara umum tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan biologi
tetapi tidak berarti bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi terapan
berdasarkan hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan atau ilmu perilaku
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta,2001). Landasan filosofi pendidikan
adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan
filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang
pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum
yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat hubungan implikasi antara
gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasan-gagasan
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang
pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang
seharusnya atau yang dicita-citakan. Upaya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
pemikiran- pemikiran filsafati yang terjadi di belakang peristiwa pendidikan. Filsafat
sebagai induk dari semua ilmu, berperan untuk mempersoalkan dan mengkaji segala
sesuatu yang berada "di belakang" peristiwa pendidikan. Peran filsafat ini yang
meletakkan dasar pikiran kepada landasan pendidikan. Landasan filsafat sebagai salah
satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan bergayut dengan sistem nilai. Sistem nilai
merupakan pandangan seseorang tentang "sesuatu" terutama berkaitan dengan arti
kehidupan (pandangan hidup). Pandangan hidup sebagai sistem nilai yang dipegang
teguh bukan semata-mata terdapat pada individu, melainkan juga pada sekelompok
masyarakat suatu bangsa. Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-
nilai budaya yang terkandung pada Pancasila (Munib,2008). Oleh karena itu kaidah
dan norma sosial maupun sistem nilai yang dianut secara nasional mengacu kepada
Pancasila. Berkenaan dengan landasan filosofis pendidikan, maka operasionalisasi
pendidikan baik secara makro maupun mikro haruslah berlandaskan Pancasila dan
diarahkan membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais sejati. Pendidikan nasional
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan.
Filsafat Pancasila mencakup nilai yang dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman
perbuatan dan tingkah laku bagi setiap warga negaranya. Dengan demikian dalam
keseluruhan proses pendidikan, pendidik harus mempunyai pandangan mengenai
gambaran masyarakat yang dicita-citakan dan bagaimanakah gambaran manusia yang
harus dibentuknya. Di samping itu landasan filsofisnya menjadi acuan dalam
menentukan tujuan, corak, metode. dan alat pendidikan. Selanjutnya arah pendidikan
hendaknya bermuara pada aspek integralistis (individu dan sosial), aspek etis (taat
pada norma-norma Pancasila), dan aspek religius (kebebasan beragama dan taat pada
norma-norma agama yang dipeluknya).
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika,
dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang
terdapat di alam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan
yaitu:
(1)Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau
roh,yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari
ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini
dianut oleh kaum Idealis, Scholastik dan beberapa Realis.

2. Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan  dan


kebenaran, Ada lima sumber pengetahuan yaitu :
 Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi
 Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
 Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
 Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
 Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara
ilmiah.

3. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia  berpikir dengan
benar. Dengan memahami filsafat logika di harapkan manusia bisa berpikir
dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
4. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai
dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam
filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan
pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara lain afeksi
peserta didik. (Made Pidarta, 1997: 77-78).

Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis terhadap seorang calon


guru/pendidik/ahli pendidikan yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang
dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu maka seorang calon guru/pendidik/ahli pendidikan harus dibentuk bukan hanya
mempelajari tentang ilmu kependidikan, namun perlu memiliki landasan filsafat,
sejarah dan teori pendidikan. Sehingga dapat memadukannya dengan konsep-konsep,
prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatan terhadap kerangka konseptual
kependidikan.
Dengan demikian maka landasan filsafat pendidikan harus tercermin didalam semua
keputusan, serta perbuatan pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instruksional
maupun non-instruksional, atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta
perbuatan guru yang dimaksud harus bersifat dan berlandaskan pendidikan. Akhirnya,
sebagai pekerja professional guru dan tenaga kependidikan harus memperoleh
persiapan pra-jabatan guru dan tenaga kependidikan harus dilandasi oleh seperangkat
asumsi filosofis yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih
tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.

2.4 Landasan Pendidikan Yaitu Landasan Sosiologi

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak, sesungguhnya ia
telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan sosial yaitu hubungan antara
manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial dimulai dari hubungan antara anak
dengan orang tua kemudian meluas hingga lingkungan sekitar yaitu tetangga. Dalam
hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses pengenalan tersebut
mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat
tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang
berbeda pula.

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam


kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Landasan sosiologi pendidikan adalah
seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktek dan atau studi
pendidikan yang bersumber sosiologi. Sosiologi pendidikan meliputi: interaksi guru-
guru dengan siswa, dinamika kelompok kelas atau sekolah, struktur dan fungsi
pendidikan, serta sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk menjelaskan mengapa sosiologi
diperlukan sebagai salah satu landasan pendidikan, bagaimana implementasi landasan
sosiologis pendidikan di Indonesia, bagaimana implikasi landasan sosiologis
pendidikan terhadap pendidikan Indonesia. Berdasarkan analisis sosiologi memiliki
peran yang penting dalam pendidikan sebagai acuan atau dasar dalam rangka
mencapai tujuan dari pendidikan, dasar atau acuan. Konsep dan teori sosiologi
pendidikan memberi petunjuk kepada guru-guru bagaimana seharusnya membina para
siswa agar mereka memiliki kebiasaan saling kerjasama, rukun, bersahabat, saling
membantu sesama teman dan saling menghormati sesama teman. Implementasi
landasan sosiologi dalam pendidikan bisa dilaksanakan dalam beberapa kegiatan
sosiologi dalam pendidikan diantaranya: Sosialisasi anak-anak dalam pendidikan,
proses sosialisai anak-anak, kewajiban sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada
diri anak-anak. Peranan pendidikan dalam masyarakat, dukungan masyarakat terhadap
pendidikan. Implikasi landasan sosiologi terhadap pendidikan adalah keberadaan
sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, perlu dibentuk badan
kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, proses sosialisasi anak
perlu ditingkatkan, dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.

Perantara dan Ruang Lingkup Landasan Sosiologi Pendidikan


Kehidupan masyarakat dipastikan satu kesatuan dengan budaya. Budaya adalah cara
berpikir dan berperilaku, merupakan tradisi suatu kelompok, ide-ide, kebiasaan, nilai-
nilai, dan kebiasaan yang digunakan sebagai aturan bersama.
Sosialisasi mempersiapkan anak-anak untuk berfungsi sebagai induvidu yang
menstransmisikan budaya yang dengan demikian memungkinkan masyarakat untuk
berfungsi secara baik. Keluarga penting bagi pertumbuhan sosial anak-anak, tetapi
dalam era modern, lembaga formal juga membantu dalam menentukan anak-anak
dalam belajar sosial dan kesiapan untuk terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekolah merupakan lembaga utama yang berfungsi untuk menjaga dan melestarikan
budaya. Perantara sosial yang berperan adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, media
massa seperti televisi.
a.       Keluarga
Keluarga merupakan perantara sosial paling awal dalam bermasyarakat. Secara tidak
langsung, keluarga lah awal dari transfer nilai-nilai budaya kepada anak-anak. 
b.      Teman Sebaya
Sedangkan hubungan keluarga mungkin merupakan pengalaman pertama seorang
anak hidup kelompok, interaksi peer-group segera mulai membuat efek kuat mereka
bersosialisasi.
c.       Budaya sekolah
Pendidikan di sekolah, dibandingkan dengan pengalaman belajar di keluarga atau
rekan-kelompok, terjadi dengan cara-cara yang relatif formal.
d.      Televisi dan Digital Media
Beberapa ilmuwan sosial menyebut televisi sebagai "kurikulum pertama" karena
muncul untuk mempengaruhi anak-anak dalam hal mengembangkan keterampilan
belajar dan menyesuaikan diri terhadap mengakuisisi pengetahuan dan pemahaman.
Meskipun penelitian menunjukkan hubungan antara prestasi sekolah dan menonton
televisi, sifat hubungan ini tidak sepenuhnya jelas. Landasan Sosiologi meliputi
prinsip-prinsip pengembangan manusia sebagai anggota masyarakat. Mulyana (2011)
menyatakan bahwa target utama pendidikan nilai secara sosial adalah membangun
kesadaran-kesadaran interpersonal yang mendalam.

2.5 Landasan Pendidikan Yaitu Landasan Hukum

Landasan Pendidikan yang selanjutnya adalah Landasan hukum. Sebagai


penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama, perlu dilaksanakan berdasarkan
undang-undang (Suardi,2016). Hal ini sangat penting karena pendidikan nasional
adalah perwujudan dari kehendak UUD 1945 pasal 31 tentang Pendidikan dan
Kebudayaan, pasal 31:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar pemerintah wajib
membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan mengatur satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam kerangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan dua puluh persen dari anggaran dan
belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.
Pentingnya undang-undang sebagai tumpuan bangunan pendidikan nasional di
samping untuk menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagai penjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, juga dapat dipedomani bagi penyelenggaraan
pendidikan secara utuh yang berlaku untuk seluruh tanah air Landasan yuridis bukan
semata-mata landasan bagi penyelenggaraan pendidikan namun sekaligus dijadikan
alat untuk mengatur sehingga penyelenggaraan pendidikan yang menyimpang, maka
dengan landasan yuridis tersebut dikenakan sanksi. Dalam praktik penyelenggaraan
pendidikan tidak sedikit ditemukan penyimpangan. Memang penyimpangan tersebut
tidak begitu langsung tetapi dalam jangka panjang bahkan dalam skala nasional dapat
menimbulkan kerugian bukan hanya secara material tapi juga spiritual.
Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan instan dapat merusak
pendidikan sebagai proses pembentukan watak dan kepribadian bangsa sehingga
dalam jangka panjang menjadikan pendidikan bukan sebagai sarana rekonstruksi
sosial tetapi dekonstruksi Sosial. Itulah sebabnya di samping dasar regulasi sangat
penting juga harus pula dilandasi dengan dasar hukum untuk sanksi.

2.6 Landasan Pendidikan Yaitu Landasan Moral


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. (Nurul Zuriah, 2008:26) Konsep Ki Hajar Dewantara dalam
Wahab (2015:89) tentang pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. “Pendidikan nilai adalah nilai pendidikan”, bahasa lain bisa berarti: “pendidikan
moral adalah moral pendidikan”. Moral pendidikan adalah nilai-nilai yang terkandung
secara build in dalam setiap bahan ajar atau ilmu pengetahuan, seperti build in-nya
perasaan, pikiran, rasa lapar, rasa bahagia atau sedih yang hadir dalam diri setiap
manusia. Karena itu, suatu nilai datang tanpa diundang, hadir tanpa dipikir, jumpa
tanpa dipinta, namun baru bermakna bila dicerna lewat pendidikan yang mampu
membermaknakan maknanya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan yang memiliki tujuan tertentu . Moral berasal dari
bahasa latin mos (jamak: mores) yang mengandung arti adat kebiasaan. (Nurul Zuriah,
2008:17) Istilah moral lebih sering digunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku,
9 adat, atau kebiasaan dari individu atau kelompok, seperti apabila seseorang
membicarakan tentang moral orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang
seharusnya hidup secara baik sebagai manusia. Moralitas ini terkandung dalam aturan
hidup bermasyarakat dalam bentuk petuah, nasehat, wejangan, peraturan, perintah,
dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau
kebudayaan tertentu. Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau
pendidikan afektif. Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan dalam 10 pendidikan
moral adalah nilai-nilai yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut
antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan, keyakinan, dan kesadaran.
 Generasi muda sebagai penerus bangsa harus memiliki kepribadian yang demokratis
dan bertanggung jawab serta dapat mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila. Untuk
membentuk karakter – karakter tersebut dibutuhkan pendidikan moral bagi generasi
muda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran nilai Pancasila
sebagai sebuah landasan pendidikan moral bagi generasi muda. Metode yang
digunakan pada penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, dimana teori atau
pembahasannya diperoleh dari hasil studi kepustakaan berbagai sumber seperti jurnal,
artikel dan  buku. 

2.7 Landasan Pendidikan Yaitu Landasan Asas - Asas Pendidikan


Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang
dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri
Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1.     Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø      Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø      Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
Ø      Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.     Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi
lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
Ø      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik di masa depan.
Ø      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
3.     Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam
belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk
ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau
titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Filosofis
adalah suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu
untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Daftar Pustaka
Kurniasih, (2010). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: Percikan Ilmu.
http://sahabatwanitamuslimah.blogspot.com/2012/08/filosofis-pendidikan.html
http://rahmawatiindahlestari.wordpress.com/semester-1/lkpp/landasan-filosofi
pendidikan/
Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertian dan Sejarah
Perkembangan, Balai penelitian, IKIP Bandung

Anda mungkin juga menyukai