KEAKSARAAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
DINDA ARINDANI DIANI P. SIMANJUNTAK
EMYA TIRANI MUNTHE EGI RIANI PUTRI
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................... iii
BAB I : MAKNA INOVASI PROGRAM KEAKSARAAN
........................................................................................... 1
BAB II : URGENSI INOVASI PROGRAM
KEAKSARAAN ............................................................... 7
A. Pengertian dan Urgensi Inovasi Pendidikan ............ 7
B. Jenis- jenis Keaksaraan ............................................ 14
C. Urgensi Inovasi Sistem Pendidikan.......................... 17
D. Urgensi Inovasi Pendidikan Masyarakat.................. 22
BAB III : PERAN PTK PLS DALAM INOVASI
PROGRAM KEAKSARAAN ......................................... 30
A. Pengertian Profesi dan Tenaga Kependidikan ......... 30
B. Hak dan Kewajiban Tenaga Kependidikan ............. 31
C. Klasifikasi Tenaga Kependidikan ............................ 33
D. Peran PTK PENMAS dalam Inovasi Keaksaraan ... 35
E. Inovasi dalam Keaksaraan ....................................... 42
iii
BAB I
1
Penduduk tuna aksara yang secara umum tinggal di
wilayah pedesaan, tertinggal dalam hal pengetahuan,
keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan
pembangunan. Akibatnya mereka kurang mampu
mengakses informasi penting untuk menghadapi
tantangan perkembangan global. Oleh karena itu, program
pendidikan keaksaraan merupakan terobosan jitu untuk
memberdayakan penduduk tuna aksara agar mampu
mengakses informasi dan melakukan komunikasi yang
lebih efektif. Melalui program pendidikan keaksaraan,
baik pendidikan keaksaraan tingkat dasar maupun
keaksaraan usaha mandiri, diupayakan agar peserta didik
lebih memahami: baca, tulis, berhitung, dan
berkomunikasi. Peserta didik juga diarahkan untuk
menguasai ketrampilan hidup yang berbasis potensi lokal.
Banyak yang dapat diperbuat jika peserta didik menguasai
ketrampilan yang berbasis potensi local. Sumber daya
domestic dapat dimanfaatkan secara lebih optimal untuk
diabdikan bagi kesejahteraan peserta didik khususnya dan
masyarakat umumnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
masih banyak sumberdaya domestik yang tertidur
2
lantaran tiadanya penguasaan ketrampilan oleh penduduk
lokal untuk memanfaatkan sumber daya tersebut.
3
Penerapan azas pendidikan sepanjang hayat dalam
pembelajaran keaksaraan harus dilakukan secara
pragmatis. Melalui cara itu pembelajaran keaksaraan
dirancang dan dilaksanakan untuk mendukung upaya
peningkatan kualitas hidup dan kehidupan warga belajar
dan masyarakat. Konsekuensi logis dari penerapan azas
pendidikan sepanjang hayat adalah pembelajaran
keaksaraan menempatkan para warga belajar sebagai titik
sentral dalam setiap program pendidikan. Warga belajar
dipandang sebagai insan yang harus dan dapat
berkembang kemampuannya untuk mengaktualisasikan
dirinya (Sumardi, 2009).
4
program inovasi keaksaraan untuk pemberdayaan tahun
2009, program pendidikan keaksaraan dasar dan
pendidikan keaksaraan usaha mandiri tahun 2010 sampai
dengan 2014, mendapatkan sejumlah temuan bahwa
pendidikan keaksaraan belum optimal mencapai target
luaran. Pada hakekatnya, pendidikan keaksaraan memiliki
target luaran (1) peserta didik dapat memperoleh surat
keterangan melek aksara (SUKMA) untuk pendidikan
keaksaraan dasar dan surat tanda selesai belajar (STSB)
untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri, dan (2)
peserta didik mampu menguasai keterampilan berbasis
sumberdaya local.
5
b. Meningkatkan perluasan akses pendidikan
keaksaraan(tingkat dasar) bagi penduduk buta aksara usia
15 tahunke atas melalui peningkatan pengetahuan, sikap
dan keterampilan, sehingga memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
6
BAB II
7
atau sekelompok orang yang bermaksud untuk
memperbaiki tujuan yang diharapkan.
Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi untuk
memecahkan masalah dalam pendidikan. Inovasi
pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit
tingkat lembaga pendidikan maupun arti luas di sistem
pendidikan nasional. Sehingga dapat dikatakan inovasi
kurikulum merupakan suatu hal yang dapat terjadi dalam
ruang lingkup pendidikan itu sendiri.
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi
pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau
inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi,
inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi
seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa
hasil intervensi (penemuan baru) atau discovery (baru
ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan
nasional.
Inovasi pendidikan ialah suatu perubahan yang baru
dan bersifat kualitatif, berbeda dari hal yang ada
8
sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu dalam pendidikan, (Suryosubroto, 1990:
127).
Tujuan utama inovasi pendidikan adalah berusaha
meningkatkan kualitas pendidikan dan kemampuan, yakni
kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan
prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi.
Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua
tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan
sebaik-baiknya. Tujuan yang direncanakan
mengharuskan adanya perincian yang jelas tentang
sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat
mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan antara
keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan.
Pembaruan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap
masalah-masalah pendidikan.
Terdapat beberapa masalah yang menyebabkan
pentingnya melakukan inovasi pendidikan di Indonesia,
di antaranya adalah sebagai berikut:
9
1) Perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi
10
2) Demografi, Sosial, dan Kultural
11
itu. Upaya inovasi pendidikan berkaitan erat dengan
adanya berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi
oleh dunia pendidikan dewasa ini, yang salah satu
penyebabnya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Kemajuan iptek yang terjadi senantiasa
mempengaruhi aspirasi masyarakat.
12
Pada umumnya, kurang sesuainya materi
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat telah diatasi
dengan menyusun kurikulum baru. Oleh karena itu
perkembangannya di Indonesia kita ketahui telah
mengalami beberapa kali perubahan kurikulum. Hal ini
dilakukan dalam upaya mengatasi masalah relevansi.
Dengan kurikulum baru inilah anak-anak dibina
kepribadian melalui pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa
yang akan datang. Aspek keterampilan merupakan unsur
kurikulum baru yang selalu mendapatkan perhatian
khusus dan prioritas utama.
13
pendidikan, bahkan tidak sedikit kita saksikan adanya
sekolah yang ambruk dan tidak dapat lagi melangsungkan
kegiatan belajar mengajar.
B. Jenis-jenis Keaksaraan
1. Keaksaraan Dasar (Dekonsenterasi)
Merupakan kemampuan membaca, menulis,
berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk
mengomunikasikan teks lisan dan tulis sederhana
dengan menggunakan aksara dan angka dalam
Bahasa Indonesia. Dana Keaksaraan Dasar
merupakan bantuan biaya operasional
penyelenggaraan keaksaraan bagi penduduk usia 15
tahun ke atas agara mereka mampu memperoleh
Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). Pada
ranah Psikomotorik, warga belajar mampu
menerapkan kemampuan keaksaraan dasarnya dalam
mendukung kegiatan-kegiatan yang produktiv.
Kegitan tersebut meliputi kemampuan dalam menulis
kebutuhan usaha, kemampuan membaca kebutuhan
usaha atau rumah tangga dan kemampuan berhitung
14
yang diimplementasikan melalui praktek
usaha/pekerjaan.
15
anggota keluarga yang belum beraksara mampu
memeroleh, mencari, dan mengelola informasi untuk
memecahkan masalah sehari-hari, khususnya
berkaitan dengan pencegahan risiko kematian ibu
melahirkan dan bayi, kesehatan keluarga, dan
pendidikan karakter.
4. Pendidikan Keaksaraan untuk Daerah Bencana
Pendidikan Keaksaraan untuk Daerah Bencana adalah
layanan pendidikan masyarakat tanggap darurat bagi
masyarakat korban bencana, melalui pemberian kit
pembelajaran, cepat, kreatif, inovatif dan terukur baik
secara kualitas maupun kuantitas.
5. Pendidikan Keaksaraan Berbasis Seni Budaya Lokal
Merupakan kemampuan melestarikan seni budaya
lokal melalui pembelajaran dan pelatihan untuk
meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan
masyarakat di bidang seni budaya lokal. Bantuan
Pendidikan Keaksaraan Berbasis Seni Budaya Lokal
merupakan bantuan biaya operasional
penyelenggaraan pendidikan keaksaraan seni budaya
lokal.
16
6. Aksara Kewirausahaan
Merupakan kemampuan kewirausahaan masyarakat
yang dibelajarkan melalui rintisan/pengembangan
inkubator bisnis dan sentra usaha mandiri untuk
meningkatkan keberaksaraan dan penghasilan peserta
didik dan masyarakat sekitar.
17
ini dapat berupa ide, barang, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan.
18
Pada tahap ini mulai muncul profesi guru. Tahap
Ketiga ditandai dengan adanya penemuan alat
untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan
lebih luasnya ketersediaan buku. Tahap keempat
terjadi sebagai akibat ditemukannya
bermacammacam alat elektronika yang bisa
menunjang proses belajar siswa seperti radio,
telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan
internet, LAN, dan sebagainya.
19
pembaharuan pendidikan, sebab pembaruan itu harus
terus– menerus dilakukan tanpa memiliki ujung akhir.
Persoalan pendidikan senantiasa ada selama peradaban
dan kehidupan manusia itu ada sehingga pembaharuan
pendidikan tidak akan pernah diakhiri.
20
dihitung atas dasar efesiensi dan untung rugi karena
pendidikan memiliki misi penting yang sulit dinilai secara
ekonomi, yakni misi kemanusiaan.
21
pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang
dihadapi.
22
nasib pribumi. Tokoh Pendiri nasional yakni Ir. Soekarno
dan Ki Hajar Dewantara, juga menyebutkan bahwa satu-
satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa
hanyalah Pendidikan.
23
Coombs (Trisnamansyah, 2003: 19) mendefinisikan
nonformal education sebagai setiap kegiatan pendidikan
yang diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang
mapan baik dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian
penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara
sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna
mencapai tujuan belajarnya.
24
mendidik yang dikenal dewasa ini. Yang dimaksudkan
untuk memberikan pelayanan pendidikan pada
masyarakat yang tidak mungkin dapat melayani
pendidikan jalur sekolah.
26
non formal sebagai upaya bagi penuntasan wajib belajar 9
tahun.
27
c. Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu
melalui penetapan standard kompetensi, standard
kurikulum untuk kursus
d. Meningkatkan kemitraan dengan pihak
berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi
profesi, lembaga diklat; serta
e. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS
dengan kebutuhan masyarakat dan pasar.
Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas
manajemen pendidikan.
28
yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan peserta
dididk dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena
itu setiap inovasi harus terus dilaksanakan sampai
berhasil.
3. Inovasi selalu diwarnai dengan ketidakpastian
mengenai efektifitasnya terhadap kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu perlu disadarai
bahwa inovasi yang berhasil di suatu tempat
belum tentu berhasil di tempat lain.
4. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilaksanakan
baik pada sektor pendidikan formal, nonformal
maupun informal pada segala macam bentuk jalur
dan jenjang pendidikan yang terkait dengan
berbagai bidang kehidupan.
29
BAB III
30
untuk melakukan pekerjaan itu. Profesi merupakan suatu
pekerjaan yang dilandasi oleh Pendidikan Tinggi,
Keahlian serta Keterampilan yang sesuai dengan bidang
pekerjaan yang akan ditekuninya (Rusydi, 2018).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1
pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Yahya (dalam Rusydi, 2018: 16) menjelaskan bahwa
Profesi Tenaga Kependidikan adalah Pekerjaan yang
dilakukan seseorang berkaitan dengan proses
penyelenggaraan pendidikan yang dapat menghasilkan
dan dilakukan dengan kemahiran, keterampilan, dan
kecakapan tertentu serta didasarkan pada norma yang
berlaku.
31
Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan
sosial yang pantas dan memadai.
32
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
a. Rektor
b. Kepala sekolah
33
c. Direktur atau istilah lainnya.
2. Pendidik
b. Dosen
c. Konselor
d. Pengawas
e. Pamong Belajar
f. Widyaiswara
g. Tutor
h. Fasilitator
35
Dalam kesempatan ini akan dibahas mengenai
Pendidikan Keaksaraan. Pendidikan keaksaraan adalah
salah satu bentuk layanan pendidikan non formal atau
pendidikan luas sekolah bagi warga masyarakat yang
belum dapat membaca, menulis dan berhitung Program
pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan
Pendidikan Luar Sekolah untuk membelajarkan warga
masyarakat penyandang buta aksara agar memiliki
kemampuan menulis, membaca dan berhitung mengamati
dan menganalisis yang berorientasi pada kehidupan
sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungan sekitarnya, untuk peningkatan mutu dan taraf
hidupnya. Tujuan Pendidikan Keaksaraan:
1. Membuka wawasan untuk mencari sumber-sumber
kehidupan
36
4. Memecahkan masalah keaksaraan dalam
kehidupannnya sehari-hari
38
supervisi, yaitu supervise manajerial dan supervise
akademik. Menurut PP No.19 Tahun 2005 pasal 57
tentang standar Nasional Pendidikan, supervise dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan oleh penilik.
Penyusunan program supervisi difokuskan pada
pembinaan ketua lembaga, tutor, serta pamong belajar
dalam pemantauan delapan standar nasional Pendidikan,
dan penilaian kinerja ketua-ketua lembaga dan para tutor
serta pamong belajar yang ada dibinaanya. Fungsi
Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah fungsi
supervisi yang berkenan dengan aspek pembinaan dan
pengembangan kemampuan professional tutor/pamong
belajar dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
bimbingan di lembaga. Mengenai kualifikasi penilik
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 14
Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Penilik dan
Angka Kreditnya dijelaskan sebagai berikut:
1. Berstatus sebagai pamong belajar pamong atau jabatan
sejenis di lingkungan pendidikan nonformal dan informal
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, atau pernah menjadi
pengawas satuan pendidikan formal.
39
2. Berijazah paling rendah S1/D-IV sesuai dengan
kualifikasi pendidikan bidang kependidikan yang
ditentukan.
3. Pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III-b.
4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling
kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
5. Lulus seleksi sebagai penilik.
6. Pengangkatan dalam jabatan Penilik dari jabatan
pamong belajar, jabatan pengawas sekolah dan jabatan
Guru, berusia paling tinggi 54 tahun.
40
dan unsur penunjang setelah ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit.
10. Pamong belajar atau jabatan sejenis di lingkungan
pendidikan formal dan informal atau pengawas satuan
akan angkat kredit terakhir yang dimiliki sebagai dasar
penetapan jenjang jabatan fungsional Penilik.
11. Di samping persyaratan sebagaimana di atas,
pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan penilik
dilaksanakan sesuai formasi jabatan Penilik yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang Pendaya gunaan Aparatur
Negara berdasarkanpertimbangan Kepala Badan
Kepegawaian Negara.
12. Formasi jabatan fungsional Penilik ditetapkan satu
kecamatan paling banyak 6 (enam) orang.
Jabatan dan Pangkat Penilik.
Jenjang jabatan fungsional penilik dari mulai yang
terendah sampai tertinggi sebagai berikut:
1. Penilik pertama.
2. Penilik muda.
3. Penilik madya.
41
4. Penilai utama.
42
pembelajaran keaksaraan sebagai berikut:a. Participatory
Rural Appraisal (PRA), PRA merupakan suatu strategi
dan metode pengkajian pedesaan secara partisipatif yang
memungkinkan masyarakat desa saling berbagi,
menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kondisi
kehidupannya dalam rangka untuk membuat perencanaan
dan tindakan (Chambers:1992:5).
43
pembelajaran pada program KF yang ternyata sangat
cocok digunakan dalam program ini, karena selain adanya
pemunculan ide-ide murni yang berasal dari warga belajar
sendiri, mempermudah terjadinya proses diskusi antar
warga belajar, juga adanya tindakan/aksi bersama di
antara mereka. Keempat, Metode PRA sangat efektif
digunakan dalam proses pembelajaran di kelompok
belajar. Karena warga belajar dapat belajar untuk
mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah dimiliki setiap warga belajar.
44
dan keterampilan untuk secara mandiri mengatasi
permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi.
45
jika apa yang dipelajarinya memang diperlukan oleh
warga belajar dan fungsional bagi kehidupannya. Warga
belajar diajak untuk mensintesis kalimat, menganalisis
kalimat, untuk kemudian mensintesisnya lagi.
46
BAB IV
47
sehingga kehidupan mereka masih terbilang sulit karena
sebagian besar penduduknya tingga di pedesaan dengan
pekerjaan sebagai buruh tani, dan tingkat pendapatan atau
penghasilan yang rendah. Mereka tertinggal di bidang
pengetahuan, keterampilan, serta sikap mental
pembaharuan dan pembangunan. Dikarenakan rendahnya
pengetahuan sehingga mereka tertinggal dalam
memperoleh akses informasi dan komunikasi yang
penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia yang
seharusnya mereka peroleh akibat mereka tidak memiliki
kemampuan keaksaraan,sehingga kondisi ini
membutuhkan perhatian khusus.
48
Selatan, di mana program pemberantasan Buta Huruf
(Keaksaraan fungsional) merupakan salah satu program
prioritas yang harus dan terus menerus dilaksanakan pada
setiap tahun.
49
terhadap kegiatan tersebut, dimana dalam hasil kegiatan
dapat dilihat dari 2 desa yaitu desa Latimojong dan
Pottokullin, banyak perubahan-perubahan yang terjadi
setelah pelaksaan program keaksaraan tersebut, dimana
yang pada awalnya kemampuan membaca penduduk desa
masih terbilang rendah, akan tetapi setelah mengikuti
program keaksaraan tersebut kemampuan membaca
sudah terbilang cukup baik,lalu kemampuan menulis dan
menghitung juga sudah semakin meningkat. Dari kasus
pertama ini dapat di simpulkan bahwa inovasi sudah
terlaksana dengan baik pada program keaksaraan di
kabupaten Enrekang karena sudah menghasilkan suatu
perubahan terhadap penduduk di kabupaten tersebut.
50
pendidikan di berbagai masyarakat, kini sedang
memperhatikan masalah tersebut, dengan langkah awal
mempelajari permasalahannya maupun usaha
mengatasinya. Karena itu kemudian banyak Negara baik
secara individual maupun kelompok di berbagai kalangan
masyarakatnya, berusaha sekeras mungkin untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
51
Kemudian pada hasil penelitian kegiatan ini dapat
disimpulkan bahwa kinerja warga belajar selama proses
pembelajaran sangatlah baik karena didalam
pembelajaran keaksaraan fungsional khususnya bidang
buta aksara lanjutan, warga belajar dituntut untuk lancar
membaca, menulis, dan berhitung dengan baik. Hal ini
membuat warga belajar bersemangat dan antusias dalam
mengikuti pembelajaran dan berusaha belajar dengan
baik. Selain itu walaupun hasil praktek lapangan yang
didapat memuaskan, namun tutor juga mengalami
kendala dalam membagi waktu pada saat praktek
dilapangan. Seharusnya pada tiap pertemuan setiap warga
mempresentasikan hasil kinerjanya didepan kelas. Namun
waktu tidaklah memungkinkan, oleh karena itu hanya
beberapa warga saja yang mempresentasikan hasil
kerjanya. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan mem-
butuhkan waktu yang relative lama.
52
singkat. Dalam kegiatan ini adapun bentuk inovasi yang
terjadi adalah melaui kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan sarana dan prasarana yang mendukung
kelancaran progrm keaksaraan di desa Air Hitam,
kemudian perubahan yang dihasilkan terbilang cukup
efektif, karena menimbulkan perubahan yang cukup besar
terhadap masyarakat. Kemampuan warga belajar setelah
pembelajaran keaksaraan fungsional bidang buta aksara
lanjutan dinilai dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil yang menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
oleh warga dari yang belum lancar membaca, menulis,
dan berhitung, sekarang menjadi lancar membaca,
menulis, dan berhitung.
53
Kondisi sosial ekonomi tersebut sebagai akibat dari
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan hal tersebut
tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, terutama pada usia sekolah atau usia
produktif karena ketidakmampuan masyarakat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit keluarga,
serta tingginya tingkat penyandang buta aksara di
kalangan masyarakat terutama usia produktif.
54
dari pengalaman orang tuanya terutama tentang
menangkap ikan.
55
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh
warga belajar dibawah pembinaan para Tutor pendidikan
keaksaraan di Desa Jaring Halus, sudah sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik warga belajar Selama ini
metoda pembelajaran yang digunakan oleh para Tutor
sangat bervariarif. Dalam banyak hal metode ceramah
masih dipergunakan dalam pembelajaran, namun metode
diskusi, metode pemecahan masalah, metode
demonstrasi, dan metode simulasi tetap digunakan dan
lebih menarik bagi pembelajaran orang dewasa. Karena
itu model belajar dengan “learning by doing” dan metode
pemecahan masalah adalah metode-metode yang dinggap
sangat tepat bagi warga belajar orang dewasa.
56
Direktorat Pendidikan Masyarakat (2009:2) menggaris
bawahi bahwa salah satu aspek penting dan sering
menjadi masalah mengemuka dalam pendidikan
keaksaraan, adalah aspek pembelajaran. Aktivitas
pembelajaran bukan sekedar penyampaian dan
penerimaan informasi, melainkan juga memberikan
pengalaman belajar yang mampu mendukung proses
transformasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik. Dalam pendidikan keaksaraan,
pembelajaran yang efektif terjadi apabila rangsangan
yang diberikan oleh Tutor menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku pada peserta didik sesuai dengan
yang diharapkan. Selain hal di atas, dalam proses
pembelajaran di Jaring Halus para Tutor sangat
memperhatikan kondisi warga belajar yang umumnya
dalah para nelayan yang sudah dewasa. Oleh karena itu
proses pembelajarnnya sudah menggunakan pendekatan
pendidikan orang dewasa. Walaupun mereka belum
menyadari bahawa apa yang mereka lakukan adalah
implemntasi dari pendidikan ornag dewasa.
57
Tingkat keberaksaraan masyarakat nelayan di Desa
Jaring Halus setelah mengikuti program pendidikan
keaksaraan dianalisis pada dua hal yakni, tingkat
keberaksaraan seluruh responden penelitian pada setiap
aspek, dan tingkat keberaksaraan setiap responden
berdasarkan seluruh aspek-aspek keaksaraan. Tingkat
keberaksaraan seluruh responden penelitian pada aspek
kompetensi mendengarakan, berbicara, membaca,
menulis, dan berhitung pada seluruh responden, rata-rata
skor seluruh kompetensi mencapai angka 267, dengan
rata-rata skor setiap aspek kompetensi mencapai angka
91.8 atau termasuk kategori baik. Kemudian tingkat
keberaksaraan setiap responden berdasarkan aspek-aspek
keaksaraan, disimpulkan tingat keberaksaraan responden
meningkat signifikan bila dibandingkan dengan hasil
observasi tingkat keakasaraan pada responden yang sama
sebelum dilakukan program pendidikan keaksaraan.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
Inovasi di Desa Air Hitam.Jurdimas,1(1),52-56.
Sa’ud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi
Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Putrey.ika, “makalah keaksaraan fungsional”06/2012
60
61