Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MELESTARIKAN KESENIAN KUNTULAN SEBAGAI TRADISI


LOKAL MASYARAKAT KECAMATAN PANINGGARAN
KABUPATEN PEKALONGAN

disusun oleh :

Lita Faola

SMK N 1 Karangdadap Kabupaten Pekalongan

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

SMK NEGERI 1 KARANGDADAP

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul ”Melestarikan Kesenian Kuntulan
Sebagai Tradisi Lokal Masyarakat Kecamatan Paninggaran Kabupaten
Pekalongan ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk mengikuti Kegiatan Napak Tilas Sejarah
Kepahlawanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019 . Dalam penyusunan makalah
ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada:

1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan yang telah


memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah dan
mengikuti kegaiatan Napak Tilas Sejarah Kepahlawanan di Kota Salatiga ini.
2. Bapak Agus Nowo Edy, S.Pd., selaku Kepala SMK Negeri 1 Karangdadap
Kabupaten Pekalongan yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyusun makalah ini.
3. Alisa Rizca Puspita, S. Pd., selaku guru pembimbing yang telah memberikan
banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
4. Bapak/Ibu Dewan Guru dan Staf Tata Usaha yang telah memberikan banyak
informasi dan dukungannya.
5. Siswa-siswi dan seluruh warga SMK Negri 1 Karangdadap yang telah
mendukung penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap semoga gagasan pada makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Pekalongan, Maret 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 7

A. Simpulan ................................................................................................................ 7

B. Saran ...................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan


yang harus kita pelajari karena di dalamnya terkandung norma-norma serta
nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Salah satu bentuk
sarana sosialisasi bagi masyarakat yaitu upacara tradisional. Penyelenggaraan
upacara itu penting bagi pembinaan sosial budaya bagi warga masyarakat.

Sebuah kesenian tradisional memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi identitas


suatu kesenian. Di samping itu, keadaan sosial budaya di suatu daerah yang
mempengaruhi kesenian tradisional tersebut banyak juga berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual yang merupakan aspek penting dalam
kehidupan manusia. Melalui kegiatan ritual, masyarakat mengekspresikan apa
yang menjadi kehendak dalam pikiran mereka. Salah satu contohnya adalah
kegiatan upacara ritual yang berhubungan dengan siklus kehidupan, syukuran
panen maupun bersih desa. Upacara tradisional tersebut sampai sekarang
masih terus terjaga dalam berbagai bentuk yang diwariskan dari generasi satu
ke generasi selanjutnya.

Masyarakat Kabupaten Pekalongan khususnya Kecamatan Paninggaran


memiliki kesenian tradisional yang biasa dimainkan yaitu kuntulan. Kesenian
ini berupa seni bela diri yang dimainkan lebih dari 10 orang, dengan diiringi
musik. Dalam pertunjukannya, kesenian tersebut memperlihatkan bentuk seni
bela diri yaitu pencak silat yang memadukan antara jurus bela diri dan tenaga
dalam.

Secara harfiah, kuntulan diambil dari kata kuntul yang berarti burung bangau
berwarna putih dengan kaki kecil yang panjang dan berlari dengan cepat. Hal

1
ini menggambarkan gerakan pencak silat pada kesenian kuntulan mengadopsi
dari gerakan burung bangau yang lincah dan menarik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah kali ini adalah Bagaimanakah Kesenian Kuntulan yang ada di
kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

Paninggaran adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan yang terletak


25 km ke arah selatan dari Kota Kajen sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
Pekalongan. Paninggaran adalah sebuah wilayah hijau yang dikelilingi oleh
pegunungan dan hamparan perbukitan. Di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Lebakbarang Kabupaten Pekalongan dan Kecamatan Kalibening
Kabupaten Banjarnegara, sebelah selatan dengan Kecamatan Kandangserang
Kabupaten Pekalongan, dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kajen
yang menjadi ibukota Kabupaten Pekalongan.
(www.paninggaranpedia.blogspot.com)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan (Dinas Pendidikan


Kabupaten Pekalongan : 2004), jumlah dusun di kecamatan Paninggaran adalah
69 dengan jumlah RT 187 dan RW 62 yang tersebar di 15 desa. Kecamatan
Paninggaran memiliki luas sekitar 92,99 km2, dimana 14,93% areal tanah
dimanfaatkan untuk persawahan sedangkan sisanya berupa tanah kering. Dengan
ketinggian 850 meter di atas permukaan laut, curah hujan 4.694 mm/tahun serta
suhu berkisar antara 230 C sampai 290 C, beraneka ragam tanaman tumbuh subur
dan menjadi sumber penghidupan sebagian besar penduduk yang bermata
pencaharian sebagai petani. Kecamatan yang terletak berbatasan dengan
Kabupaten Banjarnegara ini selain memiliki keanekaragaman kekayaan alam juga
memiliki beberapa kesenian atau tradisi yang berlangsung turun temurun dari
generasi ke generasi. Beberapa diantaranya yaitu tradisi Mbok Brendung yaitu
boneka untuk memanggil hujan, serta Kesenian Kuntulan yaitu seni beladiri
pencak silat yang digabungkan dengan musik dan sholawatan. Tradisi ini
mungkin hanya familiar di daerah pegunungan di sekitar Pekalongan seperti
Paninggaran, Kandangserang maupun Lebakbarang.

3
Kesenian kuntulan merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional kerakyatan
dari kelompok jenis kesenian sholawatan (Prayitno, 1990 : 37). Menurut Sinaga
(2001 : 74) music sholawatan berasal dari kata asholawat yang merupakan bentuk
jamak dari kata sholat yang berarti doa atau sembahyang. Sholawatan merupakan
kesenian rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Sholawat sering disebut
juga seni terbangan atau daff dan dianggap sudah ada sejak zaman Nabi
Muhammad SAW. Sholawatan terdiri dari suara vokal dan dan instrumental yang
unsur utamanya berupa sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW serta dzikir dan
doa-doa. Kesenian kuntulan dikelompokkan ke dalam jenis kesenian sholawatan
karena bentuk penampilan dari kesenian ini terdiri dari musik rebana yang
digunakan untuk mengiringi vokal yang berupa sholawat nabi dan ditampilkan
gerakan tari yang diangkat dari gerakan-gerakan pencak silat.

Kesenian kuntulan ini sering disebut terbang kuntul. Pada dasarnya sama dengan
kesenian bordah yaitu dengan instrumen pokoknya yaitu rebana. Bedanya dengan
bordah adalah, di dialam kuntulan ini instrument rebana yang dipakai lebih
banyak dan dilengkapi dengan kendang, kethuk, jedor/bedug. Kuntulan dilakukan
oleh 10 orang atau lebih. Lagu-lagunya dimainkan oleh seorang Rodat atau
dalang. Selain menyanyikan lagu, para rodat ini juga ikut menabuh terbang dan
jedor bersama secara serempak dengan mengenakan pakaian hitam putih.

Kesenian ini dinamakan kuntulan karena penarinya kelihatan serba putih seperti
burung kuntul atau burung bangau. Selain itu, kesenian ini disebut kuntulan
karena menggambarkan gerakan pencak silat pada kesenian kuntulan mengadopsi
dari gerakan burung bangau yang lincah dan menarik.

Kesenian kuntulan merupakan kesenian yang banyak berkembang di daerah


pesisir pantai utara pulau jawa. Pada mula pertumbuhannya, kesenian kuntulan
berawal dari pondok pesantren. Kesenian kuntulan merupakan warisan walisongo
dalam berdakwah dan menyebarkan agama islam di pulau jawa. Seni tari ini
punya peran tersendiri dalam menyebarkan agama islam di masa lalu, terutama
pada daerah pedalaman. Kesenian kuntulan ini dimainkan tujuannya untuk

4
menarik warga agar mau berkumpul . lalu di tengah music dan tarian,
dilantunkanlah syair ajakan untuk menjalankan syariat islam dan berbuat baik
kepada sesame umat manusia. Cara inilah yang dahulu dipakai oleh para wali
untuk menyebarkan agama islam di pulau jawa.
(www.uippnupaninggaran.blogspot.com)

Tarian kuntulan juga pernah berkembang pada massa Pangeran Diponegoro untuk
mengelabui tentara pemerintah kolonial Belanda agar lascar-laskar Pangeran
Diponegoro di dalam menyusun kekuatan tidak tercium oleh pemerintah Belanda.
Maka gerakan-gerakan beladiri ini diperhalus dan diiringi rebana maupun syair-
syair keagamaan.

Setelah Indonesia merdeka, kesenian kuntulan berkembang dan beralih fungsi


yang awalnya sebagai ajang untuk melatih ilmu beladiri pencak silat menjadi
sebuah pertunjukan yang sarat akan nilai-nilai islami. Kesenian ini semakin
digemari oleh masyarakat sekitar karena pada zaman dahulu tidak ada hiburan
selain kesenian Kuntulan.

Seni kuntulan masih tumbuh subur di desa yang ada di daerah pegunungan. Di
Pekalongan, kesenian kuntulan ini tumbuh subur di Kecamatan Paninggaran. Seni
ini muncul sejak ratusan tahun yang lalu. Menurut kisah turun temurun
masyarakat setempat, seni kuntulan saat itu di bawa oleh Sunan Kalijaga dan
dikembangkan oleh para pengikut beliau. Lambat laun seni ini berkembang dan
dapat diterima masyarakat karena efektivitasnya sebagai media dakwah dan media
tutur untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial lainnya.

Di Kecamatan Paninggaran Kabupaten Pekalongan, kesenian ini sudah ada sejak


dahulu. Sekarang kesenian ini lebih modern karena telah dimodivikasi dengan
sholawat dan jurus bangau putih yang diajarkan oleh ulama terdahulu guna
membekali para masyarakat untuk melawan penjajah. Hingga saat ini kesenian ini
masih dipelajari dan dilestarikan oleh generasi muda setempat.

Gerak menghentak, diikuti dengan kuda-kuda serta pukulan dan tendangan


layaknya orang sedang berkelahi, dibarengi dengan tabuhan terbang atau rebana

5
dan para penyanyi menyanyikan syair dalam bahasa arab. Gerakan terus terjaga
dari satu pukulan ke pukulan yang lainnya. Hal ini merupakan serangkaian
pertunjukan dari kesenian kuntulan. Begitulah masyarakat di kecamatan
Paninggaran menyebutnya dengan kesenian kuntulan. Sebuah kesenian yang
menggabungkan seni bela diri dan alunan music salami dengan menggunakan
isnstrumen musik rebana atau terbang dan pada syair menggunakan ayat Al-
Banzanji. Selain itu para penari menarikan gerakan pencak silat secara bersama-
sama. Kesenian ini dapat dikatakan sebagai kesenian yang mengandung nilai-nilai
islami.

Awalnya kuntulan di Paninggaran dimainkan oleh orangtua/bapak-bapak. Karena


adanya regenerasi, sekarang kesenian kuntulan ini dilakukan oleh para remaja,
bahkan anak-anak. Pada zaman sekarang, para penari kuntulan membuat gerakan
yang lebih bervariasi. Pada saat pementasan, penari juga menambahkan beberapa
atraksi agar penonton tidak merasa jenuh. Atraksi yang ditambahkan seperti
barongan maupun obor sembur.

Dalam tari kuntulan ini memang unik, para pria yang berpakaian dominan putih
ini bergerak secara kompak ke sana dan kemari. Kadang penari berputar, kadang
berhenti sambil mengangguk-anggukkan kepala dan di tengah pertunjukan penari
ini melakukan gerakan silat yang tarikannya secara tegas dan kuat. Mulut para
penari terus menerus melantunkan syair-syair islami.

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kesenian kuntulan merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang tumbuh


dan berkembang di kalangan masyarakat pedesaan. Kesenian kuntulan
merupakan pertunjukan yang ada di Kecamatan Paninggaran digunakan
sebagai latihan beladiri namun pada perkembangannya menjadi pertunjukan
yang dipentaskan sebagai hiburan jika ada orang yang menyewa atau ada
orang hajatan. Seni Kuntulan diwujudkan dalam seni hiburan masyarakat
yang di dalamnya berisikan tari dan syair-syair islami. Pada tari kuntulan ini
ragam geraknya masih terlihat gerakan beladiri, karena belum dikreasikan.

Kesenian kuntulan ini mempunyai gerakan yang khas seperti pukulan,


tangkisan, tendangan dan gerakan ini dilakukan dengan unsur-unsur
pembentukan tangan, kepala, kaki dan badan. Gaya gerakan tari kuntulan
mempunyai karakter yang tegas dan galak karena berasal dari dasar beladiri
pencak silat. Tarian ini diawali dengan syair-syair sholawatan serta dilakukan
secara kelompok, dimana beranggotakan lebih dari 10 orang. Ruang yang
dipakai untuk menarikan kuntulan ini harus luas sehingga tidak mengganggu
gerakan yang harus dimainkan.

B. Saran

Berdasarkan uraian tentang kesenian kuntulan yang ada di KEcamatan


Paninggaran ini, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut :

1. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar kesenian kuntulan tetap lestari
diantaranya adalah menjadikan anak-anak sebagai generasi penerus
sebagai pemain kuntulan, dan dalam penyajiannya gerak-gerak dalam
kuntulan dapat dibuat lebih atraktif.

7
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan perhatiannya pada
kesenian Kuntulan dengan memberikan kesempatan untuk lebih sering
tampil di berbagai acara.

3. Dinas pariwisata agar dapat membantu dalam pengembangan wadah atau


perkumpulan kesenian kuntulan ini, dan agar lebih sering menyertakan
kelompok kesenian ini dalam suatu ajang festival baik regional maupun
nasional sebagai tontonan khas Pekalongan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, SH. 1990. Pengetahuan Seni Tari Jilid I. Yogyakarta : Yogyakarta Press

Sinaga, Syahrul Syah. 2001. Akulturasi Kesenian Rebana Dalam Harmonia,


Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni Vo. 2 No. 3. Semarang : Jurusan
Sendratasik FBS Unnes

Tim Penulis Dinas Pendidikan. 2004. Mengenal Kabupaten Pekalongan


Beribukota di Kajen. Pekalongan : Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan

www.paninggaranpedia.blogspot.com. 5 Maret 2019. Profil Kecamatan


Paninggaran

www.uippnupaninggaran.blogspot.com. 5 Maret 2019. Mengenal Kesenian


Kuntul dan Kethekan dari Desa Sawangan Kec. Paninggaran Kab.
Pekalongan

Anda mungkin juga menyukai