Anda di halaman 1dari 4

Biografi Abu Nu’aim al-Asbahani

Nama : Wulan Marlina


NIM : 1608105076

A. Nama dan Tempat Lahir


Abu Nu`aym al-Isfahani (‫ )أبو نعيم األصفهاني‬nama lengkap Ahmad ibn `Abd Allāh ibn
Ahmad ibn Ishāq ibn Mūsā ibn Mahrān al-Mihrānī al-Asbahānī (atau al-Asfahānī) al-Ahwal
al-Ash'arī al-Shāfi `Ī, d 1038 / AH 430) adalah seorang sarjana Muslim Persia. Nama
Ashbahan yang menjadi nisbat pada namanya, merupakan sebuah kota yang sampai sekarang
masih ada, terletak di Negara Iran. Kadang, dikenal juga dengan sebutan Ashfahan. Ia
adalah al-Imam al-Hafidz al-Kabir (Imam hafidz besar), ahli hadis yang tsiqat,
dan al-‘Allamah (banyak ilmunya) dalam fikih, tasawuf dan nihayah. Lahir di era Buwayhid
Isfahan, ia melakukan perjalanan secara luas, mengunjungi Nishapur, Basra, Kufah, Baghdad,
Mekah dan Andalusia. Dia adalah penulis Hilyat al-awliya yang diduga, salah satu sumber
terpenting untuk perkembangan awal tasawuf, dan pemancar hadis Syafi'i. Dia dianggap
sebagai salah satu otoritas hadis terbaik oleh Khatib al-Baghdadi kontemporer dan oleh
Dhahabi dan Taqi al-Din al-Subki.

Ia dilahirkan di Esfahan (Iran) pada bulan rajab tahun 366 H. Ada juga yang
berpendapat, ia lahir tahun 334 H. ayahnya bernama al-Imam az-Zahid Muhammad bin
Yusuf al-bina, orang yang pertama masuk islam dalam keturunannya. Dari ayahnya inilah
beliau memperoleh ilmu, hingga ketika umurnya 6 tahun ia mendapati ayahnya menghadiri
pertemuan dengan syaikh-syaikh besar dari berbagai pelosok, seperti Khaisamah bin
Sulaiman dari Syam, Abul Abbas dari Naisabur dan lain-lain. Beliau wafat  pada bulan safar,
atau dikatakan pula pada hari senin tanggal 21 Muharam tahun 430 H atau 23 Oktober 1038
pada usianya yang ke 64, lalu beliau dimakamkan di Esfahan. Demikian berdasarkan paparan
para ulama yang menuliskan biografinya. Usia beliau banyak dihabiskan dengan belajar,
mengajar dan menulis. Abu Nu’aim menceritakan bahwa Mihran, ialah kakek moyangnya
yang pertama kali masuk Islam. Dia sebagai maula ‘Abdullah bin Mu’awiyah bin ‘Abdillah
bin Ja’far bin Abi Thalib. Sejak usia masih belia, Abu Nu’aim telah mengarungi dunia
thalabul ‘ilmi, lantaran perhatian besar sang ayah kepadanya. Maka berkat kemampuan
ilmiahnya, tak ayal, gelar imam, ats tsiqah, ‘allamah serta Syaikhul Islam telah tersemat

1 | B i o g r a fi Abu Nu’aim Al-ashbahani


padanya. Sampai-sampai adz Dzahabi menyatakan,”Tokoh-tokoh ilmu dunia telah
memberikan ijazah baginya pada tahun 340-an H, padahal usianya baru 6 tahun.” Dia
mendapatkan ijazah (rekomendasi untuk meriwayatkan) dari banyak ulama, tanpa ada orang
lain yang menyamainya. Abu Muhammad bin Faris, adalah orang pertama yang
memberikannya. Beliau tidak hanya piawai dalam disiplin ilmu hadits. Dalam medan qira`ah
pun, kemampuannya terakui. Beliau telah meriwayatkan banyak qira`ah langsung melalui ath
Thabrani. Abul Qasim al Hudzali mengambil ilmu qira`ah darinya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila Ibnul Jazari menulis biografi Abu Nu’aim dalam karyanya, Ghayatun
Nihayah fi Thabaqatil Qurra`. Ilmu fiqih juga termasuk bidang yang beliau kuasai. Sehingga
Abu Nu’aim terkenal sebagai ahli fiqih dalam madzhab Syafi’i. Karenanya, as Subki, al
Isnawi dan Ibnu Hidayatullah memasukkannya dalam Thabaqat asy Syafi’iyyah.

B. Guru dan Murid-Muridnya


Dalam perjalanannya mencari ilmu ia pernah pergi ke Irak, Hijaz, dan Khurasan.
Guru pertamanya adalah kakeknya master Sufi Muhammad ibn Yusuf al-Banna 'al-Asbahânî
dan ayahnya, seorang sarjana hadis yang telah melakukan perjalanan di seluruh dunia Islam.
Ia mempunyai banyak sekali guru di antaranya :
1. Abu Muhammad bin Abdullah bin Jafar bin Paris
2. Ahmad bin Ma’bad as-Samar
3. Ahmad bin Muhammad al-Qashar dan lain-lain.

Begitu juga dengan muridnya, ia juga memiliki banyak murid seperti :


1. Abu Sholah al-Mu’adzdzin
2. Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim
3. Sulaiman bin Ibrahim al hafidz
4. al-Khatib
5. al-Malini
6. al-Dhakwânî
7. Abu al-Fadl Hamd bin Ahmad al-Haddad
8. saudaranya Abu `Ali al-Hasan dan lain-lain, bahkan disebutkan jumlah muridnya ini
mencapai 80 orang .
Pada masa Abu Nu’aim kajian sangat difokuskan kepada dirasah al-Qur’an karena
hal itu merupakan kewajiban yang pertama bagi setiap muslim, namun disamping itu pada
masanya juga dibolehkan dan sudah banyak orang yang melakukan periwayatan hadis, lebih

2 | B i o g r a fi Abu Nu’aim Al-ashbahani


tepatnya periwayatan tanpa bertemu dengan guru atau rawi hadisnya secara langsung, atau
yang disebut dengan ijazah (sertifikat) yakni meriwayatkan hadis yang ada pada kitab
seorang rawi. Seperti yang dilakukan oleh Ibn Yunus as-Shufdi (346 H), ia tidak melakukan
rihlah untuk sima’ selain pada orang yang sezaman dengannya namun ia berhasil menjadi
seorang Imam hadis. Pada masanya pula banyak bermunculan ulama-ulama besar hadis
seperti Ibn Mandah (395 H) yang mengumpulkan 1.700 hadis, Ibn Uqdah (332 H) yang hafal
sampai 50.200 sanad dan matan hadis, Abu Hasan ad-Daruqutni pembesar ulama hadis kurun
keempat, al-hakim an-Naisabury dan lain-lain.

C. Karya Abu Nu’aim al-Asbahani


Beliau juga termasuk ulama yang sangat banyak karyanya, diantaranya yaitu :
1. Tarikh Asbahan
2. ma’rifah Shabah
3. Ulum al-Hadits
4. Mustakhraj al Bukhari
5. Mutakhraj ‘ala Shahih Muslim
6. Kitab Aliyyah al-Aulia wa Thabaqah al-Ashfiya, kitab yang terakhir ini mendapat
banyak pujian dari para ulama.

Demikian sekilas riwayat hidup Abu Nu’aim, yang selama hidupnya banyak dihabiskan
dengan belajar, mengajar dan menulis. Semoga Allah memberikan limpahan pahala bagi
beliau dan menempatkannya di Jannatun Na’im.

3 | B i o g r a fi Abu Nu’aim Al-ashbahani


DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Abu_Nu%60aym

http://www.sunnah.org/history/Scholars/abu_nuaym_al_asbahani.htm

https://selasarmuslim.wordpress.com/2015/01/29/studi-kitab-al-mustakhraj-abu-nuaim-al-
ashbahani/

http://al-aisar.com/kategori-buku/sejarah-siroh-biografi/1594/hilyatul-auliya-sejarah-dan-
biografi-ulama-salaf-jilid-08-detail

4 | B i o g r a fi Abu Nu’aim Al-ashbahani

Anda mungkin juga menyukai