Anda di halaman 1dari 10

Sub Menu

Struktur Sosial Tradisional Minangkabau

Struktur Sosial Tradisional Minangkabau

Laras Kota Piliang dan Bodi Caniago


Bahasa minangkabau kata lareh berarti hukum yaitu hukum
adat. Jadi Lareh Koto Piliang adalah hukum adat Koto Piliang
dan Lareh Bodi Caniago berarti hukum adat Bodi Caniago. Kata
lareh berarti daerah seperti Lareh Nan Panjang. Lareh Nan
Panjang menurut tambo berpusat di Pariangan Padang Panjang
yang dianggap sebagai nagari tertua di Minangkabau. Pucuk
pinpinannya yaitu Dt. Suri Dirajo. Nagari yang termasuk Lareh
Nan Panjang yaitu: Guguak Sikaladi, Pariangan, Padang
Panjang, Sialahan, Simabua, Galogandang Turawan,
Balimbiang. Daerah yang dikatakan Nan Sahiliran Batang
Bangkaweh, hinggo Guguak Hilia, hinggo Bukik Tamansu
Mudiak.
Lareh Koto Piliang yang memakai sistem adat Koto Piliang
yang disebut Langgam Nan Tujuah yaitu:
1. Sungai Tarab Salapan Batu disebut Pamuncak Koto Piliang
2. Simawang Bukik Kanduang disebut Perdamaian Koto
Piliang
3. Sungai Jambu Lubuak Atan disebut Pasak Kungkuang Koto
Piliang
4. Batipuah Sepuluh Koto disebut Harimau Campo Koto
Piliang
5. Singkarak Saniang Baka disebut Camin Taruih Koto Piliang
6. Tanjung Balik, Sulik Aia disebut Cumati Koto Piliang
7. Silungkang, Padang sibusuak disebut Gajah Tongga Koto
Piliang
Nagari yang termasuk Koto Piliang adalah Pagaruyuang,
Saruaso, atar, Padang Gantiang, Taluak Tigo Jangko, Gurun
Ampalu, Guguak, Sumaniak, Padang Laweh, Sungai Patai,
Minangkabau, Simpuruik, dan Sijangek.
Daerah-daerah yang termasuk Lareh Bodi Canago disebut
juga dalam tambo Tanjuang Nan Tigo, Lubuak Nan Tigo :
Tanjuang Nan Tigo yaitu:
1. TanjuangAlam
2. TanjuangSungayang
3. Tanjuang Barula
Lubuak Nan Tigo yaitu:
1. Lubuak Sikarah di Solok
2. Lubuak Simauang di Sawahlunto Sijunjung
3. Lubuak Sipunai di Tanjuang Ampalu
Suatu peninggalan Lareh Bodi
Caniago merupakan monumen sejarah adalah
Balairung Adat yang terdapat di desa
Tabek. Balairung Adat inilah segala sesuatu
dimusyawarahkan oleh ninik mamak bodi caniago
pada masa dahulu. Ada beberapa perbedaan kedua
sistem kelarasan Bodi Caniago dengan Koto Piliang
yaitu:
1. Memutuskan Perkara
Bodi Caniago berpedoman kepada tuah dek sakato,
mulonyo rundiang dimufakati, dilahia lah samo nyato di batin
diliekti (tuah karena sekata, mulanya rundingan dimufakati,
dilahir sudah sama nyata, dibatin boleh dilihat), artinya sesuatu
pekerjaan yang menghadapi suatu persoalan terlebih dahulu
hendaklah dimusyawarahkan. Hasil mufakat tersebut benar-
benar atas suara bersama.
Koto Piliang berdasarkan kepada nan babarih nan
bapahek, nan baukua, nan bakabuang, coreng bariah buliah
diliek, cupak panuah batangnyo bumbuang (yang digaris yang
dipahat, yang diukua yang dicoreng, baris boleh dilihat, cupak
penug gantangnya bumbung). Segala peraturan yang dibuat
sebelumnya dan sudah menjadi keputusan bersama harus
dilaksanakan dengan arti kataterbujur lalu terbulintang patah.
2. Mengambil Keputusan
Bodi Caniago berpedoman kepada kato surang
dibuleti, katobasamo kato mufakat, lah dapek
rundiang nan saiyo, lah dapek kato nan sabuah,
pipiah dan indak basuduik bulek nan indak
basandiang, takuruang makanan kunci, tapauik
makanan lantak, saukua mako manjadi, sasuai
mangko takana, putuih gayuang dek balabeh,
putih kato dek mufakat, tabasuik dari bumi (kata
seorang dibulati, kata bersama kata mufakat,
sudah dapat kata yang sebuah, pipih tidak
bersudut, bulat tidak bersanding, terkurung
makanan kunci, terpaut makanan lantak, seukur
maka terjadi, sesuai maka dipasangkan, putus
gayung karena belebas, putus kata karena
mufakat, tumbuh dari bumi). Maksud dari sistem
adat Bodi Caniago yang diutamakan sekali adalah
sistem musyawarah mencari mufakat.
Koto Piliang yang menjadi ketentuannya, titiak
dari ateh, turun dari tanggo, tabujua lalu
tabalintang patah, kato surang gadang sagalo iyo,
ikan gadang dalam lauik, ikan makannyo, nan
mailia di palik, nan manitiak ditampung (titik dari
atas, turun dari tanggga, terbujur lalu terbelintang
patah, kata sorang besar segala iya, ikan besar
dalam laut ikan makannya, yang mengalir di palit
yang menitik ditampung).
3. Pengganti Gelar Pusako
Seseorang penghulu Bodi Caniago boleh hidup
berkerilahan yaitu mengganti gelar pusaka kaum
selagi orangnya masih hidup. Hal tersebut
dapat digantikan jika sudah terlalu tua dan tidak
mampu lagi menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin anak kemenakan. Dalam adat dikatakan
lurahlah dalam, bukiklah tinggi (lurah sudah
dalam, bukik sudah tinggi). Lareh Koto Piliang
yaitu baka mati batungkek budi (mati bertongkat
budi) maksudnya gelarnya dapat digantikan
setelah orangnya meninggal dunia.
4. Kedudukan Penghulu
Lareh Koto Piliang ada tingkatan-tingkatan
penguasa sebagai pembantu penghulu pucuk,
berjenjang naik bertangga turun. Tingkatan
penghulu dalam nagari ada penghulu andiko,
penghulu suku, dan penghulu pucuk. Penghulu
pucuk sebagai pucuk nagari. bapucuak bulek,
baurek tunggang (berpucuk bulat berurat
tunggang).Pada Bodi Caniago semua penghulu
sederajat duduknya sahamparan, tagak
sapamatang (duduk sehamparan tegak
sepematang).
5. Balai Adat dan Rumah Gadang
Lareh Koto Piliang mempunyai anjuang kiri
kanan berlabuh gajah di tengah-tengah. Lantai
rumah gadangdan balai adat Koto Piliang ada
tingkatannya yang berfungsi untuk menempatkan
penghulu-penghulu sesuai kedudukannya. Lareh
Bodi Caniago lantai balai adat dan rumah gadang,
lantainya datar. Semua penghulu duduk
sehamparan duduk sama rendah, tegak sama
berdiri.
Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi Caniago
sesungguhnya sama-sama bertitik tolak pada azas
demokrasi, perbedaannya hanya terletak pada
penyelenggaraan dan prioritas hak azasi pribadi di
suatu pihak dan kepentingan umum pihak lain.

Kerajaan Pagaruyung
Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah Kerajaan Melayu yang
pernah berdiri di provinsi Sumatra Barat. Nama kerajaan ini
dirujuk dari Tambo Minangkabau, yaitu nama sebuah nagari
yang bernama Pagaruyung. Kerajaan pagaruyuang dipimpin
oleh Adityawarman sejak tahun 1347. Pada tahun 1600-an,
kerajaan menjadi Kesultanan Islam dan akhirnya runtuh pada
masa Perang Padri. Sebelum
kerajaan pagaruyuang berdiri masyarakat di wilayah
Minangkabau sudah memiliki sistem politik
semacam konfederasi, yang merupakan lembaga musyawarah
dari berbagai Nagari dan Luhak. Dilihat dari kontinuitas sejarah,
Kerajaan Pagaruyung merupakan perubahan sistem administrasi
bagi masyarakat Suku Minang.
Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di
Malayapura. Adityawarman merupakan putra dari
Adwayawarman seperti yang terpahat pada Prasasti Kuburajo
dan anak dari Dara Jingga, putri dari kerajaan Dharmasraya
seperti yang disebut dalam Pararaton. Prasasti Suruaso yang
beraksara Melayu menyebutkan Adityawarman menyelesaikan
pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri
Surawasa yang senantiasa kaya akan padi yang sebelumnya
dibuat oleh pamannya yaitu Akarendrawarman yang menjadi
raja sebelumnya. Sehingga dapat dipastikan sesuai dengan adat
Minangkabau, pewarisan dari mamak (paman) kepada
kamananakan (keponakan) telah terjadi padamasa tersebut.
Adityawarman awalnya dikirim untuk menundukkan daerah-
daerah penting di Sumatera, seperti Kuntu dan Kampar yang
merupakan penghasil lada dan bertahta sebagai raja bawahan
(uparaja) dari Majapahit. Namun dari prasasti-prasasti yang
ditinggalkan oleh raja belum ada satu pun yang menyebut
sesuatu hal yang berkaitan dengan bumi jawa dan kemudian dari
berita Cina diketahui Adityawarman pernah mengirimkan utusan
ke Tiongkok tahun1371-1377.
Kekuasaan dari Adityawarman diperkirakan cukup kuat
mendominasi wilayah Sumatera bagian tengah dan sekitarnya.
Hal ini dapat dibuktikan dengan gelar Maharajadiraja yang
disandang oleh Adityawarman seperti yang terpahat pada bagian
belakang Arca Amoghapasa, yang ditemukan di hulu sungai
Batang Hari (sekarang termasuk kawasan Kabupaten
Dharmasraya). Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala),
yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama yang dianggap
pertama-tama menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada
abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung menjadi kesultanan Islam.
Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau
bernama Sultan Alif.
Masuknya agama Islam, maka aturan adat yang
bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan
hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama
Islam. Pepatah adat Minangkabau yang terkenal: "Adat basandi
syarak, syarak basandi Kitabullah", yang artinya adat
Minangkabau bersendikan pada agama Islam, sedangkan agama
Islam bersendikan pada Al-Quran.Ada beberapa sistem dan
cara-cara adat masih dipertahankan dan inilah yang mendorong
pecahnya perang saudara yang dikenal dengan nama Perang
Padri yang pada awalnya antara Kaum Padri (ulama) dengan
Kaum Adat, sebelum Belanda melibatkan diri dalam peperangan
ini. Islam membawa pengaruh pada sistem pemerintahan
kerajaaan Pagaruyung dengan ditambahnya unsur pemerintahan
seperti Tuan Kadi dan beberapa istilah yang berhubungan
dengan Islam.
Penamaan negari Sumpur Kudus yang mengandung kata
kudus berasal dari kata Quduus (suci) sebagai tempat kedudukan
Rajo Ibadat dan Limo Kaum. Dalam perangkat adat muncul
istilah Imam, Katik (Khatib), Bila (Bilal), Malin (Mu'alim) yang
merupakan pengganti dari istilah-istilah yang berbau Hindu dan
Buddha yang dipakai sebelumnya, misalnya istilah Pandito
(pendeta).

Republik Nagari
Sistem kanagarian telah ada sebelum
kemerdekaan Indonesia. Kerajaan
Pagaruyung pada dasarnya merupakan konfederasi
nagari-nagari yang berada di Minangkabau. Sistem
nagari juga sudah ada
sebelumAdityawarman mendirikan
kerajaan Pagaruyuang. Terdapat dua aliran besar
dalam sistim pemerintahan nagari
diMinangkabau yakni Koto Piliang dan Bodi
Caniago yang keduanya mempunyai kemiripan
dengan pemerintahan.Dipengaruhi oleh
tradisi adat, struktur masyarakat Minangkabau
diwarnai oleh pengaruh agama Islam, dan pada
suatu masa pernah muncul konflik akibat
pertentangan kedua pengaruh tersebut, yang
kemudian dapat diselesaikan dengan
menyerasikan kedua pengaruh tersebut dalam
konsep Adat basandi Syarak, Syarak basandi
Kitabullah.
Ciri-ciri kebebasan suatu nagari yaitu yang diceritakan
kebesaran negeri sungai tarab pamuncak alam, saruaso puyung
panji, padang ganting sulu bendang, singkarak cermin cina,
batipuh hatimau campo, pariangan padang panjang tagkai alam,
sungai jambu pasak kungkang dan bukik batu patah raja besar.
Nagari merupakan unit pemungkiman paling
sempurna yang diakui oleh adat. Nagari memiliki
teritorial beserta batasnya dan mempunyai
struktur politik dan aparat hukum tersendiri, selain
itu beberapa kelengkapan yang mesti dipenuhi
oleh suatu pemungkiman untuk menjadi nagari
diantaranya adanya balai adat, masjid serta
dilengkapi oleh areal persawahan. Dalam
pembentukan suatu nagari telah dikenal dalam
istilah pepatah adat Minang yaitu Dari Taratak
manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari
Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi
dalam sistem administrasi pemerintahan di
kawasan Minang dimulai dari struktur terendah
disebut denganTaratak, kemudian berkembang
menjadi Dusun, Koto dan Nagari, yang dipimpin
secara bersama oleh
parapenghulu atau datuk setempat. Disetiap nagari
dibentuk minimal terdiri dari 4 suku.
Setelah proklamasi kemerdekaan, sistem
pemerintahan nagari diubah agar lebih sesuai
dengan keadaan waktu. Pada tahun 1946 diadakan
pemilihan langsung di seluruh Sumatra Barat
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Nagari
dan wali nagari. Calon-calon yang dipilih tak
terbatas pada penghulu saja. Partai politik pun
boleh mengajukan calon. Pada kenyataannya
banyak anggota Dewan Perwakilan Nagari dan wali
nagari terpilih yang merupakan anggota
partai. Meskipun demikian nagari masih
dipertahankan sebagai lembaga
tradisional.Peraturan daerah No. 13 tahun 1983
mengatur tentang pendirian Kerapatan Adat
Nagari (KAN) di tiap-tiap nagari yang lama. Namun
KAN sendiri tidak memiliki kekuasaan formal

Anda mungkin juga menyukai