Anda di halaman 1dari 6

MAPPING TEORI KEBUDAYAAN

TRADISI PITON-PITON BAYI DI JAWA

Disusun oleh:

ANDI AHMAD NAFI’ NAJAMUDDIM

1710116026

S1 TATA KELOLA SENI

FAKULTAS SENI RUPA

INSTITU SENI INDONESIA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017
Tradisi

Masyarakat di desa Wotan, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo apabila mempunyai anak

yang berumur genap 7 bulan atau di kalender Jawa disebut (pitunglapan) akan diadakan

tradisi piton-piton atau mitoni. Disebut piton-piton karena waktu pelaksanaan upacara

tersebut bertepatan dengan umur sang bayi yang sudah tertulis pada pakem. Acara ini

dilaksanakan pada hari dan pasaran (Jawa) yang sama, waktu bayi itu dilahirkan.

Masyarakat desa Wotan juga menyebut upacara piton-piton ini dengan sebutan

“kething”. Jadi bayi yang sudah waktunya dipitoni disebut wis titi wanci kethinge.

Setelah diteliti kata kething ini berasal dari kata ketingan. Kata ketingan itu sendiri

berdasarkan bau sastra Jawa dari Poerwadarminya yang artinya “slamatan anak kecil

pertama kali mengijakkan kakinya ke tanah”

A. Perlengkapan Tradisi Piton-piton

Segala perlengkapan sesaji dalam bahasa jawa disebut Ubarampe yang terdiri dari :

1. Buceng kroyok

Nasi yang di buat kerucut dan beralaskan daun pisang dengan beberapa lauk pauk.

2. Air untuk memandikan bayi

Didalam air yang akan digunakan guna memandikan bayi tersebut didalamnya diberi

beberapa sesaji yang terdiri dari :

 Bunga setaman

 Bunga boreh

 Daun andong

 Bunga kelapa (manggar)


 Daun gandarasa

 Dan uang recehan yang berjumlah sesuai dengan jumlah neptu kelahiran sang

bayi

3. Bak mandi untuk memandikan sang bayi

4. Uang receh yang jumlahnya sesuai dengan neptu kelahiran sang bayi

5. Janur yang dibentuk mahkota untuk sang bayi dengan harapan doa supaya sang anak

bisa mendapatkan nur atau cahaya dan kelak mendapatkan kewibawaan dan menjadi

orang yang terhormat.

6. Sangkar perlambang alam dunia tempat hidup manusia

7. Ayam jantan untuk bayi laki-laki dan ayam betina untuk perempuan

8. Makanan ayam wajarnya menggunakan beras

9. Harapan yang dituliskan

10. Jajanan pasar (jadah) tujuh macam

Melambangkan perjalanan hidup sang bayi yang kelak dijalani beraneka warna.

Jelasnya sang bayi akan menjalani beraneka macam keadaan hidup yang menjadi

ujian dirirnya

11. Tangga yang dibuat dari tebu hitam

Tangga yang nanti akan dipanjat oleh bayi mewujudkan jalan si bayi menuju

keluhuran tahap demi tahap. Tebu yang artinya mantab dikalbu. Berharap si bayi

untuk mencapai keluhuran dirasakan dengan rasa mantab dikalbu.

12. Golong lima

Untuk menemani saudara sang bayi

13. Golong tujuh


Untuk memberi keselamatan anggota yang berada di dalam rumah

14. Buceng (makanan yang disediakan untuk si bayi)

Makna dari buceng tersebut adalah guna menyambung tali batin bayi dengan orang

tua yang wujudnya lauk pauk yang berjumlah tujuh jenis termasuk dengan urap.

15. Iwel-iwel

Sejenis makanan yang dibuat dari ketan yang didalamnya ada gula jawa dan

dibungkus dengan daun pisang.

16. Pelas

Makanan yang terbuat dari parutan kelapa dan kedelai yang dikukus bersamaan

dengan bumbu dan dibungkus dengan daun pisang.

17. Jenang merah putih

Perlambang perilaku si bayi yaitu dari bapak dan ibunya.

18. Jenang sengkala

Perlambang sebagai tolak balak yang akan datang khusunya bagi orang Jawa

19. Buceng tujuh rupa

Memperingati tujuh bulan umur sang bayi

20. Buceng kuat


B. Beberapa Peran Yang Ada Dalam Acara Piton-piton

1. Bayi yang akan dipitoni

2. Dukun bayi

3. Orang tua dari sang bayi

C. Tata Urutan Tradisi Piton-piton

Upacara piton-piton dimulai dengan memandikan bayi menggunakan air yang

sudah disediakan didalam bak. Yang berperan memandikan bayi yaitu dukun bayi yang

sudah dipercaya oleh orang tua bayi itu. Air yang digunakan untuk memandikan bayi

sebelumnya sudah diberi kembang setaman, kembang boreh, godhong gandarasa,

manggar, godhong andong dan uang receh yang jumlahnya sama dengan neptu bayi

tersebut. Sesudah bayi dimandikan, sisa air dibuang dan uang yang ada didalam bak

mandi diambil oleh anak-anak yang menyaksikan upacara tersebut.

Sesdudah dimandikan bayi tersebut di dandani jika perempuan supaya kelihatan

cantik dan apabila laki-laki supaya terlihat tampan. Sesudah di dandani bayi tersebut

dimasukkan ke dalam kurungan. Biasanya bayi tersebut dipangku oleh dukun bayi yang

ikut masuk didalam kurungan. Ini melambangkan bahwa bayi akan menjalani kehidupan

dan kurungan tersebut melambangkan kehidupan dunia sebagai tempat kehidupan

manusia beserta isinya yang diciptakan oleh Tuhan.

Setelah dimasukkan ke dalam kurungan yang mengandung maksud sudah bisa

hidup didunia bayi tersebut akan memberi makan ayam. Tradisi memberi makan ayam

disebut Ulung-ulung yang artinya bayi tersebut diharapkan bisa menjadi orang yang suka

menolong sesama. Selanjutnya bayi dituntun oleh dukun melewati jadah tujuh rupa.
Setelah itu dilanjutkan dituntun oleh ibu sang bayi dan dilanjutkan oleh sang bapak.

Tradisi tersebut mengandung makna supaya bayi bisa menjalani lika liku kehidupan baik

yang mudah maupun yang sulit.

Kemudian bayi tersebut di ajari naik tangga yang terbuat dari tebu hitam oleh

orang tua bayi yang menggambarkan perjalanan hidup bayi untuk meraih kehidupan yang

luhur. Bayi tersebut harus memanjat satu persatu anak tangga yang berjumlah tujuh,

dengan harapan bisa meraih segala cita-cita hidupnya.

Setelah itu si bayi diberi peralatan tulis yang bermakna supaya menjadi anak yang

pandai, kemudian bayi diarahkan menuju buceng kroyok dan mengambil ayam yang

sudah tersedia di buceng kroyok dengan maksud supaya bayi tersebut nantinya bisa

mencari nafkah dikemudian hari. Setelah itu pada malam harinya mengadakan syukuran

dengan mengundang sanak sodara dan tetangga sekitar sewajarnya.

D. Makna Yang Terkandung Dalam Tradisi Piton-piton

Tradisi piton-piton sebenarnya sebagai pengingat kepada orang tua bahwa bayi

tersebut sudah menginjak usia tujuh bulan. Tradisi piton-piton juga sebagai doa dan

harapan orang tua kepada bayi sejak lahir hingga dewasa agar bayi tersebut bisa berbakti

kepada orang tua dan orang lain. Doa tersebut dilambangkan dengan berbagai macam

ubarampe yang ada pada tradisi piton-piton. Selain itu doa tersebut diwujudkan dengan

berbagai macam runtutan acara yang dilakukan oleh bayi tersebut yang tiap runtutan

memiliki makna tersendiri supaya dikemudian hari bayi tersebut menjadi orang yang

baik.

Anda mungkin juga menyukai