Anda di halaman 1dari 21

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PAI Dalam Keluarga


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, MS.
Hj. Dra. Titim Fatimah, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 11 PAI 6A:


Ali Idrus Nurul F 1182020023
Alya Azzahra Furqon 1182020024
Annisa Nurul Astriani 1182020030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang
atas limpahan nikmatnya kami dapat merampungkan makalah ini dengan judul
“Urgensi PAI Dalam Keluarga” sebagai syarat dan tugas dalam memenuhi mata
kuliah PAI Dalam Keluarga. Sholawat teriring salam semoga tetap dicurahkan
kepada Nabi Muhammad saw. Kepada keluarga, sahabat, juga pengikutnya hingga
hari akhir.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun demikian kami menyadari masih banyaknya kekurangan dan


kesalahan dalam penyususunan makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa dan
aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-
lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi
memperbaiki makalah ini.

Besar harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian.

Bandung, 08 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam.............................................. 3
2.1.1 Hakikat Pendidikan Agama Islam ..................................................... 3
2.1.2 Landasan Pendidikan Agama Islam .................................................. 4
2.1.3 Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 6
2.1.4 Komponen Pendidikan Agama Islam ............................................... 7
2.2 Konsep Dasar Keluarga ......................................................................... 8
2.2.1 Hakikat Keluarga .............................................................................. 8
2.2.2 Fungsi Keluarga ................................................................................ 8
2.2.3 Peran Keluraga Dalam Pendidikan Agama Islam ........................... 10
2.3 Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga ......................... 11
2.3.1 Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga ........................ 11
2.3.2 Implikasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga ..................... 13
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 16
3.2 Saran ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perspektif pendidikan secara umum terdapat tiga lembaga


utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang
anak, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang mana
ketiga lembaga tersebut dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan dalam
GBHN atau TAP MPR No. IV/MPR/1978, di dalamnya ditegaskan bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat.1 Oleh karena itu, pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah (Darajat, 1992).
Keluarga merupakan lembaga pertama dimana anak mendapatkan
pendidikan, baik itu pendidikan yang berkaitan dengan spiritual ataupun
pengetahuan-pengetahuan umum lainnya. Lembaga pendidikan berikutnya
yaitu sekolah, sekolah menerima anak setelah mereka melalui berbagai
pengalaman pendidikan yang diberikan dalam keluarga sebagai lembaga
pertama. Sekolah akan mengukur pengalaman dan sikap anak setelah
memperoleh berbagai pola tingkah laku dan ketermapilan dari keluarganya
dan kemudian sekolah akan menmbagi anak-anak ke dalam kelas-kelas
yang berbeda sesuai dengan peratuan yang telah di tetapkan oleh masing-
masing sekolah.
Melihat dari pekembangan zaman yang kian hari semakin terasa
secara signifikan oleh berbagai kalangan dalam berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan tersebut diantaranya dalam aspek ilmu pengetahuan, yang
juga mempengaruhi nilai-nilai yang selama ini dianut oleh manusia,
sehingga terjadilah krisis nilai.2 Untuk menghadapi fenomena global ini,

1
Basire, Jumri Hi. Tahang. Jurnal : Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak. Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.2, Desember 2010:163-178.
2
Ibid, hlm 164.

1
maka dibutuhkan penanaman nilai-nilai keagmaan ke dalam jiwa anak sejak
dini. Dan dalam ranah inilah Pendidikan Agama Isalm dalam keluarga
sangat dibutuhkan. Yang mana urgensinya merupakan sebagai titik awal
keberangkatan sekaligus sebagai modal awal perjalanan hidup mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari pemaran latar belakang masalah, berikut adalah


tema yang akan kami kerucutkan dalam pembahasan makalah ini:
1. Bagaimana konsep dasar pendidikan Agama Islam ?
2. Bagaimana konsep dasar keluarga dalam Islam ?
3. Bagaimana urgensi pendidikan Agama Islam dalam keluarga ?

1.3 Tujuan Makalah


Setelah mengetahui rumusan masalah yang akan diulas, kami harap
para pembaca dapat memenuhi sedikitnya tujuan makalah ini disusun,
sebagai berikut:
1. Memahami dan menjelaskan konsep pendidikan agama Islam.
2. Memahami dan menjelaskan konsep keluarga dalam Islam.
3. Memahami dan menjelaskan urgensi pendidikan agama Islam dalam
keluarga.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam

2.1.1 Hakikat Pendidikan Agama Islam


Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama
Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim
semaksimal mungkin.3 Ramayulis mengatakan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, dan tegap jasmaninya,
sempurna budi pekertinya (akhlak), teratur pikirannya, halus perasaannya,
mahir dalam pekerjaanya, manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun
tulisan.4 Sedangkan Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh (kaffah), lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menciptakan ukhuwah
Islamiyah dalam arti yang luas, yaitu ukhuwah fi al-ubudiyah, ukhuwah fi
alinsaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab, dan ukhuwah fi din al-
islamiyah.5 Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan
bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mayoritas masyarakat

3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1992), hal. 32
4
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 202
5
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran…, hal. 202

3
memeluk agama Islam idealnya pendidikan agama Islam mendasari
pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi suatu hal yang disenangi oleh
masyarakat, orang tua, dan peserta didik.6 Pendidikan Agama Islam juga
memiliki makna mengasuh, membimbing, mendorong mengusahakan,
menumbuh kembangkan manusia bertakwa. Takwa merupakan derajat yang
menunjukkan kualitas manusia bukan saja dihadapan sesama manusia tetapi
juga dihadapan Allah SWT.7
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar, meyakini dan mengahayati
dalam mengamalkan Agama Islam melalui bimbingan atau pengajaran yang
mana semua itu memerlukan upaya yang sadar dan benar-benar dalam
pengamalannya yang memperhatikan tuntunan yang ada di dalam agama
Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena
Pendidikan Agama Islam harus mempunyai tujuan yang bagus dan baik
diharapkan mampu menjalin Ukhuwah Islamiah seperti yang diharapkan
dan menghargai satu sama lain atau dengan agama lain, suku, ras dan tradisi
yang berbeda-beda agar terciptanya kerukunan. Dan juga terciptanya
kebersamaan atau hidup bertoleransi.

2.1.2 Landasan Pendidikan Agama Islam


Rasulullah SAW sebagai al-tarbiyah al-ula’ (pendidik pertama)
pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai
dasar pendidikan Islam di samping sunnah beliau sendiri.8 Sehingga
keberadaan Al-Quran yang memiliki perbendaharaan yang luas bagi
pengembangan peradaban manusia menjadi barometer utama dalam
memahami konsep-konsep pendidikan dalam berbagai dimensi, baik dalam
tataran kemasyarakatan, moral maupun spiritual,9 serta material di alam

6
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 6-8
7
Nusa Putra & Santi, Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 1
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 1989), h. 13
9
Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, al-Tabiyah wa al-Tawauq al-Tadris, (Mesir: Dar al-
Ma‟arif, 1982), h. 33.

4
semesta ini. Ayat-ayat tentang konsep dasar pendidikan Islam tertuang
dalam surah Al Alaq : 1-5, sebagai berikut :
َ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ َ َ ‫َۡۡ ۡ َ َ ذ‬
ۡۡ‫ۡٱقرۡأۡوربكۡٱۡلكر ۡم‬٢ۡۡ‫نۡمنۡعل ٍق‬
ۡ ‫ۡخلقۡٱۡلنس‬١ۡۡ‫ٱقرۡأۡبۡٱۡسمۡۡربكۡٱَّليۡخلق‬
َ َ َ َٰ َ ۡ َ ‫َ ذ‬ َ َۡ ‫ذ‬ ‫ذ‬
ۡ ‫ۡعلمۡٱۡلنس‬٤ۡۡۡ‫ۡٱَّليۡ َعل َمۡبۡٱلقلم‬٣
٥ۡۡ‫نۡ َماۡل ۡۡم َۡي ۡعل ۡم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”

Dalam ayat-ayat diatas memberikan pemahaman bahwa salah satu


tujuan Al-Quran adalah mendidik manusia melalui metode nalar serta sarat
dengan kegiatan membaca, meneliti mempelajari dan observasi, yang biasa
dikenal dengan istilah tadabbur. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan
Islam harus senantiasa mengacu pada pemahaman konsep dasar bahwa
manusia mesti meyakini dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, dan
melalui proses keyakinan dan ikhtiar maka manusia akan mendapatkan pola
pendidikan yang jelas.
Sejalan dengan nash Al-Quran yang telah dikemukakan, khususnya
tentang pola pembinaan, pendidikan yang paripurna (insan kamil), di awali
di lingkungan keluarga. Betapa besar pengaruh lingkungan dan pendidikan
terhadap perkembangan anak, ini dapat dipahami daru hadis Rasulullah saw,
yang berbunyi :

ِّ ِ ‫سا ِن ِهِِأ َ ِوِيُن‬


ِ‫َص َرا ِن ِه‬ َ ‫ِفَأ َ َب َواهُِِيُ َه ِّ ِودَا ِن ِهِِأ َ ِوِيُ َم ِ ِّج‬،ِ‫ِرة‬ َ ُِِ‫ُكلِِ َمولُودِِيُولَد‬
َ ‫علَىِِال ِفط‬
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.

Melalui hadist di atas, jelas bahwa Islam mengakui faktor keturunan


(bakat, pembawaan) dan faktor lingkungan (pengalaman dan pendidikan)
mempengaruhi perkembangan pendidikan anak. Oleh karena itu, salah satu

5
dasar yang mesti diperpegangi adalah memberikan kesetaraan pendidikan
bagi anak.

2.1.3 Tujuan Pendidikan Agama Islam


Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga
pengalaman serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus
menjadi pegangan hidup. Zakiah Daradjat10 mengemukakan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT. Selama hidupnya, dan mati pun tetap dalam
keadaan muslim. Pendapat ini didasari firman Allah SWT, dalam Surat Ali-
Imran ayat 102.

ِ َ‫ِوأَنتُمِم ۡس ِل ُمون‬
َ ‫ۦِو ََلِتَ ُموت ُ َّنِ ِإ ََّل‬ َّ ‫ََٰٓيأَي َهاِٱلَّذِينَ ِ َءا َمنُواِٱتَّقُوا‬
َ ‫ِٱَّللَِ َح َّقِتُقَا ِت ِه‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah
dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kau mati kecuali
dalam keadaan Muslim”.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang
mengabdi kepada Allah, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur,
bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat guna tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan Pendidikan Agama Islam tidak
hanya menyangkut masalah keakhiratan akan tetapi juga masalah-masalah
yang berkaitan dengan keduniawian. Dengan adanya keterpaduan ini, pada
akhirnya dapat membentuk manusia sempurna (insan kamil) yang mampu
melaksanakan tugasnya baik sebagai seorang Abdullah maupun
Khalifatullah. Yaitu manusia yang menguasai ilmu mengurus diri dan
mengurus sistem.11
Menurut Hamdan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
bertujuan untuk:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,

10
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: Rajawali Pers. 2013), hal. 20
11
Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan …, hal. 148-149

6
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
2. Mewujudkan peserta didik yang taat beragama, berakhlak mulia,
berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
santun, disiplin, toleran, dan mengembangkan budaya Islami dalam
komunitas sekolah.
3. Membentuk peserta didik yang berkarakter melalui pengenalan,
pemahaman, dan pembiasaan norma-norma dan aturan-aturan yang
Islami dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama, dan
lingkungan secara harmonis.
4. Mengembangkan nalar dan sikap moral yang selaras dengan nilai-nilai
Islami dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara, dan
warga dunia.12

2.1.4 Komponen Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam didasarkan dan dikembangkan dari
ketentuan-ketentuan yang ada dalam dua sumber pokok, yaitu: Al-quran dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, pendidikan agama Islam
juga diperkaya dengan hasil istimbat atau ijtihad para ulama, sehingga
ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum, lebih rinci dan mendetail. Dengan
demikian, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang ditujukan untuk
dapat menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara Iman,
Islam, dan Ihsan. yang diwujudkan dalam:
1. Hubungan Manusia dengan Pencipta. Membentuk manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dan
berbudi pekerti luhur.
2. Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri. Menghargai dan menghormati
diri sendiri yang berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

12
Hamdan, Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum (Teori dan Praktek Kurikulum PAI),
(Banjarmasin: 2009), hal. 42-43.

7
3. Hubungan Manusia dengan Sesama. Menjaga kedamaian dan kerukunan
hubungan inter dan antar umat beragama.
4. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam. Penyesuaian mental
keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial. 13

2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Hakikat Keluarga


Pendidikan agama bagi anak-anak pada keluarga merupakan
pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh orang tua. Dalam hal
ini, pembentukan keluarga berawal dari terwujudnya “hubungan suci” yang
menjalin seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui tali
perkawinan yang shah dan halal serta memenuhi rukun-rukun dan syarat-
syarat sesuai ajaran agama (Islam).
Menurut Qaimi keluarga merupakan organisasi atau komunitas
sosial yang terbentuk dari hubungan absah antara pria dengan wanita, di
mana para anggota keluarga itu, suami-istri dan anak-anak, terkadang kakek,
nenek, cucu, paman, atau bibi hidup bersama berdasarkan rasa saling
mencintai, toleransi, menyayangi, menolong dan bekerjasama. 14

2.2.2 Fungsi Keluarga


Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya
agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi dan
lingkungan.Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus
melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. Menurut M.I
Soelaeman yang dikutip oleh Uyoh Sadullah, fungsi keluarga antara lain:15
a. Fungsi Eduksi
Fungsi ini berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan
anak khususnya dan pendidikan anggota keluarga lainnya. Fungsi ini

13
Hamdan, Pengembangan,.., hal. 41
14
Munawiroh. Jurnal : Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga. Volume 14, Nomor 3, Desember
2016. Hal. 350.
15
Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfa Beta, 2011), h. 188-192.

8
tidak sekadar menyangkut pelaksananya, melainkan menyangkut
penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan,
penyediaan sarananya, pengayaan wawasan, dan sebagainya yang
berkaitan dengan upaya pendidikan keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Kehidupan anak dan dunianya suatu kehidupan dua dunia yang utuh,
terpdu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia.Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai
sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan
keluarga tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki
kepribadian utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota
masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan masyarakatnya.
c. Fungsi Proteksi (Perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman,
damai dan tenteram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi
kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi
anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan lainnya.
d. Fungsi Afeksi (Perasaan)
Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tepat untuk menumbuh
kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesama anggota keluarga
dan masyarakat serta lingkungannya. Ikatan batin yang dalam dan kuat
harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih
sayang. Dan masih banyak lagi fungsi lainnya seperti; fungsi religius,
ekonomi, rekreasi dan biologis.
Ayah Ibu, sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga
memegang peranan sangat penting dan strategis dalam mendidik anak-
anaknya. Ini berarti, pendidikan dalam keluarga sangat menentukan baik
dan atau buruknya pendidikan terhadap anak. Allah berfirman :

ِ‫علَي َها‬
َ ُِ‫ارة‬
َ ‫ِوال ِح َج‬ ُ ‫اِوقُودُهَاِال َّن‬
َ ‫اس‬ ً ‫ِواَه ِلي ُكمِن‬
َّ ‫َار‬ َ ُ‫َٰٓياَٰۤي َهاِالَّذِينَ ِا َمنُواِقُ َٰٓواِاَنف‬
َ ‫س ُكم‬
َِ‫ِو َيف َعلُونَ ِ َماِيُؤ َم ُرون‬
َ ‫ِّٰللاِ َمآَِٰا َ َم َرهُم‬
َ ‫صونَ ه‬ ُ ‫ظِ ِشدَاد ٌََِّلَِِيع‬ ٌ ‫َمل ِٕى َكةٌِ ِغ ََل‬

9
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Juga dalam hadist, Rasulullahs.a.w. yang artinya; Dari Abi hurairah
ra. mengkhabarkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Tidak ada seorang anak Bani Adam, kecuali dilahirkan di atas fithrahnya,
(jika demikian) maka ke dua orang tuanya itulah yang mengyahudikan, atau
mennasranikan atau memmajusikannya, . . . “(Muttafaqun ‘Alaih).16
Selain itu, Sabda rasulullah s.a.w, artinya; “Perintahkanlah anak-
anakmu bershalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukulllah meraka jika
tidak mau bershalat ketika berusia sepuluh tahun” (HR. Abu Daud,
AlTurmuzi, Ahmad dan Al hakim).
Makna dari berbagai hadist di atas, sejalan dengan pendapat Dr.
Decroly seorang ahli pendidikan dalam Dewantara, menyatakan bahwa 70
% dari anak-anak yang jatuh ke dalam jurang kejahatan itu berasal dari
keluarga-keluarga yang rusak kehidupannya. Sama halnya dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fachrudin, mejelaskan bahwa: kebiasaan
/perilaku anak dipengaruhi oleh kesibukan orang tua sehari-hari.17

2.2.3 Peran Keluraga Dalam Pendidikan Agama Islam


Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk
moral kepribadian anak yaitu melalui pendidikan yang dipraktekkan melalui
sikap perbuatan/keteladanan dalam kehidupan sehari-hari, jika ada orang tua
(ayah dan ibu) beranggapan bahwa pendidikan dalam keluarga tidak perlu
lagi setelah pendidikan anak-anaknya diserahkan kepada sekolah
(pendidikan formal). orang tua semacam ini mungkin lupa atau tidak
menyadari, bahwa kewajiban dan tanggung jawab pendidikan anak

16
Ibid. halm.347.
17
Fachrudin,m, Peran Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak, jurnal UPI, 2012. Hal,

10
sepenuhnya terletak pada orang tua. hal ini, mengingat bahwa sebagian
besar waktu anak-anak berada di rumah, sedangkan di sekolah paling lama
hanya sekitar tujuh jam.
Pendidikan yang paling urgen dalam membentuk moral kepribadian
anak adalah pendidikan agama, melalui pendidikan formal di sekolah,
pendidikan agama hanya diberikan 2 jam pelajaran, dengan alokasi waktu
tersebut, tidak akan mampu membentuk anak berperilaku dan memiliki
moral yang baik. Dijelaskan di atas keberadaan anak di sekolah hanya
sekitar 7 jam, selebihnya anak dibawah pengawasan orang tua, oleh sebab
itu seharusnya orang tua berperan memberikan pendidkan agama di dalam
keluarga, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Djaelani yang
menyatakan bahwa, pendidikan agama Islam merupakan fondasi dalam
keluarga untuk membentuk perilaku dan moral anak-anak dan mengetahui
batasan baik dan buruk, dan berfungsi untuk membentuk manusia yang
percaya dan ketaqwaan kepada Allah Swt.18

2.3 Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

Pendidikan agama islam merupakan salah satu landasan dalam


pendidikan yang paling utama bagi umat muslim. Penerapan pendidikan
agama islam sejak dini merupakan suatu hal yang dianjurkan, sebagai modal
awal bagi anak-anak dalam perjalanan hidup mereka. Dalam hal ini lembaga
keluarga sebagai Tripusat yang paling awala memegang peranan besar agar
ketika melanjutkan ke tahap berikutnya mereka sudah memiliki nilia-nilai
karakter yang sepatasnya dalam mengembangakna kemampuan ilmu
pengetahuan mereka berikutnya.

2.3.1 Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

Pendidikan yang perlu ditanamkan sejak dini oleh keluarga itu


meliputi pendidikan agama dan spiritual. Kedua orang tua memberikan
kepada anaknya pengetahuan agama dan nilai-nilai kebudayaan Islam yang

18
Djaelani, S, Peran Pendidikan Agama Dalam Keluarga, jurnal widya, 2011

11
sesuai dengan umurnya sehingga hal tersebut dapat menolongnya kepada
pengembangan sikap agama yang betul. Inti dari pendidikan agama adalah
penanaman iman kedalam jiwa anak didik atau pendidikan moral.
Pendidikan moral ini harus dimulai oleh ibu dan bapak yang berada di
lingkungan keluarga lainnya. Karena anak berusia mudah dan kecil itu lebih
banyak berada di lingkungan rumah tangga daripada di luar (Nasution,
1995).19
Pendidikan agama dalam keluarga berfungsi sebagai penananman
nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak menjadi basis dalam
menghargai guru dan pengetahuan di sekolah (Tafsir, 1994). 20
Sederhananya, pendidikan agama yang diberikan di rumah itu akan berguna
bagi anak dalam memberi nilai pada teori-teori pengetahuan yang kelak
akan diterimanya di sekolah. Pendidikan, khususnya pendidikan agama
memainkan peran pokok yang sepatutnya dijalankan oleh setiap keluarga
terhadap anggota-anggotanya. Karena dalam lembaga masyarkaat lain,
seperti lembaga politik, ekonomi dan lain-lain, tidak dapat memegang dan
menggantikan peranan ini. Lembaga-lembaga lain mungkin dapat
membantu keluarga dalam tindakan pendidikan, akan tetapi tidak berarti
dapat menggantikannya, kecuali dalam keadaan-keadaan luar biasa
(Langgulung, 1995).
Ketika seornag individu tidak dilandasi oleh pendidikan agama
dalam keluarganya maka ia dapat terjerumus ke dalam kemodernan barat
yang tak bermoral. Sehingga menyebabkan generasi muda memiliki
berbagai bentuk penyimpangan dan kenakalan yang tidak dapat ditoleril
secara agamis. Persoalan kenakalan remaja ini pun dapat mengakibatkan
tergesernya hak-hak ornag ornag lain. Melihat dari kenyataan yang telah
terjadi, dapat dipastiakn bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
dengan kegoncangan, disamping itu didasari pula bahwa remaja mempunyai
potensi yang sangat besar.21

19
Basire, Jumri Hi. Tahang. Jurnal : Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap
Pembentukan Kepribadian Anak. Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.2, Desember 2010:163-178. Hal. 166.
20
Ibid, hlm 166.
21
Ibid, 168.

12
Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan
pembinaan iman dan akhlak. Kepribadian terbentuk melalui semua
pengalaman dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhannya, terutama
pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Di sinilah letak pentingnya
pengalaman dan pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan
perkembangan seseorang. Oleh sebab itu, keterlibatan orang tua dalam
penanaman nilai-nilai dasar keagamaan bagi anak semakin diperlukan
(Darajat, 1993).
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa tujuan utama dari
pendidikan dalam keluarga adalah penanaman iman dan moral terhadap diri
anak. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka keluarga itu sendiri dituntut
untuk memiliki pola pembinaan terencana terhadap anak. Di antara pola
pembinaan terstruktur tersebut:
1. Memberikan teladan yang baik kepada mereka dan membimbingnya
untuk berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama dalam bentuknya
yang sempurna dalam waktu tertentu.
2. Memberi contoh yang baik bagi anak-anak dalam berpegang teguh
kepada ajaran-ajaran agama dan akhlak yang mulia.
3. Membiasakan mereka melaksanakan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga pelaksanaan itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
sehingga mereka melakukannya dengan kemauan sendiri serta merasa
tenteram dalam melaksanakannya.
4. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah dimana
mereka berada.
5. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk-Nya untuk
menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan
keagungan-Nya.16

2.3.2 Implikasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga

Implikasi yang dihasilkan atas pendidikan agama slam dalam


keluarga sejak dini akan terasa saat anak mulai memasuki usia remaja awal.

13
Dimana saat ia telah memeasuki pergaulan yang mulai luas dan ia dapat
menjaga batasnya agar tetap dalam pagar yang telah ditanamkan orang
tuanya sejak ia masih kanak-kanak, yaitu dalam hal ritual ibadah. Kendati
ia bergaul dengan teman-teman yang beda agama pun berada diluar
jangkauan atau pengawasan orang tuanya ia sudah dapat menjaga diri
dengan bekal pondasi iman dan akhlak yang kuat. Ia akan terbiasa untuk
menjalankan ibadah wajibnya, sebab berbeda dengan anak yang tidak
terbiasa dalam keluarganya dengan pengetahuan dan praktek praktek
keagamaan maka setelah dewasa mereka tidak memiliki perhatian terhadap
kehidupan keagamaan (Hasbullah, 1999).
Di rumah, selain menanamkan dasar-dasar keagamaan orang tua pun
menanamkan dasar-dasar kehidupan bernegara, berperilaku yang baik dan
hubungan-hubungan social lainnya. Dengan demikian mereka dapat
merasakan betapa pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam pembentukan
kepribadian. Karena semakin banyak si anak mendapatkan latihan-latihan
keagamaan sewaktu kecil, maka pada saat ia dewasa akan semakin
marasakan kebutuhannya kepada agama (Darajat, 1996). Menurut Umar
Hasyim, mempelajari agama di rumah adalah pendidikan yang penting dan
akan terasa amat terkesan dan mendalam bagi penghayatan agama oleh
keluarga, terutama dalam pembentukan kepribadian agamis anak (Hasyim,
1985).
Keluarga merupakan penanaman utama dasar-dasar akhlak bagi
anak, yang biasanya bercermin dalam sikap dan prilaku orang tua sebagai
teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini, Ki Hajar Dewantara
menyatakan bahwa rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan
keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk berlangsungnya
pendidikan, teristimewa pendidikan budi pekerti, terdapat dalam kehidupan
keluarga dengan sifat yang kuat dan murni, sehingga pusat-pusat pendidikan
lainnya tidak dapat menyamainya (Suwarno, 1985).22 Tujuan tertinggi
pendidikan islam adalah mendidik jiwa dan akhlak (Arifin, 1996).

22
Haris, Munawir. Jurnal : Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Implikasinya
Terhadapa Pembentukan Kepribadian Anak. Masile: Jurnal Studi Ilmu Keislaman Juli-Desember,
Vol. 1, No.1, 2019. Hal. 56-57.

14
Dari segi pendidikan, keluarga memang merupakan unit terkecil
yang menjadi pendukung dan pembagkit lahirnya bangsa dan masyarkat,
akan tetapi keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk
melanjutkan dan mengembangkan social budaya yang telah diajarkan
kepada anak. Dan peranan keluarga dalam penanaman nilai-nilai moral tidak
akan dapat digantikan oleh lembaga formal manapun.
Namun, bagaiman dengan para orang tua yang memang minim akan
pengetahuan keagamaan? Dalam hal ini, orang tua dipandang perlu
merumuskan pola-pola pebinaan sesara terencana Bersama dengan
pemerintah dan pihak sekolah. Sebab kualitas pembinaan keagamaan yang
dilakukan orang tua akan sangat mempengaruhi terhadap sang anak. Maka
sinergitas anatara Tripusat pendidikan sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan tujuan yang diharapkan.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar, meyakini dan
mengahayati dalam mengamalkan agama Islam melalui bimbingan atau
pengajaran yang mana semua itu memerlukan upaya yang sadar dan benar-
benar dalam pengamalannya yang memperhatikan tuntunan yang ada di
dalam agama Islam yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Landasan mengenai pendidikan agama Islam terdpat dapat Al Quran
dan Al Hadist, dianatra ayat Al Quran yang menjelaskan pendiidkan yaitu
QS. Al Alaq ayat 1-5, QS. Ali Imran ayat 102 dan lainnya yang tentunya
berkenaan dengan pendidikan. Pun terdapat beberpa hadis Rasul yang
membahas tentnag pendidikan.
Tujuan pendidikan agama islam adalah membentuk manusia
sempurna (insan kamil) yang mampu melaksanakan tugasnya baik sebagai
seorang Abdullah maupun Khalifatullah.
Komponen pendiidkan agama Islam yaitu: hubungan manusia
dengan pencipta (hablu minallah), hubungan manusia dengan diri sendiri,
hubungan manusia dengan sesama (hablu minannas) dan hubungan manusia
dengan alam (hablu minal’alam).
Keluarga adalah unit masyarakat terkecil yang terdiri dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dalam keadaaan sehat jasmani dan rohani
telah diikat oleh tali cinta dan kasih sayang melalui perkawinan yang sah
menurut syari’at Islam dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku,
serta memiliki anak-anak yang tinggal Bersama orang tuanya (ayah-ibu).
Pendidikan agama Islam dalam keluarga berfungsi sebagai
penananman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak menjadi basis
dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
Terdapat beberapa pola yang dapat diterapkan pada anak dalam
pendidikan agama Islam dalam keluarga, diantaranya: (a) memberikan
teladan yang baik kepada mereka dan membimbingnya untuk berpegang

16
teguh kepada ajaran-ajaran agama, (b) memberi contoh yang baik bagi anak-
anak dalam berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama dan akhlak yang
mulia, (c) membiasakan mereka melaksanakan syiar-syiar agama semenjak
kecil sehingga pelaksanaan itu menjadi kebiasaan, (d) menyiapkan suasana
agama dan spiritual yang sesuai di rumah dimana mereka berada, dan (e)
membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk.
Secara garis besarnya pendidikan agama Islam dapat melahirkan
implikasi-implikasi sebagai berikut: (a) anak memiliki pengetahuan dasar-
dasar keagamaan, (b) anak memiliki pengetahuan dasar akhlak, (c) anak
memiliki pengetahuan dasar sosial.
Pengetahuan-pengetahuan dasar tersebut memiliki arti penting
untuk pencapaian tujuan asasi dari pendidikan Islam, yaitu penanaman iman
dan akhlaqul karimah.

3.2 Saran
Telah kami susun makalah ini dengan usaha sebaik mungkin. Kami
kaji dari beberapa sumber dan aplikasi yang cukup berbobot. Kami harap
apa yang telah disajikan ini sesuai dengan ekspektasi para pembaca.
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran
yang sangat bermafaat dan dapat membantu para pembaca dengan
rekomendasi materi mengenai:
1. Urgensi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga berdasarkan
perspektif tokoh/ulama muslim muta’akhirin dan kontemporer.
2. Kajian Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga berdasarkan kitab-
kitab lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik: Ilmu Mendidik. Bandung: Alfa Beta.


Delitri, Delia. 2018. Skrpsi: Konsep Pendidikan Islam Dalam Keluarha Menurut
Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Basire, Jumri Hi. Tahang. Jurnal: Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. Jurnal Hunafa, Vol. 7, No.2,
Desember 2010:163-178.
https://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/download/99/91/.
Diakses pada Sabtu, 6 Mater 2021 Pukul 06.28.
Haris, Munawir. Jurnal: Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan
Implikasinya Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. Masile: Jurnal
Studi Ilmu Keislaman Juli-Desember, Vol. 1, No.1, 2019. Hal. 56-57.
https://jurnal.staima.ac.id/index.php/masile/article/view/7. Diakses pada
Sabu, 6 Maret 2021 Pukul 06.31.
https://jurnaledukasikemenag.org/index.php/edukasi/article/download/6/6.
Diakses pada Sabtu, 6 Maret 2021. Pukul 06.33.

18

Anda mungkin juga menyukai