Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PANCA AMAL AL-WASHLIYAH

Diajukan Kepada Bapak Salman, S.Sos.I

Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ke-Alwashliyahan

Disusun Oleh Kelompok 6:


Fajrina Nor Aini 22143982

Masrida 22143988

Misnawati 22143989

Mutiah 22143990

Nadia Wahdaini 22143991

Nelly Aulia Nikmah 22143992

Siti Norhalizah 22144001

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-WASHLIYAH

JURUSAN TARBIYAH & DAKWAH

BARABAI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
atas berkat dan rahmat karunia-Nya pembuatan makalah ini dapat diselesaikan
dengan apa adanya. Tidak lupa juga sholawat serta salam kita haturkan kepada
baginda kita Nabi Muhammad SAW. sebagai teladan bagi seluruh umat Islam.
Alhamdulillah dengan semangat yang tinggi, modal bagi kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk mengetahui tentang “Panca Amal Al-Washliyah”.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca. Kami memohon maaf jika ada terdapat kesalahan pada makalah ini.
Karena sesungguhnya kami sadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini,
kecuali Allah SWT. yang telah menciptakan seluruh alam semesta dan isinya. Tidak
lupa pula kami meminta kritik dan saran dari para pembaca agar pembuatan
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Panca Amal Al-Washliyah .................................................... 3
B. Bidang Pendidikan Al-Washliyah ......................................... 4
C. Dakwah dalam Al-Washliyah ............................................... 8
D. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar ................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 12
B. Saran ...................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Jamiyatul washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada
30 November 1930 di kota Medan, Sumatera Utara. Al-Jamiyatul wasliayah
yang lebih dikenal dengan sebutan al-Washliyah lahir ketika bangsa
Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda, sehingga para pendiri
al-Washliyah pada saat itu turut pula berperang melawan penjajah Belanda.
Tidak sedikit para tokoh al-Washliyah ditangkap Belanda dijebloskan ke
penjara. Nama al-jami’iyatul washliyah sendiri diberikan oleh seorang guru
dan seorang ulama yang dihormati di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT)
Medan yaitu Muhammad Yunus. ketua Alwashliyah yang pertama
diserahkan kepada Ismail Banda lantaran usianya lebih tua dari anggota
yang lain. Para pendiri Alwashliyah terdiri dari para pelajar yang berusia
sekitar 20-26 tahun.
Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al Washliyah ketika itu
adalah untuk mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda
pandangan. Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu
strategi Belanda untuk terus berkuasa di bumi Indonesia. Oleh karena itu,
Organisasi Al Washliyah turut pula meraih kemerdekaan Indonesia dengan
menggalang persatuan umat di Indonesia. Penjajah Belanda yang
menguasai bumi Indonesia terus berupaya agar bangsa Indonesia tidak
bersatu, sehingga mereka terus mengadu domba rakyat. Segala cara
dilakukan penjajah agar rakyat berpecah belah. Karena bila rakyat Indonesia
bersatu maka dikhawatirkan bisa melawan pejajah Belanda. Upaya
memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama Islam.
Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan
dalam hal ibadah dan cabang dari agama. Kondisi ini terus meruncing,
hingga umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan
kaum tua dan kaum muda. Perbedaan paham di bidang agama ini semakin

1
hari semakin tajam dan sampai pada tingkat meresahkan. Dengan terjadinya
perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara khususnya kota
Medan, para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli
Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah belah
itu. Upaya untuk mempersatukan umat Islam terus dilakukan dan akhirnya
terbentuklah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang artinya Perkumpulan
yang menghubungkan. Maksudnya adalah menghubungkan manusia
dengan Allah Swt. Tujuan Organisasi Al-Washliyah merupakan Organisasi
Masyarakat (Ormas) Islam yang bersifat sosial, bertujuan mengamal ajaran
Islam untuk kebahagiaan dunia dan akhirat serta mewujudkan masyarakat
yang beriman, bertaqwa, aman, damai, adil, makmur, dan diridhai oleh
Allah swt. dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila. Untuk mencapai tujuan ini Al-Washliyah mengembangkan usaha
dan kegiatannya dalam berbagai hal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Panca Amal Al-Washliyah?
2. Bagaimana Al-Washliyah di dalam bidang pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dakwah dalam Al-Washliyah?
4. Apa pengertian amar ma’ruf nahi munkar?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja Panca Amal Al-Washliyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana bidang pendidikan Al-Washliyah.
3. Untuk mengetahui apa itu dakwah dalam Al-Washliyah.
4. Untuk mengetahui pengertian amar ma’ruf nahi munkar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Panca Amal Al-Washliyah


Sejak awal mulai berdirinya, Al-Washliyah memposisikan diri
secara independen yang tidak berafiliasi ke partai politik manapun, ormas
yang bergerak dalam wilayah nonpolitik, yang berbeda sama sekali dengan
partai politik yang sesungguhnya arah dan keterlibatan kebijakan
organisasinya senantiasa bermuatan politik. Al-Washliyah tidak membatasi
anggotanya secara pribadi yang ingin men- gembangkan karirnya dalam
rangka amal shalih (pendidikan, dakwah dan sosial /ekonomi) kepada partai
politik dan ormas yang sah tidak bertentangan dengan idealogi Negara RI.
Al-Washliyah tetap independen secara organisasi, tetapi luas untuk pribadi
anggotanya dalam berbagai partai politik, yang tentu saja tidak menyertakan
simbol-simbol Al-washliyah didalamnya. Al-Washliyah sama sekali tidak
bergerak dalam wilayah politik. Ini tidak berarti bahwa Al-Washliyah lalu
alergi pada urusan politik, sebab politik dalam arti shiyasah adalah juga
menjadi bagian dari urat nadi perjalanan kehidupan umat manusia,
sepertinya dakwah.
Ada 5 (lima) macam usaha dan kegiatan Al-Washliyah yang
merupakan Panca Amal Al Washliyah, yaitu :
a) Pendidikan dan kebudayaan
b) Dakwah dan kaderisasi
c) Amar makruf nahi munkar
d) Panti Asuhan dan fakir miskin
e) Ekonomi dan kesejahteraan umat

3
B. Bidang Pendidikan Al-Washliyah
Lembaga pendidikan merupakan aset Al-Washliyah yang tersebar di
berbagai provinsi di Indonesia, terutama Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
Al-Washliyah juga memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu STKIP Al-
Washliyah Banda Aceh, STISIP Al-Washliyah Banda Aceh, STAIS Al-
Washliyah Banda Aceh, UNIVA Medan, UMN Al-Washliyah, UNIVA
Labuhan Batu, STIE Al-Washliyah Sibolga, STIT Al-Washliyah Binjai,
STAI Al-Washliyah Barabai, Kalimantan Selatan.1
Perkembangan usaha pendidikan Al-Washliyah dijelaskan oleh
Prof. Dr. H. Syaiful Akhyar Lubis, MA xii dalam keterangan persnya
kepada harian Tribun Medan tahun 2017 sebagai berikut: Perlunya
organisasi yang memajukan, mementingkan dan menambah tersyiarnya
agama Islam. "Ada empat pilar yang harus dikembangkan, kami
menyebutnya empat amal, seperti pendidikan, dakwah, amal sosial dan
pengembangan ekonomi. Namun, ajaran Al-Washliyah menguatkan akidah
masyarakat dan menjunjung tinggi toleransi. Toleransi harus dibangun agar
membangun bangsa, dan berdampak positif karena menjaga hubungan
sesama manusia".
Demi mewujudkan amal pendidikan, Al-Washliyah mendirikan
sekolah mulai tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga SMA.
Terdapat 500-an unit sekolah sudah berdiri di seluruh Indonesia. Al-
Washliyah pun sudah punya sembilan perguruan tinggi di Indonesia. Selain
di bidang pendidikan, pengurus juga berkomitmen untuk menyiarkan Islam
di seluruh Indonesia, khususnya ke wilayah-wilayah yang masih dibutuhkan
pembinaan. Seperti di daerah Kabupaten Karo, Dairi, Nias dan Tapanuli.
Kemudian, organisasi melaksanakan amal sosial baik secara permanen
maupun insidental. Adapun yang dimaksud menjalankan amal sosial
permanen, mereka dirikan panti asuhan.

1
Zaini Dahlan, Al Washliyah Studies, (Medan: CENTRE FOR AL WASHLIYAH STUDIES 2022), h. 10.

4
Dari uraian di atas dapat dipahami dinamika pendidikan Al-
Washliyah Provinsi Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang
mengalami masa pasang surut. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh
kepemimpinan dan budaya organisasi di kalangan Washliyin itu sendiri.
Dalam kaitan penelitian ini, bahwa kondisi Al-Washliyah di tengah arus
kompetisi dunia usaha dan pendidikan yang semakin ketat, kondisi amal
usaha Al Washliyah, baik itu disadari atau tidak, permasalahan utama yang
sering muncul dan bahkan terus berulang dalam kaitan pengelolaan dan
penataan, termasuk terhadap aset yang memakai nama Al-Washliyah,
ternyata belum tertib sebagaiana mestinya. Misalnya, baru sekitar 35 persen
sekolah-sekolah/madrasah-madrasah yang menggunakan lambang dan
nama Al-Washliyah tetapi sesungguhnya tidak punya keterikatan/hubungan
struktural terhadap organisasi. Hal ini menjadi keperihatinan banyak tokoh
dan pengurus Al-Washliyah, karena sesungguhnya apa yang hari ini
menjadi aset organisasi adalah warisan para pendahulu organisasi, Sebagian
besar harta organisasi tersebut merupakan wakaf yang selanjutnya dititipkan
sebagai amanah kepada Washliyin untuk mengelolanya. Berbagai kebijakan
dan regulasi tambahan yang semata-mata dimaksudkan untuk menertibkan
dan menjaga harta organisasai dimunculkan. Kebijakan ini bersifat nasional,
yaitu berlaku sebagai pedoman dari tingkat Pengurus Besar hingga
Pengurus Ranting Al-Washliyah seluruh Indonesia.2

Pendidikan Al-Jam’iyyatul Washliyah


Sekolah/Madrasah Al Washliyah Lembaga pendidikan formal yang
pertama sekali didirikan oleh al Washliyah adalah madrasah di jalan Sinagar
Medan, pada tahun 1932. Pendirian ini atas inisiatif Abdurrahman Syihab
(1910-1955) dan Udin Syamsuddin, dengan persetujuan pengurus yang
lainnya”.

2
https://e-prosiding.umnaw.ac.id/index.php/penelitian/article/download/958/934/ diakses:
Jum’at, 7 April 2023, 22.37 WITA.

5
Dengan berdirinya lembaga pendidikan ini, memberikan impak
kepada lembaga-lembaga pendidikan lain. Dengan sistem pengelolaan
lembaga pendidikan yang baik, berhasil mengundang ketertarikan para
pengelola sekolah lain di Sumatera Utara. Pada tahun 1932 dan 1933,
sebanyak tujuh sekolah yang pada awalnya ditadbir secara perorangan atau
masyarakat, menyatakan bergabung dan menyerahkan pentadbirannya
kepada Al Jam’iyatul Washliyah. Beberapa lembaga pendidikan yang
bergabung tersebut mengalami kemajuan pesat, seperti jumlah siswa.
Selain itu pada tahun 1933 Al Jam’iyatul Washliyah juga
mendirikan beberapa madrasah yang terdiri dari:
a. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Kota Maksum di Jalan Puri, gurunya
Muhammad Arsyad Thalib Lubis;
b. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Sei. Kerah/Sidodadi, gurunya
Baharuddin Ali;
c. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Kampung Sekip Sei. Sikambing,
gurunya Usman Deli;
d. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Gelugur (Pensiunan), gurunya Yusuf
Ahmad Lubis (1912-1980) dan Sulaiman Taib;
e. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Pulau Brayan Darat, gurunya Umar
Nasution; dan
f. Madrasah Al Jam’iyatul Washliyah Tanjung Mulia, gurunya Suhailuddin.
Untuk mengembangkan pendidikan ini al Washliyah mengutus Tuan
Baharuddin Ali, Udin Syamsudin dan Muhammad Arsyad Thalib Lubis ke
Sumatera Barat pada tanggal 30 Nopember 1934 untuk mengadakan
lawatan ke sekolah-sekolah agama seperti; Tawalib School, 14 Normal
Islam, Madrasah Diniah Encik Rahmah dan lain-lainnya. Hal ini untuk
membuat perbandingan dan pengubahsuaian kurikulum di sekolah-sekolah
yang ditadbir oleh Al-Washliyah.3

3
Bahrun Jamil, Lintasan Sejarah Perjuangan Ulama-Ulama Islam Mencapai Kemerdekaan Tanah
Air Indonesia di Sumatera Utara, (Medan: t.p, 1977), h. 32-33.

6
Tujuan Al-Washliyah dalam Bidang Pendidikan
Tujuan umum Pendidikan Al-Washliyah menurut Peraturan
Pelaksanaan Sistem Pendidikan Al-Washliyah tahun 2017 adalah:
1. Menghasilkan manusia mukmin yang bertaqwa, berilmu pengetahuan
luas dan dalam, berakhlakul karimah, sukses di dunia dan selamat di akhirat.
2. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat guna mencapai dunia dan akhirat.
3. Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas kader untuk
melanjutkan perjuangan dan amaliyah Al-Washliyah.
4. Menghasilkan lulama dan umara uswatun hasanah yang menjadi panutan
umat.
Tujuan pendidikan Al-Washliyah secara khusus dijelaskan dalam
Keputusan Pengurus Besar Al-Washliyah Tentang Sistem Pendidikan Al
Washliyah Tentang Pendidikan Pra Sekolah, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah dalam pasal 2 sebagai berikut:
1. TK Al-Washliyah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, perilaku pengetahuan, keterampilan dan daya cipta
yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
2. Sekolah Dasar bertujuan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah
lanjutan tingkat pertama.
3. SLTP bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan
perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan siswa
untuk hidup dalam masyarakat dan mengikuti pendidikan menengah.

7
4. SMU bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa dan melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta
meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitar.
5. SMK bertujuan mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dan meluaskan pendidikan dasar serta
meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitar, dan untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian serta
mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesional.

C. Dakwah dalam Al-Washliyah


Sejarah Dakwah Al Jam’iyatul Washliyah Salah satu tujuan
didirikannya Al Washliyah di Medan pada tahun 1930, adalah untuk
mengisi kekosongan dunia dakwah di Sumatera Utara. Pergerakan dakwah
telah dilakukan pra kemerdekaan hingga saat ini.
Ulama Al Washliyah tidak menyia-nyiakan setiap waktu sebagai
usaha untuk merealisasikan tujuan dakwah dengan sistemik dan teratur.
Ulama Al Washliyah, senantiasa mencari jalan terbaik untuk menyukseskan
program-program dakwah yang telah direncanakan. Berbagai pendekatan
dilakukan dengan beberapa tahapan untuk memastikan masyarakat Muslim
benar-benar memahami syariat Islam semaksimal mungkin serta berdakwah
kepada non-Muslim. Pentingnya posisi dakwah di tubuh Al Washliyah,
sehingga organisasi ini harus merumuskan secara benar program dakwah
yang akan dilaksanakan agar terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
Walau, pada awal berdirinya Al Washliyah, tidak langsung membentuk

8
lembaga dakwah baru terealisasikan pada tahun 1934 setelah terbentuknya
pengurus-pengurus yang tersebar di beberapa daerah.
Enam bulan pertama Al Washliyah belum banyak melakukan
kegiatan-kegiatan besar, hanya terbatas pada kursus-kursus dan kegiatan
tabligh. Semangat dakwah untuk mengajak masyarakat melakukan
kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran telah tertanam dalam jiwa
pemimpin-pemimpin Al Washliyah ketika itu. Sejarah mencatat, perjalanan
panjang dakwah yang dilakukan oleh ulama-ulama Al Washliyah, baik
secara terorganisir maupun secara individu, senantiasa mendapatkan
tantangan baik oleh masyarakat adat maupun pihak penguasa ketika itu
(penjajahan Belanda dan Jepang). Namun, berkat keyakinan dan usaha yang
keras, ulama Al Washliyah berhasil mengislamkan ribuan masyarakat
pedalaman Tanah Batak dan Tanah Karo yang masih menganut agama
Palbegu (animisme).Beberapa tulisan mempublikasikan tentang aktivitas
dakwah di Sumatera Utara, terutama aktivitas Al Washliyah yang dipimpin
oleh guru kitab yang begitu mahir dengan Injil (Bibel) yaitu Pimpinan Al
Washliyah, Muhammad Arsyad Thalib Lubis, beliau adalah pejuang yang
gigih menghadapi kristenisasi dan menegakkan hukum Islam dalam segala
lapangan.4
D. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma`ruf artinya menyuruh orang lain untuk melakukan
kebaikan, “berdakwah”, atau mengkomunikasikan ajaran-ajaran Islam
kepada orang lain. Sedangkan, nahi munkar berarti mencegah orang lain
dari berbuat kejahatan. Ajaran Islam tentang hal ini sangat menunjukkan
keseimbangan. Dalam al-Qur’an, hampir tidak ada penyebutan amar
ma`ruf, melainkan selalu diiringi dengan nahi munkar. Keduanya saling
terkait.

4
Djalil Muhammad dan Abdullah Syah, Sejarah Da’wah Islamiyah dan
Perkembangannya di Sumatera Utara, (Medan: Majelis Ulama Daerah TK. I Provinsi Sumatera
Utara, t.t.), h. 53.

9
Orang sering membayangkan tugas ini adalah tugas para muballig,
da’i, atau para penceramah dan khatib di mimbar mesjid. Ini adalah
anggapan yang sangat keliru, karena setiap kita berkewajiban memikul
kewajiban ini. Alasannya adalah karena kondisi sosial masyarakat adalah
kompleks. Problem yang dihadapi oleh masyarakat selain beragam, juga
terkait dengan banyak aspek, baik bersifat keagamaan (pemahaman agama
yang dangkal dan keliru), sosial-budaya, ekonomi, dan politis. Bagaimana
problem harus diberi sentuhan penyelesaian yang menyeluruh, tentu saja,
mengharuskan digunakannya pendekatan yang menyeluruh di masyarakat
kita, orang cenderung melacak munculnya problem hanya disebabkan oleh
faktor pemahaman atau sikap mental. Misalnya, kemiskinan di daerah-
daerah perdesaan sering dikatakan disebabkan oleh etos atau semangat kerja
para petani dan buruh yang rendah, atau dikatakan bahwa para petani dan
buruh adalah pemalas. Anggapan bahwa petani dan buruh adalah pemalas
sekarang sudah terbukti melalui penelitian adalah mitos (Penelitian Dr.
Sanafiah Faisal di Unair Surabaya). Memang, ada beberapa kasus anggapan
itu benar, namun tidak seluruhnya benar. Oleh karena itu, jika mereka
menjadi miskin tidak mesti disebabkan oleh faktor etos kerja yang rendah,
melainkan ada beragam faktor. Nah, problem kemiskinan bukan semata
problem mental, melainkan bisa juga problem yang kompleks. Seorang da’i
tidak seharusnya hanya menceramahi atau bahkan “menghujjahi”
(mengemukakan dalil-dalil) kepada orang-orang miskin karena dianggap
malas. Problem yang mereka hadapi kompleks. Oleh karena itu, amar
ma`ruf idealnya bukan menawarkan dalil-dalil al-Qur’an dan hadits saja,
melainkan juga menghajatkan sentuhan para pakar, baik ekonom, sosiolog,
engineer, dan sebagainya, agar sentuhan penyelesaian problem terasa
menyeluruh.
Selama ini, di kalangan kita sudah terpola “pengawasan” dalam
pengertian bahwa kita lebih peka jika ada atau terjadi penyimpangan sosial
di mana norma-norma agama dan sosial di masyarakat dilanggar, semisal
pencurian. Balasan bagi pelakunya tentu saja tidak lain adalah hukuman,

10
baik hukuman penjara atau penghakiman massa. Hal itu akan berbeda jika
terjadi “penyimpangan” (sesuatu yang seharusnya tidak terjadi) lain,
misalnya kelaparan. Masyarakat kita akan lebih peka akan adanya pencurian
karena melanggar norma dibandingkan adanya tetangganya yang
kekurangan gizi atau kelaparan, misalnya. Itu artinya bahwa masyarakat
lebih memposisikan diri mereka mirip seperti “satpam” yang menjadi
pengawas “keamanan” ajaran, tanpa mempedulikan sumber-sumber
ketidakakuran itu. Atau dengan kata lain, masyarakat lebih banyak
mengamalkan nahi munkar ketimbang amar ma`ruf dengan terlibat
langsung dalam penyelesaian problem. Padahal, amar ma`ruf diandaikan
sebagai upaya kita mewujudkan kebaikan atau kemaslahatan bagi umat ini
dengan memberdayakan masyarakat, sehingga penjelasan ajaran agama
bukanlah satu-satunya penjelasan yang bisa menyelesaikan masalah.
Implikasi dari pemahaman seperti ini adalah bahwa seorang muslim yang
ingin hijrah atau ingin melakukan perubahan sosial seharusnya tidak lagi
hanya menjadi “pencela” dari perspektif ajaran ketika terjadi kasus-kasus
yang tidak diinginkan, seperti pencurian dalam contoh di atas, melainkan ia
juga harus terlibat secara komprehensif ikut menciptakan kesejahteraan
sosial yang adil serta menciptakan kondisi-kondisinya agar kasus itu tidak
terjadi lagi. Inilah makna yang sesungguhnya dari amar ma`ruf dan nahi
munkar. Jadi, seorang muslim tidak sekedar menjadi penganjur kebaikan,
melainkan juga ikut mewujudkan kebaikan tersebut bagi saudara-
saudaranya. Karena dalam Islam, menyuruh orang lain tanpa melakukannya
sendiri adalah tercela (QS. Ash-Shaff: 3).5

5
https://www.uin-antasari.ac.id/arif-dalam-memaknai-amr-maruf-dan-nahy-munkar/ diakses:
Jum’at, 7 April 2023, 19.27 WITA.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Jamiyatul washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada
30 November 1930 di kota Medan, Sumatera Utara. Al-Jamiyatul wasliayah
yang lebih dikenal dengan sebutan al-Washliyah lahir ketika bangsa
Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda, sehingga para pendiri
al-Washliyah pada saat itu turut pula berperang melawan penjajah Belanda.
Tidak sedikit para tokoh al-Washliyah ditangkap Belanda dijebloskan ke
penjara. Nama al-jami’iyatul washliyah sendiri diberikan oleh seorang guru
dan seorang ulama yang dihormati di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT)
Medan yaitu Muhammad Yunus. ketua Alwashliyah yang pertama
diserahkan kepada Ismail Banda lantaran usianya lebih tua dari anggota
yang lain.
Sejak awal mulai berdirinya, Al-Washliyah memposisikan diri
secara independen yang tidak berafiliasi ke partai politik manapun, ormas
yang bergerak dalam wilayah nonpolitik, yang berbeda sama sekali dengan
partai politik yang sesungguhnya arah dan keterlibatan kebijakan
organisasinya senantiasa bermuatan politik. Al-Washliyah tidak membatasi
anggotanya secara pribadi yang ingin men- gembangkan karirnya dalam
rangka amal shalih (pendidikan, dakwah dan sosial /ekonomi) kepada partai
politik dan ormas yang sah tidak bertentangan dengan idealogi Negara RI.
Al-Washliyah tetap independen secara organisasi, tetapi luas untuk pribadi
anggotanya dalam berbagai partai politik, yang tentu saja tidak menyertakan
simbol-simbol Al-washliyah didalamnya. Al-Washliyah sama sekali tidak
bergerak dalam wilayah politik. Ini tidak berarti bahwa Al-Washliyah lalu
alergi pada urusan politik, sebab politik dalam arti shiyasah adalah juga

12
menjadi bagian dari urat nadi perjalanan kehidupan umat manusia,
sepertinya dakwah.
Ada 5 (lima) macam usaha dan kegiatan Al-Washliyah yang
merupakan Panca Amal Al Washliyah, yaitu :
a) Pendidikan dan kebudayaan
b) Dakwah dan kaderisasi
c) Amar makruf nahi munkar
d) Panti Asuhan dan fakir miskin
e) Ekonomi dan kesejahteraan umat

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, kami sebagai penyusun sangat
menyadari bahwa materi ini masih sangat banyak memiliki kekurangan.
Jadi, untuk itu kami meminta kepada pembaca memberikan saran dan hal-
hal lainnya, agar manfaat dari makalah ini dapat diambil penyusun dan
orang yang membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, Chalijah. 1988. Al-Jam’iyatul Washliyah Api dalam Sekam. Bandung:


Pustaka.

Dahlan, Zaini. 2022. Al-Washliyah Studies. Medan: Centre for Al-Washliyah


Studies.

Jamil, Bahrun. 1977. Lintasan Sejarah Perjuangan Ulama-Ulama Islam Mencapai


Kemerdekaan Tanah Air Indonesia di Sumatera Utara. Medan: tp.

Muhammad, Djalil. Syah, Abdullah. Tt. Sejarah Da’wah Islamiyah dan


Perkembangannya di Sumatera Utara. Medan: Majelis Ulama Daerah TK. I
Provinsi Sumatera Utara.

https://www.uin-antasari.ac.id/arif-dalam-memaknai-amr-maruf-dan-nahy-
munkar/ diakses: Jum’at, 7 April 2023, 19.27 WITA.

https://e-prosiding.umnaw.ac.id/index.php/penelitian/article/download/958/934/
diakses: Jum’at, 7 April 2023, 22.37 WITA.

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ph/article/download/16326/12678#:~:t
ext=Tujuan%20umum%20Pendidikan%20Al%2DWashliyah,dunia%20dan%20se
lamat%20di%20akhirat. Diakses: Jum’at, 7 April 2023, 23.01 WITA

14

Anda mungkin juga menyukai