.
Pendahuluan
Prakarsa anak nagari di Ranah Minang dalam membina perilaku beradat, sangat
teguh dimulai dari upaya penyiapan sarana yang disebut surau dan buktinya bertebaran
pada setiap nagari, bahkan sampai kepelosok kampung, dusun dan taratak.
Perilaku akhlak anak nagari sangat erat kaitannya dengan pemahaman syarak,
Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak
kayu lungga pangabek, dan selanjutnya, Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan
Baso, malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso. Ungkapan ini menjadi
bukti aturan beradat di dalam Masyarakat Minangkabau, sejak lama.
H. Mas’oed Abidin 1
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
122 : .
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mereka tentang agama (syariat, syarak) dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya (dengan cara-cara mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan
kehidupan beradat), apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya --,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).
Ketika pemerintah mulai membuka akses lebih besar ke dunia pendidikan Islam
(decade 1970-an) dengan rekonsiliasi dan penyesuaian-penyesuaian madrasah atau surau --
yang terletak di jantung masyarakat --, telah berakibat program masyarakat digiring
bergayut kepada pemerintah. Potensi masyarakat yang semula “berdiri diatas kaki sendiri“
melemah serta merta kemandirian masyarakat mulai berkurang dan disaat yang sama
gelombang penetrasi budaya dari luar sangat deras dan sulit membendungnya.
H. Mas’oed Abidin 2
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
13 :
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-bangsa)dan berpuak-puak
(suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).
Tuntutan Zaman
Seiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan berkualitas
(quality education)1 disamping itu adanya dorongan keras untuk memproduk SDM yang
dapat dibeli pasar tenaga kerja juga agar dapat diujudkan duduak samo randah tagak samo
tinggi dalam tata pergaulan masyarakat majemuk dan maju. Di awal abad 18, para ulama
dan ninikmamak di nagari-nagari telah menjadi penggagas dan pengasuh masyarakat dengan
perguruan surau yang memiliki jalinan hubungan kuat dengan masyarakat dalam satu
ikatan saling menguntungkan (symbiotic relationship).
Surau menjadi kekuatan (silent opposition) terhadap penjajahan dan penetrasi
budaya dari luar. Dari surau lahir respon pemimpin dan komunitas Minangkabau
menantang penjajahan budaya luar, sehingga umat kuat. Masyarakat Minangkabau sangat
1
Beberapa kalangan, terutama kalangan menengah berduit dan terpelajar yang mendasarkan
pengalaman di rantau orang, memerlukan membangun perguruan (madrasah) bukan asal-asalan dengan
kualitas seadanya, kesudahannya bangunan surau terbiarkan merana lapuk dan reot, dan akhirnya “robohlah
surau kami”, kata AA.Navis.
H. Mas’oed Abidin 3
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
akomodatif seiring pemahaman syariat dalam membentuk watak anak nagari dan kondisi
ini telah menjadi pendorong masyarakat lebih maju, sangat dinamis.
18 :
2
Selama 21 tahun, telah terjadi banyak perubahan, dan kita tidak boleh berbeda terutama terhadap
sistim pemerintahan local yang khas -- Nagari di Minangkabau – menjadi segaram, dengan diberlakukannya
UU No.5 tahun 1979, dan Perda No.9/2000 untuk Kembali Ke Pemerintahan Nagari, sebenarnya mesti di
sikapi sebagai peluang besar untuk melakukan pemerkasaan terhadap umat dan masyarakat di nagari di
Minangkabau (Sumatra Barat).
H. Mas’oed Abidin 4
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16,
An Nahl : 18).
Hukum Syara’ menghendaki keseimbangan hidup rohani dan jasmani ;
"Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya kamu pelihara) dan badanmu
(jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara" (Hadist). Keseimbangan ini
semakin jelas wujud dalam kemakmuran di Minangkabau ; “Rumah gadang gajah
maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah banamo si bayau-
bayau, Panenggang anak dagang lalu, Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan
banyak, Makanan anak kamanakan. Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.
Bimbingan syara’, "Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok
dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup selama-lamanya" (Hadist).
2. Kesadaran kepada luasnya bumi Allah, merantaulah !
Allah telah menjadikan bumi mudah untuk digunakan. Maka berjalanlah di
atas permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu
kembali.
10{ :
“Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping itu)
banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan", (QS.62, Al Jumu’ah : 10).
Agar supaya “jangan tetap tertinggal dan terkurung dalam lingkungan yang kecil”, dan
sempit,
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". (QS.4, An
Nisak : 97)
H. Mas’oed Abidin 5
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
(
)10
11 -10 : )11 (
"Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk
kamu mencari nafkah hidup". (QS.78, An Naba’ : 10-11)
6. Arif akan adanya perubahan-perubahan.
Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan
diri, agar jangan melewati batas, dan berlebihan, “Ka lauik riak mahampeh, Ka
karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh,
Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”. Artinya,
pemahaman syarak menekankan kepada kehidupan yang dinamis, mempunyai martabat
(izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi yang ada, dengan
tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti sebelum sampai.
Tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.
H. Mas’oed Abidin 6
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Nagari di Minangkabau berada di dalam konsep tata ruang yang jelas. Basasok
bajarami, Bapandam bapakuburan, Balabuah batapian, Barumah batanggo, Bakorong
bakampuang, Basawah baladang, Babalai bamusajik.
Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur, pemelihara. Pendukung
sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari ninikmamak ( yakni
penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninikmamak nan gadang basa batuah,
atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di
3
Memang di surau tidak ada yang dapat di cari benda-benda (materi), kecuali hanya bekal ilmu,
hikmah dan kepandaian-kepandaian untuk mengharungi hidup di dunia ini, dan dalam mempersiapkan hidup
di akhirat. Sebagai terungkap di dalam Peribahasa Minangkabau, “bak batandang ka surau”, karena memang
surau tak berdapur (Anas Nafis, 1996:464 -Surau-2).
4
Dt.Rajo Pengulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, 1994 : 62.
H. Mas’oed Abidin 7
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
lewakan.), alim ulama (juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib nagari
atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau pemimpin agama
Islam. Gelaran ini lebih menekankan kepada pemeranan fungsi ditengah denyut nadi
kehidupan masyarakat (anak nagari), cerdik pandai (dapat saja terdiri dari anak nagari
yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan,
dermawan), urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan
capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo).
Dan bundo kanduang (terdiri dari kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan
mereka terletak garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat
ini, lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang di
Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan gadang,umbun puruak pegangan kunci,
pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam nagari, nan gadang basa batuah”).
Maka, nagari di Minangkabau tidak sebatas pengertian ulayat hukum adat. Lebih
mengedepan dan utama adalah wilayah kesepakatan antar berbagai komponen
masyarakat di dalam nagari . Spiritnya adalah ;
H. Mas’oed Abidin 8
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Sikap hidup ini, menjadi sumber pendorong kegiatan di bidang ekonomi. Tujuan
utama untuk keperluan jasmani (material needs). Hasilnya tergantung kepada dalam atau
dangkalnya sikap hidup tersebut berurat dalam jiwa masyarakat nagari. Dan bergantung
pula kepada tingkat kecerdasan yang telah dicapai.
Dukungan masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan yang terdiri dari
ninikmamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan kalangan rang mudo, menjadi
penggerak utama mewujudkan tatanan sistim di nagari. Terutama dalam menerjemahkan
peraturan daerah kembali kepemerintahan nagari. Hakekatnya, anak nagari sangat
berkepentingan dalam merumuskan nagarinya. Konsep ini mesti tumbuh dari akar nagari
itu sendiri. Tidak suatu pemberian dari luar. “Lah masak padi 'rang Singkarak, masaknyo
batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah
urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo”, artinya diperlukan orang-orang yang
ahli dibidangnya, terutama dalam menatap setiap perubahan peradaban yang tengah
berlaku. Hal ini perlu dipahami, supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan
dedak”.
Masyarakat nagari tidak terdiri dari satu keturunan (suku) saja, tetapi asal
muasalnya berdatangan dari berbagai daerah di sekeliling ranah bundo. Namun mereka
dapat bersatu dalam satu kaedah hinggok mancangkam tabang basitumpu atau hinggok
mencari suku dan tabang mencari ibu. “Hiyu bali balanak bali, ikan panjang bali
dahulu. Ibu cari dunsanak cari, induak samang cari dahulu “, Maknanya, -- yang
datang dihargai, yang menanti dihormati --, “Dima bumi di pijak, di sinan langik di
junjuang, di situ adaik bapakai”,satu bentuk perilaku duduk samo randah tagak samo tinggi
yang menjadi prinsip egaliter di Minangkabau. Kalau bisa dipertajam, inilah prinsip
demokrasi murni dan otoritas masyarakat yang sangat independen.
H. Mas’oed Abidin 9
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
.
" Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah keadan sesuatu kaum, kecuali mereka mau
merubah keadaan yang ada dalam dirinya masing-masing .... Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap satu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS.13, Ar Ra’du : 11)
H. Mas’oed Abidin 10
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
)19 (
)20 (
"Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi karena hendak mencapai
keredhaan Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi". (QS.al-Lail :19- 20)
H. Mas’oed Abidin 11
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah berbuat baik terhadapmu sendiri
(yakni berbuat baik tanpa harapkan balasan)”. (QS.28, Al Qashash : 77)
Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri masing-
masing, untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus diketahui pula kekuatan-
kekuatan.
“Latiak-latiak tabang ka Pinang,
Hinggok di Pinang duo-duo,
Satitiak aie dalam piriang,
Sinan bamain ikan rayo”.
Teranglah sudah, bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang
pembangunan masyarakat nagari lahir dan batin, material dan spiritual pasti akan
menemui disini iklim (mental climate) yang subur.
Apabila pandai menggunakan dengan tepat akan banyak membantu usaha
pembangunan itu. Melupakan atau mengabaikan ini, adalah satu kerugian. Berarti
mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam pembangunan masyarakat dan negara.
...
H. Mas’oed Abidin 12
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
...
"Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga kaum itu sendiri yang
berusaha merobah sikap mereka sendiri." (QS.Ar-Ra’du : 11)
Umat akan menjadi baik dan kembali berjaya, bila sebab-sebab kejayaan umat
terdahulu di kembalikan, maka semestinya bertindak atas dasar syara’ dengan “Memulai
dari diri da'i, mencontohkannya kepada masyarakat lain", (Al Hadist). Inilah cara yang tepat.
Keberhasilan upaya da'wah (gerak da'wah) memerlukan pengorganisasian (nidzam).
H. Mas’oed Abidin 13
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu, (QS.Al Maidah, 5 : 3), dan
satu-satunya Agama yang diterima di sisi Allah,yaitu Agama Islam, (QS. Ali Imran, 3 : 19).
Konsekuensinya adalah yang mencari manhaj atau tatanan selain Islam, tidak akan di
ridhai,
H. Mas’oed Abidin 14
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( QS. Ali Imran, 3 : 85).
Karena itu bagi masyarakat adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, tidak ada
pilihan lain kecuali melaksanakan tuntunan prilaku akhlak sesuai bimbingan Islam,
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah
secara ikhlas, yakni orang Muslim, merekapun mengerjakan kebaikan-kebaikan" (QS. An Nisak,
4 : 125).
Setiap Muslim, dengan nilai-nilai Kitabullah (Al Qur'an) wajib mengemban missi
yang berat dan mulia yaitu merombak kekeliruan ke arah kebenaran, yang menjadi inti
dari "perjalanan kepada kemajuan (al madaniyah, modernitas)", dengan implementasi perilaku
sesuai pemahaman adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Khulasah
H. Mas’oed Abidin 15
Di Dalam Masyarakat Minangkabau
َ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).
Da'wah ini tidak akan berhenti dan selalu berkembang terus sesuai variasi zaman
yang walaupun selalu berubah namun tetap di bawah konsep mencari ridha Allah.
H. Mas’oed Abidin 16
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
H. Mas’oed Abidin 17