Anda di halaman 1dari 69

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara yang


terdiri dari berbagai suku bangsa. Keragaman suku bangsa ini membawa
sebuah akibat dari munculnya berbagai macam tradisi atau kebiasaan yang
kemudian timbul menjadi adat istiadat dan kebudayaan di tengah
masyarakat. Berbagai kebiasaan yang ada di tengah masyarakat tersebut
menjadi sesuatu yang memikat dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah adat dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah kebiasaan atau
tradisi konotasi aturan yang kalem dan harmonis namun dalam tahun-tahun
awal masa reformasi bahkan terkadang sampai beberapa tahun. Adat sering
di asosiasikan gerakan protes dan kerusuhan. Karena itu, sejak Soeharto
lenser tahun 1998, masyarakat berbagai daerah dan etnis Indonesia telah
terang- terangan menetapkan adat setempat secara masing-masing untuk
memahami berbagai sistem tradisi hukum yang ada di Indonesia. Sangatlah
penting sebab di daerah globalisasi saat ini interaksi antar bangsa baik
secara individu maupun publik. Dengan memahami sistem hukum,
berbagai warga masyarakat membuat kita saling mengerti perbedaan
budaya adat serta etika dan kepercayaan yang saling menjujung Tinggi
keragaman suku maupun budaya. Di
2

Indonesia telah berlaku hukum adat dan juga hukum Islam, hukum adat
muncul dari adanya kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dan menjadi
tradisi dalam suatu wilayah. Sedangkan hukum Islam sudah ada ketentuan
dan peraturan yang menjadi pedoman bagi umat muslim yang bersumber
dari al- Qur‟an dan hadis.
Dalam Islam, hukum atau dikenal dengan syariah memperoleh tempat
yang penting selain persoalan aqidah, keyakinan atau tauhid, akhlak (budi
pekerti). Dari ketiga pilar tersebut merupakan persoalan keyakinan dalam
mengimani adanya Tuhan, rasul, kitab suci dan para Nabi, takdir dan hari
akhir. Sedangkan Akhlak merupakan tuntunan ilahiah yang telah dilakukan
oleh Rasulullah saw, dengan cara bagaimana orang berhubungan dengan
sesama manusia dan alam lingkungan.
Adapun hukum adat adalah hukum tidak tertulis, hukum kebiasaan
dengan ciri khas yang timbul dari masyarakat setempat dalam
melaksanakan sebuah tata keadilan dan kesejahteraan yang bersifat
kekeluargaan. Hukum adat juga mengatur interaksi sosial antara pribadi-
pribadi, yang disebut dengan. Interpersonal ini mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia, yang didasarkan pada kebutuhan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain, yang apabila tidak terlaksana
akan menghasilkan gangguan atau keadaan yang tidak menyenangkan bagi
pribadi yang bersangkutan.
3

Hukum adat bersifat tradisional, namun sekaligus dinamis dan elastis.


Sifat pertama menunjukan kepada keterkaitannya pada garis kontinuitas
kebudayaan bangsa, sedangkan sifat kedua dan ketiga membuktikan
kemampuannya untuk berkembang seiring dengan tuntutan alam dan
zaman, serta menyesuaikan diri dari kasus-kasus khusus, unik ataupun
menyimpang. Oleh karena itu, maka hukum adat sekaligus dapat
mengandung unsur merembang layu, memudar, meluntur, disamping unsur
yang berlagak gaya dalam puncak kejayaannya, serta anasir yang sedang
merayap melata pada taraf kelahirannya.
Tradisi dan kebudayaan yang beraneka ragam itu masih bisa kita
saksikan hingga sekarang. Tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan
mulai dari zaman nenek moyang kita hingga sekarang. Selama kebiasaan
itu tidak merugikan orang lain dan melanggar aturan yang berlaku dalam
adat tersebut,maka tradsi atau kebiasaan tersebut boleh diwariskan.
Agama merupakan suatu sistem dan kepercayaan dan perbuatan yang
terpadu yang berhubungan hal-hal yang keramat (suci). Agama adalah
suatu sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya
sesuatu yang mutlak diluar manusia dan satu sistem ritus (tata peribadatan)
manusia kepada yang dianggapnya mutlak, serta sistem norma (tata
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
4

hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaksud.
Jika ingin menelusuri keberadaan suku-suku di Nusantara, dengan
segala tradisi budaya, ritual-ritual, kepercayaan, adat- istiadat, dan
sebagainya terlihat jelas bahwa semuanya memiliki keunikan masing-
masing di berbagai suku. Keunikan itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Walaupun terkadang terlihat aneh dan tidak masuk akal yang
terlihat namun disitulah letak kepercayaan mereka.
Menurut pandangan Abdullah, yang mengatakan bahwa dalam
sistem keluarga atau dalam kekerabatan manusia Bugis dan manusia
Makassar, dapat dikatakan hampir tidak terdapat perbedaan pada keduanya.
Selanjutnya di kemukakan bahwa kedua kelompok suku ini yaitu suku
Bugis dan suku Makassar pada hakikatnya merupakan suatu unit budaya
yang begitu unik. Sebab itu apa yang berlaku dalam dunia manusia Bugis
berlaku juga pada manusia Makassar.
Dalam suku makassar mempuyai adat yang dikenal dengan
Appassilli’ kappala. Appassilli kappala merupakan suatu proses atau suatu
tindakan yang dilakukan oleh massayarakat makassar terkhusunya di
kecamatan Galeson selatan desa sawakung ,apabila ingin ,melakukan acara
seperti ini yaitu ada kapal barudi buat dan ingin di oprasikan di laut,
dengan tuntutan seorang yang ahli atau
5

kata lain Sanro Appassili’ , sanro tersebut melakukan dengan cara


menyiapkan air diatas wajan kemudian air tersebut di percikkan kepada
objek yang dituju dengan mengunakan dedaun , istilah itu di sebut Pa’basa.
Menurut masyarakat desa sawakung kec. Gaeleson utara tradisi
appassili’ kappala ada sejak mereka belum lahir . dan ritual tersebut
merupakan ritual biasa di sebut dengan ritual talak bala.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraian yang telah di paparkan di atas maka dapat di
kumukakan pokok pokok permasalahan yang akan di bahas dalam
penelitian. Adapun permasalahanya yang akan di bahas adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Appassilli kappala ?

2. Sejak kapan ritual Appasili kappala muncul

3. Bagaimna Sejarah munculnya ritual adat appasili kappala ?

4. Apa Doa untuk melakukan ritual Appasili kappala?

5. Bagaimna tata cara ritual adat appasili kappala?

6. Kenapa appasili kappala harus diadakan ?

7. Apa pentingnya ritual adat appasili kappala tersebut?

8. Siapa yang memimpin berlangsungnya ritual adat appsilli


kappala?
6

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosesi adat Appassili kappala yang biasa dilakukan oleh
masyarakat desa sawakung kec galeson utara dan hal menyimpang yang terdapat dalam
adat Appasili. Kappala

2. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan ritual appasili kappala

3. Untuk mengetahui bagaimana terhadap adat Appaslli Kappala

4. Untuk mengetahui mengapa ritual adat appasili kappala diadakan

5. Untuk mengetahui siapa yang memimpin berjalannya ritual adat appsili kappala

6. Untuk mengetahui sejarah munculnya appasili kappala

7. Untuk mengetahui bagaimana pentinya ritual adat Appasili kappala

8. Sebagai persyaratan awal masuk PMTS

D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun mamfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
terhadap Appassilli kappala yang biasa dilakukan selama turun-temurun di desa
Sawakung kec. Galeson utara.
2. Dengan adanya penelitian ini, bisa menambah wawasan kita mengenai tradisi
yang ada di desa lawakung kec. Galeson utara.
3. Dan juga bisa bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan dijadikan
rujukan dalam meneliti ztradisi Appasili kappala?
7

BAB II
KAJIAN TEORI

A. PengertianTradisi dan Budaya


1. Pengertian Tradisi
Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana
adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,
kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi
baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu
tradisi dapat punah (Juliana, 2017).
Menurut Hasan Hanafi. Tradisi (Turats) segala warisan masa lampau
(baca tradisi) yang masuk pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang
sekarang berlaku. Dengan demikian, bagi Hanafi turats tidak hanya
merupakan persoalan peninggalan sejarah, tetapi sekaligus merupakan
persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya (Nur Hakim,
Islam Tradisional dan Reformasi Pragmatisme Hal. 26).
Berbicara mengenai tradisi, hubungan antara masa lalu dan masa kini
haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa
kini ketimbang sekedar menunjukan fakta bahwa masa kini berasal dari
masa lalu. Kelangsungan masa lalu di masa
8

kini mempunyai dua bentuk material dan gagasan, atau objektif, dan
subjektif. Menurut arti yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih
ada kini, belum di hancurkan, dirusak, di buang, atau dilupakan. Disini
tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar- benar tersisa dari masa lalu.
Seperti di katakan Shils.(Juliana,2017). Menurut Van Reusen, tradisi
adalah warisan atau norma adat istiadat, kaidahkaidah, harta-harta. Namun
tradisi bukan suatu yang tidak bisa dirubah. Tradisi justru perpaduan
dengan beragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.
Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan maupundiwariskan dari masa
lalu ke masa kini. Kriteria tradisi dapat lebih dibatasi dengan
mempersempit cakupannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu KBBI, tradisi adalah
adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan
oleh masyarakat penilaiaan atau anggapan bahwa cara- cara yang telah ada
merupakan yang paling baik dan benar.
a. Kemunculan dan Perubahan Tradisi

Dalam arti sempit tradisi adalah kumpulan benda material dan


gagasan yang di beri makna khusus yang berasal dari masa lalu.Tradisi
pun mengalami perubahan.Tradisi lahir di saat tertentu ketika orang
menetapkan fragmen tertentu dari warisan masa lalu sebagai tradisi.
Tradisi berubah ketika orang
9

memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu dan


mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi bertahan dalam jangka waktu
tertentu dan mungkin lenyap bila benda material di buang dan gagasan
di tolak atau di lupakan. Tradisi mungkin pula hidup dan muncul
kembali setelah lama terpendam (Juliana, 2017).
Tradisi lahir melalui dua cara. Cara pertama, muncul dari bawah
melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak di harapkan
serta melibatkan rakyat banyak.Karena sesuatu alasan, individu
tertentu menemukan warisan historis yang menarik. Perhstian,
ketakziman, kecintaan dan kekaguman yang kemudian di sebarkan
melalui berbagai cara mempengaruhi rakyat banyak. Sikap takzim dan
kagm ini berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitian,
dan pemugaran peninggalan purbakala serta munafsir ulang keyakinan
lama.Semua perbuatan itu memperkokoh sikap.Kekaguman dan
tindakan individual menjadi milik bersama dan berubah menjadi fakta
social sesungguhnya.Begitulah tradisi di lahirkan. Proses kelahiran
tradisi sangat miri dengan penyebaran temuan baru.
Hanya saja dalam kasus tradisi ini lebih berarti penemuan atau
penemuan kembali sesuatu yang telah ada di masa lalu ketimbang
penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.
Cara kedua muncul dari atas melalui mekanisme
10

paksaan.Sesuatu yang dianggap sebagai tradisi di pilih dan dijadikan


perhatian umum atau di paksakan oleh individu yang berpengaruh atau
berkuasa.Raja mungkin memaksakan tradisi dinastinya kepada
rakyatnya (Juliana, 2017).
Dua jalan kelahiran tradisi ini tidak membedakan kadarnya.
Perbedaannya terdapat antara “tradisi asli”, yakni yang sudaah ada
dimasa lalu dan “tradisi buatan”, yakni murni khayalan atau pemikiran
masa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika orang memahami
impian masa lalu dan mampu menularkan impiannya itu kepada orang
banyak Begitu terbentuk, tradisi mengalami berbagai
perubahan.Perubahan kuantitatifinya terlihat dalam jumlah penganut
atau pendukungnya. Rakyat dapat di Tarik untuk mengikuti tradisi
tertentu yang kemudian mempengaruhi seluruh rakyat satu negara atau
bahkan dapat mencapai skala global (Juliana, 2017).
Arah perubahan lain adalah perubahan kualitatif yakni
perubahan kadar tradisi. Gagasan, symbol dan nilai tertentu di
tambahkan dan yang lainnya di buang.Benda material tertentu di
masukkan kedalam lingkup tradisi yang diakui, yang lainnya di buang.
Pertanyaan pentingnya adalah mengapa perubahan seperti itu bisa
terjadi? Sebagian jawabnya terdapat dalam kualitas psikologi pikiran
manusia yang tampa kenal lelah terus berjuang untuk mendapatkan
kesenangan baru dan keaslian,
11

mewujudkan kreatifitas, semangat pembaruan dan imajinasi. Tak ada


yang dapat terlepas dari pengaruh kecenderungan semacam itu,
termasuk tradisi.Cepat atau lambat setiap tradisi mulai di pertanyakan,
diragukan, di terliti ulang dan bersamaan dengan itu fragmen-fragmen
masa masa lalu di temukan dan disahkan sebagai tradisi. Persoalan
khusus timbul bila bila di tradisi di landasi oleh fakta baru, bila
berbenturan dengan realitas dan di tunjukkan sebagai sesuatu yang tak
benar atau tak berguna.
Perubahan tradisi juga di sebabkan banyaknya tradisi dan
bentrokkan antara tradisi yang satu dengan saingannya. Benturan itu
dapat terjadi antara tradisi masyarakat atau antara kultur yang berbeda
atau di dalam masyarakat tertentu (Juliana, 2017).
b. Fungsi Tradisi

Kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat umum


maupun khusus disebut tradisi. Tradisi yang sudah membudaya setiap saat
masyarakat mematuhi dan menjaga pelaksanaannya serta
perkembangannya agar terhindar dari hal-hal yang mereka
inginkan.Tradisi adalah aliran atau faham yang mengajarkan bahwa
manusia tidak dapat menemukan kebenaran sedangkan pengertian lain
adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih
dijalankan dalam masyarakat. Penilaian atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada,
12

merupakan cara yang paling baik dan benar (Students, Definisi dan
Pengertian Tradisi).
Tradisi merupakan sebuah persoalan dan yang lebih penting lagi
adalah bagaimana tradisi tebentuk. Menurut Funk dan Wagnalls seperti
yang dikutip oleh Muhaimin tentang istilah- istilah dimaknai sebagai
pengetahuan, doktrin, kebiasaan, praktek dan lain-lain yang dipahami
sebagai pengetahuan yang telahdiwariskan secara turun- temurun termasuk
cara menyampaian doktrin dan praktek tersebut (Students, Definisi dan
Pengertian Tradisi)
Lebih lanjut lagi Muhaimin mengatakan tradisi terkadang
terkadang disamakan dengan kata-kata adat yang dalam pandangan
masyarakat awam dipahami sebagai struktur yang sama. Dalam hal ini
sebenarnya berasal dari bahasa arab adat bentuk jamak dariadah yang
berarti kebiasaan dan dianggap bersinonim UF, sesuatu yang dikenal atau
diterima secara umum (Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya
Lokal, 2011)
2. Pengertian kebudayaan
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan
keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai
suku bangsa dimana masing-masing suku bangsa tersebut memiliki
perbedaan dan keunikan baik dari segi bahasa daerah, adat istiadat,
kebiasaan, dan berbagai hal lain yang memperkaya keanekaragaman dari
budaya Indonesia itu sendiri. Sebagaimana
13

pendapat Taylor (Horton & Chester, 1996, keseluruhan dari pengetahuan,


keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua kemampuan
dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai
Kebudayaan memiliki beberapa wujud yang meliputi: Pertama wujud
kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma; Kedua wujud
kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam
masyarakat; Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan
bendabenda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau
perbuatan manusia dalam masyarakat. Koentjaraningrat (2009, hlm. 150-
153) (Prayogi, 2016).
Manusia dan kebudayaan tak terpisahkan, secara bersama- sama
menyusun kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial-
budaya, menjadi masyarakat. Masyarakat manusia melahirkan,
menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tak ada
manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa
manusia; tak ada masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa
masyarakat. Di antara mahluk- 2 mahluk ciptaan Al-Khaliq, hanya
masyarakat manusia yang meniru-niru Sang Pencipta Agung merekayasa
kebudayaan. Kebudayaan adalah reka-cipta manusia dalam masyarakatnya.
Kesadaran manusia terhadap pengalamannya mendorongnya
14

menyusun rumusan, batasan, definisi, dan teori tentang kegiatan- kegiatan


hidupnya yang kemudian disebut kebudayaan, ke dalam konsepsi tentang
kebudayaan. Kesadaran demikian bermula dari karunia akal, perasaan dan
naluri kemanusiaannya, yang tidak dimiliki oleh mahluk lain, seperti hewan
atau binatang. Dalam sementara pemahaman, secara biologis manusia pun
digolongkan sebagai binatang, namun binatang berakal (Kistanto, Teori
Konsep Kebudayaan).
Ketika berbicara mengenai budaya, kita harus mau membuka pikiran
untuk menerima kritikan dan banyak hal baru. Budaya bersifat kompleks,
luas dan abstrak. Budaya tidak terbatas pada seni yang biasa dilihat dalam
gedung kesenian atau tempat bersejarah, seperti museum. Tetapi, budaya
merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya memiliki banyak aspek
yang turut menentukan prilaku komunikatif. Kebudayaan sebagai
kontradiksi antara immanensi7 dan transendensi8 dapat dipandang sebagai
ciri khas dari kehidupan manusia seluruhnya. Arus alam itu berlangsung
terus dalam diri manusia, tetapi di sini nampak suatu dimensi baru.
Manusia tidak membiarkan diri begitu saja dihanyutkan oleh prosesproses
alam, ia dapat melawan arus itu, ia tidak hanya mengikuti dorongan alam,
tetapi juga suara hatinya Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh
perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini.
Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong
15

manusia agar dia secarakritis menilai kebudayaan yang sedang


berlangsung. Dan untuk bisa dicapai hasil ini, harus memiliki gambaran
yang lebih jelas mengenai perkembangan kebudayaan dewasa ini. Untuk
bisa diketahui hasil gabaran tersebut, manusia perlu melihat
perkembangannya sendiri latar belakang tahapan kebudayaan dulu. Adapun
tahaptahap dalam perkembangan kebudayaan, di bagi menjadi tiga tahap,
ialah : tahap mitis, tahap ontologis, dan tahap fungsionil (Bahar, 2017).
Pentingnya kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan
dalam budaya nasional mengupayakan, melestarikan dan mengembangkan
nilai budaya-budaya dan pranata sosial dalam menunjang proses
pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Kebudayaan merupakan warisan sosial, seperti
bahasa, dapat dipindahkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Menurut
Koentjaraningrat dalam Mattulada (1997) kebudayaan itu memilki tiga
wujud, yaitu wujud kwbudayaan (1) sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan-gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2)
sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat, (3) sebagai benda-benda hasil karya manusia.. Sedangkan
unsur-unsur kebudayaan secara universal sebagai berikut; (a) sistem
universal religi dan upacara keagamaan (b) organisasi kemasyarakatan, (c)
pengetahuan, (d) bahasa, (e)
16

kesenian, (f) mata pengcaharian hidup, (g) teknologi dan peralatan.13


Kebudayaan masyarakat, itu bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil
karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan di dalamnya (Bahar, 2017).
Nilai budaya yang terdapat dalam setiap kelompok etnis,
terkadang dipandang negatif, sebagai nilai yang tidak lagi bisa diterapkan
dalam jaman globalisasi. Padahal tanpa disadari, jika bangsa sebesar
Indonesia sangat membutuhkan nilai-nilai yang lahir dari rahim budaya
masyarakat Indonesia sendiri, sangat membutuhkan identitas ke-
Indonesiaan yang berakar dari budaya yang hidup di Indonesia, yang
tentunya harus senantiasa melakukan komunikasi dan interaksi dengan
nilai-nilai budaya yang bersumber dari luar agar tidak gagap dalam
menghadapi sebuah perubahan. Hal itulah yang tidak bisa dinafikan,
bahwa Indonesia lahir dengan ke-Indonesiaannya yang beragam. Ciri khas
Indonesia adalah kebangsaan yang terbangun dari keberagaman budaya
(Badewi, 2019).
Setiap kelompok etnis yang hadir di dunia ini, hadir dengan
membawa kebudayaannya, yang lahir dari local genius masing- masing,
yang terpatri dalam bentuk niliai kehidupan. Hal tersebut juga
tergambarkan pada kelompokkelompok etnis yang hidup di
17

Nusantara, termasuk kelompok etnis Bugis-Makassar, yaitu kelompok


etnis yang mendiami jazirah Sulawesi bagian Selatan. Kelompok etnis
Bugis-Makassar dalam kehidupannya, membangun sebuah tatanan atau
norma dan aturan-aturan adat yang disebut pangngaderreng dalam bahasa
Bugis, atau pangngadakkang dalam bahasa Makassar. Mattulada (1995:
54-55) menguraikan, bahwa pangngaderreng dapat diartikan sebagai
keseluruhan norma yang meliputi bagaimana seseorang harus bertingkah
laku terhadap sesamanya manusia dan terhadap pranata-pranata sosialnya
secara timbal balik, sehingga menimbulkan dinamika masyarakat (Badewi,
2019).
Pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat terjadi seiring
pengaruh dari globalisasi dan pengaruh budaya lain. Perkembangan cyber
space, internet, informasi elektronik dan digital, ditemui dalam kenyataan
sering terlepas dari sistim nilai dan budaya. Perkembangan ini sangat cepat
terkesan oleh generasi muda yang cenderung cepat dipengaruhi oleh
elemenelemen baru yang merangsang. Hal ini disebabkan kebudayaan hasil
dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan adanya kebudayaan apabila
tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satupun
masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Pergeseran dan perubahan
nilai-nilai ini sebagaimana terungkap dalam fenomena diatas menurut
Kingsley yang dikutip oleh Selo Soemardjan (1990,
18

hlm. 336) disebut sebagai perubahan -perubahan yang terjadi dalam


struktur dan fungsi masyarakat (Prayogi, 2016).
a) Unsur- Unsur Buday
Unsur-Unsur Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan komponen atau
unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:

a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. Keluarga
d. kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


a. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi
c. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama
d. Organisasi kekuatan (politik) (Unsur-Unsur
Budaya,http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi Budaya, 2010).
19
20

b) Wujud dan Komponen Budaya


1. Wujud
Menurut WJ.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal), Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba
atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering
pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta
21

bergaul dengan manusia lainnya menurut pola- pola tertentu yang


berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa


hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga
wujud kebudayaan.
2. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen
utama:
a. Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua
ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan
material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
22

b. Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-


ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional
(Wujuddankomponenbudaya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Definisi_Budaya, 2010).
B. Pengertian Masyarakat Adat
1. Masyarakat Adat
Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk
paling tidak merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam
negara- bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan teori secara formal dikenal
Masyarakat Hukum Adat, tetapi dalam perkembangan terakhir, masyarakat asli
Indonesia menolak dikelompokkan sedemikian mengingat perihal adat tidak hanya
‘menyangkut hukum, tetapi mencakup segala aspek dan tingkatan kehidupan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa secara praktis dan untuk kepentingan memahami
dan memaknai Deklarasi ini di lapangan, maka kata "masyarakat adat" dan
"masyarakat/penduduk pribumi" digunakan silih berganti dan mengandung makna
yang sama. Pandangan yang sama dikemukakan dalam merangkum konsep orang-
orangsukudanpopulasi/orang-orangasli
(https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_adat, 20 Maret 2020).
Adat istiadat mempunyai ikatan dan pengaruh yang kuat dalam
23

masyarakat. Kekuatan mengikat bergantung pada masyarakat yang mendukung


adat isadat tersebut, terutama berpangkal tolak pada perasaan kebersamaan,
idealisme, dan keadilan. Sulit untuk dibayangkan bahwa adat isadat, walaupun
dipelihara terus- menerus, dengan sendirinya akan mewujudkan kepasan hukum
jika terdapat kaidah-kaidah mengikat yang mengatur tata kehidupan masa kini dan
masa yang akan dating (Muazzin, 2014).

Di era globalisasi ini rentan sekali masuknya nilai-nilai, norma, bahkan ideologi baru
yang secara mudah masuk ke dalam masyarakat ataupun komunitas-komunitas
adat, masuknya hal tersebut melalui media massa seperti acara televisi, internet
yang sekarang ini sudah ada di seluruh pelosok negeri tanpa kecuali. Maka di era
globalisasi ini banyak berdampak pada perubahan baik dari segi sosial, pemikiran,
identitas maupun keyakinan. Dampak dari globalisasi ini seringkali menimbulkan
konflik antar masyarakat yang memegang teguh prinsip, norma, dan adat.
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai
yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah
satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi
internasional telah menghilangkan batas-batas
24

budaya setiap bangsa (Suneki, 2012 dalam Pratiwi, 2018). Dampak paling buruk
adalah dengan hilangnya keberadaan kebudayaan asli karena tergerus oleh
globalisasi. Masyarakat adat di Indonesia sebenarnya merupakan salah satu
golongan masyarakat yang paling rentan. Kerentanan dimaksud adalah
ketidaktahanan masyarakat adat mempertahankan kedaulatan, otonomi dan
identitasnya. Kerentanan tersebut disebabkan oleh tekanan-tekanan eksternal dan
kelemahan internal (Syamsudin, 2008 dalam Pratiwi, 2018).

Dalam kaitannya mengenai dampak globalisasi terhadap masyarakat adat, beberapa


dampak positif kepada masyarakat adat antara lain 1) munculnya kesadaran pada
masyarakat adat untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
berguna untuk beraktivitas dan menjaga keunikan tradisinya, 2) meningkatkan
daya aktivitas atau kinerja diri masyarakat adat. Kemudian untuk dampak
negatifnya meliputi: 1) kekuatan tradisi dan keunikan masyarakat adat semakin
memudar, dan bahkan dapat bercampur dengan kebudayaan barat, 2) hilangnya
sifat saling membantu atau gotong royong pada masyarakat adat, 3) menurunnya
moral masyarakat adat dengan mulai tidak menghiraukan norma-norma dan ajaran
dari leluhurnya terdahulu (Syamsudin, 2008 dalam Pratiwi, 2018).
Beberapa pengertian Adat menurut Masyarakat Makasaar
25

Antaral lain :
a. Istilah Adat Bugis Makassar
Orang Bugis dan orang Makassar memiliki cerminan jiwa dan kesadaran
hukum dalam jejak-jejak kesejarahan mereke. Percerminan jiwa dan
kesadaran hukum orang Bugis dan orang Makassar akan ditemukan dalam
kaidah-kaidah pokok bagi kehidupan masyarakat mereka seperti terkandung
dalam “pangngadakkang”. Pangngadakkang inilah yang merupakan wujud
kebudayaan yang selain mencakup pengertian norma dan aturan-aturan adat
serta tata tertib, juga mengandung unsur-unsur yang meliputi seluruh
kegiatan hidup manusia bertingkah laku dan mengatur tata kehidupan berupa
peralatan-peralatan material dan nonmaterial. Sistem norma dan aturan-
aturan adat dalam kehidupan orang Bugis-Makassar disebut “ada

Ada‟ adalah salah satu dari panngadakkang yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat, karena ada‟ meliputi segala tingkah laku dalam kegiatan orang
Bugis dan orang Makassar. Hakikat pangngadakkang yakni untuk
menjunjung tinggi martabat manusia. Ia menjunjung tinggi persamaan dan
kebijaksanaan. Oleh
26

karena itu, pangngadakkang mendapatkan kekuatannya dari siri‟, sebagai


nilai essensial manusia dan sangat perlu dimiliki oleh orang Bugis maupun
orang Makassar. Siri‟ tidak lain dari martabat dan harga diri manusia.
Pangngadakkang dibangun oleh banyak unsur yang saling kuat menguatkan.
Panngngadakkang meliputi hal ihwal ada‟, tentang Bicara, tentang Rapang,
tentang Wari‟, dan tentang Sara‟. Semua itu diperteguh dalam satu rangkuman
yang melatarbelakanginya yaitu suatu ikatan yang paling mendalam yaitu
Siri‟

Rapang (persamaan hukum) sebagai salah satu unsur atau sendi


pangngadakkang juga diartikan sebagai yurisprudensi yaitu seorang aparat
kerajaan harus mampu membandingkan atau mengambil contoh dari
keputusan hukum sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar kesinambungan
sistem nilai yang dianut oleh masyarakat dapat dipertahankan dan berfungsi
sebagai stabilisator

Bicara (undang-undang) adalah semua keadaan yang berhubungan dengan


masalah peradilan. Bicara membicarakan persoalan hak dan kewajiban
setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat.

Wari‟ (pelapisan sosial) adalah kemampuan untuk


27

membedakan antara hak dan kewajiban setiap orang dalam masyarakat


dengan berfungsi mengatur susunan keturunan dan menentukan hubungan-
hubungan kekerabatan.(Riska Iskandar 2019)’

2. Hukum Masyarakat Adat

Hak masyarakat adat telah diatur dalam beberapa perjanjian


internasional. Masyarakat adat dalam hukum internasional merupakan
bagian dari hak asasi manusia baik itu secara individu maupun
kelompok (kolektif). Prinsip dasar hukum internasional dan hukum hak
asasi manusia telah diterima masuk kedalam hukum nasional dan pada
tataran implementatif peraturan hukum nasional untuk memperhatikan
perlindungan hak-hak masyarakat adat dapat terjamin sesuai dengan
semangat konstitusi dan hak asasi manusia di Indonesia.
Hak dasar adalah hak setiap orang untuk dapat menikmati
kehidupan yang bermartabat dan hak yang diakui dalam peraturan
perundang-undangan. Secara umum hak dasar ini antara lain meliputi
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan
hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi
perempuan maupun laki-laki. Hak dasar tidak berdiri sendiri, tetapi
saling mempengaruhi satu sama lain.
28

Tidak terpenuhinya satu hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak


lainnya. Hak dasar sebagai hak asasi pada hakekatnya melekat pada
setiap orang dan tidak dapat diingkari oleh siapapun. Negara dan
pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan jaminan
perlindungan dan pemenuhannya secara berkeadilan bagi setiap warga
negara. Demikian pula, masyarakat dan setiap orang memiliki tanggung
jawab untuk menghormati hak-hak warganya dan orang lain (Syofyan,
2012).
Hak masyarakat adat telah banyak diatur dalam hukum
internasional yaitu dalam beberapa perjanjian internasional. Hak
masyarakat adat mempunyai standarisasi dalam hukum internasional
terhadap pemenuhan hak asasi manusia baik itu secara individu maupun
kelompok (kolektif). Prinsip dasar hukum internasional dan hukum hak
asasi manusia telah diterima masuk kedalam hukum nasional dan pada
tataran implementatif pengembangan kebijakan untuk memperhatikan
pemenuhan hak- hak masyarakat adat dapat terjamin sesuai dengan
semangat konstitusi dan hak asasi manusia (Syofyan, 2012).
Karakteristik umum masyarakat adat terletak pada hubungan
kewilayahan (territory) mereka. Wilayah memberikan identifikasi sosial,
spiritual dan budaya yang khusus bagi komunitas masyarakat adat serta
hal itu membuat ketergantungan secara ekonomi terhadap tanah leluhur
mereka.3 Masyarakat adat merupakan pemilik tradisional
29

dari sejumlah besar persentase hutan dunia yang tersisa. Negara- negara
memiliki kewajiban untuk mengakui, mengamankan dan melindungi
hak milik masyarakat adat dan masyarakat tradisional, inter alia, melalui
demarkasi, delimitasi dan pemberian sertifikat, yang dilakukan sesuai
dengan norma- norma, nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat
adat yang bersangkutan, dan harus mengadopsi atau mengamandemen
kedalam hukum nasional mereka untuk tujuan tersebut jika perlu.4
Konstitusi- konstitusi modern di dunia, ditandai, salah satunya oleh
penegasan atau pengaturan jaminan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Konstitusi- konstitusi yang mengadopsi prinsip-prinsip hak-
hak asasi manusia, setidaknya telah mendorong pada suatu idealitas
sistem politik (ketatanegaraan) yang bertanggung jawab pada rakyatnya,
karena menegaskannya dalam hukum dasar atau tertinggi di suatu
negara. Di sinilah sesungguhnya konteks relasi negara-rakyat diuji,
tidak hanya dalam bentuknya yang termaterialkan dalam konstitusi
sebuah negara, tetapi bagaimana negara mengimplementasikan
tanggung jawabnya atas penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan
hakhak asasi manusia Pengaturan hak asasi manusia telah banyak
tercantum baik itu dalam hukum internasional maupun hukum nasional.
Namun pada prakteknya seringkali terjadi pengabaian terhadap hak-hak
masyarakat adat. Sehingga diperlukan pemahaman bagi
30

pemangku kebijakan akan pengakuan serta pemenuhan perlindungan


hak-hak masyarakat adat. Maka atas dasar pemikiran di atas maka
peneliti hendak mengkaji dan perlu dilakukan penelitian dengan judul
“Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat Menurut Hukum
Internasional dan Implementasinya di Indonesia.” (Syofyan, 2012).
Kesejahteraan Masyarakat Adat sudah menjadi perhatian serius
dalam pembangunan di Indonesia, tercermin dari fakta bahwa
Masyarakat Adat sudah menjadi prioritas pembangunan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Pemerintah Indonesia mempunyai basis hukum yang kuat untuk
merealisasikan perlindungan sosial terhadap Masyarakat Adat. Hal ini
mengafirmasi bahwa kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya diakui dan dihormati oleh negara. Pasal 18 B ayat (2)
UUD 1945 yang dikutip di atas menjamin semua Masyarakat Adat di
Indonesia (Kementrian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2013).
Sementara itu, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28I ayat

(3) UUD 1945, “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional


dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.”
Pernyataan-pernyataan tersebut merupakan ketetapan resmi yang
memperlihatkan bahwa tidak satupun kelompok Masyarakat Adat yang
dilupakan atau boleh tertinggal dalam proses
31

pembangunan. Berkenaan dengan hal tersebut, Indonesia terikat pada


komitmen internasional tentang pengakuan hak-hak Masyarakat Adat.
Pada 13 September 2007 Pemerintah Indonesia ikut menandatangani
deklarasi United Nation Declaration on The Rights of Indigenous
Peoples (UNDRIP) yang mengamanatkan bahwa Masyarakat Adat
memiliki hak yang sama terkait penghidupan, pendidikan,
mempertahankan identitas, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Terpenuhinya kebutuhan dasar, aksesibilitas dan pelayanan sosial
dasar bagi warga Masyarakat Adat adalah beberapa prioritas dalam
RPJMN 2014-2019. Peningkatan kesejahteraan Masyarakat Adat juga
sesuai dengan arah kebijakan percepatan pembangunan daerah
tertinggal. Fokus percepatan pembangunan daerah tertinggal ini berupa
pengembangan perekonomian lokal melalui peningkatan kapasitas,
produktivitas, dan industrialisasi berbasis komoditas unggulan lokal.
Program ini didukung oleh sarana–prasarana yang disesuaikan dengan
karakteristik ketertinggalan suatu daerah secara berkesinambungan.
Namun demikian, hingga saat ini upaya pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian persoalan Masyarakat Adat di Indonesia masih merupakan
sebuah tantangan yang besar. Tantangan yang dihadapi adalah antara
lain luasnya wilayah negara kita dengan karekteristik yang berbeda,
32

infrastruktur, kondisi sosial-politik lokal, Sumber Daya Alam, serta


kebijakan masing-masing daerah sebagai implikasi desentralisasi
menyebabkan adanya variasi progres pencapaian di berbagai wilayah.
Ditambah pula, walaupun pembangunan kesejahteraan Masyarakat
Adat sudah menjadi prioritas pemerintah dalam beberapa tahun
belakangan, belum ada penelitian yang menganalisis kompleksitas
permasalahan ini secara mendalam. Dalam konteks inilah penelitian ini
hadir dan dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran guna melengkapi
penelitian Masyarakat Adat yang sudah ada untuk memberikan
gambaran yang lebih menyeluruh mengenai masalah yang dihadapi
(Kementrian Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2013).
3. Masyarakat Hukum Adat Masyarakat
Hukum Adat adalah :
a) sekumpulan warga memiliki kesamaan leluhur (geneologis),

b) tinggal di suatu tempat (geografis)

c) memiliki kesamaan tujuan hidup untuk memelihara dan melestarikan nilai-


nilai dan norma-norma
d) diberlaku kan sistem hukum adat yang dipatuhi dan mengikat

e) dimpimpin oleh kepala-kepala adat

f) tersedianya tempat dimana administrasi kekuasaan dapat


dikordinasikan
g) tersedia lembaga-lembaga penyelesaian sengketa baik antara
33

masyarakat hukum adat sesama suku maupun sesama suku berbeda


kewarganegaraan. Masyarakat Hukum Adat, sekelompok orang yang
terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu
persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar
keturunan (Ter Haar, 1939 dalam Abdurahman dan Wentzel 1997).
Masyarakat Adat sebagai subyek hukum, obyek hukum dan wewenang
masyarakat adat sebagai berikut: Masyarakat hukum adat di Indonesia
merupakan masyarakat atas kesamaan teroitorial (wilayah), Geneologis
(keturunan) dan tertorial-geneologis, (wilayah dan keturunan), sehingga
terdapat keragaman bentuk masyarakat adat dari suatu tempat ke tempat
lainnya (Ter Haar, 1939 dalam Abdurahman dan Wentzel 1997).
Adapun obyek hak masyarakat atas wilayah adatnya (hak ulayat), adalah
tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan binatang, sedangkan dalam UU Braja
Nanti, Kerajaan Kutai Kertanegara secara jelas dikatakan termasuk mineral
sebagai hak adat. Wilayah mempunyai batas-batas yang jelas baik secara
faktual (batas alam atau tanda-tanda di lapangan) maupun batas simbolis
(bunyi gong yang masih terdengar). Hak-hak Masyarakat Hukum Adat:
a) kewenangan atas wilayah masyarakat hukum adat, dan hak milik atas
tanah yang berasal dari hak adat dibuktikan melalui: secara tertulis, surat
tanah, surat waris, peta, laporan sejarah, dokumen serah terima
34

b) alat pebuktian lisan (pengakuan masyarakat secara lisan tentang


kewenangan atas wiayah adat tertentu, /kepala adat
c) alat pembuktian secara fisik (kuburan nenek moyang, terasering bekas
usaha tani, bekas perumahan, kebun buah- buahan, tumbuhan exotic hasil
budidaya, peninggalan sejarah dunia, gerabah dan prasasti dll (diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah).
Kewenangan Kelembagaan Adat dilakukan dengan beberapa kemungkinan:
a) pengakuan masyarakat adat an keberadaan masyarakat hukum adat oleh
lembaga yudikatif berdasarkan beradasarkan keputusan pengadilan
b) pengakuan keberadaan masyarakat adat oleh suatu Dewan Masyarakat
Adat yang dipilih oleh Masyarakat Adat.
c) Kewenangan atas pola pengelolaan sumber daya hutan didasarkan pada
pengetahuan asli yang ada dan tumbuh di masyarakat dengan segala
norma-norma yang mengatur batasan-batasan dan sanksi (Thontowi,
2015).
d) Ada beberapa corak masyarakat hukum adat di Indonesia yang berbeda
dengan masyarakat adat lainnya. F.D Hollemen menyatakan bahwa secara
umum terdapat empat corak masyarakat hukum adat di Indonesia sebagai
berikut:
1) Magisch Religieus
35

Magisch Religieus diartikan sebagai pola fikir yang didasarkan pada


keyakinan masyarakat tentang adanya sesuatu yang bersifat sakral. Corak
magis religius ini berarti juga bahwa masyarakat tidak mengenal
pemisahan antara dunia lahir dengan dunia ghaib yang keduanya berjalan
secara seimbang. Masyarakat mempercayai bahwa setiap perbuatan dalam
segala bentuknya akan mendapat imbala dan hukuman (reward and
punishment) dari Tuhan. Corak pemikiran masyarakat sebelum mengenal
agama adalah dengan mempercayai kepercayaan kepada benda ghaib yang
menghuni suatu benda. Dalam pikiran Scholten, peraturan hukum
demikian ini tidak didasarkan pada alam pikiran semata, tetapi juga
melibatkan alam rohaniyah
2) Comunal
Masyarakat hukum adat berasumsi bahwa setiap anggota masyarakat
merupakan bagian integral dari masyarakat hukum adat secara
keseluruhan. Prinsip comunal dalam masyarakat hukum adat
menghendaki agar anggota-anggota masyarakat hukum adat
mempertahankan prinsip-prinsip kerukunan, kekeluargaan dan gotong
royong serta tidak menonjolkan kepentingan pribadi, namun lebih
mengutamakan kehidupan bersama. Sosiolog menempatkan kehidupan
bersama ini sebagai model
36

gemeinschaft. Ini berbeda dengan model gesselschaft dimana hubungan


antar anggota masyarakat bersifat formal, memiliki orientasi ekonomi,
memperhitungkan nilai guna (utilitarian), dan lebih didasarkan pada
kenyataan sosial.
3) Kongkrit
Prinsip kongkrit diartikan sebagai prinsip yang serba jelas atau nyata yang
menunjukkan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan dalam masyarakat
tidak dilakukan secara diam-diam. Penting untuk ditegaskan bahwa
prinsip konkrit atau nyata ini berkaitan dengan pertanggungjawaban
hukum. Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa tanggung jawab
hukum lebih banyak dibebankan pada pelaksana kebijakan padahal
seharusnya tanggung jawab hukum yang lebih berat berada pada pembuat
kebijakan.
4) Konstan
Prinsip konstan bermakna kesertamertaan khususnya dalam pemenuhan prestasi.
setiap pemenuhan prestasi selalu diiringi dengan kontra prestasi yang diberikan
secara serta merta atau langsung. Contoh, dalam perjanjian jual beli setelah terjadi
kesepakatan, maka selalu disertai dengan pembayaran sebagai tanda jadi (panjer).
Prinsip konstan tidak hanya terjadi dalam transaksi jual beli namun juga pada hal lain
seperti perkawinan dengan istilah pangjadi (Jawa Barat)
37

dan paningset (Jawa Tengah) yang diberikan oleh mempelai pria kepada
mempelai wanita dalam segala bentuknya yang dimaksudkan sebagai
keseriusan mempelai pria untuk melangsungkan perkawinan (Thontowi,
2015).
C. Tinjauan Umum tentang Appasili
1. Pengertian Appasili
Appasili” adalah suatu tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat
Makassar di percaya untuk membersihkan dari pengaruh-pengaruh buruk,
dan juga menjadi syarat sebelum ingin melakukan suatu acara besar
misalnya sebelum melangsungkan pernikahan, tujuh bulanan bagi orang
hamil, memasuki rumah baru, dan memiliki kendaraan baru. Dan menurut
Appasili kappala munurut masyarakat Adat Sawakung Adalah merupakan
ritual yang dilakukan pada saat ada kapal baru yang akan dioprasikan di
laut.
Dalam suku makassar mempuyai adat yang dikenal dengan
Appassilli’ kappala. Appassilli kappala merupakan suatu proses atau suatu
tindakan yang dilakukan oleh massayarakat makassar terkhusunya di
kecamatan Galeson selatan desa sawakung ,apabila ingin ,melakukan acara
seperti ini yaitu ada kapal barudi buat dan ing in di oprasikan di laut, dengan
tuntutan seorang yang ahli atau kata lain Sanro Appassili , sanro tersebut
melakukan dengan cara menyiapkan air diatas wajan kemudian air tersebut
di percikkan kepada objek yang dituju dengan mengunakan dedaun , istilah
itu di
38

sebut Pa’basa.
Beberapa pengertian Appasili dari berbagai daerah di makssar Antara
lain :
a. Pengertian Appasili menurut Masyrakat Sungguminaha Appasili
Adalah Suatu tradisi yang di lakukan yang
mendatangkan keberkahan dari Allah swt.dan sebagai penghormatan
kepada nenek moyang mereka. Serta sebagai ajang silaturahmi
bersama keluarga.
b. Pengertian Appasili menurut Masyarkat Paccinongan Appasili
Adalah suatu tradisi atau upacara pensucian diri
lahir batin dimaksudkan agar segala kotoran dan hal hal yang tidak
baik yang terdapat dalam diri kita dapat di hilangkan. Dan apppsili
juga merupakan peryataan harapan kepada tuhan agar terhindar dari
malapetaka yang akan menimpahnya.serta appasili merupakan
tradisi nenek moyang yang di lanjutkan oleh anak dan cucu mereka.
2 . Persiapan Sebelum Pelaksanaaan Appasili
Sebelum melaksanakan Appasili‟ harus terlebih dahulu
mempersiapkanapa saja yang akan di pakai dalam proses
appasili‟yaitu :
a. Sanro Passili‟ harus menyediakan atau membawa
perlengkapan yaitu macam- macam dedaunan sebelum melakukan
Appasili‟ kepada orang yang akan Nipassili‟
39

misalnya apabila orang yang akan Nipassili‟ itu adalah orang hamil
atau orang yang usia kandungannya memasuki 7 bulan, maka
yang harus di sediakan adalah leko‟ patte‟ne, leko‟ sili,
parempasa‟. Kemudian, Appasili‟ khitanan/sunatan (pengislaman)
harus menyediakan leko‟ patte‟ne, leko‟ mali- mali, leko‟ sili sama
dengan halnya passili‟ bunting atau orang yang akan
melangsungkan pernikahan. Berbeda dengan passili‟ orang yang
memiliki kendaraan baru dan rumah baru, harus menyediakan
leko‟ patte‟ne, leko‟ sili, siagang leko‟ waru‟.1

b. Orang yang akan di passili harus menyediakan juga perlengkapan


dalam proses Appasili‟ seperti ja‟jakkang, je‟ne papasili,
kanrejawa picuru, siagang sila‟la unti te‟ne yang ditutupi dengan
kain putih.
Ja‟jakkang adalah beras yang diatasnya ada gula areng satu
biji dan kelapa satu biji, lilin merah satu atau dua batang di dalam
sebuah baskom. Je‟ne pappasili‟ adalah air di atas wajan kemudian
diberi koin dan daun atau leko‟- leko‟ yang telah disediakan oleh
sanro passili, wajan tersebut bermakna pemersatu. Kanrejawa
picuru adalah makanan khas Makassar seperti onde-onde atau
umba-umba mempunyai makna bahwa agar supaya selalu
dimunculkan rezekinya. Koya Lapisi mempunyai makna bahwa
rezekinya akan
40

berlapis-lapis Kue serikaya sebagai simbol kekayaan karena


namanya dan kue yang lainnya sesuai dengan kemampuan.
Pa‟dupang atau kemenyang diperuntukkan bagi orang yang passili‟
rumah baru dan kendaraan baru dipercayakan bahwa malaikat
itu senang dengan wewangian kecuali jin dan setan itu tidak suka
dengan yang wangi2. (Riska Iskandar 2019).
3. Pelaksanaan proses Appasili
Apabila perlengkapan dalam pelaksanaan telah tersedia maka
prosesi Appasili‟ bisa segera dilaksanakan. Adapun tata cara dalam
pelaksanaan adat Appasili‟ yaitu :
a. Persoalan menentukan waktu Appasili
Orang yang akan di passili harus mencari waktu yang baik
untuk Nipassili. Biasanya orang yang akan melaksanakan
Appasili harus terlebih dahulu membicarakan persoalan hari dan
waktu kepada Sanro Passili‟ tentang hari yang baik untuk
melangsungkan proses Appasili‟.
b. Proses Appasili
Dalam Appasili‟, ada dinamakan Appasili‟ bunting,
Appasili kattang/sunatan dan Appasili tutianang, ketiga Appasili
ini sama prosesnya dan sama juga persiapannya yaitu
mempersiapkan kelapa di depan pintu rumah kemudian kelapa itu
di duduki oleh orang yang akan Nipassili‟, adapula
41

ja‟jakkang dan je‟ne pappasili harus di simpan didekat orang yang


Nipassili‟. Adapula Appasili masuk rumah baru dan Appasili‟
Kendaraan Baru, proses Appasili ini berbeda dari ketiga Appasili‟
tersebut. Lalu Sanro melakukan ritualnya dengan membacakan
do‟a-doa kepada orang yang akan Nipassili‟ dengan caranya
masing-masing.
42

BAB III
JENIS PENELITIAN

A. Jenis dan sumber data


1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian Etnografi klasik yaitu jenis metode penelitian yang diterapkan
untuk mengungkap penjelasan perilaku dan demonstrasi mengapa dan
dalam keadaan apa mereka berperilaku, waktu dilapangan, observasi
secara terus menerus, alasan perilaku, menjelaskan segala sesuatu tentang
budaya. Jenis penelitian ini digunakan untuk mengeksplorasi fenomena dan
informasi mengenai kehidupan masyarakat urban Kota Makassar;
gambaran etnografi kebudayaan masyarakat adat Appasili kappala dengan
wawancara mendalam (Indepth Interview) dan observasi secara terus
menerus selama penelitian berlangsung di lingkungan kawasan adat
Sawakung kec Galesong utara .
2. Sumber Data
Data primer diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara
mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara
(Interview guide) yang memuat pokok-pokok yang akan ditanyakan untuk
memperoleh keterangan secara lisan antara peneliti dengan informan.
43

B. Tempat Dan Waktu Penelitan


Penelitian ini dilakukan di kawasan Adat Appasili Kappala yang berada di
Desa Sawakung Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar Pada tanggal 16
Oktober 2021. Mengigat Kawasan Adat Appasili Kappala merupakan salah satu
Adat yang berada di Kawasan tersebut.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara dan catatan lapangan (field notes) yang telah di siapakan. Alat dan
bahan yaitu handpone, kamera, dan alat tulis menulis.
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa sumber data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara mendalam
(Indept Interview), observasi lapangan, dan dokumentasi di lapangan. Sedangkan
data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen yang menunjang penelitian baik
dari data Peraturan Daerah Kota Makassar dan data lain yang dapat diperoleh dari
referensi pada buku-buku bacaan yang membantu untuk meperoleh data yang
relevan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam (Indepth interview).
Penjelasan Metode pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini sebagai
berikut:
1. Observasi
44

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematik


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Fokus observasi (pengamatan)
dilakukan terhadap tiga komponen utama yaitu:
a.Lokasi
Yaitu tempat pada saat interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung, dalam penelitian ini lokasi penelitiannya adalah di Desa
Sawakung Kecamatan Galeson Utara Kabupaten Takalar.
b. Pelaku
Yaitu orang yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaan
tradisi Appasili Kappalan Masyarakat Sawakung dikawasan Desa
Sawakung kecamatan Galeson utra kabupaten takalar.
c. Aktivitas (Kegiatan)
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi
upcara adat yang sedang berlangsung.
2. Dokumentsi
Teknik pengumpulan dokumentasi merupakan mencari informasi melalui
catatan peristiwa yang sudah terjadi, dapat berupa tulisan, gambar, atau
dokumen yang berbentuk karya dari seseorang (Sugiono, 2013).
Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rekaman hasil
wawancara dan gambar pada saat peneliti melakukan wawancara kepada
responden serta gambar yang terkait
45

dengan Appasili Kappala. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan


data yang digunakan untuk memperoleh data mengenai Menilik Kehidupan
Masyarakat Urban Kota Makassar : Gambaran tentang Tradisi Appasilli
Kappala Masyarakat Adat Sawakung Atau informan yang diperoleh
melalui wawancara dan ovservasi
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan
kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan subjek penelitian.
Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara bebas terpimpin, dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), tetapi
penyajiannya tidak terikat oleh pedoman yang ada. Wawancara mendalam
membutuhkan kerja sama antara peneliti dan informan untuk
mendapatkan informasi yang akurat dan baik. Dalam penelitian ini
wawancara mendalam diperlukan untuk mengali apa itu Appasilli
Kappala yang ada dikawasan desa Sawakung kecamatan Galeson Utara
kabupaten Takalarn.dan bagaimna tanggapan masyarakat disana dengan
ritual adat tersebut.
E. Pengolahan Dan Analisis Data
Tahap pengelolaan data yang dilakukan yaitu hasil wawancara yang sudah
terkumpulkan dari seluruh informan dibuat dalam bentuk transkip data dan
disimpulkan sementara sesuai hasil temuan.
46

Selanjutnya akan dilakukan kategorisasi hasil wawancara berdasarkan


pedoman wawancara sehingga pada tahap pengolahan data ini dapat diketahui
informasi mana saja yang belum didapatkan dan informasi mana yang harus
lebih mendalam ditanyakan dalam wawancara berikutnya. Setelah informasi
lengkap maka hasil wawancara dapat disimpulkan dan dibuat ringkasan data
dalam bentuk matriks wawancara.
Model analisis yang digunakan ada dua, yaitu analisis data model
interaktif dan analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif berarti bahwa
data yang diperoleh dari penelitian disajikan apa adanya kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran terhadap fakta yang terjadi.
Pada teknik analisis data model interaktif terdiri atas tiga tahapan, yakni
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara
merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal
yang berkaitan dengan tradisi Appasilli Kappala dikawasan adat
Sawakung. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya apabila diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan teks yang
bersifat naratif dari catatan lapangan, teks naratif dari catatan
47

lapangan seringkali membingungkan penelitian jika tidak digolong- golongkan


sesuai dengan topik masalah. Penyajian data merupakan tahapan untuk
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan selanjutnya,
untuk dianalisis dan diambil tindakan yang dianggap perlu.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan diperoleh jawaban
atas rumusan masalah yang telah ada. Kesimpulan sementara atau awal
yang telah didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka
kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel.
48

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kawasan Adat sawakung


Kawasan adat sawakung merupakan salah satu kawasan yang ada di kota
Makassar yang memegang erat adat-istiadat budaya yang diwariskan oleh
para leluhurnya. Dikawasan tersebut masih banyak adat- istiadat yang masih
dilaksanakan sampai sekarang ini, yaitu Appasili kappala.
Mayoritas penduduk di kawasan sawakung berprofesi sebagai nelayan
dikarenakan dikawasan tersebut terdapat pantai yang menjadi usaha mata
pencarian masyarakat dikawasan tersebut

Gambar 6.1 : Lokasi Kawasan desa sawakung,galesong utara

Sawakung merupakan daerah yang terletak di galesong utara tempatnya di


kelurahan dosun beba sawakung. Kawasan adat sawakang terletak
49

galesong utara.. Jumlah kepala keluarga sebanyak 500 KK dengan jumlah penduduk 1800
jiwa. Perempuan sebanyak 980 jiwa dan 920 laki-laki.

B. Karasteristik Informan
Informan dalam penelitian ini merupakan masyarakat yang berada dalam
kawasan adat sawakung yang berpartisifasi langsung dalam pelaksanaan Appasili
kappala. Masyarakat yang dimaksud terdiri dari ketua adat, ketua RT, ketua RW,
tokoh agama dan masyarakat umum. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian etnografi klasik yang dimaksudkan untuk mengetahui
gambaran etnografi kebudayaan masyarakat adat sawakung pada tradisi appasili
kappala

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berhasil melakukan wawancara


mendalam kepada 5 orang informan. informan tersebut antara lain 5 orang
masyarakat umum.

Tabel 5.1 Karasteristik Informan

N0 NAMA JENISKELAMIN KRITERIA

1 Informan Laki Laki Masyarakat

1 umum
2 Informan Perempuan MAsyarakat

2 Umum
Informan Masyarakat
3 Laki Laki Umum
3
50

Informan Laki Laki Masyarakat


4 4 Umum

Informan MAsyarakat
5 5 Laki Laki Umum

C. Hasil Penelitian
Penetian ini menggunakan jenis penelitian Etnografi Klasik, untuk
mengetahui gambaran etnografi kebudayaan masyarakat sawakung dalam ritual
appasili kappala.

1. Gambaran etnografi Kebudayaan Masyarakat Sawakung dalam ritual appasili


kappala.

a) Nama ritual yang dilakukan oleh masyarakat Sawakung.


Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan,
semua informan mengatakan bahwa nama ritual yang dilakukan oleh
masyarakat sawakung ialah appasili kappala.
“iya kalau disini biasa ada”
(informan 1, Masyrakat umum)
“iye ada “
(informan 2, Masyarakat Umum)
“kalau di daerah pesisir toh yang di daerah nelayan masing
masing ada hanya berbeda caranya”
(informam 3 , masyarakat umum)
“Nia injo tumake nia tenam”
51

(informan 4, masyarakar umum)


“Appasili nia anjo”
( informan 5, masyarakat umum)
“nia masing-masing”
b) Sejak kapan appasili kappala ada di desa sawakung
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan
bahwa Appasili kappala ada sejak mereka belum lahir.

“Sejak dahulu kala”


(informan 1, masyarakat umum) “Riolo
angage kamma kammma anne”
(informan 2 , masyarakat umum)
“sejak dahulu kala”
(informan 3 ,masyarakat umum)
“riolo mariolo jammanna nenekku
(informan 4,masyarakat umum)
“jammanna ijji neneka”
(informan 5, masyarakat umum)
“battu riolo”

c) Sejarah pelaksanaan ritual Appasili Kapala mata


Masyarakat Sawakung
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan
52

kepada informan, masyarakat mengatakan bahwa tidak mengetahui tahun


berapa awal mula dillaksanakannya tradisi ini, mereka hanya mengikuti
tradisi yang diturunkan oleh masyarakat-masyarakat sebelumnya.
masyarakat hanya melaksanakan tradisi ini setiap tahunnya. Sedangkan
masyarakata yang lain mengatakan bahwa tradisi ini sudah ada sebelum
kemerdekaan.
Menurut masyarakat bahwa tradisi ini sudah ada sejak lama dan tidak
mengetahui sejarah khusus dari tradisi ini. Sedangkan menurut masyarakat
lain tradisi ini sudah ada sejak ia kecil sebagai syukuran setelah
tanggkapan .
“kalau itu saya kurang tau juga karena sejak saya lahir itu
sudah ada”
(informan 1, masyarakat umum)
“karena kapal baru yang dibeli atau baru di buat itu harus di
appasili dlu sebelum di pakai”
(informan 2, masyarakat umum)
“kita tidak tahu itu karena sebelum kakeknya bapak lahir itu sudah
ada”
(informan 3, masyarakat umum)
“tidak tau”
(informan 4 , masyarakat umum)
“tena tong kuisseengi”
53

(informan 5 , masyarakat umum)

“ arnre kuisseingi”

d) Doa dalam tradisi Appasili kappala masyarakat sawakung


Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan
kepada informan, Masyarak adat mengatakan bahwa doa appsili
kappala hanya orang terteu yang tahu
“kurang tau juga , biasa ada memeang ahlinya kayak dukung atau
sanro”
( informan 1, masyarakat umum)
“doanya tidak tau mi karna bukan saya” (
informan 2, masyarakat umum)
”saya tidak tahu hanya yang baca baca yang tau”
(informan 3, masyarakat umum)
“nia tapi saya tidak tau”
(informan 4 , masayarakat umum)
“tena kuissengi”
(informan 5 , masyarakat umum)
“arre kuissengi”

e) Tata cara pelaksannan tradisi appasili kappala


Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan kepada
informan, Masyarakat adat mengatakan bahwa tata cara
pelaksanaan Appasili kappala adalah dengan membawa sesajen
“menyiapakan bahan bahan atau alat berupa baki bunga
bunga dan pisang”
54

(informan 1, masayarakat umum)


“dicek dulu baru dikasih pisang pisanna sama jajakang baru di
apppasilimi bawaki songkolo apa jadi ada mi laki laki dia mi itu
anui”
(informan 2, masyarakat umum)
“biasanya itu toh sesajen di tengah laut mereka dudukmi di atas
kapal ada pisangnya ayam dan lain lain lalu mereka
doa”
(informan 3, masyarakat umum )
“ammolong jangang , otti (informan
4, masyarakat umum)
“kamma ngaseng mi injo erokki baji toh”
(informan 5, masyarakat adat)
“anu le”bami niatoro”

f) Alasan di adakanya tradisi appasili kappala


Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukankepada
informan, Masyarakat mengatakan bahwa informan mengatakan
karna itu adalah tradisi nenek moyang
“karena itu sudah tradisi yang turun menurun”
(informan 1, masyaarakat umum)
“memeang itu kalau kappala di appasiliki di pantai
harus appasiliki turun di ombak”
(informan 2, masyarakat umum)
55

“kalau berbicara harus tidak ya kan biasanya itu yang


kapal mau diturunkan pertama kali digunakan”

(informan 3, masyaraktat umum)


“supaya bajikki nipake a boya”
(informan 4, masyarakat umum)
“tidak tahu”
(informan 5, masyarakat umum)
“nia mintongmi battu riolo”

g) Apa pentingnya Appasili Kappala bagi masyarakat adat


saawakung
Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan
kepada informan, Masyarakat mengatakan bahwa Appasili kapala
penting dan sebagian informan mengatakan biasa biasa saja
“Kebiasaan disini memang begtu”
(informan 1, masyarakat umum)
“yah rezeki kalau kappala baru di appasili”
(informan 2, masyarakat umum)
“untuk keselamatan yah”
(informan 3, masyarakat umum)
“supaya bajikki ni pake a bayo”
(informan 4 masyarakat umum)
“kasalamakang”
(informan 5, Masyarakat umuum)
“ battu riolo”
56

h) memimpin jalanmnya tradisi Orang yang Appasili Kappala


Berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan
kepada informan, Masyarakat mengatakan bahwa yang
memmpin jalannya tradisi Appasili kappala adalah sanro,
orang Pintar atau orang di tuakan di kampung itu.
“ada dukung atau sanro”
(informan 1, masayarakat umum)
“kalau itu orang pintar anui”
(informan 2, masyarakat umum)
“ada yang biasa juragang yah dan orang pintar”
(informan 3, masyarakat umum)
H. jorre
(informan 4, masyarakat umum)
“nia orang tertentu”
(informan 5, masyarakat umum)
“sanro”

D. Pembahasan
Tradisi merupakan sesuatu hal yang sangat dekat dengan kehidupan
masyarakat. Tradisi tersebut lahir dan mengakar dikalangan masyarakat sosial
yang kemudian berkembang menjadi budaya dan kebudayaan berdasarkan
masyarakatnya. Tradisi bagi masyarakat adalah sesuatu hal yang sangat sakral
yang dilaksanakan oleh masyarakat terdahulu kemudian dilanjutkan secara
turun-temurun oleh generasi penerusnya sampai sekarang. Hal ini berkaitan
dengan teori
57

yang dikemukakan Shils bahwa: Tradisi berarti segala sesuatu yang


disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini (Wulandari,2018).
Koentjaraningrat (1978, hlm. 19) memandang bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar,
beserta keseluruhan dari hasil- hasil budi dan karyanya. Buah kebudayaan adalah
bukti kepedulian kita terhadap akar sejarah yang diwariskan para pendahulu kita,
merawat peninggalan nenek moyang menjadi kewajiban kita sebagai generasi
penerus, kebudayaan juga dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan budi dan akal yaitu perkembangan dari budhi-daya artinya daya dari budi
kekuatan dari akal, kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil-
hasil budi dan karyanya itu. Konsep kebudayaan dalam arti yang terbatas ialah
pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan
keindahan dan ada para ahli ilmu sosial mengartikan konsep kebudayaan itu
dalam arti yang amat luas yaitu seluruh total pikiran, karya, dan hasil karya
manusia yang
berakar kepada nalurinya (Ovrianti, 2015).
Masyarakat adat pasti memiliki indentitas nilai-nilai budayanya
masingmasing nilai-nilai itu bisa merupakan nilai yang positif dan nilai yang
negatif, nilai yang positif cenderung dipertahankan oleh masyarakatnya meski
di era modernisasi seperti ini tetapi nilai negatif cenderung mulai di tinggalkan
oleh para masyarakat adat karena mereka
58

mengganggap sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat di era


modernisasi seperti ini (Ovrianti, 2015).
Appasili kappala merupakan tradisi yang dilakukan ketika ada kapal baru
yang ingin di oprasikan . Tradisi merupakan sesuatu yang dihargai, dihormati
dan dilestarikan oleh masyarakat adat sawakung. Tradisi Appasili kappala
merupakan tradisi yang dilaksanakan masyarakat nelayan , mereka
melaksanakan ini karena mereka percaya. Karena latar belakang kepercayaan
itu, masyarakat nelayan senangtiasa mengadakan Appasili kappala yang
dilaksanakan seramai mungkin yang tempat pelaksanaanya di kawasan adat
sawakung Kecamatan galesong utara .
1. Nama salah Satu Tradisi yang di lakukan masyarakat adat Sawakung.
Masyarakat yang berada dalam kawasan adat kawasan
sawakung masih melakukan dan melestarikan tradisi tradisi yang dilakukan
nenek moyang mereka. Salah satu tradisi yang sampai saat ini yang
dilakukan nenek moyang mereka. Salah satu tradisi Masyarakat yang
berada dalam kawasan adat sawakung masih melakukan dan
melestrarikan tradisi-tradisi sampai saat ini masih rutin dilaksanakan oleh
masyarakat sawakung adalah Appasili kappala atau dalam bahasa indonesia
disebut ritual kapal baru yang ingin di oprasikan .Appasili Kappala biasa di
lakukan ketika ada seseorang atau oknum yang tellah membeli atau selesai
mebuat kapal baru maka
59

harus di pasilli. Appasili kappala juga merupakan tradisi yang melekat dalam
adat kawasan desa sawakung.
i) Sejarah pelaksanaan tradisi Appasili kappala
Berdasarkan pernyataan yang kemukakan oleh informan bahwa
tradisi Appasili Kappala telah dilaksanakan jauh sebelum kemerdekaan
Republik Indonesia akan tetapi infroman tidak mengetahui pasti tahun
awal mula dilaksanakannya tradisi ini. Appasili Kappala merupakan tradisi
yang dilaksanakan oleh para leluhur sebagai bentuk rasa syukur mempuyai
kapal baru. Bentuk syukur dengan cara melakukan appasili di kapal baru
tersebut yang di lakukan oleh masyarakat adat.
j) Doa untuk melakukan tradiisi Appasili Kappala
Berdasrkan peryataan yang dikemukakan oleh informan bahwa Doa
untuk tradisi Appasili Kappala itu hanya orang orang tertentu yang tahu
karena Doa untuk Appasili Kappala Ini tidak Sembarang orang
mengetahuinya dan dan tidak sembarang orang yang membacanya.
k) Tata cara tradisi Appasili Kappala dilaksanakan
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh informan bahwa
tatacara tradisi adat Appasili Kappala ini terlebih dahulu mengecek kapal
yang ingin digunakan lalu masyarakat setempat menyiapkan sesajen buat
dibawah ke tengah laut atau dipinggir laut, sesajen tersebut biasa berisi
pisang, ayam, beras ketan kue kue
60

tradisional, dan dupa lalu sebagian sesajen ada yang di hanyutkan di


tengah laut dan ada yang dibagikan kemasyarakat setempat.
5. Alasan tradisi adat Appasili Kappala harus diadakan
Berdasarkan pernyataan yang kemukakan oleh informan bahwa tradisi
adat Appasili Kappala ini adalah salah satu tradisi nenek moyang yang
sudah turun menurun sejak mereka belum lahirpun ritual ini sudah
dilaksanakan dan ada 1 informan mengatakan bahwa kenapa ritual adat
Appasili Kappala ini harus diadakan agar pada saat kapal tersebut
digunakan akan mempermudah nelayan mencari ikan di laut dan untuk
keselamatan agar pada saat kapal yang ingin beroprasi tidak rejadi yang
tidak di inginkan.
Tradisi Appasili Kappala yang dilaksanakan oleh masyarakat
Sawakung adalah untuk meminta berkah kepada tuhan agar mata pencarian
yang dilakukan di laut menjadi baik.
6. Apa pentingnya tradisi adat Appasili Kappala
Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh informan bahawa
ritual Appasili Kappala ini penting. informan juga mengatakan bahwa apa
bila tradisi Appasili Kappala ini selesai, rakyat sekitar mempercayai bahwa
kapal tersebut dapat mendatangkan rezeki dan juga keselamatan bagi
nelayan. Tradisi ini menjadi penting untuk bagi masyarakt nelayan di desa
Sawakung dengan mengharapkan keselamatan dan rezki dalam proses
mata pencarian masyarakat setempat yang notabene mata pencarian
61

masyarakat sekitar adalah nelayan. Keselamatan yang diharapkan oleh


nelayan yang mencari rezki di laut menjadi factor utama dalam
melaksanakan tradisi Appasili Kappala agar mereka terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Siapa yang memimpin berlangsungnya tradisi adat Appasili Kappala Berdasarkan
pernyataan yang kemukakan oleh informan bahwa yang biasa memimpin
jalanya tradisi Appasili Kappala ini sampai selesai hanya orang tertentu seperti
sanro atau orang pintar
yang ada disana untuk membacakan doa tersebut dan memimpin.
Pelaksanaan tradisi Appasili Kappala di daerah tersebut merupakan
orang tertentu yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang doa-
doa dan tata pelaksanaan tradisi tersebut.
62

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahsan menganai budaya tradisi
Appasili Kappala masyarakat adat sawakung adalah sebagai berikut:

1. Tradisi yang dilakukan masyarakat adat kawasan Sawakung yaitu


Appasili Kappala atau dalam bahasa indonesia disebut ritual igin
mengoperasikan kapal baru.

2. Sejarah pelaksanaan tradisi Appasili Kappala tidak dapat diketahui tahun


awal mula dilaksanakan akan tetapi tradisi ini ada jauh sebelum
kemerdekaan Republik Indonesia

3. Dalam tradisi Appasili Kappala menurut masyarak adat Sawakung


mempuyai doa yang khusus dan hanya orang tertentu atau yang sering
dikenal Sanro (dukun).

4. Tata cara pelaksanaan tradis Appasili Kappala menuru masyarakat adat


Sawakung adalah dengan membawa sesajen berupa ayam , darah ayam,
pisang dan baki bunga.

5. Alasan dilaksanakanya Appasili Kappala menurut masyarakat adat


Sawakung karena itu adalah tradisi nenek moyang yang harus
dilestarikan.
63

6. Appasili Kappala bagi masyarakat adat Sawakung adalah sebagai bentuk


rasa syukur dan keselamatan dalam melaut.

7. Pentingnya melaksanakan ritual adat Appasili Kappala yaitu menjaga


keselamatan

8. Yang memimpin jalannya dan terlaksananya Appasili Kappala adalah


orang yang di tuakan di kampung itu atau disebut dengan sanro.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami dapat sarankan sebagai berikut:
1. Bagi Pembaca
Dijadikan sebagai referensi atau bahan bacaan dalam menamabah
wawasan tentang kebudayaan dan sebagai acuan dalam pelestarian budaya.
2. Bagi peneliti berikutnya
Pada penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau
referensi bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tentang adat Appasili
Kappala.
3. Kader PMTS
Sebagai bukti bahwasanya telah menyelesaika laporan pendidikan awal
64

DAFTAR PUSTAKA
Badewi Muhammad. (2019). Nilai Siri‟ dan Pesse dalam Kebudayaan Bugis-
Makassar, dan Relevansinya terhadap Penguatan Nilai Kebangsaan. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah, Palopo. Palopo

Bahar Muhammad. (2017). Filsafat Kebudayaan Dan Sastra (Dalam


Perspektif Sejarah). Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin. Makassar

Juliana M. 2017. Tradisi Mappasoro Bagi Masyarakat Desa Barugariattang


Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Fakultas Adab Dan Humaniora
Uin Alauddin Makassar. Makassar

Iskandar Riska.(2019). Hukum Appasili Dalam Adat Makassar Dikelurahan


Sungguminasa Kecamatan Soba opu Kabupaten Gowa. Fakultas Syariah dan
Hukum Univesitas UIN Makassar.

Kementrian perencanaan dan pembangunan nasional, 2013.


Masyarakat adat di indonesia : menuju perlindungan sosial yang inklusif.

Masyarakat adat https://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_adat , 20 Maret


2020 Badan perencanaan dan pembangunan nasional.

Muhaimin AG. (2011). Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari
Cerebon, Terj. Suganda, (Cet.I :Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), hal, 11

Pratiwi eka. (2018). Eksistensi masyarakat adat di tengah globalisasi. Jurusan


Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta, Indonesia

Pengertian Tradisi.https://www.google.com/search?q=pengertian+tradisi+
menurut+beebrapa+ahli&oq=pengertian+tradisi+menurut+beebrapa+ahli+ &
aqs=chrome..69i57j0i22i30i457j0i22i30l6.10695j0j7&sourceid=chrome&i e=utf-
8 (12 0oktober 2020).
65

LAMPIRAN 1 : Struktur Tim

STRUKTUR TIM KELOMPOK V

KETUA
Fikram munandar

SEKRETARIS BENDAHARA
Safri jafar Nur amelia desy

ANGGOTA ANGGOTA

Syukur jaya mulia Putra astaman


basda
66

Lampiran 2 : Biodata Peserta

Biodata perta kelompok X


1. Nama Lengkap : Fikram Munandar
Tempat,Tanggal Lahir : Jampea, 16 januari 2003
Asal Daerah : Selayar
Fakultas : Teknologi industry

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : Jln.kandea 2 nomor 90

No. Hp/Wa : 085287486688

2. Nama Lengkap : Nur amelia desy

Tempat ,Tanggal Lahir : Makassar ,11 Desember 200

Asal Daerah : Makassar


Fakultas : Kesehatan masyarakat

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Btn.bukit hartaco indah Blok 1p/13

No. Hp/Wa : 083138349180

3. Nama Lengkap : Putra astama basda Tempat


Tanggal Lahir : Parumaang , 26 Maret 2003
Asal Daerah : Selayar
Fakultas : Perikanan dan ilmu kelautan

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : Jln talasalapang


67

No. Hp/Wa : 085340841743

4. Nama Lengkap : Safri jafar

Tempat Tanggal Lahir : Gowa , 29 Desember 2001


Asal Daerah : Gowa
Fakultas : Pertanian

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : Takalar

No. Hp/Wa : 088705641469

5. Nama Lengkap : Syukur jaya mulia Tempat


Tanggal Lahir : Bantaeng , 27 juni 2002
Asal Daerah : Bantaeng
Fakultas : Ekonomi

Jenis kelamin : Laki laki

Alamat : Talasalpang 2

No. Hp/Wa : 085396705804


68

LAMPIRAN 5:DOKUMENTASI
69

Anda mungkin juga menyukai