Anda di halaman 1dari 18

KABUPATEN AGAM DIRANAH MINANG

DISUSUN OLEH : RENDI KURNIAWAN (1820202150)

DOSEN PENGAMPU : ROMLI, M. Pd

PRIGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBNAG

2019
Kabupaten Agam Di Ranah Minang

A. Latar Belakang

B. Sejarah Kabupaten Agam


Kabupaten Agam adalah sebuah kabupaten yang ada di wilayah provinsi
Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten Agam memiliki wilayah seluas 2.232,30 km²,
atau setara dengan 5,29% x 42.297,30 km² dari luas provinsi Sumatera Barat.
Kabupaten ini berada di wilayah pegunungan yang terbentuk dari dua jalur basin,
yaitu Batang Agamdi bagian utara dan Batang Antokandi bagian selatan. Jumlah
penduduk Kabupaten Agam pada sensus tahun 2009-2016 terdiri dari 49.15% laki-
laki dan 50.85% perempuan.
Kabupaten Agam mempunyai sejarah yang panjang dan komplit, baik di
bidang Pemerintahan maupun di bidang adat istiadat. Diawali dari Kerajaan
Minangkabau pada pertengahan abad ke-17, dimana rakyat Minangkabau telah
memanggul senjata untuk berontak melawan penjajahan Belanda.
Pemerintahan Minangkabau yang disebut Ranah Minang, dimana Kabupaten
Agam tempo dulu, selain Sumatera Barat juga termasuk daerah Limo Koto Kampar (
Bangkinang ) yang sekarang termasuk Propinsi Riau, Daerah Kabupaten Kerinci (
Sungai Penuh ) sekarang termasuk Propinsi Jambi dan sebagian daerah Tapanuli

1
Selatan ( Koto Napan ) yang sekarang secara administrasi berada di Propinsi
Sumatera Utara.
Pemerintahan adat mencakup Luhak dan Rantau, Luhak adalah daerah inti
Minangkabau yang terdiri dari tiga daerah dimana Pemerintahan Wilayah Luhak
terdiri dari Luhak Tanah Datar, Luhak Limo Puluah dan Luhak Agam. Sedangkan
rantau adalah daerah tempat orang Minang mencari penghidupan sambil bermukim
buat sementara. Komisariat Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera yang
berkedudukan di Bukittinggi mengeluarkan peraturan tentang pembentukan daerah
Otonom Kabupaten di Sumatera Tengah yang terdiri dari 11 Kabupaten yang salah
satunya Kabupaten Singgalang Pasaman dengan ibukotanya Bukittinggi yang
meliputi kewedanan Agam Tuo, Padang Panjang, Maninjau, Lubuk Sikaping dan
Kewedanaan Talu ( kecuali Nagari Tiku, Sasak dan Katiagan).
Dalam masa Pemerintahan Belanda, Luhak Agam dirubah statusnya menjadi
Afdeling Agam yang terdiri dari Onder Afdeling Distrik Agam Tuo, Onder Afdeling
Distrik Maninjau dan Onder Afdeling Distrik Talu. Pada permulaan Kemerdekaan RI
tahun 1945 bekas Daerah Afdeling Agam dirubah menjadi Kabupaten Agam yang
terdiri dari tiga kewedanan masing-masing Kewedanaan Agam Tuo, Kewedanaan
Maninjau dan Kewedanaan Talu.
Dengan Surat Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah No. 171 tahun
1949, daerah Kabupaten Agam di perkecil dimana Kewedanaan Talu dimasukkan ke
daerah Kabupaten Pasaman, sedangkan beberapa nagari
di sekitar Kota Bukittinggi dialihkan ke dalam lingkungan administrasi Kotamadya
Bukittinggi.
Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah tersebut dikukuhkan dengan
Undang-undang No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Tingkat II dalam
lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, sehingga daerah ini menjadi Daerah Tingkat
II Kabupaten Agam.
Pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, ibukota Kabupaten Agam telah
berada di Lubuk Basung yang dikuatkan dengan dikeluarkannya Peraturan

2
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Pemindahan Ibukota
Kabupaten Daerah Agam Dari Wilayah Kotamadya Daerah Bukittinggi ke Kota
Lubuk Basung di wilayah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Daerah Tingkat II
Agam.
Kabupaten Agam memiliki 16 kecamatan, 82 nagari (kelurahan). Nagari
adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di provinsi Sumatra
Barat, Indonesia. Istilah nagari menggantikan istilah desa atau kelurahan, yang
digunakan di provinsi lain di Indonesia

Kecamatan Nama Kota Luas Jumlah


Kecamatan Daerah Nagari
(KM2)
Tanjung Mutiara Tiku 205,73 3
Lubuk Basung Lubuk 278,40 5
Basung
Ampek Nagari Bawan 268,69 4
Tanjung Raya Maninjau 244,03 9
Matur Matur 93,69 6
IV Koto Balingka 68,72 7
Malalak Malalak 104,49 4
Banuhampu Sungai 28,45 7
Buluh
Sungai Pua Limo Suku 44,29 5
Ampek Angkek Biaro 30,66 7
Canduang Lasi 52,29 3
Baso Baso 70,30 6
Tilatang Kamang Pakan Kamis 56,07 3
Kamang Magek Magek 99,60 3
Palembayan Palembayan 349,81 6
Palupuh Palupuh 237,08 4
Jumlah 16 2.232,30 82

Jadi itulah sejarah singkat dari zaman kolonial hingga kemerdekaan dan
pembagian wilayah yang terdapat pada Kabupaten Agam, yang awalnya berasal dari
luhak nan tigo, diantara luhak nan tigo itu ada luhak agam yang diubah statuusnya
menjadi Afdeling Agam pada masa pemerintahann belanda nantinya dikukuhkan
menjadi kabupaten agam setelah kemerdekaan.

3
C. Kebudayaan dan Seni
Berdasarkan historis, budaya Minangkabau berasal dari Luhak Nan Tigo,
yang kemudian menyebar ke wilayah rantau di sisi barat, timur, utara dan selatan dari
Luhak Nan Tigo. Budaya Minangkabau pada mulanya bercorakkan budaya animisme
dan Hindu-Budha. Kemudian sejak kedatangan para reformis Islam dari Timur
Tengah pada akhir abad ke-18 (rujukan), adat dan budaya Minangkabau yang tidak
sesuai dengan hukum Islam dihapuskan. Para ulama mendesak Kaum Adat untuk
mengubah pandangan budaya Minang yang sebelumnya banyak berkiblat kepada
budaya animisme dan Hindu-Budha, untuk berkiblat kepada syariat Islam.
Reformasi budaya di Minangkabau terjadi setelah Perang Padri yang berakhir
pada tahun 1837. Hal ini ditandai dengan adanya perjanjian di Bukit Marapalam
antara niniak mamak(tokoh adat), alim ulama, dan cadiak pandai (cerdik pandai).
Mereka bersepakat untuk mendasarkan adat budaya Minang pada syariat Islam.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah adagium yang berbunyi: Adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah. Syarak mangato adat mamakai. (Adat bersendikan
kepada syariat, syariat bersendikan kepada Al-Quran).
Sejak reformasi budaya dipertengahan abad ke-19, pola pendidikan dan
pengembangan manusia di Minangkabau berlandaskan pada nilai-nilai Islam.
Sehingga sejak itu, setiap kampung atau jorong di Minangkabau memiliki masjid,
selain surau yang ada di tiap-tiap lingkungan keluarga. Pemuda Minangkabau yang
beranjak dewasa, diwajibkan untuk tidur di surau. Di surau, selain belajar mengaji,
mereka juga ditempa latihan fisik berupa ilmu bela diri pencak silat.

1. Batagak penghulu
Upacara Batagak Pangulu merupakan salah satu upacara besar yang
menjadi tradisi masyarakat Minangkabau untuk mengukuhkan pemimpin
suku di Minangkabau. Masyarakat etnis Minangkabau hidup dalam budaya
bersuku dan berkaum. Setiap suku biasanya memiliki seorang penghulu suku

4
atau Datuak. Ketika sebuah suku atau kaum mengangkat pimpinan kaumnya
yang baru maka diadakanlah upacara Batagak Pangulu.
Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi bahwa pemimpin itu
hanyalah ditinggikan seranting dan didahulukan selangkah, artinya seorang
pemimpin haruslah dekat dengan masyarakat yang ia pimpin, dan seorang
pemimpin harus siap untuk dikritik jika ia berbuat salah.

2. Makan Bajamba
Makan bajamba sering juga disebut Makan Barapak, tradisi ini sampai
sekarang masih jamak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Makan
Bajamba adalah tradisi makan dengan cara makan bersama di sebuah tempat,
biasanya dilakukan pada hari besar islam, upacara adat atau acara-acara
penting lainnya.

3. Batagak Kudo-kudo
Upacara Batagak Kudo-Kudo merupakan salah satu rangkaian panjang
dari Tradisi masyarakat Minangkabau dalam membangun rumah. Upacara
Batagak Kudo-Kudo sendiri dilakukan saat sebuah rumah baru akan baru
dipasan kuda-kuda. Biasanya upacara ini mirip dengan ‘baralek’ dengan
mengundang orang kampung satu suku dan sanak famili.

4. Adat Matrilineal
Adat matrilineal ini menyandarkan garis keturunan pada ibu (pihak
perempuan) dalam hal penurunan suku, dan dalam nasab keturunan
menyandarkan garis keturunannya pada sang ayah (pihak laki-laki) sesuai
ajaran Islam. Akibat dari adat matrilinel ini sistem pewarisan harta pusaka
milik keluarga kepada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi harta hasil
usaha ayah tetap diwariskan menurut ajaran Islam. Beberapa konsekuensi dari
budaya matrilineal ini diantaranya :

5
a. Keturunan didasarkan pada garis keturunan ibu, sehingga seorang anak
akan dimasukkan kedalam suku yang sama dengan suku ibunya berasal
b. Seorang laki-laki Minang tidak dapat mewarisi nama sukunya kepada
anak, sehingga bila terdapat suku yang tidak memiliki anak perempuan
dalam sukunya maka suku tersebut sudah dianggap sama dengan punah.
c. Setiap orang harus menikah dengan orang diluar sukunya, karena seluruh
orang yang berada di satu suku itu adalah keluarga, bila tidak maka ia
akan dikenai sanksi dengan dikucilkan.
d. Perempuan merupakan pemegang seluruh kekayaan keluarga dan seluruh
harta pusaka keluarga, namun dalam hal penentuan keputusan, laki-laki
masih memiliki hak mengambil putusan.
e. Dalam hal perkawinan menganut sistem matrilokal yakni suami
mengunjungi rumah istrinya (jika keduanya orang minang, dan
kesepakatan 2 keluarga besar)
f. Harta pusaka diwariskan kepada anak perempuan, tetapi harta dari hasil
usaha ayah tetap diwariskan menurut ajaran Islam.

5. Seni Arsitektur
Arsitektur Minangkabau merupakan bagian dari seni arsitektur khas
Nusantara, yang wilayahnya merupakan kawasan rawan gempa. Sehingga
banyak rumah-rumah tradisionalnya yang berbentuk panggung, menggunakan
kayu dan pasak, serta tiang penyangga yang diletakkan di atas batu tertanam.
Namun ada beberapa kekhasan arsitektur Minangkabau yang tak dapat
dijumpai di wilayah lain, seperti atap bergonjong.
Model ini digunakan sebagai bentuk atap rumah, balai pertemuan, dan
kini juga digunakan sebagai bentuk atap kantor-kantor di seluruh Sumatra
Barat. Di luar Sumatra Barat, atap bergonjong juga terdapat pada kantor
perwakilan Pemda Sumatra Barat di Jakarta, serta pada salah satu bangunan di
halaman Istana Seri Menanti, Negeri Sembilan. Bentuk gonjong diyakini

6
berasal dari bentuk tanduk kerbau, yang sekaligus merupakan ciri khas etnik
Minangkabau.

6. Pantun dan pepatah-petitih


Dalam masyarakat Minangkabau, pantun dan pepatah-petitih merupakan
salah satu bentuk seni persembahan dan diplomasi yang khas. Pada umumnya
pantun dan pepatah-petitih menggunakan bahasa kiasan dalam
penyampaiannya. Sehingga di Minangkabau, seseorang bisa dikatakan tidak
beradat jika tidak menguasai seni persembahan. Meski disampaikan dengan
sindiran, pantun dan pepatah-petitih bersifat lugas. Di dalamnya tak ada kata-
kata yang ambigu dan bersifat mendua. Budaya pepatah-petitih, juga
digunakan untuk menghormati tamu yang datang. Biasa digunakan ketika tuan
rumah (si pangka) hendak mengajak tamunya makan. Atau dalam suatu acara
pernikahan. Selain berkembang di Sumatra Barat, pantun dan pepatah-petitih
Minangkabau juga mempengaruhi corak sastra lisan di Riau dan Malaysia.
Contoh :
a. Anak dipangku, kamanakan dibimbiang (Artinya : anak diberikan
nafkah dan disekolahkan, serta kemenakan dibimbing untuk menjalani
kehidupannya)
b. Duduak marauk ranjau, tagak meninjau jarak (Artinya : hendaklah
mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, dan jangan menyia-nyiakan
waktu)
c. Dima bumi dipijak disinan langik dijunjuang (Artinya : dimana kita
tinggal, hendaklah menghargai adat daerah setempat)
d. Gadang jan malendo, cadiak jan manjua (Artinya : seorang pemimpin
jangan menginjak anggotanya, sedangkan seorang yang cerdik jangan
menipu orang yang bodoh)
e. Solok salayo cawan pinggan, barih batatah batang Padi, harok kironyo
ditarang bulan, palito nyalo denai padami (Artinya: Karena

7
mengharapkan sesuatu yang belum pasti,yang sudah nyata dalam
genggaman diabaikan/disia-siakan)
f. Pikiakan tiok ka mangecek, kok muluik lah taloncek ameh tantangannyo
(Artinya: berpikirlah terlebih dahulu sebelum berbicara, jika tidak pasti
akan menghadapi masalah)

7. Seni Ukiran
Masyarakat Minangkabau sejak lama telah mengembangkan seni
budaya berupa ukiran. Kain merupakan media ukiran yang sering
digunakan oleh masyarakat Minang. Selain itu ukiran juga banyak
digunakan sebagai hiasan Rumah Gadang. Ukiran Rumah Gadang biasanya
berbentuk garis melingkar atau persegi, dengan motif seperti tumbuhan
merambat, akar yang berdaun, berbunga dan berbuah. Pola akar biasanya
berbentuk lingkaran, akar berjajaran, berhimpitan, berjalinan dan juga
sambung menyambung. Cabang atau ranting akar berkeluk ke luar, ke
dalam, ke atas dan ke bawah. Disamping itu motif lain yang dijumpai
dalam ukiran Rumah Gadang adalah motif geometri bersegi tiga, empat,
dan genjang.

8. Seni Tari
Tari-tarian merupakan salah satu corak budaya Minangkabau yang
sering digunakan dalam pesta adat ataupun perayaan pernikahan. Tari
Minangkabau tidak hanya dimainkan oleh kaum perempuan tapi juga oleh
laki-laki.
Ciri khas tari Minangkabau adalah cepat, keras, menghentak, dan
dinamis. Adapula tarian yang memasukkan gerakan silat ke dalamnya,
yang disebut randai. Tari-tarian Minangkabau lahir dari kehidupan
masyarakat Minangkabau yang egaliter dan saling menghormati. Dalam
pesta adat ataupun perkawinan, masyarakat Minangkabau memberikan

8
persembahan dan hormat kepada para tamu dan menyambutnya dengan
tarian galombang. Jenis tari Minangkabau antara lain: Tari Piring, Tari
Payung, Tari Pasambahan, dan Tari Indang, Tari Bagalombang.

9. Seni Bela diri


Pencak Silat adalah seni bela diri khas masyarakat Minangkabau yang
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Pada mulanya
silat merupakan bekal bagi perantau untuk menjaga diri dari hal-hal
terburuk selama di perjalanan atau di perantauan. Selain untuk menjaga
diri, silat juga merupakan sistem pertahanan nagari (parik paga dalam
nagari).
Pencak silat memiliki dua filosofi dalam satu gerakan. Pencak
(mancak) yang berarti bunga silat merupakan gerakan tarian yang
dipamerkan dalam acara adat atau seremoni lainnya. Gerakan-gerakan
mancak diupayakan seindah dan sebagus mungkin karena untuk
pertunjukkan. Sedangkan silat merupakan suatu seni pertempuran yang
dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga
gerakan-gerakannya diupayakan sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan
melumpuhkan lawan.
Orang yang mahir dalam silat dinamakan pendekar (pandeka). Gelar
pendekar ini pada zaman dahulunya dikukuhkan secara adat oleh ninik
mamak dari nagari yang bersangkutan. Kini pencak silat tidak hanya
diajarkan kepada generasi muda Minangkabau saja, namun juga telah
menyebar ke seluruh Nusantara bahkan ke Eropa dan Amerika Serikat.

10. Seni Musik


Budaya Minangkabau juga melahirkan banyak jenis alat musik dan
lagu. Di antara alat musik khas Minangkabau adalah saluang, pupuik,
talempong, rabab, bansi, tambua/tambur, alat musik ini biasanya dimainkan

9
dalam pesta adat dan perkawinan. Kini musik Minang tidak terbatas
dimainkan dengan menggunakan empat alat musik tersebut. Namun juga
menggunakan istrumen musik modern seperti orgen, piano, gitar, dan
drum.

D. Masakan Khas
Memasak makanan yang lezat merupakan salah satu budaya dan kebiasaan
masyarakat Minangkabau. Hal ini dikarenakan seringnya penyelenggaraan pesta adat,
yang mengharuskan penyajian makanan yang nikmat. Masakan Minangkabau tidak
hanya disajikan untuk masyarakat Minangkabau saja, namun juga telah dikonsumsi
oleh masyarakat di seluruh Nusantara.
Beberapa masakan khas : rendang, asam padeh, soto padang, sate padang,
dendeng balado, rinuak. Restoran Padang tidak hanya tersebar di seluruh Indonesia,
namun juga banyak terdapat di Malaysia, Singapura, Australia, Belanda, dan Amerika
Serikat. Rendang salah satu masakan khas Minangkabau, telah dinobatkan sebagai
masakan terlezat di dunia.
Masakan Minangkabau merupakan masakan yang kaya akan variasi bumbu.
Oleh karenanya banyak dimasak menggunakan rempah-rempah seperti cabai, serai,
lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, dan bawang merah. Kelapa merupakan salah
satu unsur pembentuk cita rasa masakan Minang. Bahan utama masakan Minang
antara lain daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, dan belut. Orang Minangkabau
hanya menyajikan makanan-makanan yang halal, sehingga mereka menghindari
alkohol dan lemak babi. Teknik memasaknya yang agak rumit serta memerlukan
waktu cukup lama, menjadikannya sebagai makanan yang nikmat dan tahan lama.
E. Cagar Budaya Kabupaten Agam
1. Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA
Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka adalah museum yang terletak di
sekitar tepian Danau Maninjau, tepatnya di Nagari Sungai Batang, Kecamatan
Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Museum ini mulai di

10
bangun pada tahun 2000 dan di resmikan pada tahun 2001 oleh Gubernur
Sumatera Barat waktu itu, Zainal Bakar.
Sesuai dengan namanya, museum ini mengkhususkan diri pada koleksi
benda-benda peninggalan Buya Hamka, yang bangunan nya merupakan
rumah yang ditempati Buya Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke
Padang Panjang. Putra dari pasangan Abdul Karim Amrullah dan Siti Safiyah
Binti Gelanggar, Buya Hamka adalah seorang ulama, politisi dan sastrawan
besar yang dihormati dan disegani di kawasan Asia hingga Timur Tengah.
Hamka sendiri merupakan akronim dari Haji Abdul Malik Karim
Amrullah dan Buya adalah panggilan khas untuk orang Minangkabau. Tak
hanya agama, Buya juga menguasai berbagai ilmu yakni filsafat, sastra,
sejarah, sosiologi, dan politik.

2. Rumah H.R Rasuna Said


Rumah ini merupakan rumah kelahiran dari seorang perempuan
Minangkabau (Sumatera Barat) bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said
atau yang lebih dikenal sebagai H.R. Rasuna Said, Lahir di Maninjau
tanggal 14 September 1910 dan meninggal dij Jakarta 2 November 1965.
H.R Rasuna Said perempuan yang mempunyai kemauan yang keras dan
berpandangan luas.
Dari zaman Kolonial Belanda, Beliau aktif di organisasi politik dan
dank eras serta kritis terhadap kebijakan PemerintahanKolonial Belanda
pada masa itu. Pada tahun 1923, beliau bahkan ditangkap dan dipenjarakan
di semarang. Atas jasa-jasanya dan kontribusinya terhadap perjuangan
Kemerdekaan Indonesia, H.R Rasuna Said ditetapkan Sebagai Pahlawan
Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974
tanggal 13 Desember 1974. Nama beliau sekarang banyak digunakan
sebagai nama jalan di berbagai daerah.

11
Bangunan rumah ini mempunyai dengah persegi panjang dan
bertingkat. Bangunan rumah terbuat dari kayu, atap seng dan berlantai
semen, pada bagian atas lantainya terbuat dari papan. Bangunan rumah
tersebut sekarang difungsikan sebagai Mushallah An-Nur.

3. Bunker Jepang Taluak


Bunker Jepang taluak terletak di nagari Taluak Ampek Suku. Bunker
jepang ini terdiri dari tiga buah bangunan, dua diantaranya berbentuk
sama, sedangkan satu lainnya berukuran lebih kecil dan relative sederhana
bentuknya. Bunker I terletak di belakang Kantor Wali Nagari Taluak
Ampek Suku. Bunker II berada di samping Kantor Wali Nagari Taluak
Ampek Suku. Bunker III berada di halaman SDN 21 Taluak.
Bangunan ini di bangun pada masa penjajahan jepang dengan tenaga
kerja pribumi(romusha) yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dan
pusat komando pertahanan di sekitar daerah Taluak.

4. Masjid Siti Manggopoh


Masjid siti manggopoh dibangun sekitar tahun 1884 atas prakarsa
Syekh Abdul Muthalib yang dikenal dengan sebutan Ungku Batu Bidai.
Dahulu selain digunakan sebagai tempat shalat, mengaji dan musyawarah,
masjid ini juga digunakan sebagai tempat latihan bela diri yang dipimpin
oleh Asik Bagindo Magek (suami Siti Manggopoh). Selain itu masjid ini
juga digunakan untuk tempat penyusunan startegi perang ketika melawan
Belanda. Di halaman depan masjid terdapat kompleks makam tokoh
pejuang yang gugur dalam perang Blasting 1098.

5. Masjid Bingkudu
Masjid Raya Bingkudu dibangun pada tahun 1823 oleh Haji Salam,
Lareh Canduang yang bergelar Inyiak Basa(Haji Salam). Lokasi pendirian

12
masjid merupakan hasil kesepakatan dari 4 delegasi yang mewakili daerah
sekitar Bingkudu. Arsitektur atap masjid yang bertumpang tiga memiliki
filosofi konsep kepemimpinan di Minangkabau yaitu“ Tigo Tungku
Sajarangan yang terdiri dari “Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak
Pandai” Konstruksi kaki bangunan masjid berupa pondasi beton setinggi
0,4m, sedangkan lantai masjid terbuat dari papan kayu surian yang disusun
rata membujur arah barat-timur. Di dalam ruang utama masjid yang
terdapat 25 buah tiang. Tiang utama terletak di tengah-tengah ruang utama
masjid yang terbuat dari beton berbentuk segi 12 dan berdiameter 1,25m.
Di sekeliling tiang utama terdapat 24 tiang kayu berbentuk segi 16 yang
diameternya berukuran antara 20-45cm.

F. Wisata di Kabupaten Agam


1. Puncak Lawang
Puncak lawang terletak di daerah Kecamatan Matur, kabupaten Agam.
Dari puncak lawang ini kita dapat melihat keindahan Danau Maninjau yang
berada dibawah Puncak Lawang. Untuk ke lokasi ini sobat nantinya akan
melalui kelok 44 yang merupakan salah satu objek wisata menarik lainnya
yang ada di Kabupaten Agam.
2. PLTA Maninjau
Pembangkit Listrik Tenaga Air Maninjau, merupakan salah satu
pembangkit listrik bertenaga air, yang berada di kabupaten Agam, Sumatra
Barat. PLTA ini menggunakan air Danau Maninjau sebagai sumber penggerak
turbinnya, saluran masuk In-take dam PLTA ini berada di daerah Muko-
muko.
PLTA Maninjau diresmikan penggunaannya oleh presiden Suharto pada
tanggal 28 Desember 1983, dengan kapasitas terpasang 4 x 17 megawatt (68
MW), daya mampu PLTA Maninjau sebesar 68 MW, hanya saja kadang-
kadang tidak dapat dioperasikan mencapai beban penuh (full load), hal ini

13
disebabkan adanya regulasi yang mengatur (water management) tingkat
perubahan air permukaan Danau Maninjau.
3. Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya,
Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak
sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatra Barat, 36
kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota
Kabupaten Agam.
4. Kelok 44
Kelok 44 merupakan tikungan berjumlah 44 belokan. Itu sebabnya rute
ini dinamakan Kelok Ampek Puluh Ampek. Setiap kelokan memang patah.
Setiap kelok itu diberi nomor berurut. Sepanjang perjalanan dari bukit tinggi
menuju danau ini, para wisatawan akan disuguhi pemandangan yang sangat
indah berupa sawah-sawah yang berbentuk terasiring, pancuran-pancuran air
dari sungai yang bertingkat-tingkat, serta hijaunya deretan Bukit Barisan.
Kelok 44 juga merupakan ikon dalam balap sepeda Tour de Singkarak.
5. Ambun Pagi
Objek wisata ambun pagi ini terletak di perbukitan yang tidak terlalu
tinggi, tepatnya berada di atas Danau Maninjau. Dari Ambun Pagi ini kita
dapat melihat seluruh Daerah Danau Maninjau, dengan air Danau yang biru
eksotik, dikelilingi bukit dan rumah – rumah penduduk yang terlihat kecil di
kejauhan. Udara di ambun pagi ini terasa sangat sejuk bahkan dingin, jika
Anda berkunjung pada pagi hari maka akan terlihat embun berjalan di atas
permukaan daerah Danau maninjau seperti kabut tipis yang berjalan di tiup
angin. Itulah karenanya Objek Wisata ini dinamakan dengan Ambun Pagi,
karena cuaca di sini lebih cendrung ber embun. Pemandangannya sungguh
menyejukkan mata dan hati.

14
G. LAMPIRAN
1. Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka

2. Rumah H.R Rasuna Said

3. Bunker Jepang Taluak

15
4. Masjid Bingkudu

5. Masjid Siti Manggopoh

6. Puncak Lawang

16
7. PLTA Maninjau

8. Danau Maninjau

9. Kelok 44

10. Ambun Pagi

17

Anda mungkin juga menyukai