MARAPALAM
MULOK KEMINANGKABAUAN
Next
SUMPAH SATI BUKIK
MARAPALAM
PENGERTIA
N
& LOKASI SEJARAH
LATAR
BELAKANG
Next
PENGERTIAN DAN LATAR
BELAKANG
“ tagak kami indak bakisa, duduak kami
indak baraliah, kok iduk kadipakai, kok mati
kaditompang, kami pacik arek ganggam
taguah, nan dibuhua takabek arek dalam
pituah ABS-SBK, adaik bapaneh, syarak
balinduang, syarak mangato adaik
mamakai”
Next
LATAR ELAKANG
Sebelum Islam masuk ke wilayah Sumatra Barat, mayarakat
Minang mengambil pedoman dalam menjalani hidup dengan
melihat alam sebagai guru. Mereka menggali nilai-nilai yang
diberikan alam untuk dijadikan landasan hidup. Ketika agama
Islam masuk, masyarakat Minang dapat dengan mudah
menerimanya karena ajaran Islam sama sekali tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang sudah dianut oleh masyarakat Minang itu
sendiri.
Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda mengadu domba
masyarakat Minang dengan memunculkan pertentangan dan
perbedaan pendapat, yang melatar belakangi munculnya Perang
Paderi.Untuk mengakiri pertentangan dan perbedaan pendapat ini,
dilaksanakanlah Piagam Bukik Marapalam yang disebut juga
Sumpah Sati Bukik Marapalam.
Back
LOKASI SUMPAH SATI BUKIK
MARAPALAM
Ikrar Sumpah Sati Bukik
Marapalam pertama kali diikrarkan
di Puncak Pato, Bukik Marapalam,
Nagari Batu Bulek, Kecamatan
Lintau Utara, Kabupaten Tanah
Datar ( antara lintau dengan
tanjung sungayang) Back
SEJARAH SUMPAH SATI BUKIK
MARAPALAM
HILANGNYA DOKUMEN
Back
FASE SUMPAH SATI BUKIK
MARAPALAM
FASE KETIGA
Back
FASE PERTAMA
Orang minang menjadikan alam sebagai rujukan sekaligus
landasan adat sebelum agama islam masuk.
Ketika agama islam masuk masyarakat minangkabau
dengan mudah menerima karena ajaran islam sama sekali
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah dianut
oleh masyarakat minangkabau.
Orang minangkabau berasal dari keturunan kaum para nabi
atau raja yang mempercayai dan menyembah tuhan yang
satu atau tunggal (Monoteisme). Bahkan menurut cerita
menyebutkan orang Minangkabau berasal dari keturunan
Nabi Hud yang berlayar mengikuti arah angin dan
sampailah di pulau paco melalui katiagan.
Fase Next
Setelah sampai di pulau paco mereka masuk ke pedalaman
melalui batang masang, terus ke gunung Tandikek, Singgalang
dan Marapi (Triarga)
Dikawasan gunung Marapi mereka membentuk taratak, koto dan
nagari, kemudian menyebar membentuk luhak nan tigo, yaitu
Luhak Tanahdata, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah Koto.
Seperti yang terdapat dalam tambo yang berbunyi
Dari mano asa palito
Dari telong nan batali
Dari mano asa niniak kito
Dari pucuak Gunuang Marapi
Menurut Tuan Gadih Pagaruyuang, dari informasi yang pernah
ditulis di Madinah menyebutkan terdapat masyarakat yang hidup
di pedalaman, sekelilingnya hutan belantara. Mereka hidup
terasa damai dan tentram seperti negeri yang dipimpin oleh
Bacnabi-nabi
k Next
Menurut informasi dari madinah tersebut, orang arab waktu itu
menyebut negeri tersebut sebagai negeri al Mu’minangkabawiyah
yang artinya negeri yang dipimpin oleh nabi-nabi.
Generasi ke 4 setelah Raja Adityawarman yaitu Rajo Bakilek Alam,
menata kembali masyarakat Minangkabau sesuai dengan syariat
islam. Hal ini mendapat respon positif oleh semua tokoh adat, ulama,
cadiak pandai dan bundo kanduang termasuk kerajaan kecil dari
sapiah balahan, kuduang karatan, kapak radai dan timbang pacahan
untuk ber Bai’at sumpah setia di Bukik Marapalam.
Sumpah Sati Bukik Marapalam berisi 3 bab, 15 Pasal dan 90 ayat.
Tujuan dari sumpah ini adalah untuk mengatur kehidupan memakai
hukum islam yang bersendikan kitabullah Alquran.
Kesepakatan merubah Kerajaan Minangkabau menjadi Kesultanan
Minangkabau Darul Qarar.
Bac
k Fase
FASE KEDUA
Ketika di Mekah sedang berkembang ajaran Wahabi. Para ulama
mendapat pertentangan dari kaum adat. Sehingga menyulut peperangan
yang dinamai perang Paderi.
Kedatangan Belanda yang memperkeruh suasana dengan politik adu
domba, sehingga perang berkobar dan memakan banyak korban.
Karena banyak menimbulkan mudarat akhirnya disepakatilah
perjanjian di Bukik Marapalam.
Dalam naskah yang ditulis Inyiak Canduang menyebutkan ‘maka
untuk itu dicarilah kata sepakat, buleklah buliah digolongkan, picak
buliahlah dilayangkan, untuk berbaiat kembali yaitu dikenal dengan
Sumpah Sati Bukik Marapalam”
Perjanjian ini merumuskan adat basandi syara’, syara’ basandi
kitabullah. Inilah konsep ideologis masyarakat minangkabau yang
dijadikan landasan dalam menjalankan kehidupan sosial, budaya dan
Back
politik.
FASE KETIGA
Setelah kurang lebih 2 Abad, Sumapah Sati Bukik
Marapalam dikukuhkan kembali di Puncak Pato, Nagari Batu
Bulek, Kecamatan Lintau Utara, Kabupaten Tanah Datar hari
Sabtu 15 Desember 2018.
Tigo tungku sajarangan di depan unsur pemerintah dan
masyarakat minangkabau yang hadir sepakat untuk menjaga
amanah Sumpah Sati Bukik Marapalam.
Sumpah Sati Buki Marapalam dibacakan Oleh Amir
Syarifudin Dt Mangkudum Sati.
Back
PENULISAN DOKUMEN SUMPAH SATI
BUKIK MARAPALAM
Asbir Dt. Rajo Mangkuto dalam Buku Undang Adat Minangkabau
menyebutkan bahwa untuk memasyarakatkan isi Sumpah Sati Bukik
Marapalam ditetapkan puluhan juru tulis yang masih muda untuk menuliskan
buku Sumpah Sati Bukik Marapalam.
8 orang yang tulisannya sangat baguis untuk menulis mushaf induk.
3 Mushaf diserahkan kepada Rajo Tigo Selo. Rajo Ibadat di Sumpur Kudus,
Rajo Adat di Buo dan Rajo Alam di Pagaruyuang.
4 Mushaf diserahkan kepada Basa Ampek Balai
1 Mushaf diserahkan kepada Tuan Gadang Batipuah.
Semua naskah di tanda tangani oleh Rajo Tigo Selo dan diberi Stempel
kerajaan.
Naskah dibuat salinan dan ditulis kurang lebih 3 tahun. Rajo Togo Selo, Basa
Ampek Bali dan Tuan Gadang Batipuah membentuk tim penyalin Mushaf
untuk disebar ke seluruh pelosok Minangkabau sebagai pedoman dalam
pemerintahan dan pelaksanaan adat bagi masyarakat.
Sejarah
HILANGNYA DOKUMEN SEJARAH PIAGAM SUMPAH
SATI BUKIK MARAPALAM
Bac Sejara
k h