Anda di halaman 1dari 12

ASBABUN NUZUL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. Rendi Kurniawan (1820202150)


2. Ricky Rinanda (1820202152)
3. Ahmad Muzakki Ramadhan (1830202167)

DOSSEN PENGAMPU : Syarnubi, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam
yang pertama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan
agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Al-Quran sendiri dalam proses
penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu
berangsur-angsur. Al-Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke
arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah-Nya, juga memberitahukan
hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita-berita yang akan
datang.
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa
sejarah, bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan
penjelasan hukum Allah atau masih kabur bagi mereka dan terkadang Pada masa
Rasulullah ada suatu pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan maksud
meminta ketegasan hukum atau memohon penjelasan secara terperinci tentang
urusan-urusan agama, sehingga turunlah beberapa ayat dari ayat-ayat al-Qur’an untuk
menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul itu. Hal yang seperti itulah yang
dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang al-qur’an disebut dengan ilmu ‘Ulumul
Quran. Sedangkan ‘Ulumul Qur’an itu sendiri masih terbagi lagi menjadi beberapa
aspek disiplin ilmu dan salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Asbabunnuzul.
Asbabun nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan
diteliti oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara
mendalam. Berdasarkan pemahaman para ahli tafsir mengenai pentingnya
mempelajari Asbabun Nuzul maka ilmu ini perlu dikembangkan untuk dipahami oleh
umat manusia. Oleh karena itu penulis akan membahas apa itu Asbabun nuzul.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu Asbabun Nuzul ?
2. Bagaimana pengertian Asbabun Nuzul menurut bahasa, istilah, dan serta
para ulama ?
3. Sebutkan macam-macam dan pembagian Asbab Al-Nuzul ?
4. Apa saja manfaat mempelajari Asbabun Nuzul ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sekilas Ilmu Asbabun Nuzul

B. Pengertian Asbabun Nuzul


Kata Asbabun Nuzul berasal dari dua kata, yaitu ‫ أسباب‬dan ‫النزول‬. Menurut al-
Munawwir, kata ‫ أسباب‬adalah bentuk plural dari kata ‫ السبب‬yang berarti sebab, alasan,
dan illat. Sedangkan kata ‫ النزول‬berasal dari kata ‫ نزل‬yang berarti turun.

Definisi Asbabun Nuzul secara etimologis berarti sebab atau alasan turunnya
ayat-ayat Al-Quran. Ungkapan asbāb al-nuzūl khusus dipergunakan untuk
menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an.1

Sedangkan secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, di antaranya


sebagai berikut.

1. Menurut M. Hasbi al-Shiddieqy, Asbābun Nuzūl ialah sesuatu yang dengan


sebabnya lah turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,
atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya, pada
masa terjadinya peristiwa itu.
2. Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran, yang
dimaksud dengan Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi
mengiringi ayat-ayat itu diturunkan untuk membicarakan peristiwa
tersebut,atau menjelaskan ketentuan hukumnya.
3. Menurut Manna Al-Qahtan Asbabun Nuzul adalah sebagai peristiwa yang
menyebabkan ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa
tersebut,baik berupa pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu.
4. Menurut Ash-Shabuni “Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan

1
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia, 2007). Hlm 60.

3
dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.”
5. Suhbhi al-Shalih mendefinisikan Asbāb al-Nuzūl sebagai sesuatu yang dengan
sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,
atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada
masa terjadinya sebab tersebut.
Dari beberapa pengertian yang dirumuskan oleh para ulama, maka dapat
disimpulkan bahwa Asbabun Nuzul adalah suatu peristiwa atau pertanyaan yang
menjadi latar belakang turunnya ayat suci Al-Qur’an dan ayat tersebut akan
menjelaskan jawaban untuk menjadi penyelesaian masalah dari peristiwa yang
sedang, telah, maupun akan terjadi atau pertanyaan tadi.

C.

A. Macam-Macam dan Pembagian Asbabun Nuzul

a. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam


Riwayat Asbab An-Nuzul
Ada dua jenis redaki yang digunakan oleh perawi dalam
mengungkapkan riwayat asbab an-nuzul, yaitu:
1. Sharih(Visionable/jelas)

4
Artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbab an-nuzul, dan
tidak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan
termasuk sharih bila perawi megatakan:
“sebab turun ayat ini adalah...”
Atau ia menggunakan kata “maka” (fa taqibiyah) setelah ia
mengatakan peristiwa tertentu. Misalnya ia mengatakan:
“Telah terjadi..., maka turunlah ayat...”
“Rasulullah pernah ditanya tentang..., maka turunlah ayat...”
Contoh riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi sharih
adalah sebuah riwayat yang dibawakan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi
berkata, “apabila seorang suami mendatangi “qubul” istrinya dari belakang,
anak yang lahir akan juling.” Maka turunlah Q.S. Al-Baqarah ayat 223.
“223. isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok
tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-
Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”( Q.S. Al-Baqarah
ayat 223.)

2. Muhtamilah
Bila perawi mengatakan:
“Ayat ini turun berkenaan dengan ...”
Misalnya, riwayat Ibnu Umar yang menyatakan:
“ayat,istri-istri kallian adalah (ibarat) tanah tempat bercocok tanam,
turun berkenaan dengan mendatangi(menyetubuhi) istri dari belakang.”(H.R.
Bukhari).
Atau perawi mengatakan:
“saya kira ayat ini turun berkenaan dengan...”

5
Mengenai riwayat asbab an-nuzul yang menggunakan redaksi
“muhtamilah”, Az-Zarkasy menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi ‘Ulum
Al-Quran:
“sebagaimana diketahui, telah terjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan
Tabi’in, jika seorang di antara mereka berkata, ‘Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan...’. Maka yang dimaksud adalah ayat itu mencakup ketentuan hukum
tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.”

Skema
Redaksi Periwayatan Asbab An-Nuzul

Asbab An-Nuzul hadzihi al ayat


kadz ...
Pasti(sharih) Hadatsa kadza ... fanazalat al-ayat ...
Su'ila Rasulullah 'an kadza ...
fanazalat al ayat ...
Redaksi Riwayat
Asbab An-Nuzul Nazalat hadzihi al-ayat fi kadza ...
Ahsabu hadzihi al-ayat nazalat fi
Tidak kadza ...
Pasti(Muhtamil) Ma ahsabu hadzihi al-ayat nazalat illa
fi kadza

b. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk Satu


Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul
1. Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu Ayat (Ta’addud As-Sabab wa
Nazil Al-wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbab an-Nuzul
dalam satu versi. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbab

6
an-Nuzul. Tentu saja, hal itu tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-
riwayat itu tidak mengandung kontradiksi.
Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula
dalam kualitasnya.
Untuk mengatasi variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari
sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut.
a. Tidak Mempermasalahkannya
Cara ini ditempuh apabila variasi riwayat-riwayat asbab An-Nuzul ini
menggunakan redaksi muhtamilah(tidak pasti).
b. Mengambil versi riwayat asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi
sharih.
Cara ini digunakan bila ssalah satu versi riwayat asabab An-Nuzul itu
tidak menggunakan redaksi sharih(pasti).
c. Mengambil versi riwayat yang sahih(valid)
Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi
“sharih”(pasti), tetapi kualitas salah satunya tidak sahih.

Adapun terhadap variasi riwayat asbab An-Nuzul dalam satu ayat,


versi berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Mengambil versi riwayat yang sahih.
Cara ini mengambil bila terdapat dua versi riwayat tentang asbab An-
Nuzul satu ayat, satu versi berkualitas sahih, sedangkan yang lainnya tidak.
Misalnya dua versi riwayat asbab An-Nuzul kontradiktif untuk surat Adh-
Dhuha[93] ayat 1-3.
b. Melakukan studi selektif (tarjih)
Langkah ini diambil bila kedua versi asbab An-Nuzul yang berbeda-
beda itu kualitasnya sama-sama sahih. Seperti asbab An-Nuzul yang berkaitan
dengan turunnya ayat tentang roh.
c. Melakukan studi kompromi (jama’)

7
Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-
sama memiliki status kesahihan hadis yang sederajat dan tidak mungkin
dilakukan tarjih.

8
Skema
Variasi Periwayatan Asbab An-Nuzul

Muthamilah-Sharih
Sisi Redaksi Muthamilah-Muhtamilah
Sharih-Sharih
Variasi
Periwayatan
Asbab An-Nuzul
Shahih-Tidak Shahih
Sisi Kualitas Shahih-Shahih
Tidak Shahih-Tidak Shahih

2. Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)


Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau
lebih. Hal ini dalam Ulumul Quran disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil
wa As-Sabab Al-Wahid”(terbilang ayat yang turun,sedangkan sebab turunnya
satu). Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang
diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama
adalah riwayat asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari,
Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas. Demikian pula Al-Hakim
meriwayatkan hadis yang sama, redaksi yang sama dan mengatakan , “Maka
Allah menurunkan surah Al-Mujadalah[58] ayat 18-19.2

2
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Quran (Bandung : Pustaka Setia, 2007). H. 67-76

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai