Anda di halaman 1dari 139

PERAN PEREMPUAN PENGRAJIN TENUN SONGKET

DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


DI DESA LIMBANG JAYA KECAMATAN TANJUNG BATU
KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh :

DIKI SUTANDA

NPM 03.18.021

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISIPOL) CANDRADIMUKA
PALEMBANG
2022
ii
iii
iv
ABSTRAK

Saat ini Industri kecil yang sedang berkembang pesat di Kecamatan


Tanjung Batu ialah tenun. Keberadaan dan fungsi kain tenun, terutama
difokuskan di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan
Ilir. Perempuan di Desa Limbang Jaya terampil dalam usaha pembuatan kain
tenun. Umumnya setiap perempuan dewasa di Desa Limbang Jaya memiliki
keterampilan menenun, bahkan hampir keseluruhan perempuan dewasa yang
belum menikah, sudah menikah dan putus sekolah sekarang pekerjaannya adalah
bertenun. Kain Tenun adalah karya seni halus dan memerlukan ketekunan dan
kesabaran. Hal ini karena proses pembuatannya masih menggunakan alat
tradisional dan dikerjakan secara manual dan menggunakan bahan baku. Bahan
baku dalam suatu kegiatan industri memegang peranan yang sangat penting
untuk dapat menghasilkan barang jadi.
Demikian halnya dengan usaha kerajinan tradisional kain tenun
memerlukan berbagai bahan baku untuk dapat menghasilkan kain songket, baju
pengantin, kebaya, selendang, peci, tas, dan lain-lain. Kebutuhan hidup yang
semakin meningkat mengakibatkan munculnya keinginan setiap manusia untuk
memenuhinya, demikian pula yang dialami oleh keluarga penenun yang mengeluti
pekerjaannya untuk memperoleh pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya, untuk membantu menambah pendapatan keluarga dan
diantara mereka ada yang rela mengorbankan peran dan fungsinya sebagai ibu
rumah tangga.

Kata Kunci : Perempuan, Peran, Menenun Songket.

v
Abstract

Currently, a small industry that is growing rapidly in Tanjung Batu


District is weaving. The existence and function of woven fabrics is mainly focused
on Limbang Jaya Village, Tanjung Batu District, Ogan Ilir Regency. Women in
Limbang Jaya Village are skilled in the business of making woven fabrics. In
general, every adult woman in Limbang Jaya Village has weaving skills, in fact
almost all adult women who are unmarried, married and have dropped out of
school, now their job is weaving. Woven fabrics are delicate works of art and
require perseverance and patience. This is because the manufacturing process
still uses traditional tools and is done manually and using raw materials. Raw
materials in an industrial activity play a very important role to be able to produce
finished goods.
Likewise, traditional woven fabric businesses require a variety of raw materials to
produce songket, wedding dresses, kebaya, scarves, caps, bags, and others. The
increasing needs of life have resulted in the emergence of the desire of every
human being to fulfill it, as well as experienced by weaver families who are
involved in their work to earn income in order to meet the needs of their family
life, to help increase family income and some of them are willing to sacrifice their
roles and functions as mothers. household.

Keywords: Women, Role, Songket Weaving.

vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

BERANI JUJUR ITU HEBAT

Kupersembahkan Karya Tulis Ini Kepada:

Kedua Orang Tuaku

Saudaraku

Orang-orang yang telah banyak berjasa kepadaku

vii
viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah menolong hamba-Nya dengan memberikan kesehatan maka

hamba dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh kemudahan.

Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan

dengan baik. waktu, pikiran dan tenaga yang tidak terukur diberikan-Nya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Terselesainya penulisan skripsi ini bukan semata-mata karena usaha

penulis sendiri, melainkan berkat dukungan yang penulis peroleh dari berbagai

pihak. Oleh karena itulah, dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih dan

rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Hj. Lishapsari Prihartini, M. Si, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (STISIPOL) Candradimuka Palembang.

2. Dr. Lisdiana, M.Si, Wakil Ketua I Bidang Akademik.

3. Ibu Indah Pusnita, S.Sos., M.Si Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Stisipol Candradimuka Palembang.

4. Bapak Drs. H. Bangun P Lubis, M.Si, sebagai dosen pembimbing

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah

menyumbangkan ilmunya kepada penulis.

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, ayahanda dan ibunda atas jasa,

pengorbanan dukungan baik moril maupun materi serta doa yang tiada

ix
hentinya sejak penulis masih dalam kandungan hingga studi di jenjang

Universitas.

7. Teman-teman seperjuangan serta semua keluargaku yang telah memberi

bantuan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

skripsi ini.

Penulis sepenuhnya sadar dalam penulisan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan dan menjadi bahan pembelajaran bagi penulis untuk lebih giat dan

teliti dalam proses penulisan penelitian ini. Saran dan kritik membangun sangat

penulis harapkan untuk kelancaran dan kesempurnaan dari penulisan penelitian

ini.Akhir kata, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan

dalam penyusunan penelitian ini. Besar harapan penulis penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.Aamiin.Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Palembang, Mei 2022


Penulis,

Diki Sutanda

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN COVER ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI .................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACK ........................................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah................................................................................... 8
1.3. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11


2.1. Landasan Teori .......................................................................................... 11
2.1.1.1. Pengertian Peran ........................................................................... 11
2.1.1.2. Peran Ganda .................................................................................. 11
2.1.1.3. Perempuan .................................................................................... 18
2.1.1.4. Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga ...................................... 18
2.1.1.5. Perempuan Bekerja ...................................................................... 19
2.1.1.6 Tantangan Peremouan Bekerja Di Luar Rumah ........................... 22
2.1.1.7. Pengrajin Tenun Songket .............................................................. 24

xi
2.1.1.8 Interaksi Sosial Perempuan Pengrajin Tenun .............................. 28
2.1.1.9 Keluarga........................................................................................ 31
2.1.1.10 Fungsi Keluarga ........................................................................... 33
2.1.1.11 Keluarga Sejahtera ...................................................................... 35
2.1.1.12 Pemenuhan Ekonomi Keluarga .................................................. 36
2.1.1.13 Pendidikan .................................................................................. 37
2.1.1.14 Kesejahteraan Sosial ................................................................... 38
2.2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 40
2.3. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 43
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 43
3.2. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 43
3.3. Definisi Konsep ......................................................................................... 44
3.4. Fokus Penelitian......................................................................................... 45
3.5. Key Informan/Informan ............................................................................. 45
3.6. Jenis dan Sumber Data............................................................................... 46
3.7. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 47
3.8. Teknik Analisa Data .................................................................................. 49
3.9. Jadwal Penelitian ....................................................................................... 50
3.10. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 51

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ......................................... 52


4.1 Gambaran Umum Desa Limbang Jaya ....................................................... 52
4.2 Keadaan Geografis ..................................................................................... 55
4.3 Struktur dan Organisasi ............................................................................. 59
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 78
5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................... 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 111
6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 111
6.2. Saran ............................................................................................................ 112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 41


Tabel 3.1 Fokus Penelitian ................................................................................. 45
Tabel 3.2 Informan Penelitian............................................................................ 46
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................... 50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 40

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembimbing

2. Kartu Bimbingan

3. Sertifikat

 Opdik

 Lembaga Bahasa

 Komputer

 KKN/KKL

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masyarakat moderen tuntutan kehidupan saat ini semakin bertambah

terutama bidang sosial dan ekonomi. Semua ini mengakibatkan status perempuan

tidak lagi sebagai ibu rumah tangga saja, melainkan dituntut peranannya dalam

berbagai kehidupan sosial kemasyarakatan, seperti turut bekerja membantu suami,

bahkan untuk menopang ekonomi keluarga. Perempuan bekerja di luar rumah

bukan hanya sebagai tuntutan pribadi atau sebagai usaha aktualisasi diri tetapi

karena keharusan menopang biaya rumah tangga untuk meningkatkan status

keluarga dalam masyarakat.

Meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja berdampak pada

pergeseran peran perempuan dari sektor domestik ke publik. Sekarang ini kaum

perempuan tidak saja berperan tunggal, tetapi juga berperan ganda. Atau dengan

perkataan lain ibu rumah tangga tidak saja berperan pada sektor domestik, tetapi

juga berperan di sektor publik. Ibu-ibu rumah tangga yang keluar bekerja di sektor

publik, seperti ; sebagai pedagang keliling, pedagang kecil-kecilan, warung, usaha

salon, pegawai, pegawai toko, berdagang di pasar dan sebagainya. Kemajuan

zaman sering diiringi dengan berkembangnya informasi dan tingkat kemampuan

intelektual manusia. Bersama itu peran perempuan dalam kehidupan terus berubah

untuk menjawab tantangan zaman, tak terkecuali mengenai peran perempuan

dalam meningkatkan kesejahteraan dan status sosial keluarga dalam masyarakat.

1
2

Biasanya, tulang punggung kehidupan keluarga adalah pria atau suami. Tapi kini

pihak perempuan banyak yang berperan aktif untuk mendukung ekonomi

keluarga.

Perempuan tidak sekedar menjadi perhiasan rumah, tetapi juga mempunyai

peran dalam keluarga. Menurut konsep ibuisme, kemandirian perempuan tidak

dapat dilepaskan dari perannya sebagai ibu dan istri, perempuan dianggap sebagai

makhluk sosial dan budaya yang utuh apabila telah memainkan kedua peran

tersebut dengan baik. Mies (dalam Abdullah 1997:91) menyebutkan fenomena ini

house wifization kerena peran utama perempuan adalah sebagai ibu rumah tangga

yang harus memberikan tenaga dan perhatiannya demi kepentingan keluarga tanpa

boleh mengharapkan imbalan, prestise serta kekuasaan. Bahkan tak jarang

perempuan mempunyai tingkat penghasilan yang lebih memadai untuk mencukupi

kebutuhan keluarga dibanding suaminya.

Dengan pendapatan yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa perempuan

ikut berusaha untuk keluar dari kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Persoalan yang cukup mengemuka dalam perkembangan era modern adalah

semakin meningkatnya tingkat kebutuhan hidup sehari-hari baik secara individual

maupun keluarga. Meningkatnya tingkat kebutuhan itu semakin dipersulit oleh

konsekuensi yang muncul karenanya, yaitu sulitnya kebutuhan-kebutuhan tersebut

dapat terpenuhi secara merata. Kesulitan bisa jadi disebabkan karena kebutuhan

tersebut sangat langka, atau harga kebutuhan tersebut yang terlampau tinggi

sehingga sukar terjangkau.


3

Hal ini menuntut setiap orang atau keluarga, baik laki-laki maupun

perempuan untuk melakukan kerja ekstra agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi.

Masyarakat yang melangkah maju ke zaman baru seperti zaman kini, mengalami

masa emansipasi (pembebasan) dari sistem kekerabatan tradisional untuk

mendapatkan status baru, sesuai dengan zaman baru, dalam keluarga dan dalam

masyarakat besar. Perubahan pada sistem perekonomian dalam masyarakat

membawa perubahan pada alokasi ekonomi keluarga.

Perempuan dalam hal ini berubah karena perannya dalam bidang ekonomi

berubah pula. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja, telah memberikan

kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, khususnya bidang

ekonomi. Angka perempuan pekerja di Indonesia dan juga di negara lain masih

akan terus meningkat, karena beberapa faktor seperti meningkatnya kesempatan

belajar bagi perempuan, keberhasilan program keluarga berencana, banyaknya

tempat penitipan anak dan kemajuan teknologi, yang memungkinkan perempuan

dapat menghendel masalah keluarga dan masalah kerja, serta peningkatan

partisipasi kerja. Hal ini bukan hanya mempengaruhi konstelasi pasar kerja, lebih

dari itu juga mempengaruhi kesejahteraan perempuan itu sendiri dan

kesejahteraan keluarganya. Perempuan yang bekerja akan menambah penghasilan

keluarga, yang secara otomatis mampu meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan

seluruh anggota keluarga.

Keadaan yang demikian membuat para perempuan memiliki dua peran

sekaligus, yakni peran domestik yang mengurus rumah tangga dan peran publik

yang bertugas di luar rumah atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
4

seluruh keluarga. Bagi keluarga kelas bawah keterlibatan seluruh anggota

keluarga sangat membantu. Seiring dengan perkembangan zaman dan era

globalisasi yang semakin maju, kini perempuan Indonesia diberi kesempatan serta

peran yang sama dengan pria untuk berpartisipasi dalam bekerja.

Peningkatan peran perempuan dalam bekerja semakin mendapat perhatian.

Peningkatan ini terjadi karena peranan perempuan di pasar kerja sudah cukup

baik. Kebutuhan partisipasi perempuan sangat besar dalam era sekarang ini,

terutama ketika ditetapkannya model pembangunan yang berbasis pada

masyarakat. Alasan utama yang mendasari kebijakan ini adalah sesungguhnya

perempuan memegang sejumlah fungsi sentral dalam keluarga dan sekaligus

merupakan sumber daya ekonomi yang tidak kalah pentingnya dibandingkan pria.

Fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah semakin banyaknya

perempuan membantu suami mencari tambahan penghasilan. Keberadaan

perempuan dalam rumah tangga memberikan sumbangan yang besar bagi

kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat. Terdapat

dua Faktor penyebab kenapa jumlah perempuan yang berpartisipasi di pasar

tenaga kerja semakin meningkat.

Pertama faktor ekonomi yaitu kebutuhan ekonomi keluarga yang tidak

mampu di penuhi dengan penghasilan suaminya mendorong perempuan untuk

berpartisipasi. Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya yang menjadi salah

satu kebanggaan bangsa dan masyarakat. Salah satu dari warisan budaya yakni

keragaman kain tenun tradisional. Indonesia adalah salah satu negara yang

menghasilkan seni tenun terbesar terutama dalam hal keanekaragaman hiasannya.


5

Industri kecil merupakan salah satu sektor penghidupan masyarakat yang

mengembangkan teknologi produksi.

Saat ini Industri kecil yang sedang berkembang pesat di Kecamatan

Tanjung Batu ialah tenun. Keberadaan dan fungsi kain tenun, terutama difokuskan

di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir.

Kehidupan perempuan di Desa Limbang Jaya tidak hanya berfokus pada masalah

kehidupan bertani, tetapi juga bertenun yang merupakan salah satu jenis mata

pencaharian penduduk. Dilihat dari segi jumlahnya, maka golongan penenun ini

merupakan kelompok terbesar. Budaya tenun ini, sangat jelas dilakukan oleh

sebahagian besar kaum perempuan, yang sesuai dengan konsep pemberdayaan

wanita dalam konsep pemerintahan dan kebudayaan di Indonesia. Perempuan di

Indonesia sejak awal mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia.

Pergerakan perempuan untuk menjadi mitra (bukan kesetaraan) dengan

pria sudah dilakukan oleh Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika sejak kurun

abad ke19. Perempuan di Indonesia dalam konteks ini dipandang membantu

ekonomi keluarga menuju keluarga yang sejahtera, seperti yang selalu diharapkan

oleh pemerintah Indonesia. Sistem organisasi tenun menurut sistem organisasi

tradisional Melayu, yang berasas pada kekeluargaan. Walau tenun dapat dijadikan

mata pencaharian utama, namun umumnya mereka menganggap bahwa bekerja

membuat tenun adalah bagian dari kerja sambilan, artinya di luar pekerjaan utama.

Organisasi yang dikelola biasanya terdiri dari ketua pengrajin sekaligus pemilik

modal dan para penenun yang jumlahnya berkisar antara 20 hingga 80-an anggota.
6

Mereka diberi upah menurut lembaran tenun yang dihasilkan dan tingkat

kerumitan membuat hasil tenun. Para pengusaha hasil tenun umumnya terdiri dari

kaum perempuan, yang bertindak sebagai ketua kelompok (tauke) dan sekaligus

juga sebagai penata motif-motif dan pengembangannya. Para penenun pengrajin

tenun ada yang menenun di rumah ketua kelompok, dan ada juga yang menenun

di rumahnya sendiri sambil membawa alat tenun okik di rumahnya. Menenun

dilakukan di waktu luang. Pelaku utama kerajinan ini adalah para perempuan,

mereka tekun menenun dengan menggunakan alat sederhana dan tradisional

sehingga menghasilkan kain yang indah.

Perempuan di Desa Limbang Jaya terampil dalam usaha pembuatan kain

tenun. Umumnya setiap perempuan dewasa di Desa Limbang Jaya memiliki

keterampilan menenun, bahkan hampir keseluruhan perempuan dewasa yang

belum menikah, sudah menikah dan putus sekolah sekarang pekerjaannya adalah

bertenun. Kain Tenun adalah karya seni halus dan memerlukan ketekunan dan

kesabaran. Hal ini karena proses pembuatannya masih menggunakan alat

tradisional dan dikerjakan secara manual dan menggunakan bahan baku. Bahan

baku dalam suatu kegiatan industri memegang peranan yang sangat penting untuk

dapat menghasilkan barang jadi.

Demikian halnya dengan usaha kerajinan tradisional kain tenun

memerlukan berbagai bahan baku untuk dapat menghasilkan kain songket, baju

pengantin, kebaya, selendang, peci, tas, dan lain-lain. Kebutuhan hidup yang

semakin meningkat mengakibatkan munculnya keinginan setiap manusia untuk

memenuhinya, demikian pula yang dialami oleh keluarga penenun yang mengeluti
7

pekerjaannya untuk memperoleh pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya, untuk membantu menambah pendapatan keluarga dan diantara

mereka ada yang rela mengorbankan peran dan fungsinya sebagai ibu rumah

tangga.

Peran perempuan pengrajin tenun songket di Desa Limbang Jaya yaitu

sebagai ibu rumah tangga yang bekerja. Keterlibatan ibu rumah tangga dalam

pekerjaan di luar rumah selalu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupannya.

Pilihan ibu rumah tangga untuk bekerja diluar rumah membawa konsekuensi

dimana ia harus pandai mengatur waktu agar perannya di sektor domestik dapat

dijalankan dengan baik. Perempuan mempunyai banyak hambatan dan rintangan,

namun banyak juga perempuan yang memilih keduanya yaitu bekerja tetapi tidak

meninggalkan peranan dan fungsinya dalam kelurga dengan bekerja. Perempuan

dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya selain dapat menghasilkan

pendapatan, apalagi dengan melihat tingginya kebutuhan hidup.

Pada hakikatnya, perempuan diberi peran di sektor domestik dalam

keluarga seperti mencuci, membersihkan rumah, menyapu, memasak, menyiapkan

anak-anak ke sekolah. Peran tersebut tidak pernah lepas dari aktifitas mereka

sehari-hari karena sudah menjadi keharusan disamping tidak ada lagi yang

membantu dirumah. Permasalahan yang dilihat peneliti adalah bahwa peran

perempuan pengrajin tenun di Desa Limbang Jaya, mereka membantu suami

mencari tambahan penghasilan. Terdapat Faktor penyebab kenapa jumlah

perempuan yang berpartisipasi di pasar tenaga kerja semakin meningkat.


8

Faktor ekonomi yaitu kebutuhan ekonomi keluarga yang tidak mampu

dipenuhi dengan penghasilan suaminya mendorong perempuan untuk

berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Serta juga karena para

perempuan pengrajin tenun yang bekerja selain membantu suami, mengisi waktu

luang serta menjalankan budaya tenun. Kesibukan mereka tidak membuat lupa

akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dalam menjalankan peranan dan

fungsinya dalam keluarga. Situasi para perempuan yang bekerja menjadi

perempuan pengrajin tenun, terkadang menyadari kurangnya memberikan waktu

untuk bersama keluarganya hanya untuk sekedar mengobrol.

Pada umumnya, perempuan yang berperan aktif dalam kehidupan ekonomi

rumah tangganya, diharapkan memegang tanggung jawab yang besar didalam

keluarganya. Jika seorang ibu memiliki peran ganda baik sebagai ibu rumah

tangga dan harus melakukan pekerjaan mencari nafkah, akan terjadi perubahan

antara tanggung jawab mengasuh anak dan tanggung jawab ekonomi rumah

tangga yang lain yang berkaitan dengan pekerjaan mencari nafkah di pasar kerja.

Melihat kondisi tersebut peneliti merasa perlu dan tertarik untuk memilih

penelitian dengan judul “Peran Perempuan Pengrajin Songket Dalam

Menjngkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Limbang Jaya Kecamatan

Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir“.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di identifikasikan beberapa

permasalahan sebagai berikut :


9

a. Masih kurangnya pembinaan dari dinas terkait terhadap pengrajin tenun

songket di Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan.

b. Minimnya modal yang dimiliki oleh para pengrajin tenun songket di Desa

Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu Ogan Ilir, sehingga sulit berinovasi

dalam mengembangkan corak kerajinan tenun songket.

c. Terbatasnya sumber daya berupa tenaga ahli dalam mengembangkan

kreativitas pengrajin tenun songket.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas maka dapat dirumuskan

permasalahnya yaitu:

Bagaimana peran perempuan pengrajin tenun songket dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga di Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu

Kabupaten Ogan Ilir ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran

perempuan pengrajin songket dalam mengkatkan kesejahteraan keluarga di Desa

Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir.


10

1.5 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah uraian yang

bersifat teoritis pada kajian ilmu bidang kesejahteraan sosial.

B. Manfaat Akademis.

Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian

dan rujukan mengenai peran perempuan dalam peningkatan sosial ekonomi.

C. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

kepada berbagai pihak, khususnya kepada perempuan pengrajin tenun songket

dalam melaksanakan pengelolaan keuangan keluarga maupun hasil pendapatan

tambahan yang diperoleh tetap menggunakan perencanaan dengan program yang

telah disiapkan Karena disadari bahwa dalam suatu rumah tangga pasti memiliki

tujuan hidup keluarga, yaitu sejahtera atau bahagia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti

pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Menurut Abu Ahmadi (1982:74) peran adalah suatu kompleks pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut

Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan

(status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Goffman mengatakan peran

adalah perilaku yang di harapkan dari seorang yang mempunyai status. Setiap

orang mempunyai sejumlah status dan di harapkan mengisi sesuai dengan status

terebut peran yang berkaitan dengan pekerjaan akan menimbulkan perubahan

kepribadian, sehingga dapat pengaruh timbal balik dari manusia terhadap

pekerjaan dan dari pekerjaan terhadap manusia (Paul B. Horton dan Chester L.

Hunt. 1987). Menurut Pudjiwati Sajogya, ibu rumah tangga memiliki 2 tipe

peranan :

a. Peranan ibu rumah tangga seutuhnya hanya dalam pekerjaan rumah tangga

atau pekerjaan pemeliharaan hidup kebutuhan semua anggota keluarga,

seperti masak, mendidik anak-anak dan melayani suami.

11
12

b. Peranan ibu rumah tangga mempunyai peran ganda, yaitu perubahan dalam

pekerjaan mencari nafkah.

2.1.1.1 Peran Ganda

Peran ganda adalah dua peran atau lebih yang di jalankan dalam waktu

yang bersamaan, dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seorang

perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, dan peran sebagai

perempuan yang memiliki karir di luar rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan

dengan peran kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, seperti

menjadi mitra suami dalam membina rumah tangga, menyediakan kebutuhan

rumah tangga, serta mengasuh dan mendidik anakanak. (Denrich Suryadi,

2004:12).

Peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme kultural, yakni adanya

konsep lingkungan domestik (domestik sphere) dan lingkungan publik (public

sphere). Kedua pengertian ini menggambarkan keterpisahan peranan dan

pembagian pekerjaan yang ketat antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat

yakni peranan kaum perempuan umumnya terbatas pada lingkungan dosmestik

saja (lingkungan khas bagi perempuan) dan laki-laki umumnya dominan pada

lingkungan publik (lingkungan khas bagi kaum laki-laki). Hal ini diperjelas oleh

Dowling yang di kutip oleh Ihromi (2004 : 30). Michelle et al. (1974) menyatakan

bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural yakni adanya

konsep lingkungan domestik dan publik.


13

Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan

pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan

sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Pada peran

publik perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis

(mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan

yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia.

Peran ganda perempuan berimplikasi pada : 1. Peran kerja sebagai ibu

rumah tangga, meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif

bekerja membantu kaum lakilaki untuk mencari penghasilan. 2. Berperan sebagai

pencari nafkah (tambahan ataupun utama). Peran ganda perempuan adalah peran

perempuan di suatu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri, ibu

rumahtangga, mengasuh anak-anak dan sebagai istri serta dipihak lain sebagai

anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan

secara seimbang.

Perempuan dianggap melakukan peran ganda apabila ia bertanggung

jawab terhadap tugas-tugas domestik yang berhubungan dengan rumah tangga

seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami dan merawat anak-anak,

serta ketika perempuan bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan

dengan kerja di sektor publik yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali

berperan sebagai pencari nafkah utama.


14

2.1.1.2 Peranan Perempuan

Peranan perempuan pada zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu

dimana pada zaman dahulu perempuan hanya boleh bekerja di rumah saja,

berbeda dengan zaman sekarang dengan adanya keberhasilan gerakan emansipasi

perempuan, perempuan dibolehkan bekerja di luar rumah dan sering terlibat dalam

berbagai kegiatan. Hal ini sudah memperlihatkan bahwa peranan perempuan tidak

hanya di dalam rumah saja melainkan juga di luar rumah. Biasanya yang menjadi

tulang punggung keluarga itu adalah suami tetapi dengan berkembangnya zaman,

perempuan juga bekerja dan berperan untuk kebutuhan ekonomi keluarga.

Berbicara tentang peran perempuan tidak bisa dilepaskan dari anggapan-anggapan

dasar tertentu terkait dengan sifat khusus yang melekat pada kaum laki-laki

maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, dan

menjadi dasar untuk membedakan peran antara laki-laki dengan perempuan.

Perempuan dikenal lemah lembut, keibuan, dan emosional sehingga cocok

untuk mengerjakan tugas-tugas domestik yang membutuhkan kesabaran. Kaum

perempuan telah diminta untuk berpartisipasi dan banyak memainkan peranannya.

Karenanya tidak boleh tidak kaum perempuan lebih mengerti, menyadari serta

menghayati eksistensi serta kedudukan sendiri dan menunjukkan kepada

masyarakat bahwa peranan perempuan tidak kalah pentingnya dengan kaum laki-

laki guna ikut membangun kesejahteraan bangsa dan negara (Hardjito Notopuro,

1983 : 17).

Melalui proses sosialisasi yang panjang, perbedaan-perbedaan tersebut

yang merupakan konstruksi sosial dianggap sebagai kodrat yang seakan-akan


15

tidak bisa diubah lagi dan menjadikan seorang laki-laki dan perempuan berperan

sebagaimana perbedaan tersebut (Mansur Faqih, 1996 : 7-11). Perempuan

mempunyai peran dan kedudukannya baik sebagai isteri, ibu, pekerja maupun

anggota masyarakat dimana ia tinggal.

Peran perempuan di dalam keluarga sendiri terbagi menjadi dua yaitu

sebagai istri dan juga sebagai ibu bagi anak-anaknya. Peran perempuan sebagai

istri tugasnya melayani suami sedangkan peran perempuan sebagai ibu yaitu

melahirkan anak, merawat, memelihara dan juga mengayomi anggota

keluarganya.

Meningkatnya peran perempuan sebagai pencari nafkah dan kenyataan

bahwa mereka juga berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga (family

status production), bertambah pula masalah-masalah yang timbul. Kedudukan dan

peranan perempuan yang tampak mengingat menimbulkan masalah baru, terutama

bagi kaum perempuan sendiri (Hardjito Notopuro, 1983 : 53). Peran tersebut

sama-sama membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian, sehingga jika peran yang

satu dilakukan dengan baik, maka yang lain terabaikan sehigga timbullah konflik

peran (Omah Ihromi, 1990 : 3).

2.1.1.3 Perempuan

Perempuan merupakan makhluk lemah lembut dan penuh kasih sayang

karena perasaannya yang halus. Secara umum sifat perempuan yaitu keindahan,

kelembutan seta rendah hati dan memelihara. Perbedaan secara anatomis dan

fisologis menyebabkan pula perbedaan pada tingkah lakunya, dan timbul juga
16

perbedaan dalam hal kemampuan, selektif terhadap kegiatan-kegiatan intensional

yang bertujuan dan terarah dengan kodrat perempuan. Memahami pengertian

perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan fisik dan psikis. Dari sudut

pandang fisik di dasarkan pada struktur biologis komposisi dan perkembangan

unsur-unsur kimia tubuh. Sedangkan Sudut pandang psikis didasarkan pada

persifatan, maskulinitas atau feminitas.

Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan sebagai sifat

yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan

dalam pengertian fisik merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat

reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil,

melahirkan dan menyusui.

Pengertian secara umum, studi perempuan berarti segala studi yang fokus

perhatiannya tentang perempuan misalnya, studi tentang sejarah perempuan,

tentang faktor-faktor yang memengaruhi posisi perempuan di masyarakat yang

berbeda-beda, tentang perempuan dicerminkan dalam sastra atau kesenian, dan

bagaimana feminitas diciptakan dan subyektifitas terbentuk, bisa digolongkan

dalam studi perempuan. Apabila perempuan dilihat secara historis, yaitu sebagai

perwujudan dari kesadaran yang semakin besar akan hubungan-hubungan khusus

atas dasar jenis kelamin.

Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang

berarti “tuan”, yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling

besar. Namun menurut (Zaitunah Subhan, 2004 :19) kata perempuan berasal dari

kata empu yang artinya dihargai. Lebih lanjut Zaitunah menjelaskan pergeseran
17

istilah dari perempuan ke wanita. Kata wanita dianggap berasal dari bahasa

Sansekerta, dengan dasar kata Wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita

mempunyai arti yang dinafsui atau merupakan objek seks. Di dalam istilah

gender, perempuan diartikan sebagai manusia yang lemah lembut, anggun,

keibuan, emosional dan lain sebagainya. Perempuan digariskan untuk menjadi

istri dan ibu. Sejalan dengan kehidupan ini, sifat yang di kenakan pada perempuan

adalah makhluk yang emosional, pasif, lemah, dekoratif, tidak asertif dan tidak

kompeten kecuali untuk tugas rumah tangga (Mansur Faqih, 1996:8).

2.1.1.4 Perempuan Sebagai Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga adalah wanita yang mengatur penyelenggaraan

berbagai macam pekerjaan rumah tangga (Sugono, 2008: 537). Ibu adalah seorang

yang pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya (Zuhaida, 2008: 8).

Menurut sensus pertanian Tahun 1983 halaman 6 (dalam Rosnida, 1988: 31)

rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruhnya

bagian fisik serta makan dari “satu dapur”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan

sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraanberbagai macam

pekerjaan rumah tangga , atau iburumahtangga merupakan seorang istri (ibu) yang

hanya mengurus berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

seorang wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga

merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar


18

rumah. Seorang ibu rumah tangga sebagai wanita menikah yang bertanggung

jawab atas rumah tangganya. Perempuan sebagai ibu rumah tangga dalam

keluarga yang bahagia, yang mana perempuan berperan sebagai ibu yang

melahirkan anak dan merawat, memelihara dan juga mengayomi anggota

keluarganya. Seorang perempuan mempunyai peran dalam kehidupan berumah

tangga untuk mengatur segala urusan rumah tangga, terutama memberikan kasih

sayang kepada anak-anaknya. Fungsi perempuan dalam keluarga adalah sebagai

ibu. Perempuan sebagai pemangku turunan pada pertama kalinya berkewajiban

menunaikan tugasnya yang paling mulia.

Demikian mulianya kedudukan dan tugas perempuan sebagai ibu, Ki

Hadjar Dewantoro memberikan nama seorang ibu adalah sebagai “ Ratu

Keluarga”. Karena seorang ibu adalah mempunyai tugas-tugas yang tidak kalah

penting dengan tugas laki-laki sebagai bapak. Seorang ibu adalah pemelihara

rumah tangga dan juga sebagai pengasuh serta pendidik terhadap anak-anaknya,

mulai bayi dikandungnya sampai usia dewasa, bahkan sampai pada waktu

kawinnya, sampai beranak cucu, cinta seorang ibu pada anaknya tidak kunjung

henti dan habisnya (Hardjito Notopuro, 1983 : 45).

Pada saat ini perempuan tidak lagi berperan menjadi ibu rumah tangga saja

tetapi sudah berperan di berbagai bidang. Alasan dari perempuan bekerja diluar

rumah tidak asing lagi yaitu karena tuntunan kebutuhan hidup bagi keluarg

a. Meskipun seorang suami berkewajiban mencari nafkah, hal ini tidak menutup

kemungkinan seorang istri untuk bekerja sebagai penambah penghasilan keluarga.

Selain alasan perempuan bekerja untuk mencari nafkah terdapat alasan lain yaitu
19

supaya perempuan dapat dihargai dan diakui keberadaanya di lingkungan

masyarakatnya. Kebanyakan perempuan telah mengetahui bahwa masyarakat

mengharapkan mereka menjadi istri dan ibu dan hingga beberapa waktu yang lalu

nilai-nilai yang dipegang kalangan kelas menengah mengaharuskan wanita

mengurus rumah tangga. Peran umum ini dipertahankan oleh banyak orang yang

berurumur lebih tua dan berpegang teguh pada tradisi yang mempertahankan

bahwa menjadi istri dan ibu yang baik membutuhkan seluruh tenaga seorang

perempuan (Brunetta R. Wolfman, 1988 : 22).

2.1.1.5 Perempuan Bekerja

Perempuan bekerja, dikemukakan oleh Sayogyo (1983:17), karena alasan

ekonomi, yaitu untuk membantu suami dalam menambah pendapatan untuk

mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Sementara itu, berdasarkan pengamatan

dan informasi dari masyarakat umum, ada pula perempuan yang bekerja untuk

mengisi waktu luang, ingin mencari uang sendiri dan mencari pengalaman, tetapi

tidak sedikit pula perempuan yang mencari nafkah utama disebabkan suaminya

tidak bekerja karena sakit atau bahkan ada yang karena malas bekerja.

Berbicara mengenai perempuan yang bekerja atau perempuan yang

mempunyai peran ganda pasti mereka memiliki konflik peran. Konflik peran

dapat diartikan dimana seseorang yang memiliki peran bertentangan dengan peran

lainnya. Dalam hal ini konflik yang dialami oleh seorang perempuan yang

mempunyai peran ganda, dimana ia mempunyai peran sebagai ibu dan juga

mempunyai peran sebagai pekerja. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja, telah
20

memberikan kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan keluarganya,

khususnya bidang ekonomi. Angka perempuan bekerja di Indonesia dan juga di

negara lain masih akan terus meningkat, karena beberapa faktor seperti

meningkatnya kesempatan belajar bagi perempuan, keberhasilan program

keluarga berencana, peningkatan partisipasi kerja bukan hanya mempengaruhi

konstelasi pasar kerja, akan tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan perempuan

itu sendiri dan juga keluarganya.

Perempuan yang bekerja mempunyai dilemanya sendiri mengenai

pembagian waktu di keluarga dan juga pekerjaannya. Tetapi ada juga dilema

lainnya yaitu perempuan ingin berusaha supaya mereka diakui keberadaanya di

lingkungan masyarakatnya.

Pada kenyataannya, menjadi seorang pekerja itu tidak mudah, mereka

harus menjalankan semua peran gandanya. Akan tetapi, dengan segala peran yang

mereka miliki, dengan jam kerja yang padat, menuntut mereka untuk tetap

berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam melaksanakan peranannya baik

sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai anggota masyarakat. Herawati

(2000:15) mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja

di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya

pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang

semakin maju. Hal ini dapat dikatakan bahwa alasan perempuan mencari

penghasilan tambahan, yaitu uang, peranan sosial, dan pengembangan diri.

Hasil laporan penelitian Wellington menyebutkan bahwa perempuan

pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya, kontribusi tersebut


21

digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari (Koloto 2005:17). Menurut

(Elfindri dan Nasri,2004) kondisi ekonomi yang rendah akan mempengaruhi

aktivitas ekonomi perempuan. Maksudnya semakin rendah pendapatan sebuah

keluarga sementara tanggungan keluarganya besar maka akan semakin besar pula

peranan perempuan sebagai the secondary worker di keluarganya sebagai

penyangga ekonomi. Perempuan yang sudah menikah yang pendapatan suaminya

rendah dari garis kemiskinan, cenderung untuk masuk kedalam pasar kerja. Pada

negara berkembang seperti Indonesia, secara relative cukup banyak terdapat

persentase rumah tangga dengan pendapatan lebih rendah dari tingkat subsisten.

Inilah yang menyebabkan banyaknya perempuan yang masuk kepasar

kerja baik di dalam dan di luar negeri dengan alasan tingkat kemiskinan yang

mendasar dan bertujuan mencapai tingkat pendapatan di atas tingkat subsisten.

Perempuan memilih untuk bekerja karena penghasilan yang diperoleh suami atau

anggota keluarga laki-laki lain dalam rumah tangga tidak mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Bekerja di sekitar rumah juga dilakukan sebagai suatu strategi kaum

perempuan dengan tujuan ganda yakni memperoleh penghasilan sambil diri

bahwa pekerjaan-pekerjaan domestik tetap terlaksana sebagaimana diharapkan.

Kaum perempuan menangani kewajiban mereka dengan cara yang serupa,

baik mereka yang bekerja di dalam maupun di luar rumah. Sesungguhnya terdapat

banyak persamaan pada cara perempuan bekerja di rumah atau mencari nafkah

(Brunetta R. Wolfman, 1988 : 27).


22

2.1.1.6 Tantangan Perempuan Di Luar Rumah

Pada saat ini perempuan tidak lagi berperan menjadi ibu rumah tangga

saja tetapi sudah berperan di berbagai bidang. Alasan dari perempuan bekerja

diluar rumah tidak asing lagi yaitu karena tuntutan kebutuhan hidup bagi keluarga.

Meskipun seorang suami berkewajiban mencari nafkah, hal ini tidak menutup

kemungkinan seorang istri untuk bekerja sebagai penambah penghasilan keluarga.

Selain alasan perempuan bekerja untuk mencari nafkah terdapat alasan lain yaitu

supaya perempuan dapat dihargai dan diakui keberadaanya di lingkungan

masyarakatnya.

Perempuan yang mempunyai pekerjaan di luar rumah juga mempunyai

perannya sendiri yaitu dia mempunyai tanggung jawab pada pekerjaan yang dia

miliki. Peran yang terakhir adalah perempuan sebagai anggota masyarakat, selain

perempuan itu menjadi ibu rumah tangga kemudian bekerja disamping keduanya

mereka juga mempunyai peran di lingkunganmasyarakatnya, tujuannya agar

perempuan diakui keberadaannya sebagai anggota masyarakat diaman ia tinggal.

Seorang perempuan atau isteri yang bekerja di luar rumah bisa disebut

dengan perempuan berperan ganda, peran ganda merupakan perempuan yang

mempunyai dua pekerjaan yang dilakukan dengan satu waktu yaitu bekerja di

rumah dan di luar rumah. Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga yang sejahtera

perempuan atau isteri setiap hari harus berusaha supaya semua perannya baik

menjadi ibu rumah tangga dan juga mencari nafkah itu bisa berjalan dengan baik

dan seimbang.
23

Karena itu perempuan harus bisa mengatur waktunya sehingga dapat

dilaksanakan dengan baik dan seimbang. Dalam hal ini perempuan yang

mempunyai peran ganda pasti memiliki kendala-kendalanya dalam melaksanakan

pekerjaannya. Biasanya kendala yang dihadapi oleh perempuan yang bekerja di

luar rumah adalah pekerjaan sebagai ibu rumah tangga akan terbengkalai dan

kurangnya pengasuhan kepada anak-anaknya.

Walaupun kaum perempuan mengeluh karena harus melakukan pekerjaan

rumah tangga sekaligus bekerja di luar rumah secara penuh, banyak diantara

mereka mampu menggabungkan bagian-bagian kehidupan mereka itu, meski

mereka melakukannya dengan rasa tertekan. Walaupun demikian, mereka tahu

bagaimana menangani peran ganda itu sebagai tugas rutin dan wajar dalam

kehidupan mereka, sebab mereka telah belajar berbuat demikian sewaktu masih

kecil. Mereka hanya menambah dan mengubah sifat peran-peran itu setelah

mereka berkeluarga. Kaum perempuan menerima peran dan tanggung jawab

ganda sambil menggerutu, tetapi tanpa tekanan jiwa yang berlebihan sebab

mereka telah tumbuh menjadi manipulator peran yang kompleks waktu menjadi

perempuan dewasa.

Keuntungan menjadi perempuan adalah bahwa perempuan belajar

bagaimana melaksanakan berbagai tugas sekaligus. Kemampuan ini tidak banyak

dibicarakan karena bagaimana kaum perempuan menghayati kehidupan mereka

(Brunetta R. Wolfman, 1988 : 28). Dalam hal ini walaupun perempuan

diperbolehkan untuk bekerja di luar rumah, perempuan harus bisa mengatur waktu
24

untuk bekerja sebagai ibu rumah tangga yang baik dan juga bekerja di luar rumah

sehingga pemenuhan kebutuhan keluarga tidak terbengkalai.

2.1.1.7 Pengrajin Tenun Songket

Pengertian Tenun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , tenun

merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan atau kain yang dibuat dari benang

(kapas, serat, sutera) dengan menggunakan pakan secara melintang pada lungsi

(KBBI, 1988: 104). Penjelasan ini di pertegas dalam Ensiklopedia Nasional

Indonesia yaitu: Tenun adalah bahan kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari

benang serat, kapas, sutera. Dengan cara memasukkan pakan secara melintang

pada lungsi dua kelompok benang yang membujur disebut Universitas Sumatera

Utara 27 lungsi, sedangkan benang yang melintang disebut pakan (Ensikloedia

Nasional Indonesia, 1991: 242). Tenun adalah hasil kerajinan benang dengan cara

memasukkan benang yang arahnya horizontal (benang pakan) ke dalam benang

yang terentang atau arah vertikal (benang lungsi) pada alat tenun bukan mesin.

Dalam kain tenun yang dihasilkan dengan peralatan tradisional tersimpan makna-

makna yang bernilai dan agung.

Sesungguhnya dengan memegang dan memakai kain tenun tradisional kita

seakan-akan sedang mengarungi suatu lembaran dokumen sejarah dari masyarakat

yang membuatnya. Kain tenun sendiri merupakan benda mati, tetapi benda itu

justru merupakan saksi hidup dari suatu budaya, yang dapat mengungkapkan salah

satu sisi kebudayaan (Erni, 2003:17). Tenun merupakan salah satu elemen mode

khas Indonesia selain batik. Kekayaan tekstil khas Indonesia ini merupakan hasil

kerajinan yang dibuat dari hasil tenunan bersulam benang emas atau perak, dan
25

dengan kombinasi benang berwarna lainnya (http://forum.vivanews.com, diakses

4 Januari 2022).

Dalam Budiyono (2008:421), mengungkapkan bahwa Tenun merupakan

teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan azaz (prinsip) yang sederhana

yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Tenun

menenun merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun, dan dilakukan

oleh hampir seluruh kaum wanita pada usia tertentu. Tenun, sebagai proses

pembuatan kain yang cukup tua di Indonesia berkembang pesat dan memiliki

tempat tersendiri di hati masyarakat luas. Keberadaannya tak hanya sebagai bahan

sandang semata, akan tetapi memiliki sejarah panjang dan kebanyakan

menceritakan tentang budaya suatu daerah dikarenakan masyarakat Indonesia

cenderung menggunakan gambar sebagai media untuk menceritakan sejarah.

Tenun juga menggambarkan identitas suatu daerah. Setiap suku bangsa

mengembangkan keterampilan menenun sesuai dengan perkembangan

kebudayaan masing-masing, sehingga melalui tenun tercermin tercermin ciri-ciri

lokal seperti corak, warna, ragam hias, dan makna simbolis yang terkandung

didalamnya. Sebagai contoh adalah tenun songket Palembang yang dikenal

sebagai salah satu diantara jenis tenun songket di Indonesia.

Penenun songket mulai diajarkan untuk menenun sejak berusia 10 tahun. Hal

itu diajarkan kepada generasi muda sebagai penerus generasi tua agar kebudayaan

tidak terkikis oleh zaman. Tenun menjadikan tolak ukur ekonomi. Hal ini dilihat

dari motif apa yang akan dibuat, jika motif pembuatannya rumit dan mengunakan

benang yang berkualitas tinggi sehingga memakan kurun waktu yang cukup lama,
26

maka harga jual akan tinggi. Hal ini menunjukan bahwa harga pasaran sesuai

dengan tingkat kerumitan dan keteltenan selama proses pembuatan.

Pengrajin Tenun Indonesia dikenal begitu banyaknya kerajinan yang tersebar dan

terus berkembang. Kerajinan tercipta karena sifat dasar yang dimiliki oleh

manusia. Hal ini dikarenakan manusia memiliki tangan terampil untuk

menciptakan dan menghasilkan suatu barang atau benda kerajinan yang memiliki

nilai keindahan.

Wilayah Indonesia banyak ditemui sentra pengrajin tenun. Setiap daerah

juga mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam ragam hias

maupun tata warnanya. Pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kerajinan adalah sifat yang sebagainya rajin, membuat sesuatu, atau kerajinan

merupakan usaha yang dilakukan para pengrajin dalam menghasilkan barang hasil

karya yang bernilai seni (KBBI, 2003: 399). Pelaku utama kerajinan ini adalah

para perempuan, mereka tekun menenun dengan menggunakan alat sederhana dan

tradisional sehingga menghasilkan kain yang indah. Bahan-bahan membuat kain

tenun biasanya didapat di lingkungan sekitar dan kemudian diracik sendiri tanpa

campuran dari hasil industri melalui proses yang lumayan lama sehingga

menghasilkan sebuah kain tenun ikat yang menarik (Nur Alam MN, 2013).

Tenun ikat tradisional merupakan salah satu sumber pendapatan yang

dapat diandalkan. Proses tenun ikat banyak melibatkan kaum perempuan. Hasil

penelitian menunjukkan budaya, adat istiadat dan pandangan hidup

mempengaruhi bentuk dan wujud kain tenun, setiap suku memiliki karakter, gaya,

ciri, bentuk, motif dan warna yang digunakan karena berkaitan erat dengan latar
27

belakang geografis sejarah dan budaya. Nilai dalam motif kain tenun terus

dipertahankan karena dianggap sebagai ungkapan jati diri mereka dan karya indah

para leluhur. Kain tenun merupakan salah satu usaha untuk melestarikan budaya

daerah dalam rangka pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.

Tenaga kerja pada usaha home industry pengrajin tenun adalah tenaga

perempuan berasal dari anggota rumah tangga sendiri dan sebagian lagi mengupah

pekerja dari tetangga di dekat rumah. Pekerjaan menjadi pengrajin tenun lebih

banyak ditekuni oleh perempuan karena menenun memerlukan ketelitian, keuletan

dan ketekunan yang tinggi sehingga perempuan lebih cocok melakukan pekerjaan

itu. Pengrajin kain tenun didominasi oleh kaum perempuan. Peran seorang

perempuan bukan hanya dilihat dalam kinerjanya dalam bekerja. Tetapi

perempuan mempunyai andil besar dalam membentuk sebuah keluarga yang

bermatabat. Lebih dari itu, perempuan juga mempunyai andil besar dalam

kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan

kelompok.

Para pekerja usaha indutri rumah kerajinan tenun adalah para ibu rumah

tangga. Kebanyakan suami mereka bekerja sebagai petani atau buruh petani

maupun nelayan. Kebanyakan para pekerja pengrajin Tenun lebih ditekuni oleh

perempuan karena menenun membutuhkan ketelitian, keuletan, dan ketekunan

yang tinggi. Hal itu merupakan stigma perempuan yang memang cocok

melakukan pekerjaan itu. Permasalahan yang terjadi para perempuan pekerja

adalah kurang bisa membagi waktu disamping harus membuat tenun setiap hari,

juga harus menyelesaikan pekerjaanpekerjaan rumah tangga memasak, menyapu,


28

merawat rumah dan mengasuh anak. Di Kegiatan peretenunan disediakan oleh

pihak perindustrian setempat. Pendukung produksi kain tenun yaitu modal, modal

yang digunakan oleh para pengusaha kelompok kerja yaitu modal simpan pinjam

kredit dari Bank-Bank milik negara.

2.1.1.8 Interaksi Sosial Perempuan Pengrajin Tenun

Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di dalam

memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Menurut Bonner

dalam Gunawan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau

lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain, dan sebaliknya (Adi Saputro, 2000:

31). Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam Soekanto, interaksi

sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial

tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama setiap

individu dengan individu lainnya harus mengadakan komunikasi yang merupakan

alat utama bagi sesama individu untuk salingkenal dan bekerja sama serta

mengadakan kontak fisik dan non fisik secara langsung maupun tidak langsung

(Soekanto, 2000: 67).

Interaksi sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat dari aspek

individu dan kelompok sosial, dimana mereka salaing bertemu dan menentukan

sistem serta bentuk-bentuk hubungan yang dapat mengakibatkan terjadinya

perubahan dan tergoyahnya pola-pola kehidupan yang sudah ada. Di sisi lain
29

interaksi sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi

kehidupan bersama atau dalam kehidupan sosial (Setiadi dan Kolip, 2010).

Proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat dan keluarga, secara

sosiologis memiliki dua syarat utama, yaitu: a. Adanya Kontak Sosial: secara

harafiah kontak berarti bersama-sama menyentuh masyarakat secara individu

maupun kelompok seperti berbicara dengan orang lain secara berhadap-adapan

atau melalui teknologi modern telepon rumah/handphone, membaca surat, saling

mengirim imformasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kontak sosial adalah

sebuah aksi individu/kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si

pelaku, dan si penerima membalas aksi tersebut dengan reaksi (Setiadi dan Kolip,

2010). b. Adanya Komunikasi: komunikasi itu merupakan aksi antara dua

pihak/lebih yang melakukan hubungan dalam bentuk saling memberikan tafsir

atas pesan yang disampaikan oleh masing-masing fihak. Melalui tafsir pada

perilaku fihak lain, seseorang dapat mewujudkan perilaku sebagai reaksi atas

maksud yang diinginkan oleh pihak lain. Dalam bukunya Sosiologi suatu

pengantar, Soekanto, mengutip defenisi Gillin dan Gillin, yaitu interaksi sosial

merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu,

antara kelompok, maupun antara individu dengan kelompok (Soekanto, 2000: 67).

Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur

sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan

inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari polapola perilaku individu

yang berbeda menurut situasi dan kepentingan masing- masing yang diwujudkan

dalam proses hubungan sosial. Hubungan- hubungan sosial itu pada awalnya
30

merupakan proses penyesuaian nilai dalam kehidupan sosial. Kemudian

meningkat menjadi semacam pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti

tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak.Sudah menjadi hukum alam

dalam kehidupan individu bahwa keberadaan dirinya adalah sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua

kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan.

Bertemunya manusia dengan manusia lain tidak akan menghasilkan pergaulan

tanpa adanya interaksi sosial. Dan terjadinya interaksi sosial akan menghasilkan

aktivitas sosial. Pada dasarnya interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya

aktifitas sosial. Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama

dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia

atau manusia dengan kelompok terjadi hubungan dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan

keinginan masing-masing.Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus

diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal-balik (Basrowi, 2005:

138). Proses interaksi terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat

merupakan sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri hidup bersamasama

dalam waktu yang cukup lama yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki

kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok

tersebut. Menurut Prayitno dan E. Amti , sebagai makhluk monodualis manusia

terdiri dari unsur jasmani dan rohani yang merupakan kesatuan yang utuh.
31

2.1.1.9 Keluarga

Pengertian Keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang

terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk dari satuan yang

merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama

pihakpihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Keluarga tetap

merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang

secara berangsur-angsur akan melepaskan ciriciri tersebut karena tumbuhnya

mereka ke arah pendewasaan.

Menurut Salvicion dan Celis (dalam Pujosuwarno, 1994:37) di dalam

keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah

tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Terbentuknya keluarga

yaitu karena adanya perkawinan antara dua individu yang berlainan jenis. Jadi,

keluarga yang baru dibentuk hanya terdiri dari suami dan istri, yang selanjutnya

akan disusul oleh anggota lain yaitu anak. Seseorang yang belum berkeluarga

mempunyai kedudukan dan fungsinya sebagai anak dari orang tuanya, Namun

setelah mereka berkeluarga sendiri maka mereka mempunyai hak dan kewajiban

yang baru yaitu hak dan kewajiban sebagai suami istri (Pujosuwarno, 1994:40).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

suami istri, dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Mongid,

1995:2). Seorang ibu mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

keluarga, baik peranannya bagi suami maupun anaknya (Pujosuwarno, 1994:44).


32

Di dalam kehidupan rumah tangga, seorang ibu berkewajiban untuk melayani

suami dan anaknya dalam semua aspek yang ada dalam kehidupan keluarganya.

Pengertian keluarga berdasarkan asal-usul kata yang dikemukakan oleh Ki Hajar

Dewantara (Abu Nur, 2001: 176), bahwa keluarga berasal dari bahasa Jawa yang

terbentuk dari dua kata yaitu kawula dan warga. Didalam bahasa Jawa kuno

kawula berarti hamba dan warga artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan

bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota

dari kawula merasakan sebagai satu kesatuan, yang utuh sebagai bagian dari

dirinya dan dirinya juga merupakan bagian dari warga yang lainnya secara

keseluruhan. Menurut William A Hoviland (1985 : 73) yang dimaksud keluarga

adalah suatu kelompok yang terdiri atas seorang wanita, anak-anaknya yang masih

tertanggung padanya, dan setidak-tidaknya seorang pria dewasa yang terikat oleh

perkawinan atau hubungan darah (Drs. Salamun, 1995:32).

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki

hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang

yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain

sebagainya. Mulyono (1986) mengatakan, keluarga itu merupakan kesatuan/unit

terkecil di dalam masyarakat dan menempati posisi yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat, sehingga keluarga dipandang mempunyai peranan besar

dan vital dalam mempengaruhi seseorang anak atau anggota keluarga yang

lainnya, teristimewa ketika anak-anak memasuki masa aqil baligh.


33

Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari

suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan

dengan orang tua dan pemeliharaan anak. Adapun ciri-ciri umum keluarga yang

dikemukakan oleh Mac Iver and Page (Khairuddin, 1985: 12), yaitu: a. Keluarga

merupakan hubungan perkawinan. b. Susunan kelembagaan yang berkenaan

dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. c. Suatu

sistim tata nama, termasuk perhitungan garis keturunan. d. Ketentuan-ketentuan

ekonomi yang dibentuk oleh anggota kelompok yang mempunyai ketentuan

khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Merupakan

tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun,

tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok kelompok keluarga.

2.1.1.10 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi keluarga secara spesifik menurut siswanto (2006), adalah

sebagai berikut : a. Reproduksi Fungsi keluarga bukan hanya mempertahankan

dan mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga merupakan tempat

mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya :

seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain. b.

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,

dan kebutuhan lainnya melalui ke efektifan sumber dana keluarga. Mencari

sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan

keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. Sosialisasi Anak


34

akan menyesuaikan diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial dalam

perkembangan perilakunya, akan ada proses pembentukan identitas diri dalam

proses hubungan anak dengan anggota keluarga yang lain.

Akhirnya anak akan belajar peran model sesuai dengan jenis kelaminnya

dan akan berusaha menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya. d.

Pertumbuhan Individu Di dalam keluarga individu (anak) akan tumbuh dan

berkembang menjadi individu yang matang (mature) dan mandiri (independence).

Kemantangan individu meliputi fisik dan psikisnya. Fungsi keluarga dalam

memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan makan dan pembinaaan

kepribadian. e. Pendidikan Pada dasarnya, ketika seseorang telah terlahir ke dunia

ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk

menyerap berbagai ilmu. Keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab yang

besar terhadap pendidikan anak-anaknya dalam menambah dan mengasah ilmu

untuk menghadapi kehidupan dewasanya. f. Religius (Agama dan Keyakinan)

Fungsi keluarga dalam hal ini yakni membina norma/ajaran agama sebagai

dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, memberikan contoh konkret

dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari ajaran agama, melengkapi dan

menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau

kurang diperolehnya di sekolah dan masyarakat, dan membina rasa, sikap, dan

praktik kehidupan berkeluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera. g. Rekreasi Keluarga merupakan tempat untuk melakukan

kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di rumah maupun di

luar rumah. h. Perawatan Kesehatan Keluarga masih merupakan unit utama


35

dimana pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan. Masih sangat ditemukan

keterlibatan dan dukungan dalam keluarga dimana tanpa hal ini proses rehabilitas

akan susah dilakukan di dalam keluarga.

Pendapat Families, 2010. Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana

berinteraksi satu sama lain. Hal ini mencerminkan gaya pengasuhan, konflik

keluarga, dan kualitas hubungan keluarga. Fungsi Universitas Sumatera Utara

keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota

keluarga.

2.1.1.11 Keluarga Sejahtera

Muhammad (2008 : 34) memberikan defenisi Keluarga sejahtera adalah

keadaan keluarga yang hidup makmur, dalam kelompok teratur, berdasarkan

sistem nilai, bebas dari penyakit, tidak ada gangguan, dan menyenangkan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga yaitu faktor

ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, keamanan, dan hiburan, yang memiliki

hubungan antara satu dengan yang lainnya. Rahayu (1999), keluarga sejahtera

yaitu keluarga yang mempunyai kemakmuran materil, mental dan spiritual untuk

mengembangkan kehidupan dan penghidupan jasmani, rohani dan sosialnya.

Karena itu perlu bagi wanita (ibu) mempunyai tugas untuk membantu

suami dengan pekerjaan lain yang sesuai dengan kodrat wanita. Sedangkan

pengertian kemakmuran mental yaitu lebih menyangkut mengenai iman akhlak

dan sikap terhadap pengetahuan dan penampilan dalam hidup. Pembinaan

mental/jiwa pada seseorang terjadi bersamaan dengan pembinaan kepribadian.


36

Dengan ini peranan ibu sangat penting. Ibu dalam pembinaan sikap mental benar-

benar menentukan, sebab ibulah yang paling banyak bergaul dengan anak,

terutama dalam tahun pertama dari pertumbuhan anak. Keluarga sejahtera dapat

dikembangkan lebih luas lagi dengan berbagai upaya atau usaha dan kegiatan,

seperti meningkatkan pendidikan dan ketrampilan yang diperlukan, ikut

mengupayakan dalam kehidupan bangsa serta meningkatkan pendapatan keluarga,

meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan keluarga, meningkatkan derajat

kesehatan, kelestarian lingkungan hidup serta membiasakan hidup berencana

dalam semua aspek kehidupan dan perencanaan ekonomi keluarga dengan

membiasakan menabung.

2.1.1.12 Pemenuhan Ekonomi Keluarga

Menurut Michailhuda (2009), kata ekonomi dibentuk dari dua kata

dalam bahasa Yunani, yaitu “oikos” yang berarti rumah tangga dan “nomos” yang

berarti peraturan. Jadi kata aslinya adalah ilmu atau pedoman-pedoman untuk

mengatur rumah tangga. Jelas bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya guna

mencapai kemakmuran. Sedangkan kemakmuran itu merupakan keseimbangan

antara kebutuhan dengan alat pemuas.

Jadi untuk dapat mencapai kemakmuran adalah harus berusaha semaksimal

mungkin, sehingga keperluan hidupnya dapat terpenuhi. Setiap keluarga

mempunyai berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang harus dipenuhi

dengan biaya yang berasal dari pendapatan keluarga. Pemenuhan kebutuhan hidup
37

keluarga sehari-hari merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh

pendapatan guna memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, antara lain : 1.

Pendapatan Pendapatan adalah jumah pendapatan yang diterimah oleh para

anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-

faktor produksi mereka sumbangkan dalam turut sert membentuk produksi

nasional.

2.1.1.13 Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap umat manusia.

Setiap membutuhkan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non

formal. Dengan adanya pendidikan maka manusia akan mempunyai wawasan

yang luas dan pola fikir yang maju. 3. Konsumsi. Pencapaian ketahanan pangan

dapat dilihat dari ketersediaan pangan, konsumsi gizi dan status gizi. Usaha untuk

mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat keluarga atau rumah tangga dapat

ditempuh melalui peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan cadangan

pangan dan peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi. 4. Kesehatan.

Kesehatan setiap anggota keluarga merupakan syarat penting untuk dapat bekerja

secara produktif sehingga menghasilkan pendapatan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Kesehatan keluarga tidak dapat dipisahkan dari

ketahanan pangan keluarga. 5. Tabungan Menabung memenuhi kebutuhan

keluarga dimasa yang akan dating, misalnya pendidikan anak dan jaminan hari

tua. Tabungan merupakan simpanan uang atau barang yang digunakan untuk

kesehatan, pendidikan anak, jaminan hari tua dan kebutuhan yang lain-lain. 6.
38

Perumahan Menurut UU No. 1 Tahun 2011 pasal 1 ayat 1 tentang perumahan dan

kawasan permukiman adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,

penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan

dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran dari

permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan. 7. Rekreasi Rekreasi adalah

kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang.

Kegiatan yang umum dilakukan adalah pariwisata, olahraga, bermain dan

melakukan kegiatan sesuai hobi.

2.1.1.14 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial berasal dari kata “sejahtera” dalam bahasa

sansekerta sejahtera atau catera memiliki arti payung. Catera atau “payung” dalam

konteks ini diartikan sebagai satu keadaan yang mengindikasikan seseorang

terbebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan dan kekhawatiran sehingga

kehidupannya terntram dan aman (Fahrudin, 2012: 8). Friedlander, dalam

Fahrudin (2012: 9) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang

terorgaisir dari pelayanan dan isnstitusi sosial yang direncanakan, untuk

membantu individu dan kelompok guna mnecapai standar hidup dan kesehatan

yang memadai dan relasi personal serta sosial yang memungkinkan mereka dapat

mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan

kebutuhan keluarga dan masyarakat.


39

UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, menyatakan bahwa

kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan

sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,

sehingga dapat melaksanakan fungsi melaksanakan fungsi sosialnya. Sebelum

diganti Undang-Undang yang mengatur kesejahteraan sosial adalah UU.No.6

Tahun 1974, namun terdapat perbedaan yang sangat mencolok tentang pengertian

kesejahteraan sosial dari keduanya yakni cara pemenuhan UU.No.6 Tahun 1974

sangat tegas menjunjung hak-hak asasi dan pancasila, namun dalam UU No.11

Tahun 2009 tidak dijelaskan dalam pengertian kesejahteraan sosial (Adi Fahrudin,

2012: 10).

Pengertian tersebut di atas memberikan suatu penekanan bahwa setiap

warga negara baik laki-laki maupun perempuan memiliki ruang yang sama untuk

mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat

jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah. Kebutuhan jasmaniah yakni kebutuhan

yang terkait dengan kebutuhan materil, biologis, ekonomi, kesehatan, dan lain-

lain. Sedangkan kebutuhan rohaniah yakni kebutuhan yang terkait dengan

kebutuhan rasa aman, tentram, damai, bahagia, pendidikan, dan sebagainya.

Pemenuhan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah tersebut ditujukan kepada diri,

keluarga, serta masyarakat secara umum. Disnilah terlihat keterkaitan yang sangat

penting antara kesejahteraan sosial dengan kesejahteraan keluarga.


40

2.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Peranan Perempuan Pengrajin Tenun Songket Dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Keluarga di Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir

Permen PPPA No.13 Tahun 2020 Tentang Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Perempuan

Konsep Peranan
(Soekanto, 2002:243)

- kEkonomi

1. Pendapatan
2. Pemenuhan Kebutuhan Pangan
3. Pemenuhan Kebutuhan sandang dan Pangan

Diharapkan memberikan masukan kepada semua pihak terkait dalam


meningkatkan kesejahteraan keluarga pengrajin tenun songket di Desa Limbang
Jaya Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir
41

2.3 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Hasil Penelitian Metode Penelitian

1. Peran perempuan dalam Peran perempuan desa Deskriptif Kualitatif


memenuhi ekonomi yang bekerja di
kawasan dalam
keluarga: Dari peran
pariwisata Pantai Batu
domestik menuju sektor Gong sangat besar
pubik. Darmin Tuwu/2014 dalam mendukung
pemenuhan ekonomi
keluarga.

Dalam memenuhi
ekonomi keluarga peran
perempuan telah
mengarah kepada
persamaan peran
dengan kaum laki-laki

2. "Pemberdayaan Model pemberdayaan Deskriptif Kualitatif


Perempuan Miskin perempuan miskin
Berbasis Pemanfaatan dengan pemanfaatan
Sumberdaya Lokal sistem sumberdaya
Melalui Pendekatan Sosial lokal untuk dapat
Enterpreneurship (Studi mengentaskan mereka
Kasus di Daerah dari kemiskinan,
Tertinggal, Kabupaten melalui pendekatan
Pasaman, Sumatera sosial entrepreneurship
Barat)". Mulia Astuti, ini ternyata mampu
2019 meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan
42

perempuan miskin,
dengan menciptakan
lapangan kerja baru
bagi perempuan serta
dengan memanfaatkan
potensi ikan lokal

3. Peranan tenaga kerja Peranan tenaga kerja Deskriptif-Kualitatif


wanita dalam indusrti sapu Wanita dalam industry,
ijuk dan kontribusinya telah memberikan
terhadap pendapatan kontribusi bagi
keluarga (Studi Kasus perekonomian keluarga.
Desa Medan Sinembah
Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli
Serdang)

Ririn Marissa, 2013.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan metode

analitis.Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010:4) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati”. Penelitian kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara

holistik, memposisikan manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data

secara induktif, lebih mementingkan proses dari pada hasil penelitian yang

dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian .

Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan adalah berkaitan

dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan

kondisi masa sekarang. Metode deskriptif adalah sebagai berikut: Metode

deskrptif adalah satu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu

subjek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa

sekarang.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu

Kabupaten Ogan Ilir.

43
44

3.3 Definisi Konsep

Definisi Konsep merupakan sebuah pengertian dari gejala yang menjadi

pokok perhatian. Devinisi Konsep bertujuan untuk memberikan gambaran yang

lebih jelas serta untuk menghindari kesalah pahaman penulisan istilah-istilah

penting antara konsep yang satu dengan yang lainnya sehubungan dengan pokok

masalah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan konsep sebagai berikut :

3.3.1 Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

maka dia (actor) menjalankan suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-

pisahkan karena yang satu tergantung dengan yang lain dan sebaliknya. Peranan

lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu

proses. Jadi, tepatnya adalah bahwa seseorang (lembaga) menduduki suatu posisi

atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan (Soerjono

Soekanto, 2009).

3.3.2 Pemberdayaan merupakan proses kepada masyarakat agar menjadi

berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai atau keberdayaan

untuk menentukan pilihan hidupnya dan pemberdayaan kemampuan harus

ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. Pemberdayaan

adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi

dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi kejadiankejadian serta lembaga-

lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.


45

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Fokus Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Peran Pengrajin Tenun Pendapatan Tingkat Penghasilan Yang


Songket Dalam Memadai /Tidak Memadai
Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga di
Desa Limbang Jaya Pemenuhan Kebutuhan Terpenuhi/Tidak Terpenuhi
Kecamatan Tanjung Batu Pangan
Kabupaten Ogan Ilir
Sumatera Selatan

Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Rumah Tempat


Sandang Dan Papan Tinggal Yang Layak Huni /
Tidak layak Huni

Sumber : Soerjono Soekanto: 2002 (Peran Perempuan Dalam Keluarga)

3.5. Key Informan/Informan

Jenis sumber data berupa manusia yang dalam penelitian kualitatif dikenal

sebagai informan. Peneliti didalam memilih nara sumber harus bisa memahami

posisi dan beragam peran dengan kemungkinan akses informasi yang dimilikinya

sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Informan yang dimaksud

dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:


46

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No. Informan Penelitian Jumlah

1. Ketua Pengrajin Songket 1 Orang

2. Kepala Desa 1 Orang

3. Tokoh Masyarakat 1 Orang

4. Pengrajin Songket 5 Orang

.Jumlah 7 Orang

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan metode

analitis.sumber data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Sumber data yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan. Sumber data primer dapat berupa opini yang diambil dari

kelompok maupun individu. Untuk mendapatkan data primer ini penulis

melakukan wawancara kepada ketua Pengrajin Tenun Songket.


47

b. Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui arsip, majalah ilmiah, peraturan perundang-undangan,

makalah, dokumen-dokumen dari pihak terkait, dan buku-buku yang

berkaitan dengan masalah penelitian mengenai Peran PKK Dalam

Pemberdayaan Masyarakat.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan

berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada setting

alamiah (natural setting). Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan

data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan keempatnya Sugiyono

(2015:137).

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data menggunakan triangulasi/gabungan.Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari


48

sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Adapun teknik pengumpulan data yang direncanakan untuk digunakan di

lapangan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung.Merupakan suatu bentuk komunikasi atau percakapan untuk

memperoleh informasi. Peneliti akan secara langsung melakukan

wawancara dengan Informan, yaitu orang yang dianggap paham dan

mengetahui masalah yang akan diteliti dengan menggunakan daftar

pertanyaan mendalam. Informan terpilih

2. Observasi Langsung

Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di lapangan

yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu

penelitian. Observasi ini menbantu peneliti dalam menganalisa keadaan

yang sebenarnya.

3. Dokumentasi / Studi Pustaka

Teknik ini merupakan cara pengumpulan data dan dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang telah diteliti. Teknik ini digunakan

untuk menunjang data primer atau data utama yang diperoleh langsung

dari informan.Teknik ini membantu peneliti dalam menelusuri

pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada tentang peranaan

PKK dalam pemberdayaan kaum perempuan.


49

3.8 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai macam sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya penuh.Analisis

data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi

hipotesis.Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.Dalam

hal ini Nasution (1988) dalam (Sugiyono, 2015:245) menyatakan “Analisis telah

mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan

dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian

kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan

dengan pengumpulan data.”

Analisis data data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian,

karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil observasi,

wawancara, studi literatur dan dokumentasi dilapangan untuk selanjutnya

dideskripsikan dalam bentuk laporan.Analisis data dalam penelitian ini dilakukan

melalui tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi Miles dan Huberman (1992)

dalam Sugiyono (2015:246).

Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan

menerus.Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan


50

merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Tiga jenis

kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti

harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan

data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan

penarikan kesimpulan untuk lebih memperjelas alur kegiatan analisis data

penelitian tersebut.

3.9 Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian dilakukan selama 5 bulan kalender sesuai dengan tabel

dibawah ini:

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Bulan Januari Februari Maret April Mei

2022 2022 2022 2022 2022


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Minggu
Pembuatan x x
Proposal x X X X
Konsultasi
Proposal
Ujian X
Proposal
Penelitian X X x X X x
Konsultasi X x x x x
Skripsi
Ujian X
Skripsi
51

3.10 Sistematika Penulisan Skripsi

a. Bab I Pendahuluan

Bagian ini berisi uraian mengenai : 1) Latar belakang masalah, 2) Identifikasi

masalah, 3) Rumusan masalah, 4) Tujuan penelitian, 5) Manfaat penelitian.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi penjelasan tentang landasan teori yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga berisi

tentang tinjauan pustaka yang merupakan hasil kajian yang berisikan bukti-

bukti dari hasil-hasil penelitian terdahulu atau orang lain.

c. Bab III Metodologi Penelitian

Menjelaskan tentang pemilihan metode/jenis penelitian yang digunakan,

penetapan lokasi penelitian yang diambil, definisi konsep, fokus penelitian,

informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, jadwal penelitian dan sistematika penulisan skripsi.


BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Limbang Jaya

4.1.1 Sejarah Singkat Desa Limbang Jaya

Pada zaman dahulu terdapat sebuah desa terpencil, yaitu Desa Tanjung

Remas. Desa ini di pimpin oleh seorang pemangku adat yang bernama Herkut.

Selama ia berkuasa banyak sekali rakyat yang menderita karena kekejamannya.

Akan tetapi pertanian di daerah ini berkembang dengan pesat. Setelah menjadi

orang yang berkuasa di daerah tersebut, ia mempersunting ssorang gadis bernama

Cik Atel, mereka hidup rukun dan dikarunia seorang anak laki-laki yang diberi

nama Bujang Henya. Henya tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Semua

yang melihat Henya akan terpesona dan terkagum-kagum dengan ketampanannya,

sehingga tidak diragukan lagi hampir semua gadis desa mendambakan Henya

sebagai kekasih mereka. Ketika Henya masih remaja, ayahnya meningggal

dunia.Seluruh harta kekayaan ayahnya jatuh kepadanya, karena Henya adalah

anak tunggal, sementara itu kekuasaan ayahnya pun diturunkan juga kepada

dirinya.Henya pun akhirnya memerintah desa tersebut.Henya memerintah lebih

baik daripada ayahnya.Ia berhasil mendirikan pabrik penggilingan padi, sehingga

dapat meringankan beban penderitaan rakyat setelah dikuasai ayahnya yang penuh

dengan penindasan dan kekejaman.

Belum lama ayahnya meninggal ibunya menyusul. Ibunya meninggal tepat

Henya akan mempersunting seorang gadis cantik keturunan bangsawan Arab.

52
53

Ibunya meninggal karena serangan penyakit yang sama seperti ayahnya, yaitu

demam berdarah. Pernikahan Henya dengan gadis keturunan Arab tetap

berlanjut.Setelah menikah mereka di karuniai sepasang anak kembar. Anak

kembar tersebut diberi nama Jebar dan Baker. Seiring berjalannya waktu, Jebar

dan Baker pun tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan tampan. Namun

musibah kembali menghampiri keluarga Henya, tidak disangka Baker jatuh sakit

dan meninggal dunia karena penyakit yang sama dengan kakek neneknya dimasa

lalu. Jebar sangat sedih karena dia telah kehilangan orang yang disayanginya dan

ia juga kehilangan teman bermain.

Sementara itu kehidupan masyarakat di desa tersebut semakin lama

semakin baik. Mereka sudah tahu bagaimana cara beternak hewan peliharaan

seperti ayam,sapi, dan kambing. Masyarakat desa yang sekarang di pimpin oleh

Jebar telah mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera.Selanjutnya Jebar

pun menikah dengan seorang gadis yang memiliki keterbatasan fisik dan kurang

rupawan.Setelah satu tahun menikah mereka dikaruniai seorang putra.Akan tetapi

anak tersebut juga mengalami keterbatasan fisik. Fisik anak tersebutsama seperti

ibunnya, anaknya memiliki tubuh yang bungkuk. Dikarenakan anaknya lahir

bungkuk, maka ia diberi nama Si Bungkuk. Bungkuk pun tumbuh besar, akan

tetapi Si Bungkuk karena memiliki keterbatasan fisik, ia tidak seperti anak yang

lain. Setelah ia berumur delapan belas tahun, musibah kemudian menghampiri

keluarga mereka. Kedua orang tua bungkuk jatuh sakit dan meninggal dunia.

Kedua orang tuanya meninggal dikarenakan karena penyakit yang sama seperti

buyutnya dahulu yaitu demam berdarah. Mengapa daerah ini setiap tahun pasti
54

ada saja yang meninggal karena penyakit itu? Ada seorang pemuka adat yang

mengatakan bahwa daerah ini minta tumbal yaitu ayam hitam putih sebanyak

1000 ekor.

Setelah sebelas tahun Bungkuk memerintah ia berniat pindah ke daerah

Ilir. Perpindahan Bungkuk karena perpecahan dan permusuhan antara Depati

Bungkuk dengan dukun pemegang Tanjung Remas. Sejak terjadi permusuhan itu

tumbal di dusu di cabut. Akibatnya banyak sekali korban yang meninggal karena

wabah penyakit.Mereka memberi istilah Tanjung Remas menjadi pandangan bagi

burung terkuku.Para tetua dusun membuat rembuk dusun.

Hasil mufakat mereka bahwa desa itu harus dipindahkan ke hulu sungai.

Daerah hulu sungai itu masih rawa-rawa. Supaya daerah tersebut tinggi,

diusahakan digalang atau ditimbun. Karena daerah itu sudah menjadi tinggi,

seorang pemuka adat daerah ini memberi nama daerah tersebut dengan sebutan

Limbang Jaya. (Sumber berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bayhaki,

sebagai Kepala Desa Limbang Jaya, 10 April 2022).

Berdasarkan kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam,

sumber daya manusia dan potensi kelembagaan serta potensi sarana dan prasarana

dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat berdasarkan

karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif Desa Limbang Jaya adalah

desa swadaya, yakni desa yang mulai menuju perkembangan. Desa Limbang Jaya

merupakan desa yang telah mampu menyelenggrakan pemerintahannya sendiri.

Lembaga sosial mulai berfungsi administrasi desa sudah berjalan, mata


55

pencaharian beragam sudah mulai berinteraksi dengan wilayah sekitarnya, tingkat

pendidikan dan kesehatan mulai membaik.

4.1.2 Keadaan Geografis

Desa Limbang Jaya berada dalam Kecamatan Tanjung Batu di Kabupaten

Ogan Ilir dengan luas wilayah desa yakni 2.427 Ha.Secara umum Desa Limbang

Jaya beriklim tropis dengan curah hujan lebih sedikit dan umumnya

kemarau.Sebagian besar wilayah desa digunakan untuk tempat tinggal,

perkebunan, serta peternakan.Dalam hal ini mata pencaharian penduduk adalah

bertani, berkebun, nelayan, peternak sapi dan kambing, peternak ayam petelur,

sebagian lagi menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI/Polri.

Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pinang

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Laut

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Burai

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Dayang

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Limbang Jaya.

Penduduk Desa Limbang Jaya pada tahun 2021 tercatat berjumlah 3.875 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 936 KK.


56

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki-laki 1.836

2. Perempuan 2.039

Jumlah 3.875

Sumber : Data Monografi Desa Limbang Jaya, 2021

Berdasarkan data table diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa

Limbang Jaya, berjumlah 3.875 jiwa.

Tabel 4.2

Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah

1. PAUD 1

2. Sekolah Dasar 2

3. SMP 1

4. SMK 1

Jumlah 5

Sumber : Data Monografi Desa Limbang Jaya, 2021


57

Foto 4.1

Kantor Kepala Desa Limbang Jaya

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Berdasarkan data table sarana pendidikan diatas menunjukkan bahwa di

Desa Limbang Jaya terdapat beberapa sarana pendidikan yang cukup memadai

bagi masyarakat desa tersebut untuk mengenyam pendidikan dimana terdapat

saran pendidikan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berjumlah 1

buah, Sekolah Dasar 2 buah, SMP berjumlah satu buah, serta SMK berjumlah satu

buah.
58

Tabel 4.3

Sarana Peribadatan

No. Jenis Sarana Jumlah (Unit)


Peribadatan

1. Masjid 3

2. Musholla 1

Jumlah 3

Sumber : Data Monografi Desa Limbang Jaya, 2021

Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan bahwa sarana peribadatan di

Desa Limbang Jaya cukup memadai yang seluruh warga Desa Limbang Jaya

memeluk agama Islam.Tersedianya bangunan sarana peribadatan masjid dan

musholla yang berjumlah 3 unit.

Tabel 4.4

Warga Negara

No. Warga Negara Jumlah (Jiwa)

1. WNI 3.875

2. WNA -

Jumlah 3.875

Sumber : Data Monografi Desa Limbang Jaya, 2021


59

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa Limbang

Jaya seluruhnya adalah WNI dengan jumlah sebanyak 3.875 jiwa.Sedangkan tidak

ada Warga Negara Asing (WNA) yang berdomisili ataupun menetap.

Tabel 4.5

Sarana Kesehatan

No. Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1. Pos KB 1

2. Posyandu 1

Jumlah 2

Sumber : Data Monografi Desa Limbang Jaya, 2021

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sarana kesehatan di Desa

Limbang Jaya cukup memadai yang terdiri dari Pos KB berjumlah 1 unit. Dan

Posyandu berjumlah sebanyak 1 unit.

4.1.3 Struktur Organisasi Desa Limbang Jaya

Organisasi merupakan suatu wadah yang mempunyai tujuan tertentu yang

memiliki pembagian kerja dan mempunyai orang-orang yang bekerja sama yang

memegang berbagai bagian dari kegiatan untuk mencapai tujuan dari organisasi

tersebut. Orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut mau mengadakan

hubungan satu sama lain untuk mengkoordinasikan kegiatan masing-masing,

untuk melihat pembagian tugas yang ada dalam suatu organisasi dapat

diungkapkan dalam suatu bagian yaitu struktur organisasi.


60

Di Desa Limbang Jaya merupakan tempat pelayanan pemerintahan

terhadap masyarakat secara langsung yang dikepalai oleh seorang Kepala

Desa.Kepala Desa merupakan Kepala Pemerintahan setempat yang secara

langsung bertugas sehari-hari berhubungan dengan masyarakat desa.Pemerintah

desa mempunyai struktur susunan dan pembagian kerja yang biasa di sebut

struktur organisasi pemerintahan.

Adapun susunan organisasi Desa Limbang Jaya kecamatan Tanjung Batu di

Kabupaten Ogan Ilir dapat dirinci secara jelas sebagai berikut:

a. Kepala Desa = Bayhaki

b. Sekretaris Desa = Apridarsah

c. Kasi Pemerintahan = Muammar

d. Kasi Kesejahteraan = Darmawan

e. Kasi Pelayanan = Ismail

f. Kaur TU Dan Umum = Fuji Alamsyah

g. Kaur Keuangan = Holid

h. Kaur Perencanaan = Agus Randika

i. Kadus 1 = Ahmad Jazuli

j. Kadus 2 = Kusma Dewi

k. Kadus 3 = Agus Salim

Untuk lebih jelas tentang susunan organisasi Desa Limbang Jaya Kecamatan

Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dapat dilihat pada gambar berikut ini:
61

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Limbang Jaya

KEPALA DESA (Bayhaki)

BAYHAKI

SEKRETARIS DESA (Apridarsah)

Apridarsah

KASI PEMERINTAHAN KAUR TU & UMUM

mUAMMAR Fuji Alamsyah

Muammar
KASI KESEJAHTERAAN KAUR KEUANGAN

Darmawan Holid

KASI PELAYANAN KAUR PERENCANAAN

Ismail Agus Randika

KEPALA DUSUN 1 KEPALA DUSUN 2 KEPALA DUSUN 3

Ahmad Ijazi Kusma Dewi Agus Salim

Untuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan tugas dan fungsi

aparatur pemerintah Desa Limbang Jaya sebagai penyelenggara pemerintahan dan


62

pelayanan masyarakat serta menghindari adanya tumpang tindih tugas dan

tanggung jawab maka dibutuhkan struktur organisasi dan tata kerja, manajemen

serta kemampuan dan keahlian dari aparatur pemerintah Desa Limbang Jaya.

Pada bagan diatas dapat dilihat bahwa Desa Limbang Jaya telah memiliki

struktur organisasi dan tata kerja yang jelas. Hal ini merupakan modal dasar yang

sangat baik bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Selain

itu untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

4.1.4 Visi dan Misi

Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu di Kabupaten Ogan Ilir

menetapkan visi: Menjadikan Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu

Kabupaten Ogan Ilir sebagai pusat pengembangan pertanian, sehat dan berbudaya.

Sedangkan misi Desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu di

Kabupaten Ogan Ilir ditetapkan sebagai berikut:

a. Peningkatan sarana dan prasarana khusunya di bidang pertanian

b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

c. Peningkatan hasil produksi pertanian dan pemasaran

d. Mengembangkan potensi sumber daya manusia

e. Mewujudkan pemerintahan desa yang proporsional dan bertanggung

jawab

f. Bersama masyarakat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam

pelaksanaan program pemerintahan Kabupaten Ogan Ilir.


63

4.2 Tugas Pokok dan Fungsi

4.2.1 Kepala Desa

 Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat dan

Perangkat Desa.

 Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat

desa.

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa

memiliki fungsi sebagai berikut :

1. menyelenggarakan pemerintahan desa seperti tata praja pemerintahan,

penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan

ketentraman dan ketertiban, melaksanakan upaya perlindungan masyarakat,

administrasi kependudukan dan penataan serta pengelolaan wilayah.

2. melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana pedesaan

dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.

3. pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban

masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan dan

ketenagakerjaan.

4. pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat

di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan

keluarga, pemuda, olah raga dan karang taruna.


64

5. menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga

lainnya.

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa

memiliki uraian tugas jabatan sebagai berikut :

1. menyusun program kerja dan rencana kegiatan tahunan desa mengacu

kegiatan tahun sebelumnya sebagai bahan acuan pelaksanaan kegiatan;

2. merumuskan kebijakan operasional berdasarkan ketentuan perundangan yang

berlaku sesuai kewenangan;

3. membagi tugas kepada Sekretaris Desa dan Kepala Seksi untuk kelancaran

tugas;

4. melaksanakan administrasi umum, pemerintahan, pembangunan,

kependudukan, protokol, hubungan masyarakat, tata laksana, sarana

prasarana, perlengkapan, inventaris, keuangan, kepegawaian, kearsipan,

perjalanan dinas dan rumah tangga desa;

5. membina ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, umat

beragama sesuai kebijakan Pemerintah;

6. melaksanakan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan diwilayah kerja desa;

7. membina lembaga kemasyarakatan desa yang ada di wilayahnya;

8. melaksanakan administrasi pemerintahan dan pembangunan, pelayanan

kepada masyarakat, administrasi kependudukan, Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Kartu Keluarga (KK), Surat Keterangan Pindah Penduduk, Surat


65

Keterangan Pindah Sementara, Surat Keterangan Nikah, Surat Kematian,

Surat Keterangan Tidak Mampu, Surat Keterangan Catatan Kepolisian

(SKCK), Surat Keterangan domisili, Surat Keterangan Ahli Waris,

Administrasi Pertanahan dan surat lain sesuai kewenangan;

9. menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan administrasi pemilu, pemungutan

Pajak Bumi Bangunan, retribusi daerah, pajak daerah dan pajak lain untuk

peningkatkan pendapatan daerah;

10. memfasilitasi pembinaan pasar desa, ekonomi masyarakat, pedagang kaki

lima, pedagang asongan, toko, kios, warung, restoran, hotel, losmen yang ada

diwilayah kerja desa;

11. memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan umum, pemilihan presiden,

pemilihan kepala daerah demi tegaknya demokrasi pemerintahan;

12. membina Lembaga Kemasyarakatan Desa, lembaga kemasyarakatan untuk

membantu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

13. melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam perencanaan,

pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

14. membina ketentraman dan ketertiban masyarakat;

15. memberikan rekomendasi pelayanan perijinan;

16. mengkoordinasikan pelayanan peningkatan kebersihan, lingkungan,

penghijauan, pendidikan dan kebudayaan, olah raga, seni dan kesehatan

lingkungan;
66

17. mengevaluasi hasil kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan kemasyaraktan untuk peningkatan disiplin dan kinerja aparatur yang lebih

baik;

18. menyusun Dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa);

19. mengoordinasikan fasilitasi pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dan pajak

daerah/retribusi lain untuk peningkatan pendapatan pemerintah;

20. melaksanakan pengamanan barang inventaris, tanah bondo desa, gedung

pertemuan/balai desa, kantor Desa dan benda lain milik pemerintah desa

dengan membukukan dan mencatat dalam buku inventaris;

21. menandatangani naskah-naskah dinas untuk kepentingan pelayanan kepada

masyarakat;

22. melaksanakan pembinaan usaha peningkatan peran serta, partisipasi

masyarakat dan meningkat swadaya gotong royong masyarakat untuk

mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta lingkungan

kemasyarakatan;

23. mengupayakan pembangunan, menata tempat dan tata ruang desa sesuai

kewenangan yang diberikan;

24. membina kehidupan umat beragama wilayah kerja desa;

25. memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan untuk pengambilan

keputusan/kebijakan;

26. menyusun telaah staf berkaitan dengan bidang tugas Kepala Desa;
67

27. memberikan petunjuk dan bimbingan teknis kepada staf agar pelaksanaan

tugas dapat berjalan efektif, efisien sesuai program kerja dan peningkatan etos

kerja staf;

28. menyusun penetapan indikator kinerja kegiatan dan laporan keuangan, yang

terdiri dari realisasi anggaran, penyusunan neraca, arus kas dan catatan atas

hasil laporan keuangan desa; dan

29. melaksankan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

4.2.2 Sekretaris Desa

 Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa yang dibantu oleh unsur staf

sekretariat yang bertugas membantu Sekretaris Desa dalam bidang

administrasi pemerintahan.

 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris

Desa mempunyai fungsi :

1. melaksanakan urusan ketatausahaan seperti penataan naskah, administrasi

surat menyurat, arsip dan ekspedisi.

2. melakukan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa,

penyediaan sarana prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,

pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas dan pelayanan umum.

3. melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,

administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi


68

administrasi keuangan dan administrasi penghasilan Kepala Desa, perangkat

desa, BPD dan lembaga pemerintahan desa lainnya.

4. melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran

pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka

pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program serta penyusunan

laporan.

 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Sekretaris

Desa memiliki uraian tugas jabatan sebagai berikut :

1. mengkoordinasikan penyusunan kebijakan dan program kerja

pemerintahan desa;

2. mengkoordinasikan pelaksana teknis dan pelaksana kewilayahan;

3. mengkoordinasikan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan

pemerintahan desa;

4. menyelenggarakan kesekretariatan desa;

5. mengkoordinasikan buku administrasi desa;

6. memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh satuan

organisasi pemerintah desa;

7. melaksanakan urusan rumah tangga, dan perawatan sarana dan prasarana

fisik pemerintah Desa; dan

8. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Paragraf 2

Urusan Tata Usaha dan Umum


69

Pasal 11

 Urusan Tata Usaha dan Umum sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (2)

huruf a merupakan unsur staf Sekretariat Desa yang bertugas membantu

Sekretaris Desa dalam urusan ketatausahaan, rumah tangga, dan

perlengkapan.

 Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum memiliki fungsi seperti melaksanakan

fungsi ketatausahaan seperti tata naskah, surat menyurat, arsip, ekspedisi,

penataan administrasi aparat pemerintah desa, penyediaan prasarana kantor,

penyiapan rapat, inventarisasi dan pengadministrasian aset dan kekayaan desa,

perjalanan dinas dan pelayanan umum.

 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala

Urusan Urusan Tata Usaha dan Umum memiliki uraian tugas jabatan :

1. melakukan administrasi urusan surat menyurat;

2. melaksanakan pengelolaan barang inventaris dan kekayaan Desa;

3. melaksanakan administrasi Aparat pemerintah desa;

4. melaksanakan administrasi Tanah Kas Desa;

5. pengelolaan arsip Pemerintah Desa;

6. melaksanakan pengelolaan perpustakaan Desa;

7. mempersiapkan sarana rapat/pertemuan, upacara resmi dan lain-lain

kegiatan Pemerintah Desa;

8. mengumpulkan bahan dan menyusun laporan Pemerintah Desa;

9. melaksanakan pengelolaan administrasi monografi desa;

10. melaksanakan pembinaan administrasi BPD;


70

11. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan umum yang diberikan

oleh Kepala Desa atau Sekretaris Desa; dan

12. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

4.2.3 Urusan Keuangan

 Urusan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b,

merupakan unsur staf Sekretariat Desa yang membantu tugas Sekretaris Desa

dalam urusan administrasi keuangan.

 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala

Keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan keuangan seperti

pengurusan administrasi keuangan, adminisrasi sumber-sumber pendapatan

dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan dan administrasi

penghasilan aparat pemerintah desa, BPD dan lembaga pemerintahan desa

lainnya.

 Kepala Urusan Keuangan memiliki uraian tugas jabatan:

1. menyiapkan bahan penyusunan anggaran, perubahan dan perhitungan APB

Desa;

2. menerima, menyimpan, mengeluarkan atas persetujuan dan seizin Kepala

Desa, membukukan dan mempertanggung-jawabkan keuangan Desa;

3. mengendalikan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

4. mengelola dan membina administrasi keuangan desa;

5. menggali sumber pendapatan desa;


71

6. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan keuangan yang diberikan oleh

Kepala Desa atau Sekretaris Desa; dan

7. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

4.2.4 Urusan Perencanaan

 Urusan Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c,

merupakan unsur Sekretariat Desa yang membantu tugas Sekretaris Desa di

bidang perencanaan, pengendalian dan pelaporan program pemerintahan,

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat

Desa.

 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala

Urusan Perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan perencanaan

seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,

menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan

monitoring dan evaluasi program serta penyusunan laporan.

 Kepala Urusan Perencanaan memiliki uraian tugas jabatan:

1. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan dan perencanaan kerja

pemerintahan desa;

2. melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan perencanaan kerja

pemerintahan desa secara rutin dan/atau berkala;

3. menyusun pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa akhir tahun

anggaran dan akhir masa jabatan;

4. melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa;


72

5. menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa;

6. menyusun Rencana Kerja Pemerintahan Desa;

7. melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan perencanaan yang diberikan

oleh Kepala Desa atau Sekretaris Desa; dan

8. melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

4.2.5 Pelaksana Kewilayahan

 Pelaksana kewilayahan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

kepada Kepala Desa dan di bidang administrasi dikoordinasikan oleh

Sekretaris Desa.

 Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai

satuan tugas kewilayahan.

 Tugas kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi

penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat desa.

 Pelaksana kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

oleh Kepala Dusun yang jumlahnya ditentukan secara proporsional antara

pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dengan kemampuan keuangan desa

dan memperhatikan luas wilayah kerja, karakteristik, geografis, kepadatan

penduduk serta sarana prasarana penunjang tugas.

 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala

Dusun memiliki fungsi :


73

1. pembinaan ketrentaman dan Ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan

masyarakat, mobilitas kependudukan dan penataan dan pengelolaan

wilayah.

2. mengawasi pelaksanaan pembangunan wilayahnya.

3. melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan

kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.

4. melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

4.2.6 Kepala Dusun memiliki uraian tugas jabatan :

 membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam bidang pemerintahan,

pembangunan, kemasyarakatan, kebudayaan, ketentraman, ketertiban dan

perlindungan masyarakat; melaksanakan Peraturan Desa, Peraturan Kepala

Desa dan Keputusan Kepala Desa;

 membantu Kepala Desa dalam kegiatan pembinaan dan kerukunan warga;

1. membantu Kepala Desa dalam melakukan penyuluhan program

Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah; dan

melaksanakan dan melaporkan tugas lain yang diberikan atasan.

4.2.7. Pelaksana Teknis

Seksi Pemerintahan

 Seksi Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

huruf a, merupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas


74

Kepala Desa di bidang pemerintahan, keamanan, ketertiban dan

perlindungan masyarakat.

 Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan

manajemen tata praja pemerintahan, menyusun rancangan peraturan

desa, peraturan dan keputusan Kepala Desa, pembinaan masalah

pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan

wilayah, serta pendataan dan pengelolaan profil desa.

 Kepala Seksi Pemerintahan memiliki uraian tugas jabatan:

 merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi administrasi

Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa;

 melaksanakan pembinaan administrasi pertanahan;

 melaksanakan pembinaan administrasi Tanah di Desa;

 melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan;

 melaksanakan pembinaan sosial politik;

 memfasilitasi kerjasama Pemerintah Desa;

 melaksanakan pengelolaan administrasi profil desa; dan

 melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa.

4.2.8. Seksi Kesejahteraan

 Seksi Kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b,

merupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas Kepala Desa di

bidang kesejahteraan.
75

 Kepala Seksi Kesejahteraan mempunyai fungsi Melaksanakan pembangunan

sarana prasarana pedesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan

tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi,

politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olah raga dan

karang taruna.

 Kepala Seksi Kesejahteraan memiliki uraian tugas jabatan:

1. merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang

pembangunan;

2. mengelola sarana dan prasarana perekonomian masyarakat desa dan sumber-

sumber pendapatan desa;

3. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai bidang

tugasnya;

4. mengembangkan sarana prasarana pemukiman warga;

5. membantu pelaksanaan bimbingan kegiatan Pembinaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), Karang Taruna, Pramuka dan organisasi kemasyarakatan

lainnya;

6. meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup;

dan

7. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.


76

4.2.9. Seksi Pelayanan

 Seksi Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c,

merupakan unsur pelaksana teknis yang membantu tugas Kepala Desa di

bidang agama, pembinaan kemasyarakatan dan kesejahteraan rakyat.

 Kepala Seksi Pelayanan mempunyai fungsi melaksanakan penyuluhan dan

motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan

upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat,

keagamaan dan ketenagakerjaan.

 Kepala Seksi Pelayanan memiliki uraian tugas jabatan :

1. merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan

pembinaan mental spiritual, keagamaan, nikah, talak, cerai dan rujuk, sosial,

pendidikan, kebudayaan, olah raga, kepemudaan, kesehatan masyarakat,

kesejahteraan keluarga, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan

bidang ketenagakerjaan;

2. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat

sesuai bidang tugasnya;

3. membina kegiatan keagamaan yang ada di desa;

4. melaksanakan pembinaan administrasi lembaga kemasyarakatan desa;

5. membantu pengumpulan dan penyaluran bantuan terhadap korban bencana;

6. mengoordinasikan kegiatan pelayanan satu pintu; dan

7. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.


77

4.3. Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Desa bertanggung jawab memimpin dan

mengoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lima subjek penelitian dengan

maksud agar lebih mengetahui secara mendalam berkenaan dengan permasalahan

yang di teliti. Penelitian ini merupakan studi yang pengambilan subjek

penelitiannya berdasarkan pada masalah-masalah yang menjadi objek penelitian.

Melalui perkembangan ini, peneliti berfokus mengambil lima keluarga yang

istrinya atau ibu rumah tangga bekerja sebagai perempuan pengrajin songket dan

masih mempunyai anak usia sekolah. Keluarga yang dimaksud yaitu keluarga ibu

Selly, keluarga ibu Nira, keluarga Ibu Evi, dan keluarga ibu Ana dan Keluarga Ibu

Murni. Adapun karakteristik dari kelima keluarga tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1
Karakteristik Informan

No. Nama Usia (Tahun) Jenjang Pendidikan


1. Selly 34 SMP
2. Nira 37 SD
3. Daryani 29 SMA
4. Ana 25 SMP
5. Murni 42 SD

Dalam Penelitian diperoleh hasil mengenai peranan perempuan pengrajin

songket dalam peningkatan kesejahteraan kehidupan sosial ekonomi keluarga,

78
79

yaitu peran subjek penelitian dalam pemenuhan kebutuhan keluarga serta

permasalahan apa saja yang menghambat kesejahteraan keluarga. Berikut

penjelasannya :

5.1.1 Pendapatan

Masyarakat Desa Limbang Jaya merupakan masyarakat yang memiliki

mata pencaharian yang beragam. Namun mayoritas masyarakat Desa Limbang

Jaya umumnya kaum perempuan bekerja sebagai penenun songket. Sebagian

besar kaum ibu bekerja sebagai penenun atau pengrajin songket yang

memanfaatkan keterampilan mereka untuk mencari nafkah dan penghidupan.

Tidak sedikit pengrajin songket adalah perempuan yang sudah berkeluarga dan

memiliki anak usia sekolah. Hasil yang mereka peroleh sebagai petani dapat

dikatakan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Di Desa Limbang Jaya, terdapat enam orang tauke songket yang masing-

masing dari mereka memiliki anggota-anggota kelompok dan para tauke tersebut

menaungi para anggotanya untuk membeli hasil songket siap pakai /hand made

anggotanya. Selain itu masing-masing kelompok ini, tauke mereka bertugas

untuk mengelola tabungan dari para pengrajin songket tersebut.

Berdasarkan dari penjelasan dari Ibu Selly (34) selanjutnya disebut

sebagai informan pertama dalam penelitian ini menjelaskan bahwa pendapatan

keluarganya tercukupi setelah dia bekerja sebagai buruh pengrajin somgket di

gallery songket milik tauke mereka . Suaminya yang bekerja sebagai petani, dan
80

hanya memilki sebidang kebun penghasilannya kurang mencukupi untuk

kebutuhan hidup sehari-hari.

“…….. Pedapatan laki ku iko tak cukop untuk keseharian idup


bekeluargo iko, mangkonyo aku bantu laki ku dengan ngambek
upahan nyongket, dapat upah dari bos biso, duo mingguan …
per upahan tergantung dari rumitnyo tenunan atau idak, biasoya
selembar kain dapat bekisar 550 ribuan”.

“…….Pendapatan suami saya tidak cukup untuk biaya hidup


sehari-hari untuk keluarga, karena itu, saya bantu suami dengan
menjadi buruh pengrajin songket di tempat tauke kami, dapat
upah dari bos bisa dua mingguan, tergantung dari rumitnya
tenunan atau tidak, biasanya upah selembar songket berkisar
Rp. 550.000.

Ibu Selly sebelumnya hanya sebagai ibu rumah tangga, dan setelah

menjadi buruh pengrajin songket, dia mendapatkan tambahan penghasilan untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari, bahkan dia bisa menyisihkan uang untuk

ditabung.

“…Men nyetor songket dengan toke iko…langsung


dipotong 25 rb, itu untuk tabungan, pacak diambik kalau lagi
ado perlu,..jadilah yang penting lah punyo simpanan, kalu
butuh pacak diambik‟

“..Kalau setor kain songket dengan tauke


saya..langsung di potong untuk tabungan (menabung), bisa
diambil kalau lagi ada perlu, lumayan yang penting sudah
punya simpanan, kalau butuh bisa diambil.”

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang sudah berapa lama ibu

bekerja sebagai penenun?”


81

Aku lah gawekan nyongket sudah hampir 5 tahun sampai


sekarang. Biasa ibu menenun itu tidak tentu kapan saja
dan waktu menenun juga tidak ibu tentukan mau mulai
dan berakhir pukul berapa. Hal itu terjadi karena kondisi
ibu yang memiliki anak yang masih kecil yang sifat
anaknya tidak bisa ditinggal bekerja dan jika bekerja pasti
akan rewel dan ibu tidak berkosentrasi dalam menenun.
Jadi ibu mulai menenun kalau anak sedang tidur ataupun
jika suami pulang dari kebun.”

Kemudian peneliti menanyakan kepada Ibu Selly “Apakah pekerjaan


yang ibu lakukan adalah hal yang biasa dilakukan oleh kaum
perempuan?”

“Ibu Selly menuturkan bahwa pekerjaan menenun ini


adalah pekerjaan yang biasa dikerjakan perempuan karena
pekerjaan yang dikerjakan dengan santai dan bisa
dikerjakan kapan saja jika memang bukanlah pekerjaan
utama dari seorang perempuan.

Kemudian peneliti menanyakan kepada ibu Selly “Apakah ibu


bekerja karena ingin membantu suami menambah penghasilan dalam
Rumah Tangga?

“Yo bener dek bekerja selain hobi menenun juga yang


utama untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga,
membantu menambah penghasilan suami untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tabungan dimasa
yang akan datang untuk anak. Karena suami ibu kan
bekerja sebagai buruh penyadap getah, kendala harga
getah turun, jadi aku harus punya kerja sampingan dan
menenun itu sangat membantu keuangan keluarga.”
82

Peneliti menanyakan kepada ibu Selly “Berapa banyak hasil tenunan


dalam satu bulan?

“Ibu Selly menuturkan bahwa setiap bulannya itu ibu


menghasilkan 1-2 helai tenun dengan motif yang berbeda-
beda dan harganya juga berbeda-beda. Berdasarkan motif
dari tenun, yang termurah itu kisaran harga Rp. 350.000
dan yang termahal Rp1.500.000. Itulah upah bersih dari
ibu yang bekerja dengan toke tenun.

Berikutnya penjelasan yang diberikan oleh Nira (37 tahun) yang

selanjutnya disebut sebagai informan ke dua. Dia menjelaskan pendapatan

keluarganya bertambah setelah dia menjadi pengrajin songket.. Karena harga

getah karet yg tidak stabil sering terjadi naik turun harga yang drastis,

mengakibatkan istri petani berfikir, untuk memperoleh pendapatan yang layak

maka pengrajin songket perempuan memutuskan untuk bekerja menenun songket.

“….Lah setahun ini kami menjadi penenun songket, oleh


sebabnyo hasil nimbang getah kadang lom pasti, kalu rege
balam ko lagi murah, dak tebeli ke beras, oleh itu kami
ngambek upahan nenun songket,,lumayanlah alhamdulilah biso
tebantu pendapatan sehari-hari, dari menenun songket”

“….Lah setahun ini kami menjadi penenun songket oleh karena


hasil nimbang getah kadang belum pasti, kalau harga getah
karet lagi murah, tidak bisa beli beras, oleh karena itu kami
ngambil upahan menenun songket, lumayanlah alhamdulilah
bisa terbantu pendapatan sehari-hari dari menenun songket”

Kemudian peneliti bertanya “Apakah ibu bisa membagi waktu


sepulang bekerja terhadap pekerjaan rumah, mengurus suami, anak
atau anggota keluarga lain?”

“Ibu Nira menuturkan bahwa pekerjaannya ibu adalah


pekerjaan yang mudah dalam pengaturan waktu, karena
83

dalam mengerjakan tenunan itu waktunya sesuka ibu


kapan ingin mulainya. Biasanya sih kalau ibu, menenun
itu sehabis mengerjakan pekerjaan rumah namun tidak
semua ibu yang kerjakan, karena anak ibu sudah pada
remaja dan mengerti untuk membantu membersihkan
rumah. Pekeerjaan yang ibu lakukan kalau dirumah biasa
hanya memasak sambil membimbing anak untuk bagi
tugas dalam membersihkan rumah. Ibu merasa pekerjaan
ibu saat ini tidak sulit karena anak ibu sudah pada besar
dan mengerti untuk hidup mandiri. Ibu jalani dengan
ikhlas karena untuk keluarga dan ekonomi agar terpenuhi
dan bahagia saja karena menenun merupakan hobi ibu.
Kalau untuk waktu bersama, biasa kami habiskan dimalam
hari.

Selanjutnya peneliti bertanya “Siapa sajakah didalam Rumah


Tangga yang bekerja membantu memenuhi kebutuhan keluarga?

“Ibu Nira menuturkan bahwa yang bekerja didalam rumah


tangga adalah suami dan orang tua ibu dikarenakan kami
tinggal satu rumah. Suami bekerja sebagai buruh tani
Suami ibu biasa untuk penghasilan tergantung seberapa
banyak getah yang disadap didapat dan dibagi-bagi ke
tuan pemilik kebun karet, kisaran penghasilan lebih
kurang Rp 2.000.0000. Untuk orang tua ibu, beliau
bekerja menenun juga sama dengan ibu, beliau bekerja
karena tenun mau belajar dengan orang tua ibu. Biasa
yang dibuat beliau yaitu songket motif salur dengan
penghasilan lebih kurang Rp. 1.500.000.”sudah menjadi
sahabatnya sendiri, ia berusaha melestarikan budaya tenun
yang membawa hasil serta menyalurkan ilmunya ke
tetangga yang mau belajar dengan orang tua saya.

Kemudian peneliti bertanya “Apakah ibu bisa membagi waktu sepulang


bekerja terhadap pekerjaan rumah, mengurus suami, anak atau anggota
keluarga lain?”
84

“Ibu Nira menuturkan bahwa pekerjaannya ibu adalah


pekerjaan yang mudah dalam pengaturan waktu, karena
dalam mengerjakan tenunan itu waktunya sesuka kita.
Biasanya sih kalau ibu, menenun itu sehabis mengerjakan
pekerjaan rumah, menyapu, memasak, mencuci, memberi
makan anak. Setelah itu ibu menidurkan anak ibu agar ibu
bisa menenun. Jadi kalau untuk kesulitannya menurut ibu
ketika anak ibu menangis, sakit jadi tidak menenun setiap
harinya. Tapi untuk pekerjan ini berat atau tidak menurut
ibu tidak nak. Menjalani dengan ikhlas karena untuk
keluarga dan ekonomi agar terpenuhi dan bahagia : dapat
membagi waktu antara domestik dan publik.”

Selanjutnya peneliti bertanya “Apakah dengan bekerja, ibu menambah


interaksi yang lebih luas dengan orang lain?”

“Kalau untuk interaksi sesama warga, ibu menjalin baik


nak. Karena kita kan penjual, istitalahnya berbisnis juga,
jadi harus menanamkan keramah tamahan karena
konsumen ibu itu berasal dari luar kota juga. Karena
kualitas songket yang ibu tenun bagus di mata konsumen,
pasti dia mengenalkan ibu ke konsumen lain. Dan mereka
melihat terus membeli tenunan ibu.”

Sama seperti Ibu Nira, sebelumnya Ibu Daryani (29) hanya bekerja

sebagai ibu petani penyadap getah karet, dan sewaktu harga getah (latek)

mengalami penurunan harga yang awal nya harga Rp.11.000 menjadi Rp.5.000

per kilo, membuat ibu Daryani mencari tambahan penghasilan, dengan cara

menjadi pengrajin tenun songket ia mendapatkan penghasilan untuk mencukupi

kebutuhan keluarganya, bahkan dia juga bisa menyisihkan uang untuk ditabung

“Ao dek… alhamdulillah kalu nak ngadalkan duit hasil dari


begetah, zaman mak ini ari dak cukup.., kalau harga getah
turun..dapat payah bae nyadap..itulah ayuk nyambi ngambek
85

upahan menenun songket pacak digawekan nyambi dirumah


ni..alhamdulilah,

“Ya dik, Alhamdulillah kalau nak mengandalkan dari


menyadap getah, zaman seperti sekarang tidak cukup..,
kalau harga getah turun.., dapat capek saja nyadap.. itulah
saya nyambi menenun songket sambil bisa dikerjakan di
rumah ni.., alhamdulilah,

Kemudian peneliti bertanya “Apa yang menjadi penyebab masalah


dalam pekerjaan ibu sebagai penenun?”

“Kalau untuk masalah dalam menenun biasanya tentang


alat dan bahan pendukung itu ada yang rusak. Misalnya
benang putus, yang mana ibu harus memanggil orang yang
ahli dalam memasangnya dan pasti mengeluarkan uang
karena ibu tidak dapat memasangnya. Terus ketika
konsumen tidak kunjung memesan atau membeli jadi
modal usahanya harus menunggu ada yang mesan dahulu
atau biasanya ibu menanyakan ke toke tenun di desa ini
apakah mereka mau membeli tenunan ibu, biasanya
mereka mau membeli dikarenakan jika pekerja mereka
lama dalam mengerjakannya, toke akan mengambil hasil
tenunan dari yang bukan pekerja mereka. Terkadang juga
perlengkapan alat tenunan ada yang hilang, karena alat
tenun ibu, ibu letak diluar rumah, jadi harus
menempahnya lagi.”

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ana (25 tahun), selanjutnya disebut

sebagai informan keempat. Sebagai buruh pengrajin songket, ibu dua anak ini

mengungkapkan bahwa dia harus bekerja banting tulang membantu sang suami

untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena mereka tidak memiliki kebun karet.
86

Berdasarkan profil Desa Limbang Jaya, diperoleh gambaran bahwa jika

dilihat dari latar belakang sosial ekonomi masyarakat desa 49% adalah

masyarakat miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap, walaupun secara

keseluruhan masyarakat Desa Limbang Jaya memiliki lahan perkebunan karet,

.namun lahan tersebut hanya merupakan tanah warisan dari orang tuanya dengan

luas kebun yang secara turun-temurun harus diwariskan lagi atau dibagi untuk

anak-anak dan cucunya.

Foto 5.1

Ibu – Ibu Sedang Menenun Songket

Sumber : Dokumentasi Peneliti


87

Begitupun dengan keluarga Ibu Ana, kebun karet yg mereka milki

hanyalah warisan dari orang tua, karena itu mereka mendapatakan bagian jatah

kebun yang luasnya tidak seberapa, karena itu untuk memperoleh pendapatan

yang lebih, maka ibu Ana bersama kelompok perempuan yang lainnya bekerja

menenun songket di Desa Limbang Jaya, dengan berbekal keterampilan yang

telah diwariskan turun temurun dari anggota keluarganya, maka Ana dan

kelompok pengrajin songket lainnya dapat menyelesaikan pembuatan kerajinan

songket dan hasilnya dapat dijual ke tauke yang ada di Desa Limbang Jaya. Untuk

satu lembar kain songket dengan masa pengerjaan dua minggu dibayar tauke

dengan harag mulai dari Rp.550.000 sampai dengan Rp.1.000.000.

Peneliti bertanya kepada Ibu Ana “Apa alasan ibu bekerja sebagai
pengrajin tenun?”

“Beliau menjelaskan bahwa pekerjaan ibu sebagai


penenun nak, ibu tinggal di Desa Limbang Jaya sudah
sejak kecil, bersama keluarga ibu. Ibunya ibu adalah
pengrajin tenun juga. Ibu sudah diajarkan mereka
menenun sejak usia 7 tahun dan ibu mengajarkan saya
sambil menyampaikan bahwa tenun ini adalah budaya dari
suku kita jadi harus kita lesatrikan agar tidak hilang dan
tenun sebagai tanda pengenal kita suku melayu untu acara
adat istiadat kita. Jadi dalam mengerjakan dan
pembelajaran tenun itu sudah menjadi turun temurun bagi
keluarga ibu dek. Jadi atas penjelasan dan ilmu yang
berharga dari orang tua ibu, ibu berkeinginan ingin
melestarikan budaya tenun sambil mandiri untuk mencari
penghasilan sendiri untuk membantu perekonomian
keluarga.”

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para

pengrajin songket perempuan di Desa Limbang Jaya banyak melakukan kegiatan


88

ekonomi yang mendatangkan pendapatan income keluarga. Terlebih khusus para

istri petani di Desa Limbang Jaya yang menjadi fokus penelitian, mereka bukan

hanya mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan tugas sebagai ibu rumah

tangga atau istri saja, melainkan mereka juga bekerja untuk mendapatkan

pendapatan tambahan.

Peran pengrajin songket perempuan di Desa Limbang Jaya dari keempat

subjek penelitian mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga mereka

memutuskan untuk menjadi pengrajin songket agar mendapat penghasilan untuk

keluarga mereka.

Foto 5.2

Menenun Songket

Sumber : Dokumentasi Peneliti


89

Dari penghasilan yang mereka peroleh, mereka dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya. Bahkan mereka bisa menyisihkan

penghasilan mereka untuk ditabung. Rata-rata mereka menabung senilai

Rp100.000 setiap minggunya, dan ditabung. Hal tersebut diperkuat dengan

penjelasan dari staf desa Bapak Nurli anggota BPD salah satunya adalah, seperti

berikut ini:

“Ya, ibu-ibu di Desa Limbang Jaya ini. Alhamdulilah sudah bisa


dikategorikan mandiri, selain menjadi pengrajin songket.
mereka juga mendapatkan tambahan dengan membuat kerajinan
souvenir gantungan kunci yang berasal dari kain sisa potongan
songket yang mendatangkan pengasilan tambahan.

5.1.2 Pemenuhan Kebutuhan Pangan


Peneliti juga melakukan penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan

pangan dari kelima subjek penelitian. Responden subjek penelitian menyatakan

pendapat yang sama tentang pola makan sehari-hari. Biaya yang mereka

butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan (lauk pauk dan beras) sehari-hari

sekitar Rp.35.000 sampai dengan Rp. 50.000. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu

Murni berikut ini :

“Men biaya makan sehari-hari, tiga kali sehari …pagi, siang,


samo malam makan lagi. Rata-rata per hari, kalau kito behemat
bekisar Rp.30 ribuan untuk sayur dan beli beras…”

Ibu Murni (42) juga mengungkapkan :


Alhamdulilah.. kito menjadi pengrajin songket ni , hasil yang
ado..sedikit banyak lah biso bantu ekonomi keluarga biaya
makan..minum..sehari-hari sedikit banyak, kito mikut nambahi
90

duit belanjo…apo lagi kalau hari kalangan..lebih banyak


belanjo pake duit kito..dari duit laki..

Alhamdulilah.. kito menjadi pengrajin songket ni, hasil yang


ada..sedikit banyak lah bisa bantu ekonomi keluarga biaya
makan minum sehari-hari sedikit banyak, kito ikut nambahi
duit belanja apa lagi kalau hari kalangan lebih banyak belanjo
pake uang kita dari duit suami..

5.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Kesehatan

Untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan, ke lima subjek penelitian juga

menyatakan pendapat yang sama. Jika ada anggota keluarga mereka yang sakit,

mereka membawanya ke puskesmas. Mereka juga tidak menyediakan biaya

khusus untuk kesehatan keluarga mereka.

Salah satunya ungkapan dari ibu Ana (25) berikut ini :

“Kalu budak-budak ni sakit biasonyo di perikso ke puskes,


batuk filek biasonyo beli obat di warung.., alhamdulillah kami
sekeluargo iko jarang ado yang sakit”, men biaya khusus nian
untuk berobat..dak katek dipersiapkan..

“Kalau anak-anak ni sakit biasanya di periksa ke puskesmas,


batuk filek biasanya beli obat di warung.., Alhamdulillah kami
sekeluarga ini jarang ada yang sakit”, kalau biaya khusus nian
untuk berobat..tidak ada dipersiapkan..

Ibu Daryani (29) juga mengungkapkan hal yang sama :

“Biasonyo kalau kami duo laki bini ini jarang sakit…, cuma
kalu yg anak keduo ini sering demam, diare, kalu salah makan
kagek langsung diare, nah..umpamo kalu pas butuh duet
91

berobat mendadak, duet nyo ado, kerno dikit-dikit Insya Allah


tabungan ado..

“..Basanya kalau kami suami istri ini jarang sakit..,Cuma kalau


yang anak kedua ini kalau salah makan, nanti langsung diare,
nah.. kalau pas butuh untuk berobat mendadak, uang nya ada,
dikit-dikit Insya Allah tabungan ada.

5.1.4. Pemenuhan Kebutuhan Sandang dan Papan

Pemenuhan kebutuhan sandang keluarga dari ke lima subjek penelitian


juga sudah tecukupi dengan baik. Salah satunya diungkapkan oleh Nira (37 th)
berikut ini :

„….Walaupun sederhana dan hargonyo murah ..alhamdulilah


kalau soal baju lebih dari cukup, minimal setahun sekali wajib
beli baju baru dek,ape lagi kalu punyo anak pecak kami..musti
budak-budak setiap lebaran baju baru..termasuk kito uwong tuo
nyo beli baju baru”.

„…Walaupun sederhana dan harganya murah..alhamdulilah


kalau soal baju lebih dari cukup, minimal setahun sekali wajib
beli baju baru dik, apalagi kalau punya anak seperti kami
..musti anak-anak setiap lebaran baju baru.. termasuk kita
orang tua beli baju baru”.

Kebutuhan akan rumah atau papan pada ke lima keluarga subjek penelitian

juga telah terpenuhi dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan hasil wawancara dan

observasi yang peneliti lakukan. Dari hasil wawancara dibuktikan dengan salah

satu pernyataan dari ibu Selly (34 tahun ) berikut ini :


92

„,,, Alhamdulilah dek lah punyo rumah dewek.....walaupun


kecik- kecik an itu. Yang penting dak kehujanan dak
kepanasan.”

„…..Alhamdulilah dek lah punya rumah sendiri.....walaupun


kecil- kecil an itu. Yang penting dak kehujanan dak
kepanasan.”

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan menghasilkan data bahwa

kondisi rumah keempat subjek penelitian baik, rumah mereka sudah dibangun

secara permanen, dan memiliki fasilitas rumah yang memadai, seperti kamar

tidur, dapur, kamar mandi, dan sebagainya.

Sedangkan untuk kebutuhan sekunder, ke lima pengrajin songket

perempuan tersebut mengungkapkan hal yang berbeda-beda. Untuk pemenuhan

kebutuhan perabot rumah tangga, ke lima subjek penelitian mengungkapkan hal

yang sama. Mereka membeli perabot rumah tangga jika dibutuhkan saja. Seperti

yang diungkapkan oleh ibu berikut ini :

“…Untuk perabot rumah tanggo cak inilah (sambil


menunjukkan televisi, dan barang-barang elektronik) yang
penting di dapor jugo ado pecak alat masak, meja kursi,
tempat tiduk walaupun idak mahal, yang penteng kito ko ado..”

“...Untuk perabot rumah tangga seperti inilah (sambil


menunjukkan televisi dan barang-barang elektronik) yang
penting di dapur juga ada seperti alat masak, meja kursi, tempat
tidur walaupun tidak mahal, yang penting kita punya..”

Untuk sarana transportasi, ke lima sujek penelitian mempunyai sarana transportasi


pribadi. Berikut salah satu pernyataan dari ibu Selly (34 tahun) :
93

“..Motor punyo duo dek..untuk keperluan kito sehari-hari,


sikok nyo sudah lunas.. sikok nyo masih kredet ..bayarnyo duo
minggu sekali,,sudah ayuk dapat upahan songket..

“…Motor punya dua dik..untuk keperluan kita sehari-hari, satu


nyo sudah lunas.. satu nya masih kredit ..bayarnya dua minggu
sekali,,sudah ayuk dapat upahan songket..

Ke lima subjek penelitian mengungkapkan pendapat yang sama tentang

pemenuhan kebutuhan rekreasi keluarga. Mereka melakukan kegiatan rekreasi

jika ada yang mengadakan acara rekreasi beramai-ramai, atau guru-guru sekolah

anak mereka yang mengadakan. Seperti pernyataan dari ibu Ana (25 tahun)

berikut ini :

“Pernah piknik jugo, Kadang-kadang kalau lagi sudah dapet


duit dari tauke songket, sekalian budak libur sekolah, kami ke
water boom, di palembang.. menyenagke hati budak-budak..

“Pernah piknik juga, Kadang-kadang kalau lagi sudah dapat


uang dari tauke songket, sekalian anak libur sekolah, kami ke
water boom, di palembang.. menyenagke hati anak-anak..

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa pendapatan dan

pemenuhan kebutuhan hidup keluarga pengrajin songket perempuan meningkat

setelah mereka memulai bekerja mencari tambahan penghasilan dengan menjadi

pengrajin songket. Hal ini dibuktikan dengan adanya tambahan penghasilan

keluarga yang mereka gunakan untuk membeli barang elektronik seperti televisi,

dan perlengkapan rumah tangga lainnya yang sebelumnya belum mereka milik.
94

5.1.5 Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan

Berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dari subjek penelitian

tentang pemenuhan kebutuhan pendidikan anak, dan sarana pendidikan, serta

peran ibu di dalamnya. Ibu Selly (34 Tahun) memaparkan bahwa :

“..Anak kami duo dek, sikok kelas 2 SMP, sikok kelas 1 SD,
alhamdulilah kalau untu biaya sekolah untuk budak-budak ini
selalu di persiapakan, untuk beli buku-buku pelajaran, seragaam
sekolah, termasuk jugo duit kuota untuk internet, yang penting
budak-budak ini seneng belajar…mudah-mudahan biso
rangking..

“..Anak kami dua dik, satu kelas 2 SMP, satu kelas 1 SD,
alhamdulilah kalau untuk biaya sekolah untuk anak-anak ini
selalu di persiapakan, untuk beli buku-buku pelajaran, seragam
sekolah, termasuk jugo uang kuota untuk internet, yang penting
anak-anak ini seneng belajar…mudah-mudahan bisa rangking..

Dari penjelasan ibu Selly (34), diatas dapat dijelaskan bahwa kedua anak

Ibu Selly masih bersekolah dan kondisi sekolahnya baik. Anak pertamanya kelas

2 SMP dan anaknya yang kedua masih kelas 1 SD kedua anaknya prestasinya

cukup baik, walaupun tidak pernah mendapatkan peringkat di kelasnya. Hal

tersebut diketahui oleh ibu Selly dengan cara memantau lewat guru kelas

anaknya. Dia juga sering menemani anak-anaknya belajar, sedangkan suaminya

tidak menemani. Untuk pembelian seragam biasanya setiap setahun sekali dan

menghabiskan biaya sekitar Rp300.000. Perlengkapan lainnya seperti buku, tas,

dan sepatu juga ia sediakan untuk anaknya.

Subjek penelitian kedua yaitu ibu Nira, mempunyai 1 anak yang masih

bersekolah kelas 2 SMP menyatakan bahwa kondisi sekolah anaknya baik.

Prestasi dari anak pertamanya baik. Dia memantau kondisi sekolah anaknya
95

melalui gurunya, kadang bertanya langsung dan juga melalui pesan singkat yang

dikirim oleh gurunya. Dia juga menemani anak-anaknya dalam belajar. Untuk

biaya sekolah anaknya, ia hanya membayar uang gedung pada saat pendaftaran

masuk. Selanjutnya biaya pendidikan sekolah di SMP gratis. Pembelian seragam

untuk anaknya dilakukan setahun sekali dengan biaya sekitar Rp200.000.

Kebutuhan lain seperti buku, tas, sepatu, dan lain-lain juga dipenuhi oleh

Ibu Nira, karena itu merupakan kebutuhan penting untuk anak-anaknya. Anak

pertamanya diikutkan bimbingan belajar tambahan di guru kelasnya dengan biaya

Rp50.000 setiap bulannya. Kebutuhan uang saku untuk anaknya setiap hari

biasanya senilai Rp5.000. Berikut ungkapan dari Ibu Selly :

“…Sekolah anak alhamdulilah baik. Prestasi jugo


lumayan, untuk memantau belajar anak caro nyo betanyo
ke guru kelasKadang saya di sms oleh gurunya. Biasonyo
kalu kebutuhan iuran pas mendaftar masuk sumbangan
sekolah itu, dulu 150 ribu.

“…Sekolah anak alhamdulilah baik. Prestasi juga


lumayan, untuk memantau belajar anak cara nya bertanya
ke guru kelas. Kadang saya di sms oleh gurunya. Biasanya
kalu kebutuhan iuran pas mendaftar masuk sumbangan
sekolah itu, dulu 150 ribu.

Kemudian peneliti bertanya kepada ibu Selly “Apakah menurut ibu


sekolah itu sangat penting bagi kehidupan anak?”

“..Ibu Selly menuturkan bahwa sekolah sangatlah penting


bagi masa depan anak-anak ibu. Karena ibu mempunyai
harapan anak ibu dapat lebih dari bapak dan ibunya yang
hanya tamatan SD dan SMP. Ibu berharap anak ibu bisa
sampai ke sekolah yang tinggi sampai kuliah.”
96

5.2 Faktor Penghambat Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana

terpenuhi semua kebutuhan fisik materiil, mental spiritual, dan sosial yang

memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta

memungkinkan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang

diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang matang sebagai

sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga

adalah faktor intern keluarga dan faktor ekstern keluarga.

Dalam bab ini akan dipaparkan hasil wawancara tentang faktor

penghambat kesejahteraan keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak. Dari

keempat subjek penelitian menyatakan pendapat yang sama tentang arti dari

keluarga yang sejahtera. Keluarga sejahtera menurut mereka yaitu keluarga yang

bisa mencukupi kebutuhan papan, sandang, dan pangan seharihari, serta yang bisa

menyekolahkan anak-anaknya. Berikut salah satu ungkapan dari ibu Sari :

“…..Keluarga sejahtera itu yang tercukupi makan setiap hari,


mempunyai rumah, mempunyai pekerjaan, pakaiannya tercukupi,
anak-anaknya bisa sekolah.”

Menurut ke lima subjek penelitian, keluarga mereka dianggap sudah

sejahtera karena mereka dapat memenuhi kebutuhan papan, sandang, dan pangan

sehari-hari, serta mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya. Faktor ekonomi,

terutama penghasilan keluarga mereka sangat berpengaruh dalam peningkatan

kesejahteraan keluarga. Berikut pernyataan dari subjek penelitian ibu Evi

mengatakan :
97

“…Kalau kami yo..cak inilah kondisi keluargo kami... Anggap


kato sejahtera. masih bisa bekerja, dapat penghasilan untuk
makan,. Budak-budak pacak sekolah. Kalau yang namonyo
keadaan ekonomi keuangan itu, pengaruhnyo ado untuk kami.”

“…Kalau kami ya..seperti inilah kondisi keluarga kami... Anggap


kata sejahtera. masih bisa bekerja, dapat penghasilan untuk
makan,. Anak-anak sekolah. Kalau yang namanya keadaan
ekonomi keuangan itu, pengaruhnya ada untuk kami.”

Subjek selanjutnya ibu Ana juga berpendapat sebagai berikut :

“….Anggap bae sudah sejahtera. Biso makan setiap hari, punyo


rumah, sandang juga terpenuhi. Anak juga biso sekolah. Ekonomi
pengaruh dek. Inti dari ekonomi kan duet, kalau punyo duet kan
bisa mencukupi kebutuhan hidup.”)

“….Anggap saja sudah sejahtera. Bisa makan setiap hari, punya


rumah, sandang juga terpenuhi. Anak juga bisa sekolah. Ekonomi
pengaruh dik. Inti dari ekonomi kan uang, kalau punya uang kan
bisa mencukupi kebutuhan hidup.”)

Tingkat pendidikan dari keempat subjek penelitian juga mempengaruhi


mereka dalam kesejahteraan keluarga, terutama dalam pendidikan anak sebagai
wujud dari kesejahteraan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Selly (34 tahun)
berikut ini :
“…Saya hanya tamatan SMP, kalau suami saya hanya tamat
SD....Ya pengaruh sepertinya. Saya hanya tamatan SMP, bisa
mengajari anak tentang sopan santun tata krama itu......Suami saya
hanya SD sekolahnya. Ya itu saja bisanya......Kalau untuk
pendidikan anak ya harus diusahakan. Cukup tidak cukup harus
diusahakan ada. Bagaimana caranya ya usaha agar anak-anak bisa
meneruskan sekolah. Sudah kewajiban orang tua menyekolahkan
anak.”

Ibu Murni (42 tahun) juga berpendapat sama seperti berikut ini;
98

“…Saya hanya lulusan SD . Kalau suami saya sudah tamat


SMA..... Pengaruh cak nyo. Aku kan biso sekolah sampai SD.
Namanyo orang tua ingin yang terbaik untuk anak.. Sebiso kito
dan suami, berusaha agar tidak ketinggalan untuk pendidikan
anak- anak.....Kalau masalah cukup apa idak.. yo diusahakan
cukup. Kito uwong tuo kan mengupayake yang terbaik untuk anak
Yo usaha untuk biso menabung, jago-jago, kalu ado kebutuhan
budak yang mendadak.”)

“……Saya hanya lulusan SD. Kalau suami saya sudah tamat


SMA..... Pengaruh sepertinya. Aku kan bisa sekolah sampai SD.
Namanya orang tua ingin yang terbaik untuk anak.. Sebisa kita
dan suami, berusaha agar tidak ketinggalan untuk pendidikan
anak- anak.....Kalau masalah cukup atau idak.. yo diusahakan
cukup. Kita orang tua kan mengupayakan yang terbaik untuk anak
Ya usaha untuk bisa menabung, jaga-jaga, kalau ada kebutuhan
anak yang mendadak.”)

Kendala yang dihadapi oleh keempat subjek penelitian dalam

meningkatkan kesejahteraan sama, yaitu masalah pendapatan atau penghasilan

keluarga. Menurut mereka jika mempunyai penghasilan yang banyak maka

kebutuhan akan tercukupi dengan baik. Berikut ungkapan dari subjek penelitian

Ibu Murni :

„….Kalu kendala tu palingan dari lama waktu kita setor kain


songket ke tauke kadang cepat dan lambat, jadi yo imbas ke
penghasilan itu. Kalau misal penghasilan banyak bisa menambah
kesejahteraan. Kebutuhan tercukupi semuanya.”

Pernyataan dari subjek lainnya Ibu Sari berpendapat sebagai berikut :

“…Kendala tu dek..kadang dak konsentrasi cak sekarang,


hasil tenunan songket berkurang.

Sedangkan kendala yang dihadapi keempat subjek penelitian dalam

pemenuhan kebutuhan pendidikan anak berbeda-beda. Ada 3 subjek penelitian


99

yang terkendala dengan masalah waktu dan biaya. Ada subjek penelitian yang

terkendala dengan masalah biaya saja. Ibu Ana dalam pemenuhan kebutuhan

pendidikan anak terkendala oleh biaya. Berikut salah satu pernyataan dari Ibu

Ana:

“….Kalau masalah, paling cuma telat bayar duit les dan duit
sumbangan sekolah kalau hasil dari begetah sedikit, paling
cukup untuk belanjo lauk dulu, itulah jadi nunggak dulu.

Berikutnya pernyataan dari ibu Daryani dan ibu Nira, dan juga ibu Ana

yang berpendapat bahwa kendala yang mereka hadapi dalam pemenuhan

kebutuhan pendidikan anak yaitu masalah pembagian waktu mengurus anak dan

bekerja, serta masalah biaya untuk sekolah anak, baik perlengkapan sekolah, atau

iuran pendidikan. Berikut ini pernyataan dari Ibu Nira :

“….Kendalanya apo yo dek, paling harus pacak bagi


waktu untuk ngurus anak sambilan nyongket aku ini. ini
kan jugo untuk uang saku anak. Biaya jugo jadi kendala.”

“….Kendalanya apa ya dik, paling harus bisa bagi waktu


untuk ngurus anak sambilan nyongket saya ini. ini kan
juga untuk uang saku anak. Biaya juga jadi kendala.”

Pernyataan berikutnya :

“….Kalau di keluarga paling membagi waktu itu dik. Pagi


kan saya sudah bekerja menyongket sampai sore. Kalau
untuk sekolah, paling kendala biaya untuk perlengkapan
sekolah itu.”

Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

mempengaruhi mereka dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan dalam

pendidikan anak. Faktor ekonomi, terutama penghasilan atau pendapatan keluarga


100

mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka. Sedangkan untuk pemenuhan

kebutuhan pendidikan anak, kendala yang mereka hadapi adalah waktu dan biaya.

Mereka harus bisa membagi waktu untuk memperhatikan keluarga, mengurus

rumah tangga, dan juga menyongket untuk memperoleh penghasilan keluarga.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat kesejahteraan

adalah faktor tingkat pendidikan, faktor pendapatan, dan faktor pembagian waktu.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material

yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang

serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan

lingkungan. Dari kelima subjek penelitian, keluarga mereka dianggap sudah

sejahtera karena mereka dapat memenuhi kebutuhan papan, sandang, dan pangan

sehari-hari, serta mereka dapat menyekolahkan anak-anaknya.

Hal itu sesuai dengan pernyataan dari Mongid (1995:10), bahwa

kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi

semua kebutuhan fisik materiil, mental spiritual, dan sosial yang memungkinkan

keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan

anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan

untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang matang sebagai sumber

daya manusia yang berkualitas.


101

Setiap keluarga mempunyai berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari

yang harus dipenuhi dengan biaya yang berasal dari pendapatan keluarga.

Pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari merupakan upaya yang

dilakukan untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi berbagai kebutuhan

sehari-hari. Menurut Poerwadarminto (2002:228) pendapatan adalah hasil

pencarian atau perolehan dari usaha dan bekerja. Pendapatan merupakan jumlah

penghasilan yang diterima seseorang baik berupa uang atau barang yang

merupakan hasil kerja atau usaha.

Dari kesimpulan hasil penelitian bahwa pendapatan suami dari kelima

subjek penelitian tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sehingga mereka

memutuskan untuk membantu suami dalam pemenuhan kebutuhan hidup menjadi

buruh tani dan menjadi pengrajin tikar purun, serta berdagang sayuran untuk

mendapatkan tambahan pendapatan untuk keluarga mereka. Dari tambahan

penghasilan yang mereka peroleh, mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

untuk keluarganya. Bahkan mereka bisa menyisihkan penghasilan mereka untuk

ditabung sehingga kondisi sosial ekonomi mereka meningkat.

Menurut Tamadi (2000:55) tabungan yaitu simpanan uang atau barang

yang digunakan untuk kesehatan, pendidikan anak, jaminan hari tua, dan juga

untuk kebutuhan yang mendadak.Menurut Puspitawati (2009), dalam jurnalnya

yang berjudul “Pengaruh Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas Pekerjaan dan

Keluarga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif Pada Perempuan Bekerja Di

Bogor” menyatakan bahwa : “Pengabdian perempuan terhadap pekerjaan

produktif akan menghasilkan pendapatan keluarga yang akhirnya berdampak pada


102

penyesuaian pernikahan yang positif. Kontribusi perempuan dalam ekonomi

keluarga menghasilkan peningkatan dalam bidang keuangan, kepemilikan barang

mewah, standar hidup yang lebih tinggi dengan pencapaian rasa aman yang lebih

baik sehingga berdampak pada peningkatan status sosial dari keluarga.” Peran

perempuan atau ibu yang bekerja akan membawa dampak positif bagi kondisi

ekonomi keluarga.

Dari penghasilan yang diperoleh dapat menambah penghasilan keluarga

yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membiayai sekolah anak,

dan mencukupi kebutuhan lainnya. Begitu juga yang diharapkan oleh keempat

subjek dalam penelitian ini, mereka turut bekerja mencari tambahan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari karena suami mereka tidak

bekerja.

Menurut Kuswardinah (2007:63) pencapaian ketahanan pangan dapat

dilihat dari ketersediaan pangan, konsumsi gizi, dan status gizi. Usaha untuk

mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat keluarga atau rumah tangga dapat

ditempuh melalui peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan cadangan

pangan, dan peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi. Kelima subjek

penelitian pemenuhan kebutuhan pangannya sudah tercukupi dengan baik.

Pemenuhan gizi keluarga mereka juga sudah mulai diperhatikan.

Mereka menyatakan pendapat yang sama tentang frekuensi pola makan

sehari-hari, dan pemenuhan gizi sehari-hari telah diperhatikan. Biaya yang

mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari sekitar

Rp.35.000 sampai dengan Rp.50.000. Menurut Pujosuwarno (1994:21), pakaian


103

dan rumah merupakan sarana untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan sosial

psikologis keluarga dan anggotanya. Kualitas dan kuantitas dalam pemilihan

sandang dan papan akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan keluarga.

Kondisi pemenuhan sandang dan papan pada seubjek penelitian telah terpenuhi

dengan baik. Mereka mempunyai rumah yang baik, dan nyaman untuk ditempati.

Untuk sandang dari seluruh objek penelitian telah tercukupi dengan baik pula,

mereka membeli pakaian setiap setahun sekali ketika menjelang natal dan tahun

baru. Untuk pembelian kebutuhan perabot rumah tangga, mereka membelinya jika

dibutuhkan saja dan jika mereka mempunyai uang.

Kesehatan setiap anggota keluarga merupakan syarat penting untuk dapat

bekerja secara produktif, sehingga menghasilkan pendapatan yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesehatan keluarga tidak dapat dipisahkan

dengan ketahanan pangan keluarga. Keduanya saling berhubungan dan saling

mempengaruhi satu sama lain.

Dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan pada subjek penelitian, mereka

sudah memenuhinya dengan baik. Jika ada anggotan keluarga mereka yang sakit,

maka mereka segera membawanya ke puskesmas untuk berobat. Selain kesehatan,

kebutuhan akan rekreasi juga penting dalam kehidupan keluarga. Dengan

rekreasi dalam suatu keluarga akan menimbulkan rasa nyaman dan tenteram.

Rekreasi merupakan hiburan untuk keluarga. Kelima subjek penelitian pernah

melakukan rekreasi bersama dengan keluarganya. Walaupun frekuensinya jarang,

tetapi mereka sudah memenuhi kebutuhan rekreasi bagi keluarga mereka. Sarana
104

transportasi merupakan alat yang dipergunakan untuk mempermudah mobilitas

dalam kehidupan sehari-hari terutama sarana transportasi pribadi.

Dari ke lima subjek penelitian, semuanya mempunyai sarana transportasi

pribadi. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Khairuddin,2002:12).

Di dalam keluarga selalu terjadi aktivitas rumah tangga yang umumnya

dikerjakan oleh ibu atau istri.

Dalam aktivitas itu, ibu berperan banyak untuk mengurus dan mengelola

rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh Aisyah Dachlan (dalam

Pujosuwarno,1994:20) tentang kewajiban istri dalam rumah tangga sebagai

berikut:

a. Mengatur dan mengurus rumah tangga dengan baik.

b. Membantu suami dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan

keluarga.

c. Patuh terhadap suami dalam batas-batas yang tidak menyimpang.

d. Menghormati dan menerima pemberian suami walaupun sedikit dan

mencukupkan nafkah yang diberikan sesuai dengan kekuatan, dan

kemampuan, hemat, cermat, bijaksana.

e. Membantu suami dalam mempertahankan kondisi ekonomi keluarga.

f. Merawat dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya dengan penuh

rasa cinta kasih sayang

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa ke lima subjek penelitian sebagai

ibu rumah tangga menjalankan perannya dengan baik. Walaupun mereka harus
105

ikut andil dalam mencari tambahan pendapatan untuk keluarga, tetapi mereka

tetap menjalankan aktivitas rumah tangga dengan baik. Mulai dari mengurus

rumah, mengurus anak, mengurus suami, dan mencari penghasilan dengan

berdagang, mereka lakukan dengan penuh kesadaran bahwa itu merupakan

tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Peran ibu dalam keluarga tidak hanya terbatas

pada hal itu saja.

Pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab besar untuk orang tua.

Terutama ibu, sebagai orang pertama dan utama dalam kehidupan anak.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non

formal. Dengan adanya pendidikan maka manusia akan mempunyai wawasan

yang luas dan pola pikir yang maju. Tingkat pendidikan mempengaruhi

kesempatan bagi manusia untuk memilih jenis pekerjaan guna memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Menurut Khairudin (2002:32), semakin tinggi pendidikan yang dimiliki

masyarakat, maka semakin tinggi pula pendapatan serta status sosial pada

masyarakat tersebut. Pendidikan bagi anak juga sangat penting dalam kehidupan

suatu keluarga. Pendidikan anak tidak hanya mencakup pendidikan yang

diberikan oleh kedua orang tua, tetapi juga pendidikan formal yang harus

terpenuhi. Jika pendidikan pada anak terpenuhi dengan baik, maka itu merupakan

salah satu ciri tercapainya keluarga yang sejahtera. Peran subjek penelitian

sebagai ibu terhadap pemenuhan pendidikan anak sudah dilakukan dengan baik.

Mereka masih mempunyai anak yang bersekolah.


106

Dalam pendidikan keluarga, mereka mengajarkan anak tentang sopan

santun, tentang sosialisasi antar keluarga dengan masyarakat, juga menanamkan

pendidikan agama sejak kecil. Selain itu, mereka juga mengajarkan serta

mencontohkan tentang kedisiplinan bagi anak. Supaya tertanam dalam diri

anakanak mereka, dan menjadi suatu kebiasaan yang baik. Ke lima subjek

penelitian ini berpendapat bahwa pendidikan itu penting untuk keluarga mereka,

terutama anak-anak mereka. Kesadaran mereka akan pendidikan diwujudkan

dengan cara berusaha semampunya agar anak mereka bisa bersekolah setinggi-

tingginya.

Para ibu rumah tangga yang menjadi subjek penelitian ini juga selalu

menemani anaknya dalam belajar. Hal itu merupakan dukungan dan peran dari

ibu rumah tangga dalam memperhatikan pendidikan bagi anak-anaknya. Seperti

yang diungkapkan oleh Soekanto (2002:147), bahwa peran merupakan aspek yang

dinamis dari kedudukan ini (status) seseorang. Apabila seseorang

melaksanakanhak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini

berarti ia menjalankan suatu peranan. Peranan lebih banyak menekankan pada

fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Dalam hal ini ke lima subjek penelitian telah melakukan perannya sebagai

ibu rumah tangga dengan baik. Dukungan dan peran yang aktif dari ke lima

subjek penelitian terlihat pada prestasi anak-anak mereka di sekolah. Anak-anak

mereka sering mendapatkan peringkat 10 besar di kelasnya. Bahkan ada yang

sering mengikuti lomba dan menjadi juara. Tidak hanya itu saja, pemenuhan

kebutuhan sarana pendidikan anak juga mereka penuhi.


107

Mereka mengupayakan agar kebutuhan akan buku, tas, sepatu, dan

seragam untuk anakanak mereka terpenuhi walau kadang terkendala masalah

biaya. Mereka menyadari bahwa tugas orang tua adalah menyekolahkan anak.

Seperti fungsi keluarga dalam pendidikan, menurut Pujosuwarno (1994:13) yaitu :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Hal itu akan

mendukung pendidikan anak-anak mereka. Untuk biaya pendidikan anak, subjek

penelitian yang menyekolahkan anak mereka di sekolah negeri tidak dipungut

biaya pendidikan.

Mereka hanya diwajibkan membayar iuran pembangunan setiap tahunnya.

Sedangkan subjek penelitian yang menyekolahkan anak mereka di sekolah

swasta, mereka wajib membayarkan biaya pendidikan setiap bulannya. Dalam

suatu keluarga pasti menginginkan kondisi yang sejahtera, aman, tenteram dan

damai. Indikator keluarga sejahtera yaitu terpenuhinya kebutuhan pokok bagi

keluarga. Indikator keluarga sejahtera pada dasarnya disusun untuk menilai taraf

pemenuhan kebutuhan keluarga yang dimulai dari kebutuhan yang sangat

mendasar sampai dengan pemenuhan kebutuhan yang diperlukan untuk

pengembangan diri dan keluarga. Ukuran taraf pemenuhan kebutuhan dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan

kebutuhan pengembangan (Soekanto,2004:36).


108

Dalam mewujudkan itu semua pasti terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Salah satunya adalah faktor yang menghambat kesejahteraan

keluarga. Kesejahteraan keluarga tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan

anggota keluarga dan juga penghasilannya. Pernyataan diatas menunjukkan

bahwa penghasilan dari pekerjaan ibu memberikan kontribusi yang signifikan

bagi total pendapatan keluarga. Penghasilan dari suatu keluarga tergantung pada

tingkat pendapatan dan pendidikannya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor penghambat kesejahteraan

keempat subjek penelitian adalah faktor pendidikan, dan kondisi ekonomi yaitu

pekerjaan dan pendapatan keluarga mereka. Pendidikan mereka yang rendah

menyebabkan mereka hanya bisa bekerja sebagai pedagang sayuran, dengan

penghasilan yang rendah. Kondisi ekonomi keluarga merupakan faktor yang

sangat penting dalam kehidupan keluarga. Ekonomi dalam keluarga meliputi

keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup anggota

keluarga (BKKBN, 2005:16).

Semakin banyak sumber-sumber keuangan atau pendapatan yang diterima,

maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga untuk menuju kesejahteraan.

Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima seseorang baik berupa

uang atau barang yang merupakan hasil kerja atau usaha. Suami mereka tidak

bekerja sehingga mereka turut serta mencari pendapatan dengan berdagang.

Kebutuhan yang semakin bertambah banyak setiap harinya, dan pendapatan

mereka yang tidak selalu baik setiap harinya menjadikan penghasilan keluarga

sebaagi faktor penghambat kesejahteraan.


109

Selanjutnya faktor penghambat pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

dalam penelitian ini adalah faktor biaya. Kondisi ekonomi keluarga merupakan

faktor yang sangat penting dalam kehidupan keluarga. Ekonomi dalam keluarga

meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup

anggota keluarga. Dalam hal ini, pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

membutuhkan biaya. Biaya untuk itu diperoleh dari pendapatan atau penghasilan

keluarga. Diatas sudah dijelaskan faktor penghambat yang mempengaruhi

kesejahteraan keluarga subjek penelitian adalah faktor penghasilan.

Faktor itu turut berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pendidikan anak

yang terkendala biaya. Biaya pendidikan anak tidak hanya terbatas pada uang

sekolah saja, tetapi sarana dan prasarana pendidikannya juga mempengaruhi

jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya untuk membeli buku tulis, buku

pelajaran, buku tugas, tas, sepatu, seragam, dan masih banyak lagi. Untuk uang

saku anak sehari-hari juga membutuhkan biaya dari penghasilan yang diperoleh

oleh keluarga subjek penelitian.

Penghasilan mereka yang kadang tidak tentu membuat mereka harus

berusaha semampunya agar kebutuhan pendidikan anak bisa terpenuhi dengan

baik. Salah satu dari subjek penelitian seringkali telat membayar SPP dikarenakan

tidak mempunyai uang.

Penghasilan yang ia peroleh hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari

saja. Untuk pembelian buku pelajaran, kadang dibagikan dahulu kemudian jika

sudah mempunyai uang baru dibayarkan. Oleh karena itu mereka harus berusaha

semampunya agar anak-anak mereka tetap bisa bersekolah.


110

Dalam kehidupan suatu keluarga, semakin banyak sumbersumber

keuangan atau pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup

keluarga. Pendapatan yang banyak akan membantu mencukupi kebutuhan

keluarga. termasuk kebutuhan pendidikan anak. Jika itu semua sudah tercapai,

makan akan tercipta keluarga yang sejahtera. Keterbatasan penelitian ini antara

lain:

1. Penelitian ini hanya meneliti peran perempuan dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial, dan ekonomi terdapat beberapa hal lainnya yang

masih berhubungan yaitu bagaimana peran perempuan dalam memperoleh

pendapatan dan peran perempuan dalam memenuhi kebutuhan pangan,

sandang dan papan, kesehatan, dan pendidikan. Penelitian ini juga meneliti

tentang faktor penghambat atau permasalahan dalam meningkatkan

kesejahteraan keluarga.

2. Penelitian melibatkan subyek penelitian utama dalam jumlah terbatas,

yakni sebanyak 5 (lima) orang.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :

1. Kondisi sosial ekonomi atau pendapatan pengrajin songket perempuan di

Desa Limbang Jaya meningkat setelah mereka menjadi pengrajin songket

dengan indikator terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari dan juga mereka

dapat menyekolahkan anak- anaknya.

2. Peran perempuan pengrajin songket dalam meningkatkan kesejahteraan

keluarga yaitu dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan papan,

pemenuhan kebutuhan pendidikan, dan pemenuhan kebutuhan kesehatan

dilakukan dengan

a. menjadi pengrajin songket untuk memperoleh penghasilan keluarga.

b. Menyisihkan penghasilan untuk ditabung guna keperluan pendidikan dan

kesehatan.

3. Faktor penghambat dalam pemenuhan kebutuhan dalam penelitian ini yaitu

faktor biaya dan pembagian waktu. Subjek penelitian sebagai ibu rumah

tangga yang juga bekerja membuat mereka sering terkendala dalam biaya

pendidikan anak .

111
112

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada perempuan pengrajin

songket agar :

1. Mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan yang paling utama dan mendesak

terlebih dahulu.

2. Membagi waktu untuk usaha, untuk keluarga, serta mengoptimalkan

kemampuan diri untuk mendidik dan membesarkan anak.

3. Berusaha rutin menyisihkan pendapatan untuk ditabung guna keperluan

pendidikan dan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. “Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat


Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat”. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.

Abdulsyani. 2013. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara

Ariani, Duti. 2013. “Pengaruh Kualitas Tenaga Kerja, Bantuan Modal Usaha dan
Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja UMKM di Jimbaran.”
Denpasar. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana.
Vol.2.No.2. Hal. 97-106

Bungin Burhan, 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Antropologi. Jakarta Rineka Cipta.

Mutakin, Awan, kamil Pasya. (2004). Geografi Budaya, Bandung: Buana


Nusantara

Meleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya

Miles, M. B. & Huberman, M. (1992).Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit


Universitas Indonesia

Ritzer George, Teori Sosiologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012

Suharsimi, Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Soediyono, Reksoprayitno. 2009. Ekonomi Makro. Badan Penerbit Fakultas
Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Alih Bahasa:
Yogyakarta: BPFE-UGM

113
114

PEDOMAN WAWANCARA/

PERTANYAAN PENELITIAN

I. Identitas Informan

1. Nama:

2. Alamat:

3. Usia:

4. Status:

5. Jumlah anggota keluarga:

II. Kegiatan / Pekerjaan Informan

1. Jenis pekerjaan sekarang dibidang apa?

2. Jumlah jam bekerja?

3. Jam berapa anda mulai bekerja?

4. Jam berapa berakhir kerja anda?

5. Berapa penghasilan?

6. Apakah penghasilan anda cukup untuk biaya kehidupan keluarga?

7. Apa harapan anda terhadap pekerjaan anda?

8. Bagaiman Kondisi Ekonomi anda?

9. Bagaimana kondisi sosial, anda?


115

III. Bantuan Sosial

1. Apakah anda menerima bantuan PKH?

2. Apakah anda menerima bantuan dari Pandemi Covid?

3. Apakah rumah anda layak?

4. Apakah ada bantuan dari pihak lain, selain pemerintah ?


116
117
118
119
120
121
122
123
124

Anda mungkin juga menyukai