| 1
Sosietas 10 (2) (2020) 878-886
© 2020 Sosietas
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 878
Dalam kebudayaan Minangkabau yang Kota Solok sehingga apa yang menyebabkan
seperti kita ketahui adanya menganut sistem terjadinya transformasi nilai matrilineal pada
kekerabatan matrilineal yaitu garis ke- tradisi bararak bako dalam perkawinan
turunan ibu. Kebudayaan Minangkabau ada- masyarakat Kota Solok, serta nilai-nilai yang
lah satu kebudayaan yang masih menganut bagaimana ingin dimunculkan melalui tradisi
sis-tem kekerabatan yang berdasarkan pada bararak bako dalam perkawinan masyarakat
asas matrilineal hingga saat ini. Kebudayaan Kota Solok. Berdasarkan penjelasan tersebut,
Minangkabau adalah suatu bentuk ke- maka penulis merasa tertarik untuk
budayaan yang strukturnya unik. Apabila ke- melakukan penelitian dengan judul: “Trans-
banyakan kebudayaan menganut sistem pat- formasi Nilai Matrilineal pada Tradisi Bararak
rilineal dalam kekerabatannya, maka ke- Bako dalam Perkawinan Masyarakat Kota So-
budayaan Minangkabau menganut sistem lok”.
matrilineal. Nenek moyang orang Minang su- 2. STUDI LITERATUR
dah berketetapan hati untuk menghitung
garis keturunannya berdasarkan garis ke- 2.1 Kearifan Lokal
turunan ibu. Sistem kekerabatan itu sulit Kearifan lokal dapat dimaknai sebagai
dibantah kare-na sistem ini merupakan dalil segala bentuk kebijakan yang didasari oleh
yang sudah hidup, tumbuh dan berkem-bang nilai-nilai kebajikan yang dipercaya, diterap-
di Minangkabau. Matrilineal merupakan sa- kan dan senantiasa dijaga keberlansun-
lah satu aspek dalam menentukan dan gannya dalam kurun waktu yang cukup lama
mendefinisikan identitas masyarakat (secara turun-temurun) oleh sekelompok
Minang. Kaum perempuan di Minangkabau orang dalam lingkungan atau wilayah ter-
memiliki kedudukan yang istimewa. Adat dan tentu yang menjadi tempat tinggal mereka
budaya di Minangkabau menempatkan pihak dalam wujud pola pikir masyarakat, perasaan
perempuan bertindak sebagai pewaris harta mendalam terhadap tenah kelahiran, filosofi
pusaka dan kekerabatan. kehidupan masyarakat tertentu yang men-
Sistem kekerabatan patrilineal berarti darah daging dan tetap lekat meski telah
mengikuti garis keturunan yang ditarik dari lama hidup di perantauan, dan keinginan be-
pihak ayah. Penganut adat patrilineal di Indo- sar untuk tetap menjalankan adat/tradisi
nesia antara lain adalah Suku Batak, suku re- yang telah lama diikuti secara turun
jang dan Suku Gayo, dari luar sendiri ada temurun.
Bangsa Arab yang menganut sistem patrilin- Kearifan lokal sering juga disebut sebagai
eal ini. Sehingga dalam sisitem kekerabatan kebijakan setempat (local wisdom), penge-
patrilineal ini kaum laki-laki dianggap lebih tahuan setempat (local knowledge) atau
berkuasa dalam hal apapun dan lebih dipent- kecerdasan setempat (local genius). Menurut
ingkan. Namun berbalik jika dibandingkan Permana (2010, hlm. 8) “kearifan lokal dapat
dengan Minangkabau yang mana kaum per- diartikan sebagai pandangan hidup dan
empuan lebih dipandang dan dihormati serta pengetahuan serta berbagai strategi ke-
diutamakan dalam segalanya. hidupan yang berwujud aktifitas yang dil-
Berdasarkan latar belakang tersebut akukan oleh masyarakat lokal dalam menja-
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian wab berbagai masalah dalam memenuhi
mengenai hal-hal apa saja yang melatar kebutuhan mereka”. Sistem pemenuhan
belakangi dilaksanakan tradisi bararak bako kebutuhan mereka meliputi seluruh aspek
dalam perkawinan masyarakat Kota Solok, kehidupan, agama, ilmu pengetahuan,
serta bagaimana proses pelaksanaan tradisi ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa
bararak bako dalam perkawinan masyarakat dan komunikasi, serta kesenian, dapat
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 880
berupa tradisi, petatah-petitih atau sem- sistensi budaya akan mengalami ketertingga-
boyan hidup. Sistem tersebut kemudian lan bahkan akan mengarah pada hilangnya
menjadi bagian dari cara hidup yang mereka budaya tersebut.
hadapi. Berkat kearifan lokal, mereka dapat Sementara itu keterkaitan antara budaya
melangsungkan kehidupannya bahkan dan masyarakat dapat dilihat sebagai suatu
berkembang secara berkelanjutan. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2.2 Kebudayaan dan Masyarakat Keduanya berjalan bersamaan sebagai satu
kesatuan utuh dari proses kehidupan
Menurut Supardan (2008, hlm. 201) “ke-
masyarakat. Kebudayaan adalah sistem
budayaan mengacu pada kumpulan penge-
norma dan nilai, sedangkan masyarakat ada-
tahuan yang secara sosial diwariskan dari
lah sekumpulan manusia yang secara relatif
satu generasi ke generasi berikutnya yang
mandiri, yang hidup bersama-sama cukup
kontras dengan makna sehari-hari yang
lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu,
hanya merujuk pada warisan sosial tertentu
memiliki kebudayaan yang sama, dan
yakni tradisi sopan santun dan kesenian”.
melakukan sebagian besar kegiatannya da-
Dari beberapa pendapat tersebut dapat
lam kelompok tersebut (Horton dan Hunt,
disimpulkan pengertian budaya atau ke-
1984, hlm 59). Masyarakat adalah suatu or-
budayaan merupakan keseluruhan kom-
ganisasi manusia yang saling berhubungan
pleksitas aktivitas masyarakat, yang dida-
satu sama lain dan kebudayaan adalah suatu
lamnya terkandung ilmu pengetahuan, ke-
sistem norma dan nilai yang terorganisasi
percayaan, hukum, adat istiadat, serta kebia-
dan menjadi pegangan bagi masyarakat ter-
saan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia
sebut.
sebagai anggota masyarakat.
2.3 Transformasi Nilai Sosial Budaya
Pada dasarnya budaya memiliki nilai, di
antaranya nilai kerja sama atau gotong Nilai berasal dari bahasa Inggris yaitu
royong. Hal ini sesuai dengan pendapat Ni- “value” dalam filsafat dipakai untuk menun-
ode (2007, hlm. 51) “pada dasarnya nilai-nilai jukkan kata benda abstrak yang artinya
budaya terdiri dari; nilai yang menentukan “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
identitas sesuatu, nilai ekonomi yang berupa (goodness), dan suatu tindakan kejiwaan ter-
utilitas atau kegunaan, nilai agama yang ber- tentu dalam menilai atau melakukan
bentuk kedudukan, nilai seni yang menjelas- penilaian. Nilai merupakan sifat-sifat atau
kan keekspresian, nilai kuasa atau politik, hal-hal yang penting atau berguna bagi ke-
nilai solidaritas yang menjelma dalam cinta, manusiaan (Depdikbud, 2007, hlm. 783). Se-
persahabatan, gotong-royong dan lain-lain”. buah nilai merupakan sebuah konsepsi, ek-
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disim- splisit atau implisit, yang khas milik
pulkan bahwa budaya memiliki nilai-nilai seseorang individu atau seuatu kelompok,
yang diwariskan secara turun temurun, dari tentang yang seharusnya diinginkan yang
satu generasi ke generasi yang lain dan dian- mempengaruhi pilihan yang tersdia dari ben-
tara nilai budaya tersebut adalah nilai soli- tuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tin-
daritas yang termanifestasikan dalam cinta, dakan. Menurut Mulyana (2011, hlm. 9),
persahabatan, dan gotong-royong. Dalam “nilai adalah keyakinan yang membuat
perkembangan budaya jika tidak mendapat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.
perhatian serius dari seluruh elemen Nilai dapat dijadikan sebagai patokan nor-
masyarakat maupun pemerintah, maka ek- matif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya diantara cara-cara
tindakan alternatif”. Sartini (2009, hlm. 30)
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 881
pada masyarakat Solok yang masih me- Orang-orang yang terlibat dalam tradisi
megang tradisi adat mereka, seperti ritual Arak Bako adalah pihak bako dari si anak
turun sawah, manyanda, mando’a, basi- daro. Pihak Bako ini meliputi induak bako pal-
kameh, tradisi mambantai kabau nan ing dekat, hingga yang agak jauh, bahkan bisa
gadang, dan tradisi arak bako. Salah satu juga hanya sebatas hubungan tetangga
tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat terdekat dari rumah si induak bako. Induak
Solok saat ini. bako terdekat maksudnya, kakak atau adik
kandung yang perempuan dari bapak/ayah si
Tradisi arak bako ini menjadi salah satu
anak daro, sedangkan yang agak jauh bisa be-
tradisi yang dilakukan dalam adat perkawi-
rasal dari istri para kakak atau adik kandung
nan orang Minangkabau terutama masyara-
dari ayah si anak daro. Para perempuan ter-
kat Solok. Tradisi ini dilakukan dalam prosesi
sebut diundang dan didaulat sebagai anggota
perkawinan tersebut, namun sebelum
rombongan yang menyertai pihak bako si
melakukannya banyak ritual dan proses yang
anak daro melakukan tradisi Arak Bako. Rom-
dilakukan hingga selesai, semua dilakukan
bongan Arak Bako ini berjalan kaki dengan
oleh bako tersebut. Tradisi ini sudah lama
membentuk barisan satu banjar ke belakang.
ada hingga saat ini, karena ini menjadi salah
satu tradisi menarik yang mana mengajak Di ranah Minang, Arak Bako merupakan ba-
gian tradisi dari upacara adat pra perkawinan
masyarakat ikut serta dalam melakukannya.
yang diselenggarakan oleh kerabat dari pihak
Tradisi adalah norma serta kebiasaan masa
ayah. Tradisi ini, mencerminkan sistem ke-
lalu yang turun temurun diakui, diamalkan, di
hidupan bergotong-royong yang secara turun
pelihara, dilestarika oleh suatu kelompok
temurun tetap dilestarikan oleh masyarakat
masyarakat, sehingga merupakan totalitas
Minangkabau.
yang tak terpisahkan dari pola kehidupan
mereka sehari-hari. Nilai adalah ide Tradisi Arak Bako dilaksanakan sejak dari
mengenai kehidupan yang dikehendaki. Nilai rumah induak bako hingga menuju rumah
merupakan standar orang menentukan baik orang tua si anak daro. Perarakan dilakukan
dan buruk, indah atau jelek. Norma adalah dengan cara berjalan kaki di pinggir jalan raya
harapan mengenai cara yang benar untuk dalam sebuah barisan berbanjar satu ke
merefleksasikan nilai-nilai dalam suatu ke- belakang. Posisi paling depan ditempati oleh
lompok. anak daro. Pada beberapa kasus, anak daro
bisa disertai dengan marapulai, jika dalam
2.5 Bararak Bako
perundingan sebelumnya, khususnya pada
Bararak bako adalah salah satu rangkaian pelaksanaan Mambuek Hari, telah dibahas
acara penting dalam prosesi perkawinan adat soal peminjaman marapulai untuk ikut dalam
Solok. Istilah Arak Bako terdiri dari dua kata, tradisi Arak Bako.
yaitu ”arak” dan ”bako”. Kata ”arak” dalam
3. METODE PENELITIAN
bahasa Minangkabau termasuk ke dalam
jenis kata kerja yang berarti ”bawa”. Kata Penelitian yang akan dilakukan oleh
”arak” ini jika ditambah dengan awalan ”ba” penulis menggunakan metode kualitatif.
akan membentuk sebuah kata ”bararak” Dalam penelitian ini penulis akan
yang berarti ”pawai”, ”parade”. Satu kata lagi mengumpulkan data dan menggambarkan
yaitu ”bako”. Kata ”bako” terkategori ke da- tentang transformasi nilai-nilai bararak bako
lam jenis kata benda. Bako berarti saudara dalam tradisi perkawinan masyarakat Solok
perempuan dari pihak ayah keluarga garis ibu yang mana antara pemerintah kota dan
dari pihak ayah. masyarakatnya bagaimana nilai dan upaya
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 883
yang akan dilakukan dalam menanggapi pihak bako ikut andil dalam perannya. Semua
tradisi ini. yang dilakukan anak pisang pun tak jauh dari
Penelitian ini menggunakan penjabaran pihak bako, walaupun dalam minang mengi-
metode dan langkah-langkah yang dilakukan kuti garis keturunan ibu, mamak yang paling
dengan menguraikan secara eksploratif bereperan tetapi dari bagian pihak ibu, se-
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. mentara dari pihak ayah bako lah yang paling
Peneliti memilih menggunakan metode ini berperan.
dengan pertimbangan bahwa kasus yang
Dalam tradisi ini, semua biaya ditanggung
diteliti merupakan kasus yang memerlukan
penggunaan pengamatan dan bukan oleh pihak bako, serta semua yang akan di-
menggunakan model pengangkaan, kedua persiapkan ialah pihak bako yang
dengan penelitian kualitatif lebih mudah melakukannya, pihak keluarga wanita hanya
apabila berhadapan dengan kenyataan, dan menyambut para rombong bararak dating
yang ketiga adalah adanya kedekatan dengan manjawek katidiang dengan
hubungan emosional antara peneliti dan menghidangkan segala makanan. Distu
responden sehingga akan menghasilkan berumbukan dan berkumpul lah para ninik
suatu data yang mendalam. mamak, bundo kanduang dan bako, dan
Penelitian ini menggunakan metode setelah semuanya siap bako akan pulang, na-
penelitian kualitatif dengan pendekatan mun setelah keesokan harinya pihak
studi kasus. Penggunaan metode ini dengan mempelai datang tuk tunduak ka rumah
alasan bahwa fokus dalam penelitian ini bako. Dalam setiap rangkaian yang dilakukan
adalah transformasi nilai-nilai bararak bako itu tidak lepas dari adat-istiadat yang sudah
dalam tradisi perkawinan masyarakat Kota terlaksana dari zaman nenek moyang dan ha-
Solok. Sementara, pendekatan studi kasus rus dilestarikan, maka dari itu Walikota Solok
bertujuan untuk menggambarkan kasus atau
mengadakan acara pawai budaya pada saat
suatu maslaha yang di daerah itu saja.
acara ulang tahun Kota Solok, gunanya untuk
4. HASIL DAN PEMBAHASAN memperlihatkan kepada daerah lain dan
4.1 Tradisi Bararak Bako masyarakat Solok bahwa suatu tradisi turun-
temurun itu harus dijaga dan dilestarikan.
Bararak Bako merupakan tradisi masyara-
kat Solok, yang mana dalam perkawinan itu Setiap daerah berbeda-beda adatnya, be-
ada namanya bararak. Bararak ini adalah gitu juga dengan Solok, yang mana Solok
pawai atau bera arakan keliling kampong, memiliki cirri khas tersendiri dari adat serta
bako itu sendiri merupakan keluarga ayah makanannya. Menurut pandangan daerah
atau saudara ayah yang perempuan. Bararak lain, Solok lebih kental dengan adat-istiadat,
bako merupakan ciri khas Kota Solok, setiap yang mana lebih mengutamakan adat dalam
ada pesta perkawinan acara ini yang paling hal apapun, termasuk dalam berbicara dan
ditunggu-tunggu masyarakat Solok. bertingkah laku. Karena bagi tokoh adat So-
lok itu memberikan pelajaran atau didikan
Bararak bako yang dilakukan oleh pihak
tentang adat-istiadat kepada anak-anak
ini, adalah semata-mata memperlihatkan
muda-mudi, tidak semua anak muda menge-
kasih sayang bako dan kepedulian bako ter-
tahui sumbang 12, yang setiap anak muda
hadap anak pisangnya. Bagi masyarakat So-
harus memahami dan mengerti.
lok, peran bako ini sangatlah penting, yang
mana dari pernikahan smpai kematian pun
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 884
4.2. Aspek Sejarah Budaya cipta, karsa, dan rasa, sedangkan ke-
Migrasi nenek moyang orang Solok dari budayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan
daerah darek membawa serta segala aturan rasa itu sendiri. Budaya itu sendiri menurut
adai istiadat dan budaya dari daerah asal. Talcot Parsondan A Krober (1959) terdiri dari
Aturan “adat nan ampek”, “suku nan am- tiga gejal, yakni (ideas), (2) activities dan (3)
pek”, sistem “kelarasan nan duo”, yaitu Koto artefacts.
Piliang dan Bodi Chaniago, sistem pranata so- Sememntara itu, kata adat atau adat isti-
cial turut serta bermigrasi bersama nenek adat dalam bentuk jamaknya, merupakan
moyang orang Solok. Perpindahan tempat istilah yang dipakai untuk mengacu kepada
tinggal sekaligus menyebabkan terjadi per- gagasan tentang culture system (sistem bu-
pindahan adat dan budaya daerah asal ke daya). Sistem budaya itu sendiri terbangun
daerah yang baru. oleh rangkaian ide dan gagasan manusia
Di daerah yang baru inilah para nenek ko- yang hidup bersama dalam suatu masyarakat
yang orang Solok menata kehidupan baru dan memberi jiwa kepada masyarakat itu
dengan tidak meninggalkan adat dan kebia- sendiri. Rangkaian ide dan gagasan itu selalu
saan yang telah lebih dahulu dianut. Maka, berkaitan sehingga membangun sebuah sis-
tidak mengeherankan bila ditemukan banyak tem. Oleh karena itu disebut sebagia sitem
kesamaan dan kemiripan dalam praktik-prak- budaya, dan dalam bahasa Indonesia lebih
tik adat dan budaya nenek moyang orang So- tepat dipasangkan dengan istilah adat (singu-
lok dengan daerah asal mereka dikawasan lar) atau adat istiadat (plural). Apabila dikait-
“darek”. Persamaan dan kemiripan tersebut kan dengan klasifikasi Talcot Parson dan A.L
adalah hal yang niscaya karena adat yang Krober tentang wujud kebudayaan, maka
berlaku di daerah Solok masih adat adat dan atau adat istiadat termasuk
Minangkabau. Sistem kelarasan yang berlaku kedalam kategori ideas; wujud kebudayaan
di daerah ini juga merupakan percampuran ideal (Koentjaningrat, 1986). Wujud ke-
antara Koto Piliang dengan Bodi Chaniago. budayaan ideal ini merupakan suatu kom-
pleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-
Adat dan budaya merupakan dua kata norma, peraturan-peraturan yang bersifat
yang sering dipakai secara silih berganti dan abstract, tidak dapat diraba atau difoto ka-
yang bermakna saling tumpang tindih. Na- rena lokasinya berada di dalam pikiran-
mun, kedua kata tersebut sesungguhnya pikiran dan perkataan–perkataan warga
memiliki arti yang berbeda satu sama lain. masyarakat di tempat kebuadayaan itu
Kata “budaya” bersal dari bahasa Sanskerta hidup.
“buddayah” yang merupakan bentuk jamak
dari “budhi” yang berarti budi atau akal. Pen- 5. KESIMPULAN
dapat lain menyebutkan bahwa kata “bu- Masyarakat Kota Solok sudah seharusnya
daya” berarti budi dan daya. Kata budi daya berbangga dengan kekayaan khasanah
ini bermakna daya dari budi. Pada perspektif tradisi adat istiadat yang dimilikinya. Terlalu
seperti ini, dibedakan arti antara kata budaya banyak yang unik dan etnik telah diwariskan
dan kebudayaan. Namun, apapun pendapat oleh nenek moyang orang Solok kepada
yang berkembang tentang itu, yang jelas bu- masyarakat Kota Solok saat ini. Keunikan dan
daya adalah daya dari budi yang berwujud etnisitas itu merupakan potensi yang dapat
diberdayakan sebagai ikon pariwisata Kota
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 885
Solok di masa depan. Tentu saja, andil penting dalam suatu pernikahan di Kota So-
Pemerintah Kota Solok sangat di harapkan lok, sehingga menjadikan event atau pawai
dalam pelestarian dan sekaligus pengemasan pagelaran budaya dan menjadinya budaya
asset budaya ini, sehingga dapat dijadikan se- tak benda sehingga Solok mendapatkan
bagai aset penting dalam menggairahkan penghargaan atas pelestarian budaya yang
sector pariwisata Kota Solok. hingga kini masih dijaga walalupun dengan
adanya perkembangan zaman. Sehingga da-
Begitu banyak daerah yang ada di Su-
lam sekolah atau pelajaran sekolah sosiologi
matera Barat ini Kota Solok begitu menjaga
pun peserta didik sudah diberi bekal dan
dan melestarikan budaya dan adat isti-
pengetahuan tentang adat budaya mereka
adatnya. Begitu juga dengan tradisi bararak
sendiri.
bako ini juga menjadi salah satu acara ter-
REFERENCES
Amir, M.S. (1987). Tonggak Tuo Budaya Minang. Payakumbuh: Karya Indah
Amir, M.S. (2011). Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Citra Harta Prima.
Benda-Beckmann, Frans Von. (2000). Properti dan Kesinambungan Sosial: Kesinambungan
dan Perubahan dalam Pemeliharaan Hubungan-hubungan Properti Sepanjang Masa di
Minangkabau. Alih bahasa Tim Perwakilan KITLV, Jakarta bersama Dr. Indira Simbolon.
Jakarta: Grasindo.
Badudu J.S & Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Fiony, Sukmasari. (1996). Perkawinan Adat Minangkabau. Jakarta: CV. Karya.
Geertz, Cilfford. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Basic Group.
Harsojo. (1984). Pengantar Antropologi, cet ke-5. Jakarta: Binacipta.
Hadikusuma, Hilman. (1990). Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum
Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju.
Idris, Asmaniar. (2002). Kerajaan Pagaruyuang, dalam Menelusuri Sejarah Minangkabau.
Ulakkarang Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia dengan LKAAM Sumatera Barat.
Niode, S.A. (2007). Gorontalo (Perubahan Nilai-Nilai Budaya dan Pranata Sosial). Jakarta:
Pustaka Indonesia Press
Parsons, Talcott. (1970). Social Structure and Personality. New York: The Free Press.
Radclifjce, Peter. (1991). Etnicity, Socio-Cultural Change and Housing Needs. Vol. 19, 2:pp.
135-143. https://doi.org/10.1177/77/073945X9901900203.
Rahmadani B. (2013). Perbedaan Fonetik Bahasa Minangkabau Di Kenagarian Sinuruik dan
Kenagarian Kajai Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FBS. Universitas Negeri Padang.
Setiadi, Elly & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Pemecahan. Jakarta: Kencana
Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres
Ovy Septi Vane., et, al.. Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako dalam Tradisi...| 886