Disusun oleh :
BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan hidayahnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Agama Islam dalam
Kurikulum Nasional” ini tepat waktu. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada junjungan alam yakni Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai teladan
yang baik bagi seluruh umat manusia dari berbagai generasi.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini serta berbagai referensi yang telah mendukung dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan kurikulum, yang telah memberikan
pengajaran dan ilmu-ilmu bermanfaat kepada kami.
Dengan selesainya makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat diterima dengan
baik oleh khalayak serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi kami sebagai
penyusun maupun khalayak sebagai pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian PAI................................................................................................................5
B. Kurikulum Nasional........................................................................................................6
C. Kurikulum Pesantren.......................................................................................................6
D. Kurikulum PAI Madrasah...............................................................................................8
E. Kurikulum PAI Sekolah................................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................................12
KESIMPULAN....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PAI merupakan sistem pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai agama dengan
niat ingin mendapatkan ridha Allah SWT. (Muhaimin, 2012) Pendidikan Agama Is-
lam yaitu cara atau perbuatan atau kegiatan membimbing siswa-siswi dengan men-
transferkan nilai-nilai agama yang didasarkan 5 pilar yang tercantum di rukun Islam
supaya menghasilkan insan yang berkahlakul karimah. Pendidikan agama Islam atau
at-Tarbiyah al-Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik
agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (Daradjat, 1996). Dari
pendapat Daradjat dapat dipahami bahwa dalam Pendidikan Agama Islam yang ter-
penting adalah proses usaha membimbing peserta didik agar dapat memahami sebagai
bentuk pengetahuan intelektual untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan se-
hari-hari menjadi bentuk sikap dan pandangan hidup.
Kurikulum mengatur segala kegiatan dalam pembelajaran, dimana semua jen-
jang pendidikan di Indonesia diharapkan menerapkan kurikulum yang sama, yaitu K-
13. Untuk mewujudkan perubahan dalam dunia pendidikan, di kurikulum 2013 pe-
merintah telah menetapkan 4 pilar kompetensi inti yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap kelas atau program (PP
No. 32/2013 tentang Standar Nasional Pendidikan). Kompetensi inti memuat kompe-
tensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dikembangkan
ke dalam kompetensi dasar (Sunandar, 2021).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PAI?
2. Bagaimana kurikulum nasional?
3. Bagaimana kurikulum di pesantren?
4. Bagaimana kurikulum PAI di madrasah?
5. Bagaimana kurikulum PAI di sekolah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian PAI .
2. Untuk mengetahui tentang kurikulum nasional.
3. Untuk mengetahui tentang kurikulum pesantren.
4. Untuk mengetahui tentang kurikulum PAI madrasah
5. Untuk mengetahui tentang kurikulum PAI sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PAI
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia, dan berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan merupakan tanggug jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan dalam proses
mencapai tujaunnya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi. Selanjutnya,
adapun pengertian pendidikan agama menurut Zakiah Daradjat merupakan
pembentukan kepribadian muslim atau perubahan sikap dan tingkah laku sesuai
dengan petunjuk ajaran Islam (Daradjat, 1996).
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, mengayati, hingga mengimani ajaran
agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus
ada serangkaian yang saling mendukung. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan
disebutkanbahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan penge-
tahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Hal ini memperjelas
pengertian pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam. Menurut Tafsir (2000: 32),
pendidikan Islam adalah usaha untuk membimbing peserta didik agar tumbuh dan
berkembang potensi dan kapasitasnya secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi mengatakan bahwa pendidikan agama Islam
merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam melalui kegiatan bimbingan
dan pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati
agama lain (Thoha & Mu'thi, 1998).
Dengan demikian, pendidikan agama merupakan sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi,
yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, maka tujuan dan konteks ini
terciptanya manusia seutuhnya “Insan Kamil”. Dalam artian bahwa pendidikan Islam
adalah proses penciptaan manusia yang memiliki kepribadian serta berakhlak al-
karimah “Akhlak Mulia” sebagai makhluk pengemban amanah di bumi.
B. Kurikulum Nasional
Kurikulum merupakan hal penting untuk menciptakan guru profesional.
Selama dua dekade terakhir kajian tentang kurikulum telah menjadi bagian dari
program pendidikan guru. Oleh karena itu, guru harus memiliki pengetahuan tentang
kurikulum dan memahami proses yang dapat dikembangkan. Kurikulum diartikan
sebagai manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh
manusia pada bidang kehidupannya. Sedangkan kurikulum dalam konteks pendidikan,
berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik / guru dengan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai (Al-Syaibany,
1984)
Kurikulum Nasional adalah sebagai penyempurna serta perbaikan dari
Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, akan tetapi masih
kurangnya sosialisasi tentang penerapan kurikulum ini. Kurikulum ini berbasis 3
bagian. Kurikulum nasional , kurikulum berbasis pengembangan potensi daerah,
kurikulum paling kecil mencakup ke khasan di masing–masing sekolah/madrasah
(Saleh, Sopiansyah, & Ruswandi, 2022).
C. Kurikulum Pesantren
Dalam beberapa penelitian terhadap pesantren ditemukan bahwa pesantren
mempunyai kewenangan tersendiri dalam menyusun dan mengembangan
kuurikulumnya. Menurut penelitian Lukens-Bull dalam bukunya Abdullah Aly, secara
umum kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu; Pendidikan
Agama, pengalaman dan pendidikan moral, sekolah dan pendidikan umum serta,
ketrampilan dan kursus. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, telah
sejak lama diakui sebagai lembaga induk yang berperan menciptakan usaha dalam
memodernisasikan masyarakat dalam ruang lingkup yang sederhana. Keberadaan
pesantren dari awal keberadaannya, hingga kini merupakan salah satu alternatif
lembaga pendidikan Islam yang dipilih masyarakat Muslim. Pesantren terus
berkembang, baik dari segi fisik maupun sistem kurikulum pendidikannnya,
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut
juga yang menjadikan pesantren tetap menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat
Muslim yang ingin mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Islam.
Kurikulum pendidikan pesantren adalah bahan-bahan pendidikan Agama
Islam berupa kegiatan pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan
sistematis diberikan kepada santri untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan lingkup materi pendidikan pesantren adalah Al-Qur’an dan Hadits, ke-
imanan, akhlaq, fiqih atau ibadah dan sejarah. Dengan kata lain cakupan pendidikan
pesantren ada keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan
Allah SWT. diri sendiri dengan sesama manusia, manusia dengan makhluk lain
maupun dengan lingkungnnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren tersebut,
perlu adanya rekonstruksi kurikulum agar lebih riil. Rumusan tujuan pendidikan
pesantren yang ada selama ini masih bersifat general dan kurang match dengan
realitas masyarakat yang terus mengalami transformasi. Rekonstruksi di sini
dimaksudkan untuk meningkatkan daya relevansi rumusan tujuan pendidikan
pesantren dengan persoalan riil yang dihadapi masyarakat dalam hidup kesehariannya.
Pengembangan kurikulum pendidikan pesantren secara terus menerus
menyangkut seluruh komponen merupakan sesuatu mutlak untuk dilakukan agar tidak
kehilangan relevansi dengan kebutuhan riil yang dihadapi komunitas pendidikan
Islam yang kecenderungan terus mengalami proses dinamika transformatif.
Pendidikan pesantren dibangun atas dasar pemikiran Islami yang bertolak dari
pandangan hidup dan pandangan tentang manusia serta diarahkan kepada tujuan
pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islam.
Menurut penelitian Lukens-Bull dalam bukunya Abdullah Aly, secara umum
kurikulum pesantren dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu; Pendidikan
Agama, pengalaman dan pendidikan moral, sekolah dan pendidikan umum, serta
ketrampilan dan kursus (Aly, 2011).
Pertama, Kurikulum berbentuk pendidikan Agama Islam. Di dalam dunia
pesantren, kegiatan belajar pendidikan Agama Islam lazim disebut sebagai ngaji atau
pengajian. Kegiatan ngaji di pesantren pada praktiknya dibedakan menjadi dua
tingkatan. Pada tingkatan awal ngaji sangatlah sederhana, yaitu para santri belajar
membaca teks-teks Arab, terutama sekali adalah belajar membaca Al-Qur’an.
Tingkatan ini dianggap sebagai dasar dari pendidikan agama yang harus dikuasai oleh
para santri. Tingkatan berikutnya adalah para santri dapat memilih kitab-kitab islam
klassik dan mempelajarinya dibawah bimbingan kyai. Adapun kitab-kitab yang
dijadikan bahan untuk ngaji meliputi berbagai bidang ilmu antara lain: fiqih, aqidah
atau tauhid, nahwu, sharaf, balaghah, hadits, tasawuf, akhlak, ibadah-ibadah seperti
sholat, do’a, dan wirid. Dalam penelitian Martin Van Bruinessen, ada 900 kitab
kuning di pesantren. Hampir 500 kitab-kitab tersebut ditulis oleh ulama Asia
Tenggara dengan bahasa yang beragam; bahasa Arab, Melayu, Jawa, Sunda, Madura,
Indonesia, dan Aceh (Nasir, 2005).
Kedua, Kurikulum berbentuk pengalaman dan pendidikan moral. Kegiatan
keagamaan yang paling terkenal di dunia pesantren adalah kesalehan dan komitmen
para santri terhadap lima rukun Islam. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu
menumbuhkan kesadaran para santri untuk mengamalkan nilai-nilai moral yang di
ajarkan atau dicontohkan oleh para Kyai dan ustadznya pada saat ngaji di pesantren,
untuk diterapkan di masyarakat ketika sudah lulus dari pesantren. Adapun nilai-nilai
moral yang ditekankan di pesantren adalah persaudaraan Islam, keikhlasan, dan
kesederhanaan.
Ketiga, Kurikulum berbentuk sekolah dan pendidikan umum. Pesantren
memberlakukan kurikulum sekolah mengacu kepada Pendidikan Nasional yang
dikeluarkan Departemen Pendidikan Nasional, sedangkan kurikulum Madrasah
mengacu kepada pendidikan Agama yang diberlakukan oleh Departemen Agama.
Keempat, Kurikulum berbentuk ketrampilan dan kursus. Pesantren memberlakukan
kurikulum yang berbentuk ketrampilan dan kursus secara terencana dan terprogram
melalui kegiatan ekstrakulikuler. Adapun kursus yang populer di pesantren adalah
bahasa inggris, computer, sablon, pertanian, peternakan, teknik dan lain sebagainya.
Kurikulum seperti ini diberlakukan di pesantren karena mempunyai dua alasan, yaitu
alasan politis dan promosi. Dari segi politis, pesantren yang memberikan pendidikan
ketrampilan dan kursus kepada para santrinya berarti merespon seruan pemerintah
untuk peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM). Hal ini berarti
hubungan antara pesantren dengan pemerintah cukup harmonis. Sementara itu dari
segi promosi terjadi peningkatan jumlah santri yang memiliki pesantren-pesantren
modern dan terpadu, dengan alasan adanya pendidikan ketrampilan dan kursus di
dalamnya.