Dosen Pengampu:
Muhammad Julkarnain, M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita atas kehadirat Allah
SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya kami bisa menyusun makalah ini tepat
pada waktu yang ditentukan. Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang mana berkat jasa-jasanya beliau
telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang menderang
yang bercahayakan iman Islam dan Ihsan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Islam & Moderasi Beragama. Semoga makalah ini menambah wawasan
dan memberi manfaat bagi kita semua, mungkin makalah ini belum menjelaskan
secara detailnya mengenai Pengalaman Moderasi Beragama di Nusantara, akan
tetapi saya harap kita semua dapat memahami dengan jelas tentang apa yang
dibahas di makalah yang telah kami buat. Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus kajian artikel ini adalah
kesadaran dan pemahaman tentang keragaman budaya, moderasi beragama, dan
peran yang dimainkan para penyuluh agama untuk membangun keharmonisan
beragama pada Masyarakat Indonesia yang multikultural.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Saddam, S., Mubin, I., & SW, D. E. M. (2020). Perbandingan Sistem Sosial Budaya Indonesia
Dari Masyarakat Majemuk Ke Masyarakat Multikultural. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian Dan
Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 136-145.
2
Alfindo, A. (2023). Pentingnya Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Masyarakat. Jurnal
Dinamika Sosial Budaya, 25(2), 242-251.
3
Multikulturalisme meliputi gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan
dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis,
budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembang
kan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggaan untuk
mempertahankan kemajemukan tersebut.
َد ٱِهَّلل َأۡت َقٰىُك ۚۡمFَٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلۡق َٰن ُك م ِّم ن َذ َك ٖر َو ُأنَثٰى َو َج َعۡل َٰن ُك ۡم ُش ُعوٗب ا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ْۚا ِإَّن َأۡك َر َم ُك ۡم ِع ن
رِٞإَّن ٱَهَّلل َع ِليٌم َخ ِبي
b. Perdamaian. Kata Islam berasal dari akar kata ”As-Salam ” yang berarti
perdamaian. Islam mengajarkan umatnya untuk melakukan dan
menyebarkan perdamaian di muka bumi. Dalam QS al-Baqarah [2] : 208,
نّٞو ُّمِبيٞ َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ٱۡد ُخ ُلوْا ِفي ٱلِّس ۡل ِم َك ٓاَّفٗة َو اَل َتَّتِبُعوْا ُخ ُطَٰو ِت ٱلَّش ۡي َٰط ِۚن ِإَّن ۥُه َلُك ۡم َعُد
3
Arzaq, R. S. Z., Salim, M. N., & Said, A. (2020). URGENSI PENDIDIKAN TOLERANSI
DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL (Studi Analisis QS. Al Baqarah ayat 256 dan QS.
Al Hujurat ayat 13). Education, Learning, and Islamic Journal, 2(02), 72-97.
4
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam
secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh,
ia musuh yang nyata bagimu.”4
َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك وُنوْا َقَّٰو ِم يَن ِهَّلِل ُش َهَدٓاَء ِبٱۡل ِقۡس ِۖط َو اَل َيۡج ِرَم َّنُك ۡم َش ََٔناُن َقۡو ٍم َع َلٰٓى َأاَّل َتۡع ِد ُلوْۚا ٱۡع ِد ُلوْا
ُهَو َأۡق َر ُب ِللَّتۡق َو ٰۖى َو ٱَّتُقوْا ٱَۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َخ ِبيُۢر ِبَم ا َتۡع َم ُلوَن
4
Rahma, Z. N., & Hilmi, M. A. (2023). Maqashidi Interpretation of QS Al-Baqarah [2]: 208
Regarding Kaffah Islam. Spiritus: International Journal of Religious Studies and Education, 1(3),
36-43.
5
Kisswanto, E., & Hayati, F. (2023, Januari). Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam Al-Qur'an Surat
Al-Maidah Ayat 8. In Bandung Conference Series: Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. 158-163).
5
agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu yang menjadi mayoritas di
lingkungan tersebut.
Adanya fakta dan data yang ada menunjukkan bahwa keragaman agama
ini merupakan mozaik yang memperkaya khazanah kehidupan keagamaan di
Indonesia, namun di sisi lain, keragaman agama juga mengandung potensi
ancaman bagi persatuan NKRI. Maka dari itu diperlukan keterlibatan seluruh
warga masyarakat dalam mewujudkan kedamaian. Tugas untuk menyadarkan
masyarakat tentang multikultural ini bukanlah hal yang mudah, bahkan untuk
membangun kesadaran kalangan masyarakat bahwa kebhinekaan adalah sebuah
keniscayaan sejarah. Menanamkan sikap yang adil dalam menyikapi kebinekaan
adalah perkara yang lebih sulit lagi untuk dilakukan, karena, sikap terhadap
kebhinekaan kerap berlawanan dengan berbagai kepentingan sosial, ekonomi, dan
politik.6
6
Acep, V. D. A., Murtini, E., & Santoso, G. (2023). Menghargai Perbedaan: Membangun
Masyarakat Multikultural. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(2), 425-432.
7
Akhmadi, A. (2019). Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat
Keagamaan, 13(2), 45-55.
6
masing menggunakan kekuatannya untuk menang sehingga sering kali
mengakibatkan terjadinya konflik.
Konflik kemasyarakatan dan penyebab disharmoni masyarakat yang
pernah terjadi dimasa lampau berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme)
dan ekstrim kanan (Islamisme). Namun sekarang ini ancaman disharmoni dan
ancaman negara kadang berasal dari globalisasi dan Islamisme yang disebut
sebagai dua fundamentalisme yaitu pasar dan agama. Dalam konteks
fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan
cara beragama yang moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap
beragama yang terbuka, yang disebut sikap moderasi beragama. Moderasi itu
artinya moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam menyikapi perbedaan
dan keragaman.8
Kata moderat dalam bahasa Arab dikenal dengan al-wasathiyah
sebagaimana terekam dari QS.al-Baqarah [2] : 143.
َو َك َٰذ ِلَك َج َعۡل َٰن ُك ۡم ُأَّم ٗة َو َس ٗط ا ِّلَتُك وُنوْا ُش َهَدٓاَء َع َلى ٱلَّناِس َو َيُك وَن ٱلَّرُس وُل َع َلۡي ُك ۡم َش ِه يٗد ۗا َو َم ا َج َعۡل َن ا ٱۡل ِقۡب َل َة ٱَّلِتي
ُك نَت َع َلۡي َهٓا ِإاَّل ِلَنۡع َلَم َم ن َيَّتِبُع ٱلَّرُس وَل ِم َّم ن َينَقِلُب َع َلٰى َع ِقَبۡي ِۚه َو ِإن َك اَنۡت َلَك ِبيَر ًة ِإاَّل َع َلى ٱَّلِذ يَن َه َدى ٱُۗهَّلل َو َم ا
مٞف َّرِح يَٞك اَن ٱُهَّلل ِلُيِض يَع ِإيَٰم َنُك ۚۡم ِإَّن ٱَهَّلل ِبٱلَّناِس َلَرُء و
Artinya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam)
”umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan
kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang.
Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.”
Kata al-Wasath pada ayat tersebut memiliki makna yang berarti terbaik
dan paling sempurna. Dalam hadis disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan
adalah yang berada di tengah-tengah. Dalam melihat dan menyelesaikan satu
persoalan, Islam moderat mencoba melakukan pendekatan kompromi dan berada
di tengah-tengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan, baik perbedaan agama
ataupun mazhab, Islam moderat mengedepankan sikap toleransi, saling
8
Bahri, A. (2023). Moderasi beragama di Indonesia yang multikultural. ALBAHRU, 2(1).
7
menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama
dan mazhab, sehingga semua pihak dapat menerima keputusan dengan kepala
dingin, tanpa harus terjadi konflik.9 Oleh karena itu moderasi beragama
merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di Indonesia.
Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring berkembangnya
zaman, dan tidak saling menegaskan antara agama dan kearifan lokal. Tidak saling
mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran dan dengan
kepala dingin.
Dalam konteks beragama, memahami teks agama saat ini terjadi
kecenderungan penolakan pemeluk agama dalam dua kutub ekstrem. Satu kutub
terlalu menyanjung tinggi teks tanpa menghiraukan sama sekali kemampuan akal/
nalar. Teks Kitab Suci dipahami lalu kemudian diamalkan tanpa memahami
konteks. Beberapa golongan yang ada menyebut kutub ini sebagai golongan
konservatif (golongan yang terlalu memegang teguh terhadap tradisi, sehingga
cenderung bersifat tertutup). Kutub ekstrem yang lain, sebaliknya, yang sering
disebut kelompok liberal, terlalu mendewakan akal pikiran sehingga mengabaikan
teks itu sendiri.10
Dalam pandangan Islam Moderat adalah mendahulukan sikap toleran
dalam perbedaan. Keterbukaan menerima keberagamaan. Baik beragam dalam
mazhab maupun beragam dalam beragama. Perbedaan bukan menjadi halangan
untuk menjalin kerja sama, dengan asas kemanusiaan. Meyakini agama Islam
yang paling benar, tidak berarti harus melecehkan agama orang lain. Sehingga
akan terjadilah persaudaraan dan persatuan antar agama. Moderasi harus dipahami
dan ditumbuh kembangkan sebagai komitmen bersama untuk menjaga
keseimbangan yang sempurna, di mana setiap warga masyarakat, apapun suku,
etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya, Masyarakat masih harus saling
mendengarkan satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola
dan mengatasi perbedaan di antara mereka.
9
Arisah, Y., & Yunita, N. (2022). Nilai-Nilai Pendidikan Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an
surah al-Baqarah ayat 143 dan 256 (Studi komparatif Penafsiran M. Quraish Shihab dan
Hamka). AL-HUDA: Journal of Qur'anic Studies, 1(1), 1-28.
10
Harahap, H. S. M., Siregar, H. F. A., & Darwis Harahap, S. (2022). Nilai dan praktik moderasi
beragama berbasis kearifan lokal di Sumatera Utara. Merdeka Kreasi Group.
8
Dalam rangka mewujudkan moderasi tentu harus dihindarinya sikap
inklusif. Menurut Shihab bahwa konsep Islam inklusif adalah tidak hanya sebatas
pengakuan akan kemajemukan masyarakat, tapi juga harus diaktualisasikan dalam
bentuk keterlibatan aktif terhadap kenyataan tersebut. Sikap inklusivisme yang
dipahami dalam pemikiran Islam adalah memberikan ruang bagi keragaman
pemikiran, pemahaman dan persepsi keislaman.11
Dalam pemahaman ini, kebenaran tidak hanya terdapat dalam satu
kelompok saja, melainkan juga ada pada kelompok yang lain, termasuk kelompok
agama sekalipun. Pemahaman ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa pada
dasarnya semua agama membawa ajaran keselamatan. Perbedaan dari satu agama
yang dibawah seorang nabi dari generasi ke generasi hanyalah syariat saja. Jadi
sangat valid bahwa moderasi beragama sangat erat dalam menjaga kebersamaan
dengan memiliki sikap ‘tenggang rasa’, sebuah warisan leluhur yang mengajarkan
kita untuk saling memahami satu sama lain yang berbeda dengan kita.
Seruan untuk selalu menyuarakan moderasi, mengambil jalan tengah,
melalui perkataan dan tindakan bukan hanya menjadi kepedulian para pelayan
publik seperti penyuluh agama, atau warga Kementerian agama saja, namun
seluruh warga negara Indonesia dan seluruh umat manusia juga harus
menyuarakan moderasi, sehingga tidak sampai menimbulkan peristiwa buruk
seperti penembakan di masjid Selandia Baru yang menewaskan 50 jamaah salat
jum’at.
Berbagai konflik dan ketegangan antar umat manusia dalam keragaman
agama, suku, paham dan sebagainya telah memunculkan ketetapan internasional
melalui rapat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan tahun 2019
sebagai ”Tahun Moderasi Internasional” (The International Year of Moderation). 12
Penetapan ini jelas sangat relevan dengan komitmen Kementerian Agama untuk
terus menyuarakan moderasi beragama. Dengan begitu, agama menjadi pedoman
hidup dan solusi jalan tengah (the middle path) yang adil dalam menghadapi
masalah hidup dan kemasyarakatan, agama menjadi cara pandang dan pedoman
11
Aspila, A., & Baharuddin, B. (2022). Eksistensi Penyuluh Agama Sebagai Agen Moderasi
Beragama Di Era Kemajemukan Masyarakat Indonesia. La Tenriruwa: Jurnal Bimbingan
Penyuluhan Islam, 1(1), 104-123.
12
Riyanto, W. F., & Suryadi, R. A. (2021). 20 TAHUN PUSAT KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA Kiprah dalam Penguatan Kerukunan dan Moderasi Beragama di Indonesia.
9
yang seimbang antara urusan dunia dan akhirat, akal dan hati, rasio dan norma,
idealisme dan fakta, serta individu dan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
tujuan agama diturunkan ke dunia ini agar menjadi tuntunan hidup, agama
diturunkan ke bumi untuk menjawab berbagai persoalan dunia, baik dalam skala
mikro maupun makro, keluarga (privat) maupun negara (publik).
13
Op.Cit., Aspila, A., & Baharuddin, B. (2022).
10
dihadapi masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai
masyarakat umum.
c. Fungsi administratif: penyuluh agama juga memiliki tugas untuk
merencanakan, melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan
dan bimbingan yang telah dilakukannya.14
15
Untuk menjalankan fungsi penyuluh agama secara optimal, maka dalam
naskah akademik Kementerian Agama RI disebutkan pokok-pokok kemampuan
yang diperlukan, yaitu :
a. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memonitor variabel-variabel dan
isu-isu penting bagi vitalitas masyarakat (sebagaimana fungsi tersebut
dilakukan misalnya isu demografis, ekonomi, pelayanan manusia,
lingkungan dan lain-lain) dan kemampuan untuk menggunakan dan
menerapkan variabel-variabel dalam memprioritaskan program,
perencanaan dan penyerahan atau disebut Proses aksi sosial.
b. Kesadaran, komitmen dan kemampuan termasuk rasa memiliki terhadap
berbagai budaya yang berbeda, asumsi-asumsi, norma-norma, kepercayaan
dan nilai-nilai multibudaya, atau Keanekaragaman budaya.
c. Kemampuan merencanakan, mendesain, penerapan, mengevaluasi,
menghitung dan menjual program penyuluhan untuk memperbaiki mutu
hidup sasaran penyuluhan atau Pemrograman bidang penyuluhan.
d. Kemampuan untuk mengenali, memahami, memudahkan peluang dan
sumber daya yang diperlukan sebagai respon terbaik terhadap kebutuhan
dari individu dan masyarakat binaan (Perikatan).
e. Menguasai keterampilan berkomunikasi baik lisan dan tulisan, penerapan
teknologi dan metode-metode penyuluhan untuk mendukung program-
program penyuluhan dalam memandu perubahan perilaku kelompok
sasaran penyuluhan (Penyampaian pendidikan dan informasi).
f. Kemampuan interaksi yang efektif dengan individu dan kelompok binaan
yang beragam untuk mewujudkan kerjasama, membangun jaringan dan
sistem dinamis (Hubungan antara pribadi).
14
Manap, A. (2022). MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan Kebudayaan
Hindu, 13(3), 229-242.
15
Op.Cit., Akhmadi, A. (2019).
11
g. Pemahaman sejarah, filsafat dan karakteristik dari penyuluhan
(Pengetahuan tentang organisasi).
h. Kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok-kelompok
binaan yang berbeda secara positif, atau pengelolaan organisasi penyuluh .
i. Kemampuan untuk menetapkan struktur, mengorganisir proses,
pengembangan, dan memonitor sumber daya serta memimpin perubahan
untuk memperoleh hasil-hasil penyuluhan secara efektif dan efisien atau
fungsi kepemimpinan.
Adanya moderasi beragama, kita dapat mewujudkan keharmonisan dalam
hidup berbangsa dan beragama, yaitu dengan sikap beragama yang sedang atau di
tengah-tengah dan tidak berlebihan. Tidak mengklaim diri atau kelompoknya yang
paling benar, tidak menggunakan legitimasi teologis yang ekstrem, tidak
menggunakan paksaan apalagi kekerasan, dan netral dan tidak berafiliasi dengan
kepentingan politik atau kekuatan tertentu. Sikap moderasi tersebut perlu
disosialisasikan, diberi pendidikan, ditumbuh-kembangkan dengan suri teladan
para penyuluh agama.16
Para penyuluh dapat memposisikan diri untuk ikut ambil bagian dalam
moderasi beragama, yang menghadirkan kedamaian beragama pada setiap
kegiatan penyuluhannya. Bangunan masyarakat yang toleran, damai perlu
dioptimalkan oleh para penyuluh melalui kegiatan atau tahapan melakukan
perencanaan kegiatan, mengorganisir kegiatan, melaksanakan kegiatan serta
melakukan pengawasan untuk mengevaluasi program moderasi beragama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
Untuk menghadapi keragaman ada di dunia, maka diperlukan sikap
moderasi, Sikap moderasi berupa pengakuan atas keberadaan pihak lain,
pemilikan sikap toleran, penghormatan atas perbedaan pendapat, dan tidak
memaksakan kehendak dengan cara kekerasan.
Untuk mewujudkan keharmonisan dan kedamaian dalam Masyarakat
Indonesia, diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para
penyuluh agama untuk mensosialisasikan,menumbuhkembangkan wawasan
moderasi beragama.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Acep, V. D. A., Murtini, E., & Santoso, G. (2023). Menghargai Perbedaan:
Membangun Masyarakat Multikultural. Jurnal Pendidikan
Transformatif, 2(2), 425-432.
Akhmadi, A. (2019). Moderasi beragama dalam keragaman Indonesia. Inovasi-
Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45-55.
Alfindo, A. (2023). Pentingnya Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam
Masyarakat. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 25(2), 242-251.
13
Arisah, Y., & Yunita, N. (2022). Nilai-Nilai Pendidikan Moderasi Beragama dalam
Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 143 dan 256 (Studi komparatif
Penafsiran M. Quraish Shihab dan Hamka). AL-HUDA: Journal of
Qur'anic Studies, 1(1), 1-28.
Arzaq, R. S. Z., Salim, M. N., & Said, A. (2020). URGENSI PENDIDIKAN
TOLERANSI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL (Studi
Analisis QS. Al Baqarah ayat 256 dan QS. Al Hujurat ayat 13). Education,
Learning, and Islamic Journal, 2(02), 72-97.
Aspila, A., & Baharuddin, B. (2022). Eksistensi Penyuluh Agama Sebagai Agen
Moderasi Beragama Di Era Kemajemukan Masyarakat Indonesia. La
Tenriruwa: Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 1(1), 104-123.
Bahri, A. (2023). Moderasi beragama di Indonesia yang
multikultural. ALBAHRU, 2(1).
Harahap, H. S. M., Siregar, H. F. A., & Darwis Harahap, S. (2022). Nilai dan
praktik moderasi beragama berbasis kearifan lokal di Sumatera Utara.
Merdeka Kreasi Group.
Kisswanto, E., & Hayati, F. (2023, Januari). Nilai-nilai Pendidikan Moral dalam
Al-Qur'an Surat Al-Maidah Ayat 8. In Bandung Conference Series:
Islamic Education (Vol. 3, No. 1, pp. 158-163).
Manap, A. (2022). MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah
Pendidikan, Agama dan Kebudayaan Hindu, 13(3), 229-242.
Rahma, Z. N., & Hilmi, M. A. (2023). Maqashidi Interpretation of QS Al-Baqarah
[2]: 208 Regarding Kaffah Islam. Spiritus: International Journal of
Religious Studies and Education, 1(3), 36-43.
Riyanto, W. F., & Suryadi, R. A. (2021). 20 TAHUN PUSAT KERUKUNAN
UMAT BERAGAMA Kiprah dalam Penguatan Kerukunan dan Moderasi
Beragama di Indonesia.
Saddam, S., Mubin, I., & SW, D. E. M. (2020). Perbandingan Sistem Sosial
Budaya Indonesia Dari Masyarakat Majemuk Ke Masyarakat
Multikultural. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan Sejarah, 5(2), 136-145.
14
Selpia, E., & Udhiyana, N. (2023). PERAN MODERASI BERAGAMA DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN. Islamic Education, 1(3), 365-
384.
15