Anda di halaman 1dari 17

Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

MEMAHAMI
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
DALAM RENTANGAN SEJARAH MASA DOELE DAN SEKARANG
MENGHIDUPKAN DALAM PRILAKU GENERASI MUDA MINANGKABAU

Oleh :
H. Mas’oed Abidin1

MUKADDIMAH

embina perilaku beradat di dunia Melayu, khususnya Minangkabau

M sudah menjadi kerja utama sepanjang masa. Dalam rentang sejarah

yang panjang sudah tampak penyiapan sarana surau dan lembaga

pendidikan anak negeri di dalam kaum, dusun, taratak dan nagari. Masyarakat

Melayu dan Minang hidup dalam syariat agama Islam. Membangun tatanan

kekerabatan adapt resam, dengan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

Pepatah adat menyebutkan,

Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek,


Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek,
pangabek

Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan Baso,


Malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso.
pareso

Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adapt resam yang kokoh

dan agama (syarak) yang kuat. Tidak bertentangan satu dan lainnya. Malahan yang

1
Makalah ini telah dipresentasikan dalam beberapa pertemuan di Indonesia dan Malaysia, di
antaranya pertama kali dibentang pada Lokakarya Pemuda DMDI Sumatera Barat 2006, Ahad 17
Desember 2006 di Pangeran’s Beach Hotel Padang.

H. Mas’oed Abidin 1
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

satu bersendikan yang lainnya. Dan dalam hidup mengamalkan “kokgadang indak

malendo, kok cadiek indak manjua, tibo di kaba baik baimbauan, tibo di kaba buruak

ba hambauan”.

Alangkah indahnya masyarakat yang hidup dalam rahmat kekeluargaan dan

kekerabatan, dengan benteng aqidah yang kuat. Berusaha baik di dunia fana dan

membawa amal shaleh kealam baqa.

Lebuh nan ramai terbentang panjang. Tepian mandi terberai (terserak dan

terdapat) di mana-mana. Gelanggang muda-mudi tempat sang juara yang punya

keahlian berlomba prestasi, menguji ketangkasan secara sportif, berdasar pada adat

main “kalah menang” (rules of game). Masyarakatnya hidup aman dan makmur,

dengan anugerah alam dan minat seni yang indah. Begitu salah satu bentuk

masyarakat beradat masa doeloe.

“Rumah gadang basandi batu, atok ijuak dindiang ba ukie, cando bintangnyo
bakilatan, tunggak gaharu lantai candano, taralinyo gadiang balariak, bubungan burak
katabang, paran gambaran ula ngiang, bagaluik rupo ukie Cino, batatah dengan aie
ameh, salo manyalo aie perak, tuturan kuro bajuntai, anjuang batingkek ba alun-alun,
paranginan puti di sinan. …. Rumah gedang bersandi batu, atap ijuk dinding berukir,
bagai bintang berkilauan. Tunggak gaharu lantai Cendana, teralinya gading berlarik,
bubungan atap burak kan terbang, paran gambaran ular Ngiang, bergelut rupa ukiran
Cina, bertatah dengan air emas, sela menyela air perak, tuturan atap kura berjuntai,
anjungan bertingkat alun beralun, peranginan puan putrid di sanan….. Seni rancang
yang elok.
Lumbuang baririk di halaman, rangkiang tujuah sa jaja, sabuah si Bayau-
bayau, panenggang anak dagang lalu, sabuah si Tinjau Lauik, panengggang anak korong
kampuang, birawari lumbuang nan banyak, makanan anak kamanakan”.Lumbung
berleret di halaman,Rangkiang tujuh sejajar, sebuah si Bayau-bayau, penenggang
anak dagang lalu, sebauh lagi Si Tinjau laut, penenggang anak korong kampong,
birawati lumbung nan banyak, makanan anak kemenakan”…. Tanda kemakmuran
tumbuh menjadi.

Artinya, ada perpaduan ilmu rancang, seni ukir, budaya, material, mutu, kemakmuran
dan keyakinan agama. Menjadi dasar rancang bangun berkualitas. Punya asas social,
cita-cita keperibadian. Masyarakat tumbuh dengan idea ekonomi yang tidak
mementingkan nafsi-nafsi, tapi memperhatikan pula musafir, anak dagang lalu. Dan
pula, anak kemenakan di korong kampung, “nan elok di pakai, nan buruak di buang,

H. Mas’oed Abidin 2
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

usang-usang di pabaharui, lapuak-lapuak di kajangi”, maknanya sangat selektif dan


moderat. Yang baik di pakai, yang buruk di buang jauh, yang usang diperbaharui.

Nilai-nilai budaya ini mesti ditanamkan kembali dalam satu gerakan besar re-
planting values yang menjadikan jiwa maju dengan akal fakir sehat dan ruh hidup
dengan hati dan emosi terkendali pada raso jo pareso.

َ َّ‫إِال‬
‫رواه الضياء عن أنس‬ ُ‫شانَه‬ ‫في َش ْي ٍء إِالَّ زَانَهُ َوالَ نُ ِز َع ِم ْن َش ْي ٍء‬
ِ ‫ق‬ُ ‫َما َكانَ ال ِّر ْف‬
Lemah lembut dalam sesuatu (urusan) menyebabkan indahnya dan kalau dia
dicabut dari sesuatu, niscaya akan memburukkannya. (Diriwayatkan oleh Dhia dari
Anas)

Nilai budaya luhur ini mesti di turunkan (transformasi) kedalam kehidupan


nyata jadi pengamalan keseharian generasi dunia Melayu dan Minangkabau.
Kitabullah yakni Alquran “mengeluarkan manusia dari sisi gelap kealam terang
cahaya (nur)”1 dengan aqidah tauhid. Di dalam masyarakat Melayu dan Minangkabau
hidup menjadi beradab (madani) dengan spirit KEBERSAMAAN (sa-ciok bak ayam sa-
danciang bak basi), sesuai pepatah “Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai
kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito ”, diperkuat
dengan KETERPADUAN (barek sa-pikua ringan sa-jinjiang), dan “Adat hiduik tolong
manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang
ma-nyalang”2, dengan menjaga tangga MUSYAWARAH (bulek aie dek pambuluah, bulek
kato dek mupakat), dalam kerangka “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-
anjak, Barubah ba-sapo” dan menjadi pengikat spirit adalah SIKAP CINTA AKAN

NEGERI, di rekat oleh pengalaman sejarah , melahirkan pemikiran konstruktif (amar


3

makruf) dan meninggalkan pemikiran destruktif (nahyun 'anil munkar) melalui


pembentukan tata cara hidup yang diajarkan syarak (agama Islam), yakni mandiri
dengan self help, membantu dengan ikhlas karena Allah SWT (selfless help), dan
saling bekerjasama membantu satu sama lain (mutual help), menjadi alas dasar
membentuk masyarakat MADANI YANG MANDIRI dalam bimbingan AGAMA ISLAM
(syarak).

Tanggung jawab masyarakat adat menjaga ketaatan memelihara keteraturan


sebagai ciri utama masyarakat bersyukur, menurut aturan dan undang-undang.

“Nan babarih babalabeh, nan ba-ukua nan ba jangko,


Mamahek manuju barih, Tantang bana lubang katabuak.
Tantang rasuak manjariau, Tantang lahe latak atok,
Manabang manuju pangka, Malantiang manuju tangkai,
Tantang bana buah ka rareh. Kok manggayuang iyo bana putuih,

H. Mas’oed Abidin 3
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

Kok ma-umban iyo bana rareh.”

Artinya, sudah menurut baris dan belebas, menurut aturan yang berlaku, yang

berukur berjangka, memahat menuju baris, setentang rasuak menjeriau, setentang

lahe letak atap, menebang menuju pangkal, melanting menuju tangkai, bila

mencencang benar-benar putus, bila mengumban benar jatuh. Setiap pekerjaan mesti

sesuai dengan aturan dan tidak boleh ada bengkalai.

Dengan mendalami ilmu, lahirlah rasa takwa kepada Allah dan menjauhi rasa

takabbur, kufur dan bangga diri dengan merendahkan orang lain. Yang merasakan

lazatnya iman adalah orang yang redha terhadap Allah sebagai Tuhannya, dan redha

terhadap Islam sebagai agamanya dan redha terhadap Muhammad sebagai Rasul.4

MENYIKAPI PERUBAHAN ZAMAN

erubahan zaman hanya satu keniscayaan belaka. “inna al-zamaan

P
qad istadara“. Zaman senantiasa berubah, musim selalu berganti.
Perubahan dalam arus kesejagatan, tidak dapat dibendung membawa
riak infiltrasi kebudayaan luar yang dapat mengguyahkan pagar-pagar budaya
anak nagari, yang kurang kuat tertanam pada akar nilai-nilai adat leluhurnya.
Ada gejala memisah hidup serba kebendaan dengan hari esok – kehidupan
akhirat –. Padahal, keyakinan pada hari akhir menjadi penguat pagar norma adat
di dunia Melayu dan Minangkabau. Seperti tertera dalam fatwa adat “ingek-ingek
nan ka pai, agak-agak nan ka tingga, ingek sabalun kanai, kulimek sabalun abih, dari
awa akie mambayang”. Akibat nyata dari hilangnya kepercayaan kepada hari esok
itu, berkecambah pula paham sekularistik yang menjadikan rapuhnya olah rasa
anak nagari. Pergeseran ini berdampak kepada perkembangan norma dan adat
istiadat di nagari. Perilaku berebut prestise berbalut materi lebih diminati daripada
menampilkan prestasi yang dinikmati orang banyak. Akibat lebih jauh idealisme
kebudayaan Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Nilai-nilai kebersamaan
(kolektifiteit) menjadi sangat tipis. Kekerabatan dalam budaya dan adat Minangkabau
dirasakan mulai terancam.

H. Mas’oed Abidin 4
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

َ‫عقُوْلَهُمْ حَتَّى يَنْفُذَ فِيْهِمْ قَضَ 'اؤُهُ و‬


ُ ِ‫إِذَا أَرَادَ اهللُ إِنْفَاذَ قَضَائِهِ وَ قَدَرِهِ سَلَبَ ذَوِي العُقُوْل‬
 ‫رواه الديلمى عن أنس‬ ُ‫' أَمْرَهُ رَدَّ عُقُوْلَهُمْ وَ وَقَعَتِ النَّدَامَة‬
‫ فَإِذَا قَضَى‬.ُ‫قَدَرُه‬
Apabila Allah hendak melaksanakan putusan atau hukuman-NYA, dicabut akal orang
yang mempunyai akal sampai terlaksana ketentuanNya itu. Setelah hukuman itu selesai
akal mereka dikembalikan dan timbullah penyesalan. (Diriwayatkan oleh Dailami dari
Anas)

Generasi muda mesti memiliki pemahaman luas dengan tasawwur (world


view). Secara jujur, kita harus mengakui bahwa adat resam tidak mungkin lenyap.
Manakala orang Melayu dan Minangkabau memahami dan mengamalkan fatwa
adatnya.

“Kayu pulai di Koto alam, batangnyo sandi ba sandi,


Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”

Secara alamiah (natuurwet) adat akan selalu ada. Patah akan tumbuh
(maknanya hidup dan dinamis) mengikuti perputaran masa yang tidak mengenal
kosong, sesuai alam takambang jadi guru. Menangkap perubahan yang terjadi lebih
komprehensif dengan kaedah, “sakali aie gadang, sakali tapian baralieh, sakali tahun
baganti, sakali musim bakisa”. Perubahan tidak mesti mengganti sifat adat resam.
Penampilan di alam nyata mengikut zaman dan waktu. Alam dipakai usang sedangkan
adat dipakai tetap baru. Perilaku beradat di tuntun kearifan lokal menggambarkan
bahwa “kalau di balun sabalun kuku, kalau dikambang saleba alam, walau sagadang
biji labu, bumi jo langit ado di dalam”. Keistimewaan adat resam ada pada falsafah
mencakup isi yang luas. Ibarat bijo tampang manakala di tanam, di pelihara tumbuh
dengan baik. Bagian-bagiannya (urat, batang, kulit, ranting, dahan, pucuk, buah) akan
melahirkan bijo-bijo baru (regenerasi) sesuai bibit yang menjadi satu kesatuan ketika
terletak pada tempat dan waktu yang tepat.

Perputaran harmonis dalam “patah tumbuh hilang berganti”, menjadi


sempurna dalam “adat di pakai baru, kain dipakai usang”. Maknanya adat resam tidak
mesti mengalah kepada yang tidak sejalan. Adat resam yang kuat, dapat menyaring
apa yang tengah berlalu. Umumnya yang datang akan menyesuaikan pada adat resam
yang ada. Adat resam adalah aturan satu suku bangsa. Jadi pagar keluhuran tata nilai
yang dipusakai. Setiap anak bangsa dalam satu rumpun budaya punya
tanggungjawab kuat menjaga adat resamnya. Secara turun temurun, sambung
bersambung, setiap diri dan kelompok masyarakat adat akan menjadi pengawal bagi
lahirnya generasi mendatang dalam tata adat istiadatnya.

H. Mas’oed Abidin 5
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

Generasi Melayu mesti mengamalkan saling menghormati adanya perbedaan,


dan saling menghargai. Mengutamakan hidup seimbang. Sadar luasnya bumi Allah.
Rajin mencari dengan modal tulang lapan karek, artinya berusaha mandiri. Selalu
bertawakkal kepada Allah SWT. Tidak boros serta sadar akan ruang dan waktu, dima
bumi di pijak, di situ langik di jujuang, di sinan adaik ba pakai.

Generasi Minang/Melayu mesti berbudi luhur – ber-akhlaq al karimah –

dalam bertindak dan berbuat. Meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, dengan

beriman dan bersilaturahim (interaksi). Kaedah syarak Islami memberi motivasi dan

mendorong mobiltas horizontal (hablum min an-naas) dan mobilitas vertical (hablum

min Allah).

Di Minangkabau dalam rentang sejarah masa lalu mendorong kepada beramal

inovatif sarat dinamika dan kreativitas. Adalah satu kenyataan belaka, bila anak

nagari yang di rantau tersebar diseluruh belahan dunia. Jumlahnya lebih banyak dari

yang di kampong halaman. Di wilayah Jadebotabek saja lebih kurang mencapai 4,3

juta jiwa. Dan para perantau Minang tersebar dimana-mana. Budaya merantau adalah

kekuatan budaya yang potensial, bila dapat digali menjadi kekuatan riil. Kaedah

hidup di Ranah Minang mengisyaratkan;

”Handak kayo badikik-dikik,


Handak tuah batabua urai,
Handak mulia tapek-i janji,
Handak luruih rantangkan tali,
Handak buliah kuat mancari,
Handak namo tinggakan jaso,
Handak pandai rajin balaja.”

Artinya, Hendak kaya berdikit-dikit (berhemat), hendak tuah bertabur urai, hendak

mulia tepati janji, hendak lurus rentangkan tali, hendak beroleh (mempunyai sesuatu

kekayaan) kuat mencari, hendak nama tinggalkan jasa, hendak pandai rajin belajar).

H. Mas’oed Abidin 6
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

Dari nilai adat basandi syarak tampak perlu ada cermat dan teguh hati

pada sebarang langkah dan perbuatan, Di hawai sa habih raso, Di karuak sa habih

gauang, artinya diperiksa sehabis rasa, di jangkau sehabis gaung, untuk menghindari

adanya penyesalan. Berpikir sebelum bertindak. Disana terletak kedewasaan

memimpin satu keluarga, ataupun negeri. Mancancang ba landasan, Ma lompek ba

situmpu ( = mencencang berlandasan, melompat bersitumpu). Artinya setiap langkah

mesti mempunyai alasan yang tepat, jelas dan dapat di pertanggung jawabkan.

Seorang tidak boleh bertindak semena-mena. Setiap keputusan yang diambil,

untuk kepentingan semua. Asas falsafah adat Minangkabau adalah sehina

semalu. Dasar adat itu bersama. Cara berusaha adalah bersama. Tujuan di raih

adalah bersama.

Dalam kondisi kritis sekalipun, generasi muda Melayu dan Minangkabau di


Sumatra Barat selalu awas dan hati-hati. Berkata dan berbuat sangat hati2, sesuai
fatwa ciri menyebutkan,

“Bakato sapatah dipikiri,


Bajalan salangkah maliek suruik,
Mulik tadorong ameh timbangannyo,
Kaki tataruang inai padahannya,
Urang pandorong gadang kanai,
Urang pandareh ilang aka.”

Menghadapi cabaran kesejagatan dalam tata pergaualan dunia, generasi

Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah mesti

memiliki sikap istiqamah (konsistensi) yang dalam fatwa adat disebutkan,

“Alang tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat,


Alang alim rusak agamo, Alang sapaham kacau nagari.
Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai,
Hiduik jan mangapalang, Kok tak kajo barani pakai.

H. Mas’oed Abidin 7
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

Baburu kapadang data, Dapeklah ruso balang kaki,


Baguru kapalang aja, Bak bungo kambang tak jadi”.

Peran utama adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (ABS-SBK) tampak

dalam membentuk karakter (character building) anak nagari. Tentu saja melalui jalur

pendidikan. Generasi Muda yang terdidik (el-fataa) wajib menjaga semangat

persaudaraan (ruh al ukhuwwah) yang kuat. Persaudaraan tidak dapat di raih dengan

meniadakan hak-hak individu orang banyak.5 Generasi muda Melayu mesti meniru

kehidupan lebah, yang kuat persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan

baik, terbang bersama membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati

oleh lingkungannya.

KONSEP TATA RUANG YANG JELAS

agari di Minangkabau berada di dalam konsep tata ruang yang

N jelas. Basasok bajarami, Balabuah batapian, Barumah batanggo,

Bakorong bakampuang, Basawah baladang, Babalai bamusajik,

Bapandam bapakuburan.

Surau adalah pusat pembinaan kecerdasan anak nagari perlu dipelihara.


Dinamika kehidupan hanya dapat dibangun dengan budi akal yang jernih serta budi
pekerti yang luhur. Umat Islam Dunia Melayu yang hendak bersanding di tengah
perubahan wajib peka, mempunyai sense of belonging terhadap harakah Islamiyah.
Penguatan masyarakat mandiri yang madani di Dunia Melayu hanyalah dengan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya ini tidak boleh dilalaikan.

Alangkah indahnya masyarakat adat, jika padi manjadi, jaguang maupiah,


menara masjid menjulang keangkasa, “musajik tampek ba ibadah, tampek ba lapa ba
makna, tampek baraja Alquran 30 juz, tampek mangaji salah jo batal”, balai
permusyawaratan terpancang kokoh di bumi, (balairung atau balai adat) tempat
musyawarat dan menetapkan hukum dan aturan “balairuang tampek manghukum, ba
aie janiah ba sayak landai, aie janieh ikannyo jinak, hukum adil katonyo bana, dandam

H. Mas’oed Abidin 8
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

agieh kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”, jenjang musyawarat terpelihara
dengan baik. Ketepatan bertindak adalah warisan masyarakat berbudaya, maju,
mengutamakan ilmu pengetahuan, dan toleran dalam pergaulan.

“Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang


kayu dalam tungku, Di sinan api mangko hiduik”.

َ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َع‬
‫ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬R‫ارفُوا‬

‫هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-
bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49,
al Hujurat : 13).
Apabila anak nagari di biarkan terlena dengan apa yang dibuat orang lain,
dan lupa membenah diri dan kekuatan ijtima’i (kebersamaan), tentulah umat akan di
jadikan jarum kelindan oleh orang lain di dalam satu pertarungan kesejagatan. Fatwa
Adat menyebutkan,

“Pariangan manjadi tampuak tangkai,


Pagarruyuang pusek Tanah Data,
Tigo Luhak rang mangatokan.
Adat jo syarak jiko bacarai,
bakeh bagantuang nan lah sakah,
tampek bapijak nan lah taban”.

Apabila kedua sarana adat dan syara’ ini berperan sempurna, maka dunia
keliling akan hidup masyarakat berakhlaq perangai terpuji dan mulia.

“Tasindorong jajak manurun,


tatukiak jajak mandaki,
adaik jo syarak kok tasusun,
bumi sanang padi manjadi”.

Kekuatan tamaddun dan tadhamun Islami menjadi rujukan pemikiran. Pola


tindakan masyarakat berbudaya terbimbing dengan sikap tauhid (aqidah kokoh).
Kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten. Keikhlasan (motivasi amal ikhtiar),
tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah. Menjadi ciri utama
(sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata, yang memiliki relevansi diperlukan
setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan. Suatu individu
atau kelompok masyarakat yang kehilangan pegangan hidup (aqidah dan adat istiadat),

H. Mas’oed Abidin 9
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

walau secara lahiriyah kaya materi, akan menjadi miskin mental spiritual, dan
ujungnya terperosok kedalam tingkah laku yang menghancurkan nilai fithrah itu.

Konsep tata-ruang adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat berharga
di nagari dan bukti idealisme nilai budaya Melayu dan Minangkabau, termasuk di
dalam mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah ulayat.

“Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu,


Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak”.

Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur. Pendukung sistim
banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari ninikmamak, alim
ulama, cerdik pandai, urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda, yang dijuluki
dengan nan capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo). Dukungan
masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan menjadi penggerak utama
mewujudkan tatanan sistim di nagari.

Hakekatnya, anak nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan nagarinya.


Konsep ini mesti tumbuh dari akar nagari itu sendiri.

“Lah masak padi 'rang Singkarak,


masaknyo batangkai-tangkai,
satangkai jarang nan mudo,
Kabek sabalik buhul sintak,
Jaranglah urang nan ma-ungkai,
Tibo nan punyo rarak sajo”,

Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya. Hal ini perlu dipahami,
supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan dedak”.

Tantangan Generasi Melayu dan Minangkabau


eiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan

S berkualitas (quality education) guna memproduk SDM handal


melalui olah pikir (intellectual quotient tinggi sebagai basis knowledge),
olah raga (tangguh, kuat, sehat fisik dan mental), olah hati (dengan iman

H. Mas’oed Abidin 10
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

yang benar sebagai basis dari emosional dan spiritual quotient), serta olah rasa yakni
kearifan dan keseimbangan dari raso dibao naik dan pareso di bao turun salah satu
akar budaya Minangkabau atau cultural based. Hal ini penting guna menciptakan
duduak samo randah tagak samo tinggi dalam tata pergaulan masyarakat majemuk dan
maju. Antara rumah tangga (rumah gadang kaum) dengan lingkungan surau,
balai adat, pagar kampung dan nagari semestinya memiliki jalinan kuat dalam
satu ikatan saling menguntungkan (symbiotic relationship) membina anak
nagari. Senyatanya inilah kekuatan lain untuk menyusun masyarakat Melayu
yang Islami itu.

Generasi Muda Melayu sebenarnya adalah generasi pelanjut. Teguh prinsip


dalam paradigma akhlaqul karimah untuk meraih selamat. Kehidupan terbimbing
dengan sikap tauhid (aqidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa), konsisten, ikhlas
(motivasi amal ikhtiar), tawakkal (penyerahan diri secara bulat kepada kekuasaan
Allah). Tantangan besar hari ini adalah menata ulang masyarakat (replanting values)
dengan nilai berketuhanan dan berbudaya dalam satu mata rantai tadhamun al Islami
ketengah peradaban manusia. Adat bersendi syarak merancang perilaku bersendi
Kitabullah (wahyu Alqurani), bila mampu di implementasikan dalam kehidupan
nyata anak nagari, akan menjadi antitesis terhadap degradasi moral westernisasi.

Etika religi dimulai dari mengucap salam, menyebar senyum, jenguk

menjenguk, bertakziyah kala kemalangan, memberi dan mengagih pertolongan,

melapangi jika kondisi memungkinkan, walau hanya memberi sepotong doa dengan

ikhlas sesama tetangga. Menolak bencana dengan melakukan amal baik karena Allah

semata. Dzikrullah melahirkan pemikiran bersih, jernih dan diterima oleh semua pihak.

Setiap pemikiran jernih selalu disimak, di ikuti dan di telaah oleh yang setuju maupun

yang berseberangan. Di dalamnya ada hikmah. Inilah keuntungan utama melakukan

amar ma’ruf nahi munkar.

ُ‫َص''لَة‬
ِ ‫ و‬،ِّ‫ وَ الصَّدَقَةُ خَفِيًّا تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّب‬،ِ‫صَنَائِعُ المَعْرُوْفِ تَقِى مَصَارِعَ السُّوْء‬
'
ِ‫'رُوْف‬
'ْ‫ هُمْ أَهْلُ المَع‬،‫ وَ كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَ أَهْلُ المَعْرُوْفِ فيِ الدُّنْيَا‬،َ‫الرَّحِمِ تَزِيْدُ العُمْر‬

H. Mas’oed Abidin 11
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

َ‫ وَ أَوَّلُ مَنْ يَ''دْخُلُ الجَنَّة‬،ِ‫ هُمْ أَهْلُ المُنْكَرِ فيِ اآلخِرَة‬،‫ وَ أَهْلُ المُنْكَرِ فيِ الدُّنْيَا‬،ِ‫فيِ اآلخِرَة‬
 ‫رواه الطبراني عن أم سلمة‬ ِ‫أَهْلُ المَعْرُوْف‬
Perbuatan baik itu menjaga dari serangan bahaya, sedekah dengan sembunyi
memadami marah Tuhan, memperhubungkan silaturahmi menambah umur dan setiap
perbuatan baik itu sedekah. Orang yang mengerjakan perbuatan baik di dunia, mereka
juga orang yang mengerjakan perbuatan baik di akhirat, sedang orang yang memperbuat
kesalahan di dunia, mereka juga orang yang memperbuat kesalahan di akhirat. Orang
yang dahulu masuk surga ialah orang yang berbuat baik. (Diriwayatkan oleh Thabrani
dari Ummu Salamah)

Perlu di yakinkan bahwa di tengah pergumulan hidup ada sunnatullah.


Alam takambang jadi guru. Dalam prilaku social masyarakat Melayu dan
Minang yang hidup di dalam tuntunan ABSSBK akan menjadi lebih kuat,
berkecerdasan tinggi, menjadi umat utama (khaira ummah) dengan moralitas
hidup berbangsa. Cinta persaudaraan dan persatuan (ukhuwah), tidak
merendahkan satu golongan. Tidak hendak mencari kesalahan merusak diri dan
kehormatan. Teguh menciptakan ishlah perbaikan. Menegakkan keadilan taat
hokum. Semuanya itu kekuatan besar merebut kejayaan.6

Akhlaq mulia modal utama menapak alaf baru. Manakala nilai moral ini
sudah pupus dari etnis Melayu dan Minang, pasti bangsa ini akan jadi manusia
modern yang biadab. Suatu individu atau kelompok yang kehilangan pegangan hidup,
akan bertukar nilai kehidupan dengan sikap acuh, lucah, sadis dan hedonistic. Amat
tragis, kalau generasi yang kehilangan pegangan hidup itu adalah kelompok etnis
Melayu dan Minangkabau yang terkenal adatnya basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah yang disebut muslim pula.

Sekarang, diakui daya saing generasi muda Minang Melayu makin


melemah, mutu pendidikan kurang memadai, bekal keterampilan sangat
sedikit, pengamalan agama dan syari’at kurang kompetitif. Sikap
entrepreneurship tidak berkembang. Hubungan emosional-kultural generasi
muda rantau dan ranah makin tipis. Hal itu disebabkan nilai-nilai positif adat
resam kurang di sosialisasikan. Daya tarik kampung halaman kurang
diperkenalkan kepada generasi muda. Pendidikan adat resam dan budaya
Melayu dan Minang tidak intensif.

H. Mas’oed Abidin 12
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

Arif akan adanya perubahan-perubahan dengan pandai mengendalikan


diri, agar jangan melewati batas. “Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-
aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang,
putuih–putuih, Lah salasai mangko sudah”. Pemahaman syarak menekankan
kehidupan dinamis. Mempunyai martabat (izzah diri). Bekerja sepenuh hati,
menggerakkan semua potensi, tidak lalai tidak enggan. Tidak berhenti sebelum
sampai. Tidak berakhir sebelum sudah. Nilai dinul Islam melahirkan masyarakat
proaktif menghadapi perubahan sebagai suatu realitas. Pengamalan syari’at Islam
mendorong umatnya melakukan perbaikan kearah peningkatan mutu dengan basis
ilmu pengetahuan (knowledge base society), basis budaya (culture base sociaty) dan
agama (religious base society).

Dalam kehidupan masyarakat Melayu/Minang sangat diminati hidup maju


beradat. Mengamalkan agama (syarak) dengan landasan Kitabullah. Luas pemahaman
(tashawwur) mengenal alam keliling. “Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang
lintabuang, Satitiak jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan
guru”7, sehingga masyarakatnya mandiri menjaga rakyat (suku), ulayat (pusako) dan
pemerintahan (sako).

Mengimplementasikan adat dan syarak dalam kehidupan nyata mesti


digerakkan sungguh-sungguh. Dimulai dari menggali potensi dan asset nagari
yang terdiri dari budaya, harta, manusia, dan anutan anak nagari. Dimulai
memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat nagari.
Menyadarkan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing, yakni
budaya taqwa dengan perbuatan yang benar. Kemudian observasinya
dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan , daya
ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan. Upaya ini akan berhasil
dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri.

Manusia tanpa agama sama saja dengan makhluk yang bukan manusia.
Tatanan adab pergaulan selalu di ikat dengan hubungan kasih (mahabbah) dengan
Khalik Maha Pencipta, yang disebut dengan ibadah. Tuntunan akhlaq dan ibadah
mewarnai perilaku pada seluruh tingkat pelaksanaan hubungan kehidupan.

Generasi muda masa kini mesti memiliki ilmu, berasaskan ajaran Islam yang jelas,
dalam kata adat disebutkan,
“Iman nan tak buliah ratak,

H. Mas’oed Abidin 13
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

kamudi nan tak buliah patah,


padoman indak buliah tagelek,
haluan nan tak buliah barubah”.

KHULASAH

G
enerasi Muda yang sedang bergelut dengan cabaran kontemporer dapat

melakukan berapa agenda kerja secara bersama-sama ;

1. Mengokohkan pegangan Generasi Muda dengan keyakinan dasar


Agama (syara’), suatu cara hidup yang komprehensif. Memperbanyak program
memahami ajaran agama di dalam meningkatkan hubungan antar umat.
Menggali sejarah kejayaan masa silam. Menanam semangat kepahlawanan
membangun diri dan kampong halaman. Menyebarluaskan bahaya sekularis,
materialisme, individualisme jahiliyah yang sangat merugikan budaya bangsa.

2. Memperbanyakkan program mengasuh dan mendidik generasi baru agar


tidak dapat dimusnahkan oleh budaya lucah dan porno. Menggandakan
usaha melahirkan penulis muda dalam berbagai lapangan media dengan
basis etika religi..

3. Meningkatkan keselarasan dan kematangan dengan upaya bersama sesuai


tuntutan syarak mangato adaik mamakai. Menjalin kekuatan bersama untuk
menghambat gerakan yang merusak adat resam Melayu dan Minangkabau.
Memastikan generasi muda terarah menjadi pemimpin umat dan negara
dengan sikap bertaqwa, berakhlak dan bersih dari penyalahgunaan
kekuasaan untuk kepentingan diri dan kelompok.

4. Meningkatkan program melahirkan generasi muda yang penyayang satu


sama lain dan menata kehidupan yang beradab sopan sesuai adat basandi
syarak syarak basandi Kitabullah.

Wassalamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa barakatuh,

Padang, 17 Desember 2006 M

Daftar Pustaka
1. Al Quranul Karim,
2. Al-Ghazali, Majmu’ Al-Rasail, Beirut, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1986,
3. Al-Falimbangi, ‘Abd al-Samad, Siyarus-Salikin,
4. Ibn ‘Ajibah, Iqaz al-Himam,

H. Mas’oed Abidin 14
Memahami Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam Perilaku Generasi Muda

5. Lu’Lu’wa al-Marjan, hadist-hadis riwayat Bukhari, Muslim, Tarmizi dan Nasa^i.


6. Sa’id Hawa, Tarbiyatuna Al-Ruhiyah,
7. Sahih al-Bukhari, Kitab al-Da’awat,
8. Sorokin, Pitirim, “The Basic Trends of Our Time”, New Haven, College & University
Press, 1964, hal.17-18.

H. Mas’oed Abidin 15
1
Catatan Kaki
Lihat QS.14, Ibrahim : 1.
2
Basalang tenggang, artinya saling meringankan dengan dukungan terhadap kehidupan dan “Karajo baiak ba-imbau-
an, Karajo buruak bahambau-an”.
3
Bukti kecintaan kenagari ini banyak dalam ungkapan hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari awak,
tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
4
Hadith riwayat Muslim dan Tarmizi.
5
Pepatah Arab menyebutkan, ‫ كساع الى الهيجا بغير سالح‬-‫اخاك اخاك ان من ال اخا له‬
6
Lihat QS.49, al Hujarat : 7-13.
7
Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Di dalamnya terkandung faedah kekuatan, dan khasiat yang diperlukan
untuk mempertinggi mutu hidup jasmani manusia dengan bekerja membanting tulang dan memeras otak untuk
mengambil sebanyak faedah dari alam dengan menikmati sambil mensyukurinya dan beribadah kepada Ilahi Yang
Maha Kuasa.

H. MAS’OED ABIDIN
bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo

LAHIR TANGGAL : 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi,


JABATAN : Ketua Umum Badan Amil Zakat (BAZ) Provinsi Sumbar, Wakil Ketua Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) Sumbar di Padang, Wk. Ketua Dewan Penasehat MUI
Sumbar.
ALAMAT : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),
Tel : 0751-7052898, Fax/Tel: 0751-7058401.

Buku yang sudah diterbitkan ;


1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2001.
4. Suluah Bendang, Berdakwah di tengah tatanan Adat basandi syarak, Syarak Basandi Kitabullah di
Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2002.
5. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2002.
6. Surau Kito, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
7. Silabus Surau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
8. Adat jo Syarak di Minangkabau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
9. Implementasi ABS-SBK, PPIM Sumbar, Padang – 2004.

Mailing list : http://www.masoedabidin@ yahoogroups.com.


Mail to : masoedabidin@ yahoo.com.
masoedabidin@ hotmail.com

Anda mungkin juga menyukai