Anda di halaman 1dari 9

BUDAYA NYONGKOLAN

SUKU SASAK DI PULAU LOMBOK

ZULHAERI
Program studi teknik informatika STMIK syaikh zainuddin NW Anjani Lombok Timur
Abstrak

Lombok secara kultural memiliki kultur perpaduan antara jawa, bali dan bugis. Suku sasak
Lombok seperti suku-suku lainnya yang ada di dunia ini juga menjunjung tinggi nilai kultural
budaya mereka, salah satu yang bisa kita lihat dan sering kita temui adalah tradisi “nyongkolan”
yang memiliki pengetahuan lokal budaya lombok. Penelitian ini bertujuan untuk untuk
menjadikan tradisi budaya nyongkolan sebagai bahan ajar di sekolah. Model pendekatan dalam
peneletian ini mengarah ke etnografi deskriptif kualitatif. Realitas empiris diperoleh peneliti
langsung ke lokasi penelitian, untuk mendapatkan gambaran tentang tentang budaya
“nyongkolan” sesuai dengan tradisi mereka, dan gejala kehidupan sehari-hari Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat
Selebung Kecamatan Janapria. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumen. Analisis menurut Miles dan Huberman, yaitu (1). Reduksi data, (2) Penyajian data,
(3) penarikan simpulan. Hasil penelitian Tradisi Merariq atau kawin lari Masyarakat Sasak
memiliki banyak ritual atau tahapan- tahapan lain.

PENDAHULUAN dengan diiringi keluarga dan kerabat


Orang Sasak, Bugis, dan Arab mempelai pria, memakai baju adat, serta
mayoritas beragama Islam; orang Bali rombongan musik yang bisa disebut
beragama Hindu; dan orang-orang Cina gamelan atau kelompok penabuh rebana,
beragama Kristen. Setiap daerah mempunyai atau disertai Gendang beleq. Dalam
tradisi dan budaya yang unik, menjadikan Pelaksanaannya rombongan dari mempelai
Indonesia kaya akan budaya. Seperti halnya pria mulai berjalan dari jarak 1 – 1/5 km dari
dalam merayakan pernikahan sepasang rumah mempelai wanita.
pengantin, seperti Nyongkolan merupakan Fenomena perkawinan ini dapat
tradisi yang berasal dari Pulau Lombok, dikategorikan dalam tindakan tradisional
Nusa Tenggara Barat. Nyongkolan adalah karena sudah menjalankan perkawinan
sebuah kegiatan adat yang menyertai sesuai dengan adat dan tradisi daerahnya
rangkaian acara dalam prosesi perkawinan yang sudah ada sejak zaman dahulu. Bagi
atau pernikahan pada suku sasak di Lombok orang tua perempuan jika diminta anaknya
Nusa Tenggara Barat, kegiatan ini berupa secara terus terang, maka akan tersinggung
arakarakan, kedua mempelai dari rumah karena anak gadisnya disamakan dengan
mempelai pria ke rumah mempelai wanita, benda atau barang lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa tradisi yang dijalani Sasak bila kedua pasangan telah melakukan
oleh masyarakat suku Sasak merupakan kawin culik, maka penyelesaian masalah
sebuah komunikasi budaya yang melekat dalam proses perkawinan akan
dalam tatanan sosial. Tradisi kawin culik mempermudah mendapatkan persetujuan
yang dijalani oleh masyarakat suku Sasak wali, serta menjadi keharusan bagi pihak
khususnya di Lombok Tengah tidak menjadi wali perempuan untuk menyetujuinya. Jika
suatu masalah melainkan menjadi tradisi tidak menyelesaikan persoalan perkawinan
yang unik. Tradisi tersebut sudah akan menjadi aib bagi keluarga yang
membudaya bagi masyarakat Sasak, hal dikesankan menyalahi adat.
itulah yang menjadi perbedaan dari tradisi Tujuan dari prosesi ini adalah untuk
dan adat istiadat di daerah-daerah lainnya memperkenalkan pasangan mempelai
dalam hal perkawinan. tersebut ke masyarakat, terutama pada
Melakukan perkawinan dengan cara kalangan kerabat maupun masyarakat di
menculik terkesan menjadi sebuah bentuk mana mempelai perempuan tinggal, karena
pilihan dalam sikap yang menggunakan biasanya seluruh rangkaian acara pernikahan
tradisi adat sebagai cara untuk mencapai dilaksanakan di pihak mempelai laki-laki.
tujuan. Jika, melakukan perkawinan dengan Sebagian Pengiring dalam prosesi ini
cara meminang sebagai bentuk izin dari biasanya membawa beberapa benda seperti
keluarga perempuan terkadang cukup hasil kebun, sayuran maupun buah-buahan
memberatkan dan membutuhkan modal yang akan dibagikan pada kerabat dan
serta kesiapan psikologis yang harus tetangga mempelai perempuan nantinya.
ditanggung oleh pria Sasak. Terkadang Untuk pengiring wanita biasanya berada di
dalam lamaran terjadi penolakan oleh wali bagian depan rombongan, sedangkan
perempuan karena adanya perbedaan status pengiring pria berada di barisan belakang.
sosial, dan syarat-syarat lainnya yang harus Mereka mengenakan pakaian adat khas
dipenuhi oleh pelamar yang terkadang bisa Lombok, menggunakan baju lambung
memberatkan bagi seorang pria. Maka, dankain songket dari perut sampai bawah
keputusan yang biasa diambil oleh pemuda lutut dan berbagai aksesorisnya unuk
pemudi Sasak adalah dengan melakukan perempuan dan baju berwarna hitam
kawin culik menjadi sebuah pilihan yang menggunakan sarung yang pemakaiannya
tepat bagi pasangan. Dalam adat perkawinan dari perut sampai sekitar lutut yang
memiliki warna hitam. Sedangkan aksesoris dengan interaksi sosial. Budaya dapat diukur
di kepala menggunakan kain warna hitam berdasarkan karakteristik umum seperti
yang disusun dan dipasang menyerupai yang dikemukakan oleh Robbins (1994)
blangkon fungsinya sebagai ikat kepala sebagai berikut: (1) Inisiatif individual, (2)
untuk para laki-laki. Budaya nyongkolan toleransi terhadap tindakan beresiko, (3)
juga harus diapresiasi oleh masyarakat arah, (4) integrasi, (5) dukungan dari
lombok karena banyak terdapat nilai manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8)
edukatif pada budaya tersebut untuk di sistem imbalan, (9) toleranis terhadap
jadikan bahan ajar ke anak sekolah atau di konflik dan, (10) pola-pola komunikasi.
dunia pendidikan untuk menjaga kelestarian
budaya tersebut. METODE PENELITIAN
agar budaya peninggalan nenek Metode pengumpulan data adalah
moyang kita tradisi terdahulu tidak punah. caracara yang dapat digunakan oleh peneliti
Adapun cara mengantisipasinya dengan cara untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2010).
memperkenalkan budaya nyongkolan Adapun metode pengumpulan data yang
sebagai bahan ajar di sekolah lebih cendrung digunakan dalam penelitia adalah; metode
untuk mengkaji nilai edukatif yang observasi, metode wawancara, dan metode
terkadung pada budaya nyongkolan tersebut, dokumentasi.
adapun nilai edukatif yang bisa di peroleh
dalam budaya nyongkolan bertanggung PEMBAHASAN
jawab, bersosialisasi, kekompakan, 1.1 Budaya
kebersamaan, menjalin hububungan Bahasa indonesia mengartikan
silaturrahmi dan nilai gotong royong. kebudayaan dari bahasa Sanksekerta
Budaya adalah daya dari budi yang “buddhayah” (Ahmadi; 2004:56). Yaitu
berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa
dan rasa tersebut. Secara prinsip kebudayaan kata budaya adalah sebagai suatu
itu adalah hasil usaha manusia, baik hasil perkembangan dari kata majemuk : budi
berupa material maupun spiritual dan bahwa daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu
kebudayaan itu adalah milik dan warisan mereka membedakan antara budaya dan
sosial, kebudayaan itu terbentuk dalam dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi
yang berupa cipta, karsa dan rasa, unsur yaitu :
sedangkan kebudayaan adalah hasil dari 1. Religi dan upacara keagamaan
cipta, karsa dan rasa tersebut. Secara 2. Sistem organisasi kemasyarakatan
prinsipil kebudayaan itu adalah hasil usaha 3. Sistem pengetahuan
manusia, baik hasil berupa material maupun 4. Sistem mata pencaharian hidup
spiritual dan bahwa kebudayaan itu adalah 5. Sistem teknologi dan peralatan
milik dan warisan sosial, kebudayaan itu 6. Bahasa
terbentuk dalam dan dengan interaksi social 7. Kesenian
(Sutiyono, 2011: 46). 1.2 Nyongkolan
Budaya dapat diukur berdasarkan Adat nyongkolan sudah dikenal
karakteristik umum seperti yang semenjak zaman kerajaan masih ada di
dikemukakan oleh Robbins (1994) sebagai Pulau Lombok. Nyongkolan merupakan
berikut: (1) Inisiatif individual, (2) toleransi kegiatan adat sebagai salah satu bagian dari
terhadap tindakan beresiko, (3) arah, (4) prosesi pernikahan masyarakat Suku Sasak.
integrasi, (5) dukungan dari manajemen, (6) Maksud dari prosesi nyongkolan ini adalah
kontrol, (7) identitas, (8) sistem imbalan, (9) sebagai upaya untuk memperkenalkan kedua
toleranis terhadap konflik dan, (10) pola- pasangan mempelai kepada masyarakat
pola komunikasi. sekitar.
Budaya menurut Soekamto berasal Kegiatan nyongkolan dilakukan
dari kata Sansekerta “budayyah” yang dengan cara mengarak kedua mempelai
merupakan bentuk jamak “budhi” yang yang ditemani oleh seluruh kerabat, sanak
berarti akal. Dengan demikian budaya dapat saudara serta keluarga dari kedua mempelai.
di artikan sebagai hal-hal yang berhubungan Dengan menggunakan pakaian adat
dengan akal dan budi (Soekanto; 1983:166). lengklap, suluruh peserta rombongan akan
A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn berjalan dengan diringi musik tradisional.
dalam bukunya Culture, a Critical Review of Beberapa musik tradisional yang biasa
Concepts and Definitions (1952) digunakan adalah seperti gendang beleq,
mengatakan bahwa kebudayaan adalah kecimol dan tarian rudat.
manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa Dalam arak-arak, peserta
manusia dalam arti seluas–luasnya. Culture nyongkolan dari rombongan mempelai laki-
unsur dari kebudayaan terbagi dalam 7 laki juga membawa berbagai macam benda
hasil perkebunan dan pertanian seperti buah- dilakukan saat siang menjelang sore
buahan maupun sayur-sayuran yang atau selepas adzan dzuhur
nantinya akan dibagikan kepada keluarga, dikumandangkan.
kerabat dan tetangga dari mempelai Bila anda sedang dalam
wanitanya. perjalanan melintas ruas-ruas jalan di
Namun tidak demikian pada desa lendang nangka dan sekitarnya,
kalangan tertentu seperti bangsawan. kebetulan berpapasan langsung dengan
Dalam kalangan bangsawan Suku rombongan peserta Nyongkolan, maka
Sasak, proses upacara adat nyongkolan taka da salahnya anda juga luangkan
sedikit berbeda, tata cara dan urutan waktu untuk ikut serta menjadi bagian
arak-arakan serta benda yang dibawa dari prosesi tersebut dengan berjalan
memiliki aturan tertentu. Jika anda bersama para peserta nyongkolan.
beruntung akan menemui proses adat Jangan lupa siapkan kamera anda
nyongkolan yang dilakukan oleh sebelumnya untuk mengabadikan
kalangan bangsawan Suku Sasak yang moment-moment uniknya sebuah adat
penuh dengan nuansa kesakralan. Nyongkolan Suku Sasak.
Yang menjadi keunikan dalam Pada hakikatnya tradisi nyongkolan
proses adat nyongkolan ini adalah dihajatkan untuk menjalankan ruh agama itu
bagaimana berbaurnya masyarakat sendiri karena dalam kegiatan nyongkolan
(keluarga) maupun kerabat mempelai ada unsur syiar untuk memperkenalkan
laki-laki dengan keluarga dan kerabat kedua mempelai kepada kaum kerabat dan
mempelai wanitya secara tiba-tiba. para tamu yang hadir, dan dalam
Sekitar itupun mereka bergembira kesempatan ini juga kedua mempelai dibawa
bersama dengan diringi musik yang menemui kedua orang tuanya, sebagai
memang telah disiapkan sebagai simbul untuk memohon maaf atas
pengiring adat tersebut. perbuatannya yang telah meninggalkan
Jalanan kadang mancet secara rumahnya untuk kawin. Tetapi perlu diingat
mendesak saat ada rombongan dalam pelaksanaan nyongkolan tersebut
nyongkolan dan biasanya terjadi pada dilakukan dengan tertib dan teratur dengan
akhir pekan seperti hari sabtu dan tidak melanggar norma adat dan agama.
minggu. Biasanya adat Nyongkolan Inilah hakikat nyongkolan yang dihajatkan
oleh tokoh adat, tokoh agama, pemerintah pemakainnya dari hal-hal kotor
dan masyarakat sasak yang cinta akan dan tidak baik. Ketika acara adat
budayanya. Adapun proses nyongkolan biasanya pria memakai sapuk
sebagai berikut: jadi atau parade yang terbuat
1.Ngiring dari bahan songket benang emas.
Ngiring adalah berjalan dari  Baju
kediaman keluarga pengantin pria menuju Baju pegon merupakan
kediaman keluarga pengantin wanita dengan pakaian adat suku sasak yang
diiiring oleh keluarga dan juga masyarakat mendapat pengaruh dari suku
setempat yang biasanya juga diikuti oleh jawa dengan mengadopsi model
tokoh masyarakat, pemuka agama dan juga jas eropa, baju pegon memiliki
pemuka adat setempat. Orang-orang yang lambang keanggunan dan
melakukan nyongkolan ini semuanya kesopanan. Kain yang
mengenakan pakaian adat lengkap, dimana digunakan untuk membuat baju
yang pria juga akan membekal keris atau pegon umumnya berwarna gelap
golok yang diselipkan di pinggang ataupun dan tidak bermotif.
disandang di punggungnya, sementara yang  Leang atau dodot
wanita mengenakan kebaya khas Suku Dodot merupakan kain
Sasak lengkap dengan semua aksesorisnya. songket yang berfungsi untuk
2.Baju adat menyelipkan keris. Beragam
a.Baju adat laki motif kain songket yang
Dalam pakaian adat laki-laki suku digunakan untuk dodot
Sasak terdapat 6 perlengkapan yang menjadi diantaranya subahnale, keker,
pelengkap sehingga menjadi sebuah pakaian dan bintang empet yang
adat, di antaranya sebagai berikut : bermakna semangat dalam
 Sapuk berkarya dan pengabdian kepada
Sapuk merupakan mahkota masyarakat.
yang digunakan sebagai  Kain dalem
lambang penghormatan kepada Kain dalam dengan Wiron
Tuhan Yang Maha Esa, serta merupakan jenis kain yang
menjaga pemikiran digunakan sebagai penutup
tubuh bagian bawah yang Selendang Umbak merupakan
meliputi pusar sampai mata kaki sabuk yang khusus
dengan ujung kain lurus diperuntukkan bagi para
kebawah sebagai lambang pemangku adat atau pengayom
tawadhu (rendah hati). Kain masyarakat yang dibuat dengan
yang digunakan biasanya berasal ritual khusus dalam keluarga
dari bahan batik jawa dengan sasak. Jenis kain yang digunakan
motif tulang nangka atau kain umumnya berwarna merah dan
pelung hitam, dapat juga hitam dengan panjang berkisar
menggunakan motif tapo kemalo empat meter yang dihiasi dengan
dan songket dengan motif serat kepeng bolong. Seledang umbak
penginang. Dalam penggunaan sebagai lambang kasih sayang
kain wiron tidak diperkenankan dan kebijakan bagi pemakainya.
menggunakan kain polos Dalam pakaian adat wanita
berwarna putih atau merah. suku Sasak terdapat 6 perlengkapan
 Kris yang menjadi pelengkap sehingga
Penggunaan keris sebagai menjadi sebuah pakaian adat,
pelengkap pakaian adat yang diantaranya sebagai berikut :
melambangkan kesatriaan dan  Pangkang
keberaniaan dalam Pangkak merupakan mahkota
mempertahankan martabat emas berbentuk bunga cempaka
pemakainya. Dalam atauranya dan bunga mawar yang
penggunaan keris sebagai diselipkan disela-sela konde atau
lambang adat bagian mukanya sanggul.
harus menghadap kedepan, jika  Tangkong
terbalik maka bermakna Tangkong merupakan
berperang atau siaga. Pada lambang keanggunan, jenis
perkembangannya penggunaan pakaian ini umumnya dibuat dari
keris dapat diganti dengan pisau bahan beludru atau brokat dan
raut atau pemaja. dapat berupa pakaian kebaya
 Slendang umbak dari bahan berwarna cerah atau
gelap. mata kaki.
 Tongkak
Tongkak merupakan kain KESIMPULAN
sabuk panjang dengan bagian Budaya nyongkolan juga harus di
ujung berumbai yang dililitkan apresiasi oleh masyarakat lombok karen
pada bagian pingang sebelah kiri banyak terdapat nilai edukatif pada budaya
dan digunakan sebagai lambang tersebut untuk di jadikan bahan ajar ke anak
kesuburan dan pengabdian. sekolah atau di dunia pendidikan untuk
 Lempot menjaga kelestarian budaya tersebut agar
Lempot merupakan kain budaya peninggalan nenek moyang kita
tenun panjang bercorak khas tradisi terdahulu tidak punah begitu saja,
yang disampirkan pada pundak adapun cara mengantisipasi nya dengan cara
bagian kiri. Penggunaan memperkenalkan budaya nyongkolan
selendang ini memiliki makna sebagai bahan ajar di sekolah lebih cendrung
sebagai perlambang kasih untuk mengkaji nilai edukatif yang
sayang. terkadung pada budaya nyongkolan tersebut,
 Kereng adapun nilai edukatif yang bisa di peroleh
Kereng meruapakan kain dalam budaya nyongkolan bertanggung
tenun songket (kain kereng) jawab, bersosialisasi, kekompakan,
sebagai lambang kesopanan dan kebersamaan, menjalin hububungan
kesuburan yaitu dililitkan silaturrahmi dan nilai gotong royong.
dibagian pingang sampai sebatas

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.


Borrong, R.P. 2007. Pentingnya Pendidikan Dalam Membangun Kehidupan Bangsa. KRITIS, Jurnal Studi
Pembangunan Interdisipliner, XIX (2).
Koesoema A, Doni. 2011. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT Gramedia.
Mangunhardjana, A. M. 1989. Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta.
Noviyanti, Siti Risa., Sutiyono, S. 2017. Bentuk, Perubahan Fungsi, dan Nilai-nilai Edukatif pada Musik Tari Japin
Tahlul di Amuntai. Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni, 15(1), 97-112.
Suardana I Wayan. 2009. Pengembangan Metode Analisis Bentuk Dalam Pengajaran Seni Lukis Di Jurusan
Pendidikan Seni Rupa Fbs Uny. Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni.
Soekamto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali 1983.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Sutiyono. 2011. Tradisi Masyarakat sebagai Kekuatan Sinkretisme di Trucuk, Klaten. Jurnal Penelitian Humaniora,
Vol. 16, No.1, 45-59.
Sutiyono, S. 2013. Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, 309-320.

Anda mungkin juga menyukai