Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama(S.Ag)
Pada Prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Oleh:
ARAHMAN
NIM: 30500118012
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya budaya masyarakat Indonesia pada era globalisasi ini terdiri
dari beberapa pulau yang dihuni oleh berbagai kelompok. Dengan demikian,
menghasilkan gagasan dalam proses penciptaan budaya dan adat istiadat. Istilah
kebudayaan atau culture pada dasarnya berasal dari kata kerja latin colere yang
bercocok tanam dalam bahasa Indonesia sendiri yaitu bercocok tanam, memanen
Nusantara yang kaya akan nilai adat dan istiadat. Setiap budaya di arena
menjadi daya tarik suku bangsa itu sendiri. Manusia dan kebudayaan adalah dua
hal yang tidak bisa dipisahkan. Masyarakat dibangun menurut adat istiadat, norma
atau hasil proses berpikir kreatif dan produktif berupa kebudayaan yang berakar
pada adat istiadat, yang bersama-sama membentuk sistem kehidupan yang lestari
1
Sugeng Pujileksono, Petualangan Antropologi: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi
(Malang: UMM Press, 2006), h. 14.
2
Aulia Rahman & Syarifah Fathia Fairuz, Peranan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke IV
dan V dalam Membangkitkan Kebudayaan Aceh: (Studi Kasus Tari Saman Dan Seudati), Jurnal
Seuneubok Lada, 2(1), (2015).
1
2
tidak hanya sendiri melainkan banyak orang. Tidak hanya orang tua, anak muda
juga turut ikut bercampur baur pada adat istiadat yang akan dilakukan. Para anak
muda yang lahir saat majunya teknologi cenderung bosan dan tidak mau
melakukan hal tradisional seperti yang dilakukan di zaman dulu, masyarakat yang
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang dimiliki oleh sukunya
simbol-simbol, slogan, visi misi, atau sesuatu yang terlihat (jelas) sikap, tingkah
laku, gerak tubuh yang terjadi akibat seruan tersebut. Kepercayaan kebiasaan
ajaran dan sebagainya yang turun-temurun dari nenek moyang terdahulu yang
dalam Islam sangat dipengaruhi oleh ajaran agama dan dimaksudkan untuk
mencerminkan prinsip-prinsip, etika, dan nilai-nilai yang diakui dalam agama. Hal
ini didukung dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. An-Nisa/4:1,
sebagai berikut,
3
َ َّ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َّ ْ َّ ْ ْ ُ َ َ َ ْ َّ ُ ُ ََّ ْ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
ًث م ْن ُه َما ر َج ًالا كث ْيرا
ِ ِ ِ احد ٍة وخلق ِمنها زوجها وب ِ يايها الناس اتقوا ربكم ال ِذي خلقكم ِمن نف ٍس و
ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ ه َ ُ َ َّ ه
ْ
١ اّٰلل كان عل ْيك ْم َر ِقي ًبا َ َّون َسا ًۤءۚ َوَّات ُقوا
اّٰلل ال ِذ ْي ت َسا َۤءل ْون ِبهٖ والارحامۗ ِان ِ
Terjemahnya:
kesatuan dalam masyarakat, serta bantu membantu dan saling menyayangi karena
semua manusia berasal dari satu keturunan, tidak ada perbedaan antara lelaki dan
perempuan, kecil dan besar, beragama atau tidak beragama. Semua dituntut untuk
sikap dan perilaku masyarakat. Dengan kata lain, semua orang adalah pencipta
3
Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Adam a.s. dan Hawa tidak diciptakan melalui proses
evolusi hayati seperti makhluk hidup lainnya, tetapi diciptakan secara khusus seorang diri, lalu
diciptakanlah pasangannya dari dirinya. Mekanismenya tidak dapat dijelaskan secara sains.
Selanjutnya, barulah anak-anaknya lahir dari proses biologis secara berpasangan-pasangan sesuai
kehendak-Nya.
4
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013), h. 77.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 2
(Lentera Hati, 2012), h. 330.
4
budaya.6
Tradisi ini dilakukan melalui kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh
seorang guru Anrong atau orang kepercayaan di desa yang membawakan doa
tersebut, biasanya seorang Pinati atau pendeta desa. Doa umum ini membutuhkan
berbagai makanan untuk dipersembahkan kepada orang yang berdoa. Unti Tekne
(Pisang Raja) dan kemenyan yang dibakar diletakkan di depan piring seperti nasi,
ayam, ikan dan lauk di atas nampan atau yang biasa disebut Kappara.
Selain itu juga tersedia makanan pokok seperti nasi dan aneka lauk pauk.
akan duduk bersila di depan hidangan sambil mengikuti guru Ma’ Baca-baca
para leluhur atau anggota keluarga yang sedang merantau di daerah lain
(massompe). Usai berdoa, makanan yang disajikan ini akan dinikmati bersama-
sama.7 ini membuat para masyarakat Desa Belabori memiliki kedekatan yang
sangat erat. kedekatan antar sesama masyarakat dapat terlihat dari keseharian
mereka selama pelaksanaan tersebut. Mulai dari Kerja sama ibu-ibu membuat
makanan bersama, sampai para bapak-bapak yang ikut melaksanakan doa menjadi
6
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani),
h. 564.
7
Ahmad Arman, Pergeseran Nilai Masyarakat Tradisional ke Masyarakat Modern Desa
Bontolangkasa Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa, Skripsi (Makassar: Unismuh, 2020), h.
18.
5
yang dapat membawa rasa aman diantara sekian banyak unsur budaya yang ada di
1. Fokus Penelitian
hal yang menjadi perhatian khusus terhadap penelitian ini, yaitu sejarah dari
2. Deskripsi Fokus
a. “Tradisi”, Tradisi dari bahasa latin trader atau traderer yang secara harfiah
suatu ide, keyakinan atau perilaku dari suatu masa yang lalu yang diturunkan
masyarakat.8
menjadi suci. Menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama,
8
Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan (Bandung: Nusamedia, 2014), h. 97.
6
karena ritual merupakan agama dalam tindakan.9 Ritual bisa pribadi atau
dengan adat, tradisi dan budaya masing-masing. Sebagai kata sifat, ritual
bencana.
dalam bahasa Indonesia tolak bala atau dapat juga diartikan meminta
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
Islam”. Assuro Maca bisa jadi dimaknai sebagai upaya seseorang untuk
meminta orang lain membacakan doa keselamatan dan syukur serta doa
9
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 167.
7
Kec. Manuju Kab. Gowa tetap melestarikan budaya Assuro Maca karena
Ada pun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan peneliti
sebelumnya yaitu dari segi Metode atau Fokus, Peneliti sebelumnya lebih
orang yang dianggap punya ilmu agama yang dalam, rajin menjalankan
2. Jurnal dari Ari Ashari Hamdan, Bustan dan Asmunandar, dengan judul
baik berupa bencana alam maupun bencana misterius. Perlu diketahui juga
5
Ibrahim, Mustafa Zulhas’ari. Tradisi Assuro Maca dalam Masyarakat di Kabupaten
Gowa; Analisis Hukum Islam, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan Mazhab, 2(3), (2021), h.
693-694.
8
tetap mengikuti ajaran adat, dimana masih dipercayai benda atau tempat
pada saat itu. Waktu yang mereka anggap sebagai tempat suci
menjadi tempat tinggal nenek moyang mereka atau nenek moyang mereka
“teologi dan sosiologis”. Ada pun persamaan ialah seperti pada kajian
memahami tradisi tolak Bala dalam bahasa Makassar yang dalam bahasa
Indonesia berarti tolakan Bala atau bisa juga diartikan sebagai mohon
6
Ari Ashari Hamdan, Perubahan Nilai dan Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Songkabala
pada Masyarakat di Kelurahan Tamallaeng, Kabupaten Gowa, 2000-2016, Attoriolog Jurnal
Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah, 19 (2), (2021), h. 48.
9
sebelumnya sangat lah berbeda, baik ditinjau dari sisi wilayah letak
lebih fokus pada sejarah dan proses pelaksanaan budaya lokal dari tradisi
1. Tujuan Penelitian
Kabupaten Gowa.
12
Suci Uswatun Hasanah, Persepsi Masyarakat terhadap Upacara Tolak Bala di Dusun
Bolo Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar, Skripsi (Makassar: Unismuh, 2021), h.
2.
10
2. Manfaat Penelitian
Peneliti membagi manfaat penelitian ini ke dalam dua aspek manfaat, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
masyarakat terkait dengan pelaksanaan tradisi Songkabala dimana dari segi ilmu
penerus yang menjadi bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut serta
memberikan informasi bagi para pembaca tentang tradisi songkabala studi atas
Bori-bori desa belabori kecamatan parangloe kabupaten gowa. Penelitian ini juga
b. Manfaat Praktis
keyakinan dan perspektif dalam suatu hal serta memberikan pelajaran yang
tidak menjadi sumber utama suatu konflik dan permusuhan, melainkan dari
perbedaan tersebutlah lahir suatu ikatan dan hubungan yang erat antar sesama
masyarakat.
c. Manfaat akademisi
Jurusan Studi Agama Agama Fakultas Ushuluddin Islam Negri Uin Alauddin
Makassar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tradisi
1. Pengertian Tradisi
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi adalah adat kebiasaan turun
temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. 13 Menurut
Piotr Sztompka tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang
berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan,
dirusak atau dilupakan. Disini tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar-benar
sekelompok masyarakat. Namun di dalam buku Piot Sztompka bahwa tradisi lahir
melalui dua cara. Cara pertama, muncul dari bawah melalui mekanisme
kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak.
menarik. Cara kedua, muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang
dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi
IV (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1483.
14
Piot Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h.
69.
15
Piot Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. III; Jakarta: Prenada Media Grup,
2007), h. 71.
12
13
yang telah berproses dalam waktu yang lama dan prosesnya dilakukan secara
turun-temurun dimulai dari nenek moyang hingga generasi ke generasi. Hal ini di
berikut:
َ َ َ َ َ ٰ ََ َْ َ َُ َ ُ َ َ َ ٰ َ َ
ُ َواِ َذا ق ْي َل ل ُه ْم َت َعال ْوا الى َمآ ا ْن َز َل ه
الر ُس ْو ِل قال ْوا ح ْسبنا َما َوجدنا عل ْيهِ ا َبا َۤءناۗ ا َول ْو كان
َّ اّٰلل َواِ لى ِ ِ
َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ٰ
١٠٤ ا َباۤؤه ْم لا َيعل ُم ْون ش ْي ًٔـا َّولا َي ْهتد ْون
Terjemahnya:
Ayat ini bukan berarti bahwa bila mereka memiliki pengetahuan, maka
mereka boleh mengikuti kesesatan orang tua mereka. Pengetahuan dan kesesatan
adalah dua hal yang bertolak belakang dan tidak mungkin dapat bertemu,
sehingga bila mereka mengikuti orang tua mereka, pastilah mereka tidak memiliki
pengetahuan. Apalagi sikap dan perbuatan orang tua mereka menyangkut binatang
seperti yang disebut dalam ayat lalu, menunjukkan bahwa orang tua mereka tidak
Mengenai tradisi, hubungan antara masa lalu dan masa kini haruslah lebih
dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu, di masa kini ketimbang sekedar
16
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 125.
17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 2, h.
224.
14
menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Menurut arti yang
lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal
dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak,
dibuang atau dilupakan. Di sini tradisi berarti hanya warisan, apa yang benar-
Tradisi lahir dalam banyak hal. Jalan pertama muncul secara spontan dan
tak terduga dari bawah melalui mekanisme kelahiran dan melibatkan manusia.
menarik. Perhatian, rasa hormat, cinta dan kekaguman, yang kemudian disalurkan
dimiliki bersama dan menjadi fakta sosial yang nyata dan lahirlah tradisi. Proses
hanya saja dalam hal ini tradisi berarti menemukan kembali apa yang ada di masa
Cara kedua muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang
dianggap tradisi dipilih dan mendapat perhatian publik atau ditentukan oleh
tersebut tidak berbeda, perbedaannya antara “tradisi asli” yaitu yang sudah ada
18
Piot Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, h. 69.
19
Hariati, Unsur-Unsur Islam Dalam Tradisi Permulaan Panen ANGNGALLE ULU ASE
Takalar, Skripsi (Makassar: Uin Alauddin Makassar, 2017)
15
dan “tradisi buatan” yaitu murni imajinasi atau pemikiran masa lalu. Tradisi
artifisial dapat tercipta ketika orang memahami mimpi masa lalu dan dapat
masyarakat juga sangat penting. Hakikat hidup adalah tumbuh dan berkembang.
Tradisi yang tidak bisa berkembang adalah tradisi yang menghancurkan hakikat
kehidupan.20
kesadaran, keyakinan.
melestarikannya.
mentransmisikan dari satu tangan ke tangan yang lain untuk di lestarikan. Secara
umum di kenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa
sejarah kuno. Setiap tradisi di kembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan
B. Ritual
1. Pengertian Ritual
11
Rendra, Mempertimbangkan Tradisi (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 3.
16
oleh umat beragama untuk merayakan hari besar keagamaan dan peristiwa
sederhana. Adat biasanya mengacu pada suatu tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai agama, sedangkan menurut konsep ritual dan tradisi,
metode untuk menangani sesuatu yang sakral. Ini adalah upacara keagamaan yang
berhubungan dengan hal yang sakral. Upacara dan perlakuan khusus ini tidak
agama umumnya tidak dipahami karena alasan ekonomi, rasional dan pragmatis.
Inilah yang dilakukan oleh orang-orang beragama dan masyarakat primitif dari
Penggunaan adat atau ritual sebagai sumber hukum Islam sejalan dengan
a. Itu dapat diterima dengan tegas oleh masyarakat sesuai dengan pertimbangan
21
Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2007), h. 95-96.
17
2. Macam-macam Ritual
dalam bentuk persembahan sederhana berupa buah sulung ke hutan atau ladang di
melakukan ritual dengan tarian dan melakukan upacara yang rumit. Selama
upacara, peserta memakai topeng untuk mengidentifikasi diri mereka dengan roh.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk membangkitkan atau mengulangi peristiwa
kuno sehingga dunia, kekuatan hidup, hujan dan kesuburan diperbarui dan arwah
b. Ritual Hindu
Ada dua jenis ritual Hindu yaitu ritual agama dan ritual keagamaan. 7
Pengorbanan terdiri dari persembahan seperti mentega cair, butiran beras, jus
soma dan dalam beberapa kasus hewan kepada para dewa. Biasanya persembahan
ini diletakkan di atas nampan suci dan kemudian dilemparkan ke dalam api suci
22
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Adat Bagi Umat Islam (Yogyakarta, Fakultas UII, 1993),
h. 30.
23
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 168.
18
korban api melalui dewi (Agni) yang merupakan perantara antara dewa dan
manusia. Ritual Veda tidak hanya berusaha untuk mengangkat dan memvalidasi
membangun hubungan antara dunia ilahi dan dunia manusia, dan bahkan
dan festival-festival dalam agama Hindu. Orang Hindu tidak menganggap ibadah
untuk menyerap seluruh esensi Tuhan. Mereka melihat gambar itu sebagai simbol
kekuatan ilahi.24
c. Ritual Jawa
Jawa memiliki tradisi dan ritual yang berbeda, tujuan ritual Jawa adalah
keselamatan diri sendiri, keluarga dan orang lain. Dalam bahasa Jawa, ritual itu
disebut slametan. Slametan adalah kegiatan mistik yang mencoba untuk meminta
keselamatan baik di dunia ini maupun di akhirat, ritual juga merupakan forum
komunitas yang menyatukan berbagai aspek kehidupan sosial dan individu pada
suatu hal yang sakral yang harus dianggap sebagai ritual, agar badan menjadi
sempurna dan yang maha kuasa menerima roh, sebagaimana orang Jawa
mengatur sanak saudara dan keluarga. . beberapa acara ritual di antaranya ritual
24
Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama, h. 172.
19
surtanah, telung dino slametan, dino mitung, metangty dino, nyatus dino, nywu
3. Tujuan Ritual
untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, untuk mendapatkan banyak berkah
atau Rizki dari pekerjaan, seperti upacara sakral saat pergi ke sawah, beberapa
yang disebabkan oleh perubahan atau siklus dalam kehidupan seseorang. Seperti
dan ada juga upacara yang bertentangan dengan kebiasaan hidup sehari-hari
(ritual of inversion), seperti puasa pada bulan atau hari tertentu berbeda dengan
hari lainnya. makan dan minum hari itu. Mengenakan pakaian yang tidak dijahit
saat ihram untuk haji atau umrah adalah kebalikan dari tidak ihram.26
Setiap ritus peralihan memiliki tiga tahap yaitu pemisahan, transisi dan
penyatuan. Pada tahap persiapan, seorang individu dipisahkan dari suatu tempat
atau kelompok atau posisi. Pada setiap tahap transisi, itu disucikan dan memiliki
prosedur perubahan untuk itu. Jika tata cara pada saat penggabungan secara resmi
ditempatkan pada jabatan, golongan atau jabatan yang baru. Ritual penerimaan
menambahkan kategori baru, tetapi pada dasarnya sama, yaitu ritual otorisasi. Ini
lebih dari fokus individu, melibatkan upacara seperti pergantian tahun yang
25
Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 95.
26
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia (Raja Grafindo Persada, 2006), h.
96-97.
20
menandai akhir musim dingin dan awal musim semi, serta ritual berburu dan
Ada dua jenis inisiasi di semua kelompok sosial. Ini membutuhkan ritual
Dalam kedua inisiatif tersebut, para peserta harus meninggalkan asosiasi dan
kebiasaan lama dan menciptakan yang baru. Dengan kata lain, mereka harus
belajar. Perubahan peran terjadi kurang lebih secara teratur dan dapat diprediksi
dalam siklus kehidupan individu. Meskipun perubahan peran dan waktu bervariasi
Kelahiran, pubertas, dan kematian adalah objek ritual universal. Melalui peristiwa
Dengan peluang baru, datanglah bahaya baru dan tanggung jawab baru.
Tahapan lain dari siklus hidup sudah jelas, pernikahan, pembelajaran, melewati
usia dan kelompok sosial lainnya, memulai atau meninggalkan semuanya adalah
ritus inisiasi. Tidak semua perubahan peran cocok dengan mudah ke dalam
27
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, h. 96-97.
28
Bustanul Agus, Agama Dalam Kehidupan Manusia, h. 189-190.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
suatu proses dalam melakukan sebuah penelitian yang ditinjau pada suatu
dasar dan sebagaimana adanya atau bersifat alami, dan penelitian ini tidak bisa di
yaitu suatu cara dalam meneliti untuk mengetahui suatu hal balik tentang manusia
2. Lokasi Penelitian
penelitian ini lebih mudah untuk ditemui dan waktu untuk kegiatan wawancara
akan menjadi lebih efisien lagi. Kemudian untuk berdialog kepada narasumber
29
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. I; Makassar: CV Syakir Media
Press, 2021), h. 30.
30
Muhammad Rijal Fadli, Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif, Humanika
21(1), (2021), h. 35.
22
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Teologis
penelitian ini digunakan untuk melihat dan menjelaskan terkait tradisi ritual
2. Pendekatan Antropologis
salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.31 Dalam penelitian ini memakai
muka bumi.32
C. Sumber Data
1. Data primer (primary data), yaitu data empirik yang diperoleh langsung
31
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2001), h. 35.
32
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT. Rineka Ciprta 2015), h. 13.
33
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali
pers, 2010), h. 29-30.
23
sekunder atau tambahan, yaitu untuk melengkapi dan pada saat yang sama
secara tidak langsung melalui media perantara (diproduksi oleh pihak lain)
atau digunakan oleh lembaga yang bukan pimpinan tetapi dapat digunakan
1. Observasi
yang sudah diteliti.35 Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
34
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi, h. 173.
35
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia,
1990), h. 173.
24
2. Wawancara
informan di sebut dalam konteks penelitian ini, jenis interview yang penulis
gunakan adalah Snowball dengan jenis penelitian kualitatif, dengan cara penulis
menentukan sampel satu atau dua orang yaitu Imam Dusun atau Desa dan Tokoh
Masyarakat, tetapi karena kedua orang ini belum lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu tentang
Kabupaten Gowa, dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
semakin banyak.
3. Dokumentasi
berupa foto penelitian, catatan harian dan buku. Dokumen tertulis seperti buku
seperti foto, gambar hidup, sketsa dan lainnya. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan kamera dan alat tulis untuk memudahkan pengambilan data, dan
penelitian.
36
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Ed. I; Jakarta: Granit, 2004), h.
72.
25
4. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis menulis, buku, pulpen/pensil sebagai alat untuk mencatat informasi
b. Alat perekam suara sebagai alat untuk merekan narasumber saat di lapangan
Teknik pengolahan data penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu
1. Reduksi data, yakni data yang diperoleh pada objek penelitian disortir
tertentu yang dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Sehingga peneliti
mengenai masalah yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data. Dalam penentuan informan ini
melibatkan, di antaranya:
3. Tokoh-tokoh masyarakat.
4. Pemuda setempat.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 218.
27
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
E. Manfaat Penelitian
A. Tradisi
B. Ritual
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PUSTAKA
29
30