Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN TUGAS ADAT BASANDI SYARAK,

SYARAK BASANDI KITABULLAH

BY: KELOMPOK 2 ABS SBK


KELAS: X IPA 7
SMA N 1 PADANG PANJANG

KATA PENGANTAR
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertama dan yang utama sekali kami ucapkan puji syukur kepada allah swt. atas rahmat dan
nikmatnya yang allah swt limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
tugas ABS-SBK ini. Salawat serta salam tak lupa kami hadiahkan kepada baginda nabi
Muhammad saw. Yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan ke zaman yang
maju dan berilmu pengetahuan seperti saat ini
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada yth. Bapak Muhammad Jamil sebagai guru
mata pelajaran ABS-SBK, di SMAN 1 PADANG PANJANG yang telah memberikan tugas ini
kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dan membantu kami
dalam pengerjaan tugas ini. Kami berharap tugas yang diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi
semua orang
Kami mengakui, dalam penyajian tugas ini mungkin ada suatu kekurangan, oleh karena itu
kami mohon maaaf, kami berharap jikalau ada kekurangan maka kami mohon masukan dan
sarannya agar lebih baik untuk kedepannya

Padang panjang, 28 Juli 2022

Tertanda, Perwakilan kelompok 2

FILOSOFI ADAIK BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH


Falsafah adat minang adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan salah satu
filosofi kehidupan yang dipedomani oleh masyarakat Minangkabau, yang menjadikan Islam
sebagai landasan utama dalam tata pola prilaku dalam nilai – nilai kehidupan. Dengan kata lain,
Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah merupakan kerangka kehidupan social baik itu
diantara sesama manusia maupun anatar manusia dengan tuhan allah SWT.
Secara historis adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah ini tercipta karena adanya suatu
perundingan di kalangan pemuka kerajaan pagaruyung, hal ini dilakukan agar tercipta suatu
undang-undang tersendiri yang mengatur tentang kehidupan masyarakat minangkabau.
Kala itu, Yang dipertuan maharaja pagaruyung, tuanku bandaro alam nan sati bersama Datuak
bandaro putiah, mengundang pemuka adat, agama, dan kaum cendikiawan untuk menghadiri
suatu mufakat disuatu tempat yang bernama bukit marapalam. Hasilya disepakatilah bahwa dasar
falsafah dan tata peraturan perundang-undangan minangkabau ialah adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah, syarak nan kawi adaik nan lazim.

Dalam versi lain lahirnya istilah “Adaik Basandi Sayarak, Syarak Basandi Kitabullah”
dilatarbelakangi oleh konflik yang terjadi pada akhir abad ke-19 antara kaum ulama dan kaum
adat di Minangkabau yang pada puncaknya meletuskan perang Paderi. Konflik atau perpecahan
antara kedua belah pihak ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya karena kemunduran
semangat dan jiwa alam Minangkabau, semakin rapuhnya hubungan antara agama dan adat, dan
sebagainya. Ditambah lagi adanya hasutan adu domba dari pihak penjajah Belanda yang ingin
mengambil alih kekuasaan terhadap Minangkabau. Longgarnya aturan-aturan adat saat itu
merupakan celah bagi berlakunya kembali adat-adat lama jahiliyyah, seperti sabung ayam, judi,
minum tuak, dan sebagainya. Ya, inilah yang membuat geram kaum ulama saat itu yang
kemudian melakukan pemberantasan dengan cara keras. Gerakan-gerakan pemberantasan atau
perlawanan ini “terinspirasi” dari gerakan pemberontakan kaum Wahabi di Makkah ketika itu.
Terlepas dari perbedaan pendapat apakah kaum ulama (kaum paderi) menganut paham Wahabi
atau bukan, yang pasti gerakan Kaum Paderi telah menyumbang banyak dalam upaya
menyebarkan dan mempertahankan Islam, mempertalikan adat dengan syarak, serta berjuang
keras memerangi Belanda selama enam belas tahun lamanya (dari tahun 1821 sampai 1837).

Adapun konflik yang terjadi antara kaum ulama dan kaum adat pada akhirnya berbalik arah
kepada kompeni Belanda sendiri. Hal ini disebabkan karena munculnya kesadaran dari kedua
belah pihak, bahwa mereka adalah bersaudara, sedangkan musuh yang sebenarnya harus
diperangi adalah kaum penjajah Belanda. Hal ini tentunya juga tidak bisa dilepaskan dari peran
kaum cendekiawan (cadiak pandai) untuk mempersatukan kaum adat dan ulama. Mereka sadar
bahwa perpecahan antara sesama hanya akan membuat lemah alam Minangkabau. Oleh
karenanya, perdamaian antara kedua belah pihak wajib adanya, yang selanjutnya perdamaian itu
diproklamirkan di suatu tempat bernama Bukit Marapalam. Kemudian dikaranglah piagam
perdamaian yang berbunyi:

1. Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah


2. Syarak Mangato, Adat Mamakai
3. Adat-adat yang bertentangan dengan syarak (sabung ayam, judi, minum arak, dll) harus
dihabiskan. Sedangkan aturan adat yang tidak berlawanan dengan syarak harus terus dilestarikan
(seumpama larangan nikah sesuku dan sistem pewarisan harta pusaka).   

Secara filosofis adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak nan kawi adaik nan lazim
memiliki makna yang sangat dalam jika dikaji lebih lanjut. Adaik basandi syarak memiliki
makna bahwa segala peraturan yang ada dalam hukum adat minangkabu, semuanya bersumber
dari hukum agama yang telah di syariatkan oleh allah swt. syariat adalah hukum agama yang
menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia
dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis. Syarak basandi kitabullah
artinya segala hukum yang ditetapkan oleh allah swt, telah tercantum dalam kitab allah yakni al-
quran seperti adab dan budi, tenggang rasa, saling menghormati, jiwa kebersamaan, dan
toleransi.

Jadi pada hakikatnya hukum adat itu bersumber dari syariat allah swt, dan syariat allah swt
tersebut dicantumkan dalam kitabnya yakni al-quran, jadi pada dasarnya hukum adta minang itu
bersumber dari syariat agama allag swt, antara hukum adat dan hukum islam tidak boleh terjadi
pertentangan sehingga keduanya harus sejalan dan selaras.

Anda mungkin juga menyukai