disusun oleh :
Lita Faola
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul ”Melestarikan Kesenian Kuntulan
Sebagai Tradisi Lokal Masyarakat Kecamatan Paninggaran Kabupaten
Pekalongan ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk mengikuti Kegiatan Napak Tilas Sejarah
Kepahlawanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 . Dalam penyusunan makalah
ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada:
ii
DAFTAR ISI
A. Simpulan ................................................................................................................ 7
B. Saran ...................................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara harfiah, kuntulan diambil dari kata kuntul yang berarti burung bangau
berwarna putih dengan kaki kecil yang panjang dan berlari dengan cepat. Hal
1
ini menggambarkan gerakan pencak silat pada kesenian kuntulan mengadopsi
dari gerakan burung bangau yang lincah dan menarik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah kali ini adalah Bagaimanakah Kesenian Kuntulan yang ada di
kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kesenian kuntulan merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional kerakyatan
dari kelompok jenis kesenian sholawatan (Prayitno, 1990 : 37). Menurut Sinaga
(2001 : 74) music sholawatan berasal dari kata asholawat yang merupakan bentuk
jamak dari kata sholat yang berarti doa atau sembahyang. Sholawatan merupakan
kesenian rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Sholawat sering disebut
juga seni terbangan atau daff dan dianggap sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW. Sholawatan terdiri dari suara vokal dan dan instrumental yang
unsur utamanya berupa sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW serta dzikir dan
doa-doa. Kesenian kuntulan dikelompokkan ke dalam jenis kesenian sholawatan
karena bentuk penampilan dari kesenian ini terdiri dari musik rebana yang
digunakan untuk mengiringi vokal yang berupa sholawat nabi dan ditampilkan
gerakan tari yang diangkat dari gerakan-gerakan pencak silat.
Kesenian kuntulan ini sering disebut terbang kuntul. Pada dasarnya sama dengan
kesenian bordah yaitu dengan instrumen pokoknya yaitu rebana. Bedanya dengan
bordah adalah, di dialam kuntulan ini instrument rebana yang dipakai lebih
banyak dan dilengkapi dengan kendang, kethuk, jedor/bedug. Kuntulan dilakukan
oleh 10 orang atau lebih. Lagu-lagunya dimainkan oleh seorang Rodat atau
dalang. Selain menyanyikan lagu, para rodat ini juga ikut menabuh terbang dan
jedor bersama secara serempak dengan mengenakan pakaian hitam putih.
Kesenian ini dinamakan kuntulan karena penarinya kelihatan serba putih seperti
burung kuntul atau burung bangau. Selain itu, kesenian ini disebut kuntulan
karena menggambarkan gerakan pencak silat pada kesenian kuntulan mengadopsi
dari gerakan burung bangau yang lincah dan menarik.
4
menarik warga agar mau berkumpul . lalu di tengah music dan tarian,
dilantunkanlah syair ajakan untuk menjalankan syariat islam dan berbuat baik
kepada sesame umat manusia. Cara inilah yang dahulu dipakai oleh para wali
untuk menyebarkan agama islam di pulau jawa.
(www.uippnupaninggaran.blogspot.com)
Tarian kuntulan juga pernah berkembang pada massa Pangeran Diponegoro untuk
mengelabui tentara pemerintah kolonial Belanda agar lascar-laskar Pangeran
Diponegoro di dalam menyusun kekuatan tidak tercium oleh pemerintah Belanda.
Maka gerakan-gerakan beladiri ini diperhalus dan diiringi rebana maupun syair-
syair keagamaan.
Seni kuntulan masih tumbuh subur di desa yang ada di daerah pegunungan. Di
Pekalongan, kesenian kuntulan ini tumbuh subur di Kecamatan Paninggaran. Seni
ini muncul sejak ratusan tahun yang lalu. Menurut kisah turun temurun
masyarakat setempat, seni kuntulan saat itu di bawa oleh Sunan Kalijaga dan
dikembangkan oleh para pengikut beliau. Lambat laun seni ini berkembang dan
dapat diterima masyarakat karena efektivitasnya sebagai media dakwah dan media
tutur untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial lainnya.
5
dan para penyanyi menyanyikan syair dalam bahasa arab. Gerakan terus terjaga
dari satu pukulan ke pukulan yang lainnya. Hal ini merupakan serangkaian
pertunjukan dari kesenian kuntulan. Begitulah masyarakat di kecamatan
Paninggaran menyebutnya dengan kesenian kuntulan. Sebuah kesenian yang
menggabungkan seni bela diri dan alunan music salami dengan menggunakan
isnstrumen musik rebana atau terbang dan pada syair menggunakan ayat Al-
Banzanji. Selain itu para penari menarikan gerakan pencak silat secara bersama-
sama. Kesenian ini dapat dikatakan sebagai kesenian yang mengandung nilai-nilai
islami.
Dalam tari kuntulan ini memang unik, para pria yang berpakaian dominan putih
ini bergerak secara kompak ke sana dan kemari. Kadang penari berputar, kadang
berhenti sambil mengangguk-anggukkan kepala dan di tengah pertunjukan penari
ini melakukan gerakan silat yang tarikannya secara tegas dan kuat. Mulut para
penari terus menerus melantunkan syair-syair islami.
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
1. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar kesenian kuntulan tetap lestari
diantaranya adalah menjadikan anak-anak sebagai generasi penerus
sebagai pemain kuntulan, dan dalam penyajiannya gerak-gerak dalam
kuntulan dapat dibuat lebih atraktif.
7
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan perhatiannya pada
kesenian Kuntulan dengan memberikan kesempatan untuk lebih sering
tampil di berbagai acara.
8
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, SH. 1990. Pengetahuan Seni Tari Jilid I. Yogyakarta : Yogyakarta Press